Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi
manajemen (termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa pada
implementasi kebijakan lingkungan (BBS 7750, dalam ISO 14001 oleh
Sturm, 1998). Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO 14001
berada dalam kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki standar tertentu dari
satu daerah dengan daerah lain, dan secara internasional berbeda
penerapannya antara negara satu dengan lainnya. Praktek manajemen
lingkungan yang dilakukan secara sistematis, prosedural, dan dapat diulang
disebut dengan sistem manajemen lingkungan (EMS).
Kementerian Lingkungan Hidup sejak tahun 2002 telah meluncurkan
Pogram Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam pengelolaan
lingkungan (PROPER) sebagai pengembangan dari PROPER PROKASIH.
Sejak dikembangkan, PROPER telah diadopsi menjadi instrumen penaatan
di berbagai negara seperti China, India, Filipina, dan Ghana, serta menjadi
bahan pengkajian di berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian.
Tujuan penerapan instrumen PROPER adalah untuk mendorong
peningkatan kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui
penyebaran informasi kinerja penaatan perusahaan dalam pengelolaan
lingkungan. Guna mencapai peningkatan kualitas lingkungan hidup.
Peningkatan kinerja penaatan dapat terjadi melalui efek insentif dan
disinsentif reputasi yang timbul akibat pengumuman peringkat kinerja

PROPER kepada publik. Para pemangku kepentingan (stakeholders) akan


memberikan apresiasi kepada perusahaan yang berperingkat baik dan
memberikan tekanan dan atau dorongan kepada perusahaan yang belum
berperingkat baik.
PROPER sebagai instrumen penaatan, untuk periode 20092010 kali
ini telah menerapkan dasar hukum Undangundang 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sehingga dalam
pelaksanaannya termasuk kriteria saat ini disesuaikan dengan UU tersebut.
Pelaksanaan PROPER diharapkan dapat memperkuat berbagai
instrument pengelolaan lingkungan yang ada, seperti penegakan hukum
lingkungan, dan instrumen ekonomi. Disamping itu penerapan PROPER
dapat menjawab kebutuhan akses informasi, transparansi dan partisipasi
publik dalam pengelolaan lingkungan1. Pelaksanaan PROPER saat ini
dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18
tahun 2010 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Mengingat keberhasilan PROPER sebagai instrumen penaatan sangat
tergantung kepada sikap proaktif dan kritis para pemangku pihak dalam
mensikapi hasil kinerja penaatan yang telah dilakukan oleh perusahaan,
maka diharapkan para pemangku kepentingan agar dapat berpartisipasi
secara aktif dalam mensikapi hasil pengumuman peringkat kinerja penaatan
perusahaan PROPER. Berbagai upaya dapat dilakukan oleh pemangku
kepentingan untuk lebih meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan oleh

perusahaan terkait dengan pelaksanaan PROPER, antara lain memberikan


penghargaan kepada perusahaan yang berkinerja baik dan secara konsisten
mendorong perusahaan yang belum menunjukkan kinerja yang baik untuk
lebih dapat meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungannya. Salah satu
contoh adalah pihak perbankan dapat menjadikan kinerja PROPER sebagai
pertimbangan dalam penentuan kredit yang diajukan oleh perusahaan.
Pada saat ini pelaksanaan PROPER difokuskan kepada perusahaan
yang memenuhi kriteria, antara lain; perusahaan yang berdampak besar
terhadap lingkungan hidup, perusahaan yang berorientasi ekspor dan/atau
produknya bersinggungan langsung dengan masyarakat, serta perusahaan
publik. Mengingat keterbatasan sumber daya yang ada, pada saat ini baru
sebagian kecil perusahaan dapat dimasukkan dalam penilaian, yaitu 689
perusahaan. Jumlah ini naik 10% dibandingkan tahun lalu yaitu 627
perusahaan. Namun jumlah ini masih relatif kecil jika dibandingkan dengan
total 8.000 10.000 perusahaan yang berpotensi untuk dijadikan peserta
PROPER. Salah satu perusahaan yang memperoleh peringkat emas adalah
PT.Holsim Indonesia Tbk Cilacap.
Pada tahun 1962, Direktorat Geologi Departemen Pertambangan
Indonesia membentuk tim survey untuk melakukan studi kelayakan mengenai
kemungkinan didirikannya pabrik semen di Jawa Barat. Pada tahun 1963
dilakukan penelitian mengenai cadangan bahan baku di Sukabumi oleh E.J
Patty dan di Cibadak oleh B.N Wahyu, sehingga pada tahun 1964 ditemukan
bahan tambang Silka di Cibadak.

Pada bulan juni tahun 2000 Holcim Ltd sebuah perusahaan semen
yang berpusat di Switzerlan melakukan penawaran resmi terhadap saham PT.
Semen Cibinong. Pada bulan desember tahun 2000 The Jakarta Intiative
Force mengeluarkan pengumuman bahwa Holcim Ltd dan Steering
Committee Of Creditors telah mencapai kesepakatan untuk merestrukturisasi
hutang PT. Semen Cibinong. Pada tanngal 13 Desember 2001 Holcim Ltd
resmi menjadi pemegang saham utama PT. Semen Cibinong tbk, dengan total
saham 77,33 %. Pada tahun 2006 PT. Semen Cibinong resmi berganti nama
menjadi PT.Holcim Indonesia Tbk.
Dalam produksinya PT. Holcim Indonesia menngunakan proses kering
dalam proses pembuatan semennya. Keuntungan proses kering ini bila
dibandingkan dengan proses basah adalah penggunaan bahan bakar yang
lebih sedikit, dan energi yang dikonsumsi lebih kecil. ukuran tanur yang lebih
pendek serta perawatan alatnya lebih mudah. Proses pembuatan semen PT.
Holcim Indonesia, secara garis besar melalui proses proses sebagai berikut :

Penghancuran ( Crushing) bahan baku.

Penyimpanan dan pengumpanan bahan baku.

Penggilingan dan pengeringan bahan baku.

Pencampuran ( Blending) dan homogenisasi.

Pemanasan awal ( Pre-heating ).

Pembakaran ( Firring).

Pendinginan ( Colling).

Penggilingan akhir.
PT. Holcim Indonesia Tbk Kantor Cilacap telah membuktikan
kinerjanya sebagai Perusahaan Terbaik yang ramah lingkungan dan layak
mendapatkan Peringkat Tertinggi dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Perusahaan selalu mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan dan
mempertimbangkan aspek adisionalitas untuk melakukan inovasi dengan
menekankan pelestarian lingkungan, sumber daya alam dan K3 sehingga
tercapai kinerja perusahaan yang terbaik.

1.2 Rumusan Masalah


Berkaitan dengan latar belakang tersebut, maka secara garis besar ada 4
permasalahan yang dirumuskan yaitu:
1. Bagaimana sejarah PT. Holsim Indonesia?
2. Bagaimana roses produksi pada PT. Holsim Indonesia?
3. Apa saja limbah yang dihasilkan dan bagaimana cara pengolahan
limbah pada PT. Holsim Indonesia?
4. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan PT. Holsim Indonesia
memperoleh peringkat PROPER?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan bagaimana sejarah PT. Holsim Indonesia?
2. Menjelaskan bagaimana roses produksi pada PT. Holsim Indonesia?
3. Menjelaskan apa saja limbah yang dihasilkan dan bagaimana cara
pengolahan limbah pada PT. Holsim Indonesia?
4. Menggambarkan apa saja faktor-faktor yang menyebabkan PT. Holsim
Indonesia memperoleh peringkat PROPER?
1.4 Metodologi Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode


deskriptif kualitatif. Menurut

Dwiyanto (2003:2), metode deskriptif

kualitatif biasanya menggunakan literatur review dimana data diambil dari


data tertulis seperti dokumen, laporan tahunan, undang-undang, jurnal,
sertifikat, dan lain-lain. Sumber data ini bisa dari data primer atau data
sekunder (Dwiyanto, 2003:2).
1) Sumber Data
Sumber data sekunder didapatkan dari pengumpulan buku, jurnal,
laporan penelitian yang berhubungan dengan lingkungan eksternal dan
global organisasi.
2) Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi yaitu
mengumpulkan data-data yang sudah ada sebelumnya. Baik itu
melalui buku, jurnal, dan internet.
3) Teknik Analis Data
Data yang diperoleh dalam karya tulis ini dikumpulkan dengan cara :
Studi pustaka mempelajari informasi dari berbagai macam sumber
pustaka kemudian membuat gabungan informasi secara sistematis dan
lengkap.

Anda mungkin juga menyukai