Anda di halaman 1dari 17

BOOK REPORT

SEJARAH PEMIKIRAN TENTANG PANCASILA


KARANGAN A.M.W PRANARKA

TUGAS INDIVIDU
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila

NAMA : GIANITA UTAMI GUNAWAN


NPM : 1634020005

PROGRAM STUDI MANAGEMENT SEMESTER I


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945


2016/2017

Point Book Report :


1
2
3

Pancasila Sebagai Gagasan Individu (SOEKARNO).


Pancasila Sebagai Wacana Publik (Piagam Jakarta).
Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara (Pembukaan UUD 1945).

Pancasila Sebagai Dasar Gagasan Individu (SOEKARNO)


Pada tanggal 1 juni 1945, di dalam pidato yang terdiri dari sekitar 6.480 kata, Soekarno
mengemukakan pendapatnya tentang dasar negara Indonesia Merdeka. Pada urutan
pertama disebutkan dasar kebangsaan. Sebagai dasar kedua disebutkan internasionalisme,
sesudahnya

Soekarno

mengemukakan bahaya-bahaya

yang dapat

timbul dari

nasionalisme.
Dasar ketiga yang dikemukakan oleh soekarno adalah dasar mupakat, dasar perwakilan,
dasar permusyawaratan. Dasar keempat adalah kesejahteraan. Dan prinsip kelima
diutarakan oleh Soekarno yaitu prinsip Ketuhanan.
SIDANG UMUM KEDUA BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN
KEMERDEKAAN INDONESIA
Sidang umum kedua Badan Penyelidik Usah-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
dibuka pada tanggal 10 Juli 1945. Panitia itu terdiri dari delapan orang, yaitu: Soekarno,
Moh. Hatta, Sutardjo, Wachid Hasjim, Hadikusumo, Otto Iskandardinata, Muh. Yamin
dan Maramis. Panitia kecil yang terdiri dari sembilan orang, yaitu: Moh. Hatta, Muh.
Yamin, Subardjo, Maramis, Soekarno, Abd. Kahar Moezakkir, Wachid Hasyim, Abikusno
Tjokrosujoso dan Agus Salim. Panitia ini diadakan untuk mendapatkan satu modus, satu
persetujuan, antara pihak Islam dan pihak kebangsaan. Antara golongan Islam dan
golongan kebangsaan itu berbunyi sebagai berikut: Rancangan ini kemudian dikenal
sebagai Piagam Jakarta.
Jalannya Sidang Umum Kedua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia
Ketua Badan membentuk tiga panitia kerja: Pertama, panitia untuk merancang Undang-Undang
Dasar; kedua, panitia untuk mempelajari hal pembelaan tanah air; ketiga, panitia untuk
mempelajari hal keuangan dan perekonomian.

Panitia perancang Undang-Undang Dasar

Panitia Perancang Undang-Undang Dasar diketuai oleh Soekarno. Mengadakan rapat pada
tanggal 11 Juli 1945. Ada tiga hal yang harus dikerjakan oleh panitia ini: (a) declaration of rights
(pernyataan kemerdekaan); (b) preambule; (c) undang-undang dasar.
Berkenaan dengan preambule, Latuharharry menyatakan:
Berkeberatan tentang kata-kata berdasar atas ke-Tuhanan,dengan kewajiban melakukan sjariat
buat pemeluk pemeluknya. Karena itu diminta supaya didalam Undang-undang Dasar diadakan
pasal jang terang; kalimat ini bisa juga menimbulkan kekatjauan misalnya terhadap adat-istiadat.
Pembahasan Rancangan Undang-Undang Dasar
Adapun mengenai Pokok-Pokok Pikiran Tentang dasar dan tentang sifat-sifat negara, Soepomo
memberikan uraian, yang intinya adalah:
1

Bahwa pokok-pokok pikiran tentang dasar dan tentang tentang sifat-sifat negara

Indonesia itu terkandung di dalam Pembukaan.


Bahwa pokok-pokok pikiran tersebut memberi memberi suasana kebatinan, dalam bahasa
Jerman geistliche Hintergrund, dalam bahasa Belandanya geestelijke achtergrond,

yang memberi suasana batin kepada UUD.


Bahwa pokok pikiran tersebut adalah aliran pikiran kekeluargaan, dan karena itu sistem

UUD adalah sistem kekeluargaan.


Berdasarkan aliran kekeluargaan itu, aliran yang diterima adalah pengertian negara

persatuan, yang melindungi dan meliputi segenap bangsa.


Aliran kekeluargaan tersebut, juga memandang bangsa Indonesia sebagai bagian dari

keluarga bangsa-bangsa.
Berdasarkan kepada aliran kekeluargaan itu, maka negara berkedaulatan rakyat,

berdasarkan kepada kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.


Berdasarkan kepada alam pikiran kekeluargaan itu, maka negara berdasarkan kepada

Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Berdasarkan kepada modus kompromi antara golongan kebangsaan dan golongan islam,
maka negara memperhatikan keistimewaan penduduk yg terbesar, ialah penduduk yang
beragama Islam.
Soepomo mulai menjelaskan Undang-Undang Dasar bab demi bab. Uraian mengenai
materi rancangan Undang-Undang Dasar ini meliputi:
1 Bentuk dan kedaulatan negara;
2 Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3 Presiden dan wakil Presiden (2 orang);
4 Dewan Pertimbangan Agung;
5 Menteri-menteri Negara;
6 Dewan Perwakilan Rakyat;
7 Warga negara;

Sistem Pemerintahan, di mana dikehendaki negara yang berdasar atas hukum


rechtstaat dan tidak menghendaki negara berdasar kekuasaan (machtstaat); di mana

dikehendaki sistem pemerintahan konstitusional;


9 Tentang batas negara;
10 Tentang beberapa hak warga negara yang dimaktubkan di dalam Undang-Undang
Dasar;
11 Tentang perekonomian negara yang disusun sebagai usaha bersama atas asas
kekeluargaan;
12 Tentang kebudayaan nasional;
13 Tentang Bahasa;
14 Tentang pasal transitoir dan aturan tambahan;
Tiga Ideologi
Di pengaruhi oleh tiga ideologi: pertama, ideologi kebangsaan; kedua, ideologi Islam;
ketiga, ideologi Barat Modern Sekular.
Ideologi kebangsaan tampak

di

dalam

pandangan-pandangan

yang

mempertahankan persatuan, kebangsaan, kekeluargaan, kerakyatan dan

Ketuhanan Yang Maha Esa menurut kemanusiaan yang adil dan beradab.
Ideologi Barat Modern Sekular tampak dari pendapat-pendapat yang
menghendaki masuknya hak-hak dasar di dalam Undang-Undang Dasar,

Adanya pertanggungjawaban para Menteri kepada Dewan Perwakilan Rakyat.


Ideologi Islam tampak dari pendapat yang menghendaki bahwa agama Islam
menjadi dasar negara, negara mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
syariat islam bahwa agama Presiden harus agama Islam, dan bahwa aga resmi
negara adalah agama Islam
REKAPITULASI TENTANG PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
MENGENAI PANCASILA
Pancasila terdiri dari lima dasar:
1 Kebangsaan
2 Perikemanusiaan atau internasionalisme
3 Demokrasi atau Musyawarah
4 Keadilan Sosial
5 Ketuhanan

Pancasila sebagai wacana publik (Piagam Jakarta)


TIGA IDEOLOGI
Pertama adalah Ideologi Kebangsaan. Ideologi ini Tampak dari pemikiran-pemikiran
yang di ajukan oleh Muh. Yamin, Soepomo, Soekarno.
Kedua adalah pengaruh ideologi Barat Modern Sekular (bukan agama). Pengaruh ini
tampak dari pemikiran untuk memisahkan urusan negara dari urusan agama.
Ketiga adalah Ideologi Islam. Ideologi ini tampak dari adanya pemikiran yang
menghendaki agar agama Islam menjadi dasar negara.

PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA


Pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengesahkan
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. Usul-usul yang mencerminkan pemikiran
Ideologi Islam, baik di dalam Pembukaan maupun di dalam Batang Tubuh UndangUndang Dasar dihapuskan. Hatta, yang di dalam sidang tersebut mengadakan perubahanperubahan itu menjelaskan bahwa hal itu dilakukan karena adanya informasi dari seorang
opsir Kiagun yang mengatakan bahwa apabila hal tersebut tidak diubah, maka golongan
Kristen di bagian lain dari Indonesia tidak dapat menerimanya
PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TENTANG PANCASILA DALAM PERIODE INI
Meskipun sebutan Pancasila tidak terdapat di dalam Pembukaan Konstitusi Republik
Indonesia Serikat, namun konsepnya ada dan terdapat communis opinio bahwa dasar
negara dan ideologi nasional adalah Pancasila. Communis opinio tersebut (belief system)
itu mulai diungkap secara analitis dan sistematis menjadi suatu uraian yang bersifat
akademis mengenai Pancasila.
Perdebatan Seputar Dasar Negara: Lahirnya Piagam Jakarta
Menurut Mohammad Hatta Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang
BPUPKI, sebagai intisari pidato bung Karno yang diucapkan sebagai jawaban atas
pertanyaan ketua badan tersebut, yaitu Dr. Radjiman Widiodiningrat. Pidato inilah yang
memacu Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
untuk membentuk lagi suatu panitia kecil yang terdiri dari sembilan (9) orang untuk
mengembangkan berbagai usulan yang masuk mengenai kemerdekaan Indonesia.
Kesembilan orang itu diantaranya: Abdul Kahar Muzakkir, Wachid Hasyim, Agus Salim
dan Abikusno Tjokrosujoso (dari golongan Islam); Soekarno, Moh. Hatta, Muhammad
Yamin, Maramis, dan Subardjo (dari golongan nasionalis). Alasan mendasar dibentuknya
tim 9 yang diketuai oleh Soekarno itu adalah karena terjadi perbedaan pendapat mengenai
bahkan menimbulkan dua kubu atau faksi yang tetap bersitegang untuk menginginkan
prinsip kebangsaan sebagai dasar negara. Perbedaan ini bermuara pada cara pandang
dalam memposisikan hubungan negara dan agama. Menurut Prof. Ahmad Syafii Maarif,
dari 68 orang anggota BPUPKI, hanya 15 orang saja yang benar-benar bisa mewakili
aspirasi politik dan ideologi umat Islam. Anggota BPUPKI diluar 15 orang itu dikatakan
bersepakat untuk menolak Islam dijadikan sebagai dasar negara Indonesia. Kebuntuan

inilah yang sebetulnya melahirkan panitian sembilan (tim 9) untuk mencari solusi soal
dasar negara.
Upaya Ke Piagam Jakarta
Usulan ini mendapat perlawanan dari kelompok nasionalis, sehingga perdebatan yang
sengit tidak dapat dihindarkan. Upaya memasukkan Piagam Jakarta berbuntut pada
pembubaran majelis Konstituante melalui Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 setelah kedua
kubu yang berbeda pandangan tersebut tidak berhasil menemukan kata sepakat. Setelah
pembubaran majelis Konstituante ini, nyaris tidak ada lagi perjuangan mengembalikan
Piagam Jakarta dalam pembukaan UUD 1945.
Namun, pascareformasi 1998, wacana formalisasi syariat Islam kembali menguak,
bahkan mewarnai konstelasi perpolitikan Tanah Air melalui proses amandemen UndangUndang Dasar (UUD) 1945.
Di ranah politik formal, tuntutan penerapan syariat Islam mulai mencuat saat sidang
tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1999 yang mengagendakan
amandemen UUD 1945. Wacana tersebut terus mengemuka dalam empat kali
pelaksanaan sidang tahunan MPR hingga tahun 2002.
Wacana ini dimotori oleh partai politik yang berasaskan Islam, seperti Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Keadilan (sekarang PKS).
Tuntutan tiga partai ini adalah menerapkan syariat Islam, salah satunya dengan cara
mengembalikan tujuh kata yang dihapus dalam Piagam Jakarta dan diakomodir dalam
amandemen UUD 1945, Pasal 29 ayat 1. Namun, sejarah mencatat upaya tersebut gagal
direalisasikan.
Piagam Jakarta dalam Perkembangannya
Pokok ini hendak mengintrodusir sejumlah fenomena terkait perjuangan untuk kembali
ke Piagam Jakarta hingga sekarang. Bahkan ada kelompok-kelompok tertentu tetap
menginginkan untuk menggantikan pembukaan UUD 1945 dengan rumusan sebagaimana
yang termuat dalam Piagam Jakarta itu. organisasi politik dan sosial pun hingga kini
masih memperjuangkan hal tersebut. Salam satu kelompok atau organisasi politik yang
masih menginginkan perubahan konstitusi dengan Piagam Jakarta yaitu Partai Bulan
Bintang. Menurut ketua umum partai ini, Piagam Jakarta adalah hukum yang mengatur
supaya umat Islam mempunyai hak-hak untuk melaksanakan Syariat Islam.

Piagam Jakarta tidak hanya menyangkut hak individu tetapi juga mencakup hak
pemerintah untuk mengatur dan menegakan Syariat Islam. Dengannya negara
bertanggungjawab untuk menjalankan syariat hukum Islam supaya non muslim tidak
terabaikan. Piagam Jakarta yang terhapus dari UUD 1945 merupakan hak umat Islam
Indonesia untuk memperjuangkannya Syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Piagam
Jakarta sebagai sejarah tidak dapat diabaikan oleh umat Islam karena merupakan hak
mereka.
Piagam Jakarta bagi mereka yang mempertahankan untuk tetap memberlakukannya sebab
ia bukan hanya produk sejarah tapi juga sebuah produk hukum. Alasan mendasarnya
adalah ketujuh kata itupun sudah kembali tercantum dalam Keppres No. 150/1959
sebagai konsideran pada dekrit presiden 5 Juli 1959. Konsekuensinya adalah segala
produk hukum seharusnya mengacu pada Piagam Jakarta.

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia di rasakan sebagai kemenangan ideologi
kebangsaan.
DASAR NEGARA DI DALAM UNDANG-UNDANG DASAR SEMENTARA 1950
Mukadimah UUDS 1950 memuat di dalamnya pernyataan mengenai dasar negara kesatuan
Republik Indonesia itu.
STATUS PANCASILA
Status pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional tetap berkelanjutan.Dengan
demikian juga status Pancasila sebagai sumber hukum negara Republik Indonesia. Akan tetapi,
sebagaimana halnya dengan UUD 1945 maupun Konstitusi Republik Indonesia Serikat, nama
Pancasila tidak tercantum di dalam UUD Sementara tahun 1950 tersebut.

DUALISME IDEOLOGI DI DALAM UNDANG-UNDANG DASAR SEMENTARA 1950


Akan tetapi Undang-undang Dasar Sementara tahun 1950 yang memuat satu Mukadimah dan
146 pasal itu, ditinjau secara ideologis merupakan pencampuran antara Ideologi Kebangsaan dan

Ideologi Barat Modern Sekular. Akan tetapi beberapa bagian dari UUDS 1950 itu memuat
elemen-elemen yang diambil dari Ideologi Barat Modern Sekular.
KONFLIK IDEOLOGI
Sistem demokrasi liberal parlementer yang dianut oleh Undang-Undang Dasar sementara 1950
disertai dengan berkembangnya kompleksitas ideologi di dalam kehidupan kehidupan politik di
Indonesia (yang dalam garis besarnya masih tetap berada di sekitar Ideologi Kebangsaan, dengan
berbagai aliran dan percampuran didalamnya), menyebabkan berkembangnya perbedaanperbedaan sikap dan pendapat menjadi pertentagan-pertentangan dan perpecahan-perpecahan.
Satu dan lain hal keadaan tersebut menyebabkan terjadinya instalibitas pemerintahan yang tiada
habis-habisnya.
PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TENTANG PANCASILA DALAM PERIODE INI
Periode ini merupakan suatu fase yang penting di dalam perkembangan pemikiran mengenai
Pancasila. Konflik pemikiran mengenai Pancasila seperti itu telah pula memperjelas pemikiran
mengenai hubungan antara Pancasila sebagai ideologi Kebangsaan dan kepribadian bangsa
Indonesia
SEMINAR PANCASILA 1, UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bahwa di dalam periode ini telah terjadi fase refleksif di dalam pemikiran mengenai pancasila ,
hal itu tampak pula diselenggarakannya Seminar Pancasila 1 oleh Universitas Gadjah Mada di
Yogyakarta. Karena itu seminar ini menampilkan berbagai pendekatan intelektual terhadap
Pancasila yang sifatnya tercampur: ada pendekatan ideologis, ada pendekatan ilmiah dan ada
pendekatan filosofis.
PERIODE DEMOKRASI TERPIMPIN
1

a. Dekrit Presiden Soekarno Tanggal 5 juli 1959


Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit, yang isinya adalah:
membubarkan Konstituante; menyatakan berlakunya lagi Undang-Undang Dasar 1945.

(b) Status Pancasila


Dengan terjadinya konflik Ideologi Tripolar mengenai dasar negara di dalam
Konstituante, maka telah terjadi krisis atas status konstitusional dari Pancasila sebagai

dasar negara, walaupun sementara itu Undang-Undang Dasar Sementara 1950 masih
tetap berlaku, di mana di dalam Pembukaannya Pancasila adalah tetap merupakan dasar
negara. Dan dengan dekrit Presiden Soekarno 5 Juli krisis status konstitusional pancasila
diakhiri dengan menyatakan berlaku kembali Undang-Undang Dasar 1945 dan eksistensi
Konstitusional Pancasila sebagai dasar negara.

(c) Pemikiran-pemikiran Mengenai Pancasila


Dekrit yang telah menyatakan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945 itu
ternyata tetap membuka kelanjutan pergumulan ideologis yang terjadi pada masa-masa
sebelumnya. Dan pada Tanggal 22 Juni 1945 Piagam Jakarta disebutkan didalam
konsiderans.

(d) Awal Pendekatan Kritis


Pendekatan kritis terhadap Pancasila ini medapat tentangan keras dari Komunisme di
Indonesia waktu itu, satu dan lain hal menyebabkan pendekatan kritis ini tidak dapat
berkembang, bahkan secara formal dibekukan oleh Presiden Soekarno.

(e) Seminar Hukum Nasional Tahun 1963


Di samping merupakan perkembangan penting di dalam pergumulan ideologi yang terjadi
pada waktu itu, seminar hukum ini juga merupakan perstiwa penting di dalam pemikiran
mengenai pancasila sebagai sumber hukum. Seminar tersebut menegaskan bahwa dasar
pokok hukum nasional Republik Indonesia ialah Pancasila.

PERIODE ORDE BARU


2

(a)Melaksanakan Pancasila Secara Murni dan Konsekuen


Pada masa orde baru menampilkan pemikiran mengenai pelaksanaan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen sebagai tema pemikiran utama. Terutama dalam jalur
kenegaraan dan jalur kemasyarakatan khususnya masyarakat akademis.

(b)Jalur kenegaraan
Perkembangan pemikiran mengenai Pancasila di dalam jalur kenegaraan ini didukung
secara formal dan penuh oleh Pemerintah, ABRI dan Golongan Karya . Pancasila juga
memperoleh status yang semakin jelas didalam jalur ini, baik sebagai ideologi
kebanggaan, sebagai dasar negara maupun sebagai sumber hukum.
(c)Simposium UI 1966
Dalam jalur akademis, tema pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen itu diawali oleh simposium UI, Pada tahun 1966. Sama dengan seminar
Pancasila 1 yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada maka simposium itu
merupakan

percampuran

antara

sifat

ideologis-politis

dengan

sifat

akademis.

Perbedaannya ialah bahwa didalam Simposium Universitas Indonesia itu pendekatan


kritis terhadap pancasila diangkat ke permukaan.
(d)Pembangunan Nasional
Sejak tahun 1969 pembangunan nasional menjadi tema yang terus berkembang baik di
dalam jalur kenegaraan maupun didalam jalur masyarakat akademis.
(e)Pemikiran-Pemikiran Tentang Pancasila
Pada masa ini pemikiran mengenai pancasila mengalami pertumbuhan yang sangat pesat
dan membuka segala permasalahan mengenail pancasila itu sendiri.

(f)Pergumuian Ideologi
Pada Tanggal 5 Juli 1959 Dekrit Presiden Soekarno tidak menghentikan pergumuian
ideologi yang terjadi di Indonesia bahkan membentuk perkembangan pemikiran
mengenai pancasila.
(g) Teori untuk memperoleh pemahaman tentang Pancasila dan menuju Pancasila sebagai
Dasar Teori
Selama 30 tahun perkembangan pemikiran pancasila membawa dua dimensi
permasalahan. Yang pertama yaitu adanya bermacam-macam pendekatan intelektual
terhadap pancasila dan yang kedua yaitu membawa proses eksplisitasi status maupun
substansi pancasila sebagai ideologi, dasar negara dan sumber hukum.
3

Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara (Pembukaan UUD 1945)


Pengertian Filsafat Pancasila
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat
Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia.
Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai

dengan permintaan rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke
waktu.
Filsafat Pancasila Asli
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato Sukarno di
BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di Eropa, di mana
filsafat barat merupakan salah satu materi kuliah mereka. Pancasila terinspirasi konsep
humanisme, rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi
parlementer, dan nasionalisme.
Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955 sampai berakhirnya
kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan bahwa Pancasila
merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan
akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam). Menurut
Sukarno Ketuhanan adalah asli berasal dari Indonesia, Keadilan Soasial terinspirasi
dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak pernah menyinggung atau mempropagandakan
Persatuan.
Filsafat Pancasila versi Soeharto
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui filsuf-filsuf yang
disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya
dalam budaya Indonesia, sehingga menghasilkan Pancasila truly Indonesia. Semua sila
dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci (butirbutir Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat
Pancasila adalah truly Indonesia antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan,
Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary,
Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono.
Jika dibedakan anatara filsafat yang religius dan non religius, maka filsafat Pancasila
tergolong filsafat yang religius. Ini berarti bahwa filsafat Pancasila dalam hal
kebijaksanaan dan kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang berasal dari
Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan sekaligus mengakui keterbatasan
kemampuan manusia, termasuk kemampuan berpikirnya.
Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenran yang bermacam-macam dan
bertingkat-tingkat sebgai berikut:
1.

Kebenaran indra (pengetahuan biasa);

2.
3.
4.

Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan);


Kebenaran filosofis (filsafat);
Kebenaran religius (religi).

Tinjauan Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat. Marilah
kita peringatkan secara ringkas bahwa ajaran Pancasila itu dapat kita tinjau menurut ahli
filsafat ulung, yaitu Friedrich Hegel (1770-1831) bapak dari filsafat Evolusi Kebendaan
seperti diajarkan oleh Karl Marx (1818-1883) dan menurut tinjauan Evolusi Kehewanan
menurut Darwin Haeckel, serta juga bersangkut paut dengan filsafat kerohanian seperti
diajarkan oleh Immanuel Kant (1724-1804). Menurut Hegel hakikat filsafatnya ialah
suatu sintese pikiran yang lahir dari antitese pikiran. Dari pertentangan pikiran lahirlah
paduan pendapat yang harmonis. Dan ini adalah tepat. Begitu pula denga ajaran Pancasila
suatu sintese negara yang lahir dari antitese.
Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara Indonesia
Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Setiapa bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana
tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafata hidup).
Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan
yang dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalanpersoalan tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa
terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul,
baik persoalan-persoalan di dalam masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan
besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan
pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman
bagaimana ia memecahkan masalah-masalah polotik, ekonomi, sosial dan budaya yang
timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan
hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya.
Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat panjang, dengan
memberikan segala pengorbanan dan menahan segala macam penderitaan. Bangsa
Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang merupakan hasil
antara proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa
datang yang secara keseluruhan membentuk kepribadian sendiri.
Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni 1945 adalah di
kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka. Adapun dasar itu
haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan
negara Indonesa yang merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik
Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan
ekonomi, sosial dan budaya.

Gagasan Pokok dari materi diatas yaitu


Rumusan Pancasila terdapat dalam Piagam Jakarta. Pada 18 Agustus 1945 setelah Proklamasi
17 Agustus, Piagam Jakarta dijadikan Pembukaan UUD 45 dan rumusan Pancasila berubah, yaitu
sila pertama. Dalam Piagam Jakarta sila pertama dari dasar negara berbunyi, "Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya." Namun, pada rumusan 18 Agustus 1945
berubah menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa".
Piagam Jakarta adalah nama yang diberikan Mr Muhammad Yamin atas sebuah kesepakatan
yang berisi tentang teks tertulis yang isinya memuat rumusan dari hukum dasar negara Republik
Indonesia. Piagam ini dirumuskan oleh Panitia Sembilan (Panitia Kecil BPUPKI) pada tanggal
22 Juni 1945 di rumah Bung Karno (rumah itu telah dibongkar dan dijadikan kompleks
Monumen Proklamasi yang berada di Jl Pegangsaan Timur Jakarta).

Piagam Jakarta dibuat pada tanggal 10-16 Juli 1945, untuk mencapai kesepakatan sidang
berlangsung dengan penuh pro dan kontra yang melibatkan dua kelompok kebangsaan yakni
kelompok nasionalis dan kelompok Islam. Dalam piagam ini tertuang arah dan tujuan bernegera
serta memuat pula lima rumusan dasar negara (Pancasila).
Pada tanggal 29 April 1945 BPUPKI dibentuk sebagai pelaksanaan janji pemerintah pendudukan
Jepang untuk memberi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Dan ketika ingin membahas dasar
negara secara lebih serius BPUPKI membentuk tim kecil yang berisi sembilan tokoh yang
dianggap mewakili dua kelompok penting tersebut. Diantaranya adalah Ir Sukarno, Mohammad
Hatta, Mr AA Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, H Agus Salim, Mr
Achmad Subardjo, KH Wahid Hasyim, dan Mr Muhammad Yamin.. Pada sidang tersebut
berhasil membuat naskah pembukaan undang-undang dasar dan rumusan dasar negara meski ada
sedikit perbedaan, misalnya dengan apa yang dipidatokan oleh Sukarno pada 1 Juni 1945.
Dalam Piagam Jakarta itu terdapat rumusan sila pertama Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Rumusan ini pada
tanggal 18 Agustus 1945 berubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Kesepakatan ini terjadi
setelah adanya lobi dari Bung Hatta kepada kelompok Islam yang di pimpin oleh Ki Bagus
Hadikusumo karena ada utusan kelompok dari tokoh Indonesia timur yang "mengancam" akan
memisahkah diri dari Indonesia bila rumusan sila pertama dalam Piagam Jakarta tetap
menggunakan "kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya".
Pada awalnya Ki Bagus Hadikusumo menolak, bahkan dia merasa dikhianati. Namun, dia
kemudian berhasil dibujuk dengan mengingatkan adanya ancaman pemisahan diri dari beberapa
tokoh wilayah Indonesia timur tersebut, dengan nada yang berat Ki Bagus bisa menerimanya
dengan memberikan syarat dialah yang menentukan rumusan sila pertama Pancasila setelah tujuh
kalimat itu dihapus. Ki Bagus tidak memilih kata "ketuhanan" saja, tetapi menambahkannya
dengan "Yang Maha Esa" atau menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa".
Mengenai perubahan rumusan sila pertama Guru Besar Kajian Islam Universitas Paramadina
Prof DR Abdul Hadi WM mengatakan bahwa rumusan sila pertama Pancasila itu berasal dari
golongan nasionalis Islam. Pendapat yang sama juga dikatakan pakar hukum tata negara,
almarhum Dr Hazairin. Beliau berpendapat bahwa rumusan sila itu memang merupakan bukti

kelapangan

dada

tokoh-tokoh

Islam

seperti

tertuang

dalam

bukunya, Demokrasi

Pancasila (Jakarta 1970:58).


Menurut Hazairin, istilah tersebut hanya mungkin berasal dari kebijaksanaan dan iman orang
Indonesia yang beragama Islam. Ini dapat dikaitkan dengan pidato Mr Soepomo dalam sidang
BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945. Soepomo mengatakan bahwa "Indonesia tidak perlu
menjadi negara Islam, tetapi cukup menjadi negara yang memakai dasar moral yang luhur yang
dianjurkan oleh agama Islam. Dengan demikian pancasila tidak bertentangan ajaran Islam,
khususnya berkenaan dengan way of life (pandangan hidup) dan nilai-nilai.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia, Pancasila lahir 1
Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan
ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan
Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dan
kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah, Mr
Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno mengemukakan Pancasila itu sakti dan
selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama karena secara
intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti
dia menentang toleransi.
Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup fahamfaham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang positif tersebut
mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena silasila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan
pandangan hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak
oleh Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh
bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.
Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan berusaha
untuk berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia yang cinta akan
kemerdekaan. Dan yang keempat adalah, karena bangsa Indonesia yang sejati sangat cinta

kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila itu benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan
serta agamanya.
Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia
yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai,
menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan
proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik
golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa
adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai