Fasciolasis Dan Prefalensi
Fasciolasis Dan Prefalensi
PENDAHULUAN
Beternak dan pemeliharaan sapi perah
dalam
beberapa
tahun
terakhir
ini
menunjukkan perkembangan. Upaya ini
senantiasa didorong oleh pemerintah dalam
mengusahakan
pencapaian
pemenuhan
kebutuhan susu. Susu sapi digunakan untuk
kebutuhan konsumsi susu segar dan industri
makanan berbahan dasar susu seperti kue-kue,
karamel dan yoghurt dan lain-lain. Jumlah
populasi sapi perah secara nasional adalah
377.771 ekor sapi yang tersebar diberbagai
provinsi, umumnya terkonsentrasi di Sumatera
Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur
dan Sulawesi Selatan (DITJENNAK, 2007).
Namun masih diperlukan penambahan jumlah
populasi sapi seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk Indonesia.
Sentra peternakan sapi di dunia terdapat di
Negara
Skotlandia,
Inggris,
Denmark,
316
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020
D
C
Kudis (skabies)
Penyakit kulit ini meski jarang menyerang
sapi perah di Indonesia namun perlu
diwaspadai karena pada suatu saat dapat
mewabah. Penyakit kudis adalah infestasi
317
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020
318
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020
Fasciolosis
Fasciolosis
adalah
penyakit
yang
disebabkan oleh Fasciola gigantica dan
Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing
trematoda ini hidup di dalam saluran empedu,
berbentuk seperti daun, gepeng dorso-ventral.
Telur dan cacing F. gigantica lebih besar
ukurannya
dibandingkan
F.
hepatica.
Penularan melalui induk semang antara siput
Limnea rubigenosa. Cara penularannya melalui
terjadi ketika sapi meminum air atau memakan
rumput yang tercemar metaserkaria yang
merupakan perkembangbiakan dari telur.
Gejala klinis dalam bentuk akut sapi menderita
konstipasi dan kadang-kadang mencret, sapi
menjadi kurus dengan cepat, lemah dan
anemia. Dalam bentuk kronik terjadi penurun
produktivitas. Di dalam diagnosa penyakit ini
selain gejala klinis yang tampak perlu
dilakukan adalah peneguhan diagnosa dengan
pemeriksaan tinja untuk menemukan telur
fasciola dan memeriksa jumlah telur pergram
tinja dengan metoda Whitlock, selain itu dicari
pula metaserkaria pada sampel rumput. Sapi
dinyatakan telah terinfeksi fasciolosis bila
ditemukan telur fasciola sp pergram tinjanya
terhitung lebih dari 200 telur/sapi. Sebagai
pencegahan dilakukan pemotongan siklus
hidup
dengan
mollusida
(Natrium
pentachlorophenate, Cooper pentachlorophenate) dengan dosis 9 kg di dalam 3600 liter
untuk setiap hektarnya. Memberantas siput
secara biologik dapat dilakukan dengan
memelihara itik pemakan siput. Di dalam
pengendalian dapat dilakukan pengobatan 3
kali dalam setahun yaitu Permulaan,
pertengahan dan akhir musim hujan. Bila
daerah merumput mempunyai daerah bebas
siput yang luas barulah dapat dilaksanakan
sistem manajemen dengan baik. Ternak sapi
yang sakit diobati dengan fasciolasida
(Albendazol, Disophenol, Haloxon, ivermectine, Nitroxynil, Oxyclozanide) (CORWIN dan
RANDLE, 1993; GADBERRY et al., 2007; dan
MERIAL, 2008).
Ostertagiasis
Ostertagiasis adalah penyakit cacingan
yang disebabkan oleh Ostertagia spp
umumnya Ostertagia ostertagi. Cacing
nematoda ini menyerang saluran pencernaan
319
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020
320
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020
ANONIMUS.
2008e.
http://coralx.ufsm.br/
parasitologia/arquivospagina/Marcomastigo
phorahtm (542008).
CORWIN RM, and RANDLE RF. 1993. Common
Internal Parasites of cattle. University of
Missouri. Extension G2130.: 13.
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. 2007.
Populasi sapi perah. http://www.deptan.go.id/
infoeksekutif /nak/NAK07/Populasi%20Sapi
%20Perah.htm.(332008).
GADBERRY S, PENNINGTON J, and POWELL J. 2007.
Internal parasites in beef and dary cattle.
http://www. Extension internal Parasites in
beef and dairy.: 112 (2812008).
Gill C. 2006. Bullish on dairy, titillated by tilapia.
Food International : 4
GRAHN RA, BON DURANT RH, VAN HOOSEAR KA,
WALKER RL, and LYONS LA. 2005. An
improved moleculer assay for Trichomonas
foetus. Vet Parasitol :127:3947.
GIBBS HC. 1982. Gastrointestinal nematodiasis in
dairy cattle. J. Dair Sci 65: 21822188.
HIRUMA M. 2007. Trichophyton verrucosum. http://
www.pfdb.net/html/species/s61. htm.
KIRKPATRICK JG. 2007. Coccidiosis in cattle
osuextra.okstate.edu/pdfs/F-9129web.pdf1360k.
MERIAL. 2008. Dairy diseases information.
parasites.
http://www.
Us.Merial.com.
Producers. Dairy.Dis.: 14. (2812008).
DISKUSI
Pertanyaan:
Bagaimana keberadaan penyekit parasitic
dan mikotik pada sapi perah di Indonesia?
Prevalensi dan kejadian kasusnya?
Jawaban:
Penyakit parasitik dan mikotik pada sapi
perah ada di Indonesia, namun angka kerugian
yang terbaru belum didata. Demikian pula
dengan prevalensi. Menurut penulis data dari
Dirjen Peternakan belumlah akurat karena
ternak mudah berpindah, pengontrolan sulit,
kecuali yang ada di peternakan dengan
manajemen yang baik. Berikut ini ada
beberapa data penyakit dengan tahun pustaka
penulisan yang sudah tua.
Penyakit cacingan fasciolosis di Indonesia
pernah dicatat pada 1990 sebesar 513,6 milyar
rupiah per tahun dengan prevalensi 6090%.
(1991).
Prevalensi scabies pada tahun 2004 sebesar
0,021%. Kerugian tripanosomosis pada tahun
1985 sebesar 22.4 juta US.
Penyakit ringworm kerugian akibat lalat,
caplak ada, namun belum pernah dilaporkan
secara ekonomis dengan baik, penulis sendiri
pernah menemukan pada sapi atau peternakan
sapi.
321