09e02236 PDF
09e02236 PDF
TESIS
Oleh
RIKA MAYASARI ALAMSYAH
047012017/AKK
PA
K O LA
A S A R JA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam
Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
RIKA MAYASARI ALAMSYAH
047012017/AKK
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
Konsentrasi
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBIASAAN
MEROKOK
DAN
HUBUNGANNYA
DENGAN
STATUS
PENYAKIT
PERIODONTAL
REMAJA
DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
: Rika Mayasari Alamsyah
: 047012017
: Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
: Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
Konsentrasi
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
(Drs.Tukiman, M.Kes)
Anggota
Tanggal lulus :
Direktur,
21 Januari 2009
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK
DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS PENYAKIT PERIODONTAL
REMAJA DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
TESIS
Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau di terbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini disebutkan dalam daftar
pustaka.
Medan,
Januari 2009
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
ABSTRAK
Saat ini jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, dan
lebih setengah dari mereka adalah anak-anak dan remaja. Berdasarkan penelitian Haber
dkk (Johnson GK, Slach NA, 2001), penyakit periodontal yang ditemukan pada kelompok
umur 19-30 tahun, sebanyak 51% mempunyai kebiasaan merokok. Persentase remaja yang
berstatus pelajar SMA merokok di Medan yaitu sebesar 40% (Tarigan, Aditama TY, 1994).
Dalam kaitan itu ingin diketahui risikonya dalam penyakit periodontal.
Desain penelitian adalah studi cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok,
hubungan faktor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan prasarana serta alasan
psikologis dengan kebiasaan merokok dan hubungan antara kebiasaan perokok remaja
dengan status penyakit periodontal pada remaja yang berstatus pelajar SMA di Kota
Medan. Sampel adalah 408 remaja di Kota Medan, yang diambil secara stratifikasi
klaster 2 tingkat. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi, uji
statistik menggunakan uji chi-square dan t-test.
Hasil penelitian menunjukkan rasio prevalensi faktor pengetahuan bahaya rokok
terhadap kesehatan sebesar 2,22; pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan
mulut sebesar 1,58 dan zat berbahaya dalam rokok sebesar 1,48. Rasio prevalensi pengaruh
orang tua merokok sebesar 1,38; saudara serumah merokok 1,43; teman merokok 1,49 dan
iklan rokok 1,42. Semua faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja
di Kota Medan secara statistik memiliki hubungan yang signifikan dengan kebiasaan
merokok remaja. Status penyakit periodontal secara statistik memiliki hubungan yang
signifikan dengan kebiasaan merokok pada perokok remaja di Kota Medan.
Disarankan untuk melakukan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Medan atau
setempat untuk pemeriksaan gigi secara berkala ke sekolah khususnya SMA, sosialisasi
mengenai kebersihan gigi dan mulut, meningkatkan aspek pengetahuan remaja tentang
bahaya merokok bagi kesehatan gigi dan mulut, perlu dilakukannya pengawasan dan sanksi
dari pihak sekolah bagi remaja yang ketahuan merokok sehingga diharapkan mampu
mengurangi jumlah pengonsumsi rokok, terutama pada usia yang sangat muda serta
peningkatan komunikasi antara orang tua dan anaknya.
Kata Kunci
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
ABSTRACT
Nowdays, numbers of smokers in Indonesia increase every year, and more than half
of them are children and adolescenes. Haber et al study reported that 51% periodontal
disease was found on smokers at age 19-30 years. Percentage of adolescenes smokers with
status high school students in Medan is 40% (Tarigan, Aditama TY, 1994). Related to that
fact, this research was conducted to know its risk with periodontal disease.
This study was designed with cross sectional study, aimed to analyze the prevalence
ratio factors that influencing smoking habit, the relationship between knowledge, social
environment, infrastructure and tools and also psychological reason with smoking habit,
and the relationship between smoking habit with status of periodontal disease in senior
high school adolescenes in Medan city. Sample was 408 senior high school adolescenes
were taken stratifically in cluster grade two. Data collection were taken by interviewing
and observation, statistic test by using chi-square and t-test.
The results of this study showed that prevalence ratio of smoking hazard knowledge
on health 2,22; on dental health 1,58 and hazardous substance in cigarettes 1,48.
Prevalence ratio of smoking parents 1,38; smoking family members 1,43; smoking friends
1,49 and cigarettes advertisement 1,42. All factors influencing smoking habit statistically
have significant relationship with smoking habit of adolescenes. Status of periodontal
disease statistically have significant relationship with smoking habit.
It is suggested to make a relationship with district health office of Medan or in
every city for regular check of the teeth in schools specially the high schools, socialization
about the dental hygiene, increase of adolescenes knowledge about the danger of smoking
on dental health, school also need to control and give sanction for all adolescenes who
smoke at school, this may reduce the numbers of cigarette consumers especially for the
young age and it is needed to increased communication between parents and their children.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahrahim
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas berkat rahmat dan ridho yang
telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Tesis
dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan Hubungannya
dengan Status Penyakit Periodontal Remaja SMA di Kota Medan Tahun 2007.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian Tesis ini selain atas upaya penulis,
juga tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1.
Ibu Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa, B.MSc., Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
2.
Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS., Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak
memberikan dorongan dan semangat pada penulis dalam menyelesaikan penulisan
Tesis ini.
3.
Ibu Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM., Ketua Komisi Pembimbing, yang telah
banyak
memberikan dorongan,
semangat
dan
mengarahkan penulis
dalam
Bapak Drs. Tukiman, M.Kes., Anggota Komisi Pembimbing, yang telah banyak
memberikan dorongan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis
ini.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
5.
Ibu Harmona Daulay, S.Sos., MSi., Anggota Komisi Pembimbing, yang telah banyak
memberikan dorongan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis
ini.
6.
7.
Bapak Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp. Pros (K), Anggota Komisi
Pembanding.
8.
Seluruh dosen dan pegawai Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
9.
Kepala Sekolah SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Negeri 12, SMA Swasta
Harapan, SMA Swasta Angkasa 2 dan SMA Swasta Panca Budi beserta Staf yang
telah memberikan izin dan membantu penulis melaksanakan penelitian di SMA
tersebut.
Secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada
:
1.
Ayahanda Syamsir Alamsyah dan Ibunda Sriwaty, SH., M.Hum., yang telah berperan
sangat besar dalam mendidik dan membesarkan penulis.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
2.
Suami Indra Gunawan Tarigan, SE., yang selalu memberikan dorongan, kesabaran dan
kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.
Akhir kata izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala
Medan,
Januari 2009
Penulis
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
RIWAYAT HIDUP
Nama
Tempat/Tanggal Lahir
Alamat
Suami
Riwayat Pendidikan
1.
2.
3.
4.
Riwayat Pekerjaan
1.
Tahun 2005 sekarang, Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara, Departemen IKGP/KGM.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK. .
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
RIWAYAT HIDUP...
DAFTAR ISI..
DAFTAR TABEL..
DAFTAR GAMBAR.
DAFTAR LAMPIRAN..
i
ii
iii
vi
vii
x
xii
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN.
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1
6
6
7
7
BAB 2
BAB 3
Latar Belakang.........
Perumusan Masalah......
Tujuan Penelitian......
Hipotesa Penelitian...
Manfaat Penelitian....
TINJAUAN KEPUSTAKAAN..
2.1 Remaja..
2.1.1 Definisi Remaja dan Pembagian Batasan Usia Remaja..
2.1.2 Karakteristik Remaja...
2.2 Kebiasaan Merokok..
2.2.1 Kebiasaan Merokok pada Remaja dan Faktor yang
Mempengaruhinya...
2.2.2 Klasifikasi Perokok dan Jenis Rokok.....
2.3 Bahaya Rokok terhadap Kesehatan.....
2.4 Bahaya Rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut................
2.5 Indeks Oral Higiene dan Penyakit Periodontal........................
2.6 Landasan Teori........................................................................
2.7 Kerangka Konsep....................................................................
8
8
9
14
14
19
21
22
24
25
30
METODE PENELITIAN................................................................
31
31
31
31
31
32
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
3.4
3.5
3.6
3.7
BAB 4
BAB 5
32
32
34
35
38
41
HASIL PENELITIAN
43
43
PEMBAHASAN.
5.1 Rasio Prevalensi dan Hubungan Faktor - Faktor yang
Mempengaruhi Kebiasaan Merokok pada Remaja di Kota
Medan......
5.1.1 Rasio Prevalensi dan Hubungan Pengetahuan Remaja
di Kota Medan dengan Kebiasaan Merokok...
5.1.2 Rasio Prevalensi dan Hubungan Pengaruh Lingkungan
43
43
46
47
47
50
52
52
53
54
54
55
60
60
60
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
62
64
65
69
6.1 Kesimpulan...
6.2 Saran....
69
70
DAFTAR PUSTAKA..
73
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR TABEL
Nomor
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
Judul
Halaman
44
45
46
48
49
49
50
51
51
52
53
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
4.12
4.13
4.14
4.15
4.16
4.17
4.18
4.19
4.20
4.21
4.22
53
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2.1
25
2.2
27
2.7
30
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
Kuesioner....
76
2.
80
3.
81
4.
82
5.
83
6.
84
7.
100
8.
102
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
rokok yang
Dunia yang dikutip Depkes RI (2002), konsumsi rokok di Indonesia sekitar 6,6% dari
konsumsi rokok di seluruh dunia. Data WHO tahun 2002 menyebutkan Indonesia
mengkonsumsi rokok sebesar 215 miliar batang rokok, menduduki peringkat kelima di
dunia sesudah Cina (1.697,3 miliar batang), Amerika Serikat (463,5 miliar batang), Rusia
(375,0 milyar batang), dan Jepang (299,1 miliar batang) (Depkes, 2003). Saat ini jumlah
perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, walaupun pemerintah telah
banyak berupaya untuk terus menekan angka perokok dengan menaikkan bea cukai rokok
sampai membatasi iklan rokok di televisi hanya boleh ditayangkan setelah pukul sepuluh
malam (Purnama A, 1998).
Kebiasaan merokok yang muncul selama ini menyebabkan sekitar 500 juta orang
yang masih hidup akan dapat meninggal karena konsumsi rokok, dan lebih dari setengah
dari mereka adalah anak-anak dan remaja. Di Indonesia, perokok pemula adalah mereka
yang masih sangat muda. Perry dkk (1988) dalam Rochadi K (2004) berpendapat bahwa
perilaku merokok terbesar berawal pada masa remaja dan meningkat menjadi perokok tetap
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dalam kurun waktu beberapa tahun. Sejumlah studi menyebutkan bahwa para perokok
mulai merokok pada umur 11 dan 13 tahun serta 85 - 90% mulai merokok sebelum usia 18
tahun (Leventhal dkk, Dhuyvettere dalam Smet, 1994). Penelitian kebiasaan merokok pada
pelajar SLTA di Bandung menunjukkan 16,2% merokok sebelum usia 13 tahun dan
proporsi pelajar wanita yang merokok sebesar 2,6% (Kartasasmita dkk, dalam Lubis,
1994). Tarigan (1990) dalam Aditama TY (1994), melaporkan bahwa sekitar 40% murid
SMU di kota Medan adalah perokok dan kebiasaan merokok ini telah mereka mulai sejak
umur 9-12 tahun. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang
berintegrasi dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 menunjukkan hasil
bahwa anak mulai merokok sejak umur 10 tahun, dan pada umur 15 sampai 19 tahun
menduduki angka 60% sebagai perokok.
Perkataan remaja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu adolescence dan
berasal dari kata latin yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau perkembangan menuju
kematangan (Sebald, 1992 dalam Willis, 2005). Ini dapat dikatakan bahwa masa remaja
adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Di samping itu,
masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif. Namun, masa
remaja juga adalah masa yang amat baik untuk mengembangkan segala potensi positif yang
mereka miliki seperti bakat, kemampuan dan minat. Mnks, dkk (2001) dalam Sarwono
SW (2005), beranggapan bahwa usia remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun dan
terbagi atas tiga bagian, yaitu masa remaja awal antara 12-15 tahun, masa remaja
pertengahan
antara 15-18 tahun dan masa remaja akhir antara 18-21 tahun.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Rosen dkk (1990) dalam Rochadi K (2004) mengatakan bahwa remaja dengan
prestasi sekolah yang rendah atau kurang pendidikan dan hidup dalam kondisi dengan
ketertekanan membuat remaja merokok. Hu dkk (1989) dalam Santoso SS (1993)
menjelaskan latar belakang keluarga dan prestasi sekolah dapat menyebabkan seorang
remaja merokok. Faktor-faktor seperti tekanan kelompok sebaya, orang tua, saudara
kandung serta iklan rokok juga bisa menyebabkan remaja merokok. Banyaknya kegiatankegiatan remaja, seperti konser musik, pentas seni, seminar remaja dan lain-lain yang di
sponsori oleh rokok juga menjadi salah satu faktor penyebab remaja merokok. Dengan
gencarnya iklan dan banyaknya kegiatan remaja yang disponsori oleh rokok, hal ini
menyebabkan rasa ingin tahu remaja tentang rokok meningkat, sehingga trend merokok di
kalangan remaja juga meningkat.
Fleming dkk (1989) dalam Willis (2003), menegaskan bahwa seseorang yang
pernah merokok cenderung akan menggunakan obat-obat terlarang. Pandangan serupa
dijelaskan McKim (1991) dalam Santoso SS (1993), bahwa para perokok biasanya lebih
menyukai menggunakan obat-obat terlarang dibandingkan mereka yang tidak merokok.
Penelitian Youth Pulse III Surindo dalam Purnama A. (1998) menemukan 17,4% dari
responden yang pernah mencoba narkoba (narkotika dan obat terlarang), ternyata 45,1%
diantaranya adalah berstatus pernah merokok.
Rongga mulut merupakan bagian tubuh yang pertama kali terpapar langsung
dengan asap rokok. Merokok dapat menyebabkan terganggunya kesehatan gigi dan mulut
seperti: bau mulut, diskolorasi gigi, inflamasi kelenjar saliva, meningkatkan terjadinya
penumpukan plak dan tartar pada gigi yang lama kelamaan akan menjadi penyakit
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
seharusnya konsumsi rokok pada siswa SMA berkurang, tetapi tidak begitu pada
kenyataannya. Dalam kondisi di lapangan peneliti masih menjumpai banyak siswa SMA di
Kota Medan merokok bahkan di lingkungan sekolah dan pada jam sekolah.
Mengingat banyaknya bahaya merokok terhadap kesehatan dan khususnya
kesehatan gigi dan mulut yaitu status penyakit periodontal serta kecendrungan
bertambahnya persentase remaja yang merokok akibat gencarnya iklan rokok yang
ditayangkan baik melalui media cetak maupun media elektronik, dan dengan asumsi bahwa
siswa SMA merupakan bagian dari remaja yang dapat dijumpai secara berkelompok, serta
karena penyakit periodontal merupakan penyakit yang membutuhkan waktu untuk
berkembang, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dan hubungannya dengan status penyakit
periodontal pada siswa SMA di kota Medan. Alasan untuk memilih daerah ini adalah
karena remaja Kota Medan seringkali menjadi kelompok referensi (reference group) bagi
para remaja Sumatera Utara dan Medan merupakan ibu kota propinsi Sumatera Utara.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
serta alasan psikologis dengan kebiasaan merokok serta hubungan antara kebiasaan
merokok dengan status penyakit periodontal pada remaja di kota Medan, maka dapat
dijadikan bahan masukan untuk menyusun program kesehatan, berupa penyuluhan
bahaya merokok kepada remaja.
2. Sebagai bahan masukan bagi tenaga pendidik, khususnya tenaga pendidik SMA, dalam
hal pencegahan/pengawasan kebiasaan merokok.
3. Untuk
dalam
merencanakan kebijakan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Remaja
2.1.1. Definisi Remaja dan Pembagian Batasan Usia Remaja
Lerner dan Hultsch (1983)
perkembangan remaja adalah periode di antara rentang waktu di mana saat ia dianggap
masa anak-anak menuju ke masa dewasa. Remaja juga ditandai dengan perubahan fisik
dan perkembangan
cepat
juga
disertai bertambahnya
tuntutan masyarakat. Perkataan remaja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu
adolescence dan berasal dari kata Latin, adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa
atau perkembangan menuju kematangan (Sebald, 1992 dalam Rochadi K., 2004). Dalam
arti yang lebih luas lagi, remaja didefinisikan sebagai suatu periode antara masa kanakkanak menuju kedewasaan. Di masa remaja terjadi proses perubahan biologis, kognitif
dan sosioemosional (Sarwono SW,2005). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa dan dalam prosesnya terjadi perkembangan kematangan fisik, psikis dan sosial
serta bertambahnya tuntutan masyarakat. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang
rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif, seperti merokok, narkoba, kriminal dan kejahatan
seks.
Berbagai batasan usia dan pembagian masa remaja yang telah dikemukakan para
ahli. Stone dan Church (1973) membagi masa remaja menjadi remaja awal, remaja akhir
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dan dewasa muda. Remaja awal adalah suatu periode dari mulainya masa pubertas
hingga kurang lebih satu tahun sesudah pubertas yaitu pada saat pola fisiologis berfungsi
dengan stabil. Remaja akhir adalah periode sesudahnya dari remaja awal hingga usia
yang dibolehkan untuk ikut pemilu, menyetir kendaraan atau saat mulai masuk kuliah.
Dewasa muda
Menurut Hurlock (1980) secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu
awal masa remaja dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari
13 tahun hingga 16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16
tahun atau 17 tahun hingga usia 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Santrock
(2001) juga membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal dan masa
remaja akhir. Hanya saja, Santrock (2001) mengatakan usia remaja awal sekitar 10-13
tahun dan usia remaja akhir berkisar antara 18-22 tahun. Mnks, et.al (2001) beranggapan
bahwa usia remaja berada antara umur 12-21 tahun dan terbagi atas tiga bagian, yaitu
masa remaja awal antara 12-15 tahun, masa remaja pertengahan antara 15-18 tahun dan
masa remaja akhir antara 18-21 tahun.
2.1.2. Karakteristik Remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode
sebelum
memberi ruang dan waktu kepada seorang remaja untuk mencoba gaya hidup yang
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja akan seiring dengan perubahan sikap
dan perilaku. Ini berarti saat perubahan sifat berlangsung dengan cepat maka akan
terjadi juga perubahan sikap dan perilaku
(1980) menjelaskan ada beberapa perubahan yang pada umumnya terjadi pada masa
remaja, yaitu:
a. Peningkatan emosional, intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi. Peningkatan emosi lebih menonjol pada masa awal periode
masa remaja.
b. Perubahan fisiologis tubuh, perubahan pada proses pematangan seksual membuat
individu remaja menjadi tidak percaya diri terhadap kemampuan dan minat mereka.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c. Perubahan minat dan peran, perubahan yang diharapkan oleh lingkungan sosial dapat
menimbulkan masalah
ini akan terjadi terus hingga individu itu sendiri yang menyelesaikan menurut
keinginannya.
d. Perubahan terhadap nilai-nilai, beberapa nilai-nilai yang dianggap penting pada masa
sebelumnya
di masa remaja.
mulai
remaja, individu
menginginkan dan
menuntut kebebasan tetapi sering takut bertanggungjawab akan akibat yang terjadi.
4. Masa remaja sebagai masa bermasalah
Berbagai masalah yang terjadi di masa remaja sering menjadi masalah yang sulit
diatasi. Ada dua alasan yang menyebabkan hal ini terjadi, yaitu: (i) pada masa kanakkanak segala masalah diselesaikan oleh orang tua
remaja tidak mempunyai pengalaman terhadap masalah yang terjadi; (ii) para remaja
merasa telah mandiri sehingga menolak bantuan orang tua ataupun para guru dengan
alasan ingin
kegagalan yang seringkali disertai dengan akibat yang tragis. Kegagalan ini bukan
karena ketidakmampuan individu tetapi karena tuntutan yang diajukan pada remaja
terjadi di kala tenaganya telah dihabiskan untuk mengatasi masalah pokok yang
disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Identitas diri yang dicari remaja adalah usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan
apa peranannya dalam masyarakat. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian
diri dengan kelompok menjadi penting. Tiap penyimpangan dari standar kelompok
dapat mengancam keanggotaannya dalam kelompok. Lambat laun, individu remaja
mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan
teman-temannya dalam segala hal. Salah satu cara memunculkan identitas diri adalah
dengan menggunakan simbol status yang mudah terlihat seperti model pakaian, gaya,
jenis kendaraan dan lain-lain. Cara ini dimaksudkan agar menarik perhatian dan
dipandang oleh orang lain. Pada saat yang sama individu juga tetap mempertahankan
identitas dirinya sebagai anggota dari suatu kelompok sebaya.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Stereotip yang telah dibangun masyarakat dalam menggambarkan citra diri remaja,
lambat laun dianggap sebagai gambaran asli dan membuat para remaja membentuk
perilakunya sesuai gambaran tersebut. Ada anggapan bahwa masa remaja adalah
masa yang sangat bernilai, tetapi sangat disayangkan banyak yang menjadikannya
menjadi sesuatu yang bernilai negatif. Stereotip yang mengatakan remaja adalah anakanak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak
menyebabkan banyak kalangan dewasa takut bertanggungjawab dan bersikap tidak
simpatik terhadap perilaku remaja walaupun dilakukan dengan normal.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja melihat dirinya
dan bukan
sebagaimana adanya, terlebih lagi dalam hal cita-cita. Hal ini semakin menyebabkan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
meningginya emosi
terutama
tidak
akan
sakit hati dan kecewa apabila ada orang lain yang mengecewakannya dan ia tidak
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Cita-cita yang tidak realistik ini
bukan hanya
juga
keluarganya.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Remaja akan menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan
untuk menciptakan kesan bahwa mereka akan beranjak dewasa. Gaya berpakaian
dan bertindak seperti
mulai memusatkan pada perilaku yang dihubungkan pada status dewasa, seperti
merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang dan terlibat
dalam perbuatan seks.
2.2. Kebiasaan Merokok
2.2.1. Kebiasaan Merokok pada Remaja dan Faktor yang Mempengaruhinya
Pada umumnya penduduk Indonesia mulai mengkonsumsi rokok pada usia muda,
yaitu 41,5% pada usia 15-22 tahun; 31,0% pada usia 10-17 tahun dan 11% pada usia
dibawah 10 tahun (Suhardi, 1995). Penelitian Youth Pulse III oleh Lembaga Penelitian
Surindo yang dikutip Pratomo dkk (2001) dalam Rochadi K (2004) mengatakan merokok
sudah menjadi bagian dari gaya hidup remaja. Dari penelitian tersebut didapatkan 41,8%
remaja pria pernah merokok dan 26,7% remaja wanita merokok serta hampir setengahnya
kemudian menjadi perokok tetap. Terdapat hal yang cukup mengejutkan yang mana 19%
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dari seluruh responden berpendapat bahwa fenomena wanita merokok sudah merupakan
hal yang wajar. Hal ini berarti semakin mendorong terbukanya kesempatan pada remaja
wanita untuk merokok. Pada penelitian Youth Pulse III ini menyebutkan jenis rokok yang
diminati adalah rokok putih (48,3%) dan rokok kretek filter (37,3%).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai kebiasaan merokok.
Secara umum dapat dibagi dalam 3 bagian: 1) Faktor farmakologis, salah satu zat yang
terdapat dalam rokok adalah nikotin yang dapat mempengaruhi perasaan atau kebiasaan, 2)
Faktor sosial, yaitu jumlah teman yang merokok. Faktor psikososial dari merokok yang
dirasakan antara lain lebih diterima dalam lingkungan teman dan merasa lebih nyaman, 3)
Faktor psikologis, yakni merokok dapat dianggap meningkatkan konsentrasi atau hanya
sekedar untuk menikmati asap rokok. Disamping itu faktor lain yang dapat mempengaruhi
kebiasaan merokok adalah iklan. Iklan yang dilakukan oleh industri rokok mempunyai
kekuatan finansial yang sangat besar untuk membuat propaganda. Industri rokok dapat
memasuki kehidupan masyarakat dengan menjadi sponsor utama berbagai tayangan
olahraga di televisi, penyelenggaraan acara-acara musik di berbagai kampus seperti tema
A Mild Road To Campus yang banyak menarik perhatian kalangan remaja yang menjadi
salah satu objek sasaran iklan industri rokok, menawarkan beasiswa bagi pelajar
berprestasi. Sungguh suatu ironi yang tidak disadari atau tidak diacuhkan masyarakat
Indonesia. Iklan rokok biasanya berisi pemandangan yang menyajikan keindahan alam,
kebugaran, kesuksesan. padahal
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Menurut Silvan Tomkins (2000) dalam Mutadin Z (2007), ada 4 tipe perilaku
merokok berdasarkan Management of affect theory yaitu :
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh kebiasaan positif. Dengan merokok seseorang
merasakan penambahan rasa yang positif. Green menyatakan dalam Psychological
Factor in Smoking, menambahkan dua subtipe perilaku merokok :
a. Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang
sudah
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
1. Tahap persiapan
Tahap
ini
berlangsung saat
seorang
individu
belum pernah
merokok. Di
tahap ini terjadi pembentukan opini pada diri individu terhadap perilaku merokok. Hal
ini disebabkan adanya pengaruh perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok serta
citra yang diperoleh dari perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku merokok
diperoleh dari observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun
lewat berbagai media. Salah satu pengaruh lewat media adalah melalui berbagai iklan
yang berkaitan dengan rokok yang menggunakan para artis terkenal sebagai model,
sehingga rokok dianggap sesuatu yang berkaitan dengan keglamoran. Ada juga
anggapan merokok berkaitan dengan bentuk kedewasaan di kalangan remaja sehingga
diasumsikan sebagai bentuk untuk menunjukkan sikap kemandirian. Merokok juga
dianggap sebagai sesuatu yang prestise, simbol pemberontakan dan salah satu upaya
menenangkan diri dalam situasi yang menegangkan. Pembentukan opini dan sikap
terhadap rokok ini merupakan awal dari suatu kebiasaan merokok.
2. Tahap inisiasi
Merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap cobacoba dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga
ia akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok. Apabila seorang remaja
mulai mencoba merokok dengan 1-2 batang saja maka besar kemudian tidak akan
menjadi perokok. Akan tetapi apabila ia telah mencoba 10 batang atau lebih, maka ia
memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang perokok sebesar 80%. Leventhal dan
Cleary (1980) juga berpendapat seseorang yang telah merokok empat batang rokok
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
pada awalnya akan cenderung menjadi perokok reguler. Perokok reguler seringkali
terjadi secara perlahan dan kadangkala membutuhkan waktu satu tahun atau lebih.
3. Tahapan menjadi seorang perokok
Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai seorang
perokok dan ia mulai mengalami ketergantungan kepada rokok. Beberapa studi
menyebutkan bahwa biasanya dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi individu untuk
menjadi perokok reguler. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pembentukan konsep,
belajar tentang kapan dan bagaimana berperilaku merokok serta menyatakan peran
perokok pada konsep dirinya. Pada umumnya remaja percaya bahwa rokok berbahaya
bagi orang lain terutama bagi kesehatan orang tua tapi tidak bagi dirinya.
4. Tahapan tetap menjadi perokok
Di tahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi suatu pola
perilaku merokok. Faktor-faktor psikologis seperti kebiasaan, kecanduan, penurunan
kecemasan dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan, cara berteman dan
memperoleh penghargaan sosial, dan stimulasi. Ada dua faktor mekanisme biologis
yang memperoleh perhatian paling banyak dalam mempertahankan perilaku merokok,
yaitu efek penguat nikotin dan level nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
setiap hari atau lamanya kebiasaan merokok. Sweeting (1990) dalam Rochadi K (2004)
membagi perokok atas tiga kategori, yaitu : 1) bukan perokok (non smokers), adalah
seseorang yang belum pernah mencoba merokok sama sekali; 2) perokok eksperimen
(experimental smokers), adalah seseorang yang telah mencoba merokok tapi tidak
menjadikannya sebagai suatu kebiasaan; dan 3) perokok tetap atau perokok reguler
(regular smokers), adalah seseorang yang teratur merokok baik dalam hitungan mingguan
atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi. Sitepoe (2000) membagi perokok atas empat
bagian, yaitu : 1) perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 110 batang perhari; 2) perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara
11-20 batang perhari; 3) perokok berat, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih
dari 20 batang perhari; dan 4) perokok yang menghisap rokok dalam-dalam. Dari
penjelasan diatas, maka kebiasaan merokok dibagi atas perokok dan bukan perokok.
Perokok adalah seseorang yang merokok sedikitnya 1 batang per hari selama sekurangkurangnya 1 tahun. Jenis perokok dapat dibagi atas perokok ringan, perokok sedang dan
perokok berat. Perokok ringan jika menghisap rokok kurang dari 10 batang per hari,
perokok sedang jika menghisap rokok 10-20 batang per hari dan perokok berat jika
menghisap rokok lebih dari 20 batang per hari serta bukan perokok adalah seseorang yang
belum pernah mencoba rokok dan pernah mencoba tetapi tidak rutin merokok sebanyak 1
batang per hari selama 1 tahun (Mutadin, 2007).
Rokok umumnya terbagi menjadi 3 kelompok yaitu rokok putih, rokok kretek dan
cerutu. Rokok putih mempunyai kandungan 14-15 mg tar dan 5 mg nikotin dimana
kandungan tar dan nikotin tersebut lebih rendah dibanding rokok kretek dan hal ini
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dikontrol dengan baik/dijamin oleh pabriknya, karena kerendahan kadar tar dan nikotin ini
justru menjadi nilai jual bagi mereka berkaitan dengan isu kesehatan. Rokok kretek
memiliki sekitar 20 mg tar dan 4-5 mg nikotin, lebih besar kandungan tar dan nikotinnya
dari rokok putih. Cerutu umumnya berbentuk seperti kapal selam dengan ukuran lebih
besar dan panjang dari dua jenis rokok pertama, terdiri atas daun tembakau kering yang
digulung-gulung menjadi silinder gemuk, lalu dilem. Akibatnya kandungan tar dan nikotin
cerutu paling besar dibanding dengan jenis rokok lain (Purnama A, 1998).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
bayi sesudah lahir, kematian mendadak pada bayi dan gangguan kesehatan fisik maupun
intelektual anak yang akan bertumbuh; dan 8) gangguan kesehatan pada kulit sehingga
terjadi proses penuaan dini pada kulit berupa kulit tampak lebih kusam dan terjadi kerutan
kulit yang lebih dalam dan luas. Di samping itu, apabila terjadi kombinasi antara merokok
dengan tekanan psikologis, dapat meningkatkan status proksidan dalam tubuh.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Inflamasi gingiva
Inflamasi gingiva dan perdarahan merupakan awal terjadinya perodontitis. Gingiva
sehat berwarna merah muda dan keras, konturnya hampir normal. Bila disonde dengan
hati-hati, tidak berdarah dan pasien tidak mengeluh tentang perdarahan pada saat
menyikat gigi. Keparahan inflamasi tergantung pada status oral higiene, bila oral
higiene buruk akan timbul infeksi gingiva dan terjadi perdarahan waktu penyikatan
gigi atau bahkan perdarahan spontan.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
b.
Poket
Poket yaitu celah antara gigi dan gusi yang diartikan sebagai sulkus gingival yang
bertambah dalam secara patologis sulkus gingiva yang normal mempunyai kedalaman
2-3 mm. Pengukuran kedalaman poket merupakan bagian penting diagnosa
periodontitis. Bertambahnya kedalaman sulkus gingiva yang normal bisa disebabkan
oleh : 1) bergeraknya tepi gingival kearah koronal akibat adanya inflamasi gingiva, 2)
bergeraknya perlekatan epitel penyatu kearah apikal, dan 3) kombinasi keduanya.
Poket dengan kedalaman 4 mm menunjukkan adanya periodontitis tahap awal.
c.
Resesi gingiva
Resesi gingiva atau tersingkapnya akar dapat menyertai periodontitis kronis tetapi
tidak
selalu
merupakan
tanda
penyakit. Bila
ada
resesi, pengukuran
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dan lain sebagainya. Indeks pengukuran yang dipakai pada penelitian ini adalah Indeks
Penyakit Periodontal Ramfyord. Indeks ini dipakai untuk mengukur status penyakit
periodontal yang terdiri atas komponen: Indeks Periodontal, Plak dan Kalkulus.
Faktor
penguat
(reinforcing
factors)
Perilaku dan
cara hidup
Kesehatan
Peraturan
kebijakan
organisasi
Faktor
pemungkin
(enabling
factors)
Kualitas
hidup
Lingkungan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
positif, pengaruh perasaan negarif, adiktif, kebiasaan dan gengsi. Faktor reinforcing dalam
alasan remaja merokok adalah pengaruh lingkungan sosial seperti orang tua yang merokok,
saudara serumah yang merokok, teman yang merokok, iklan yang menampilkan tokohtokoh idola remaja. Faktor enabling
banyaknya rokok yang dijual bebas, tanpa membatasi usia pembeli rokok, kemampuan atau
biaya untuk membeli rokok dan lain-lain. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan remaja dapat dengan bebas memperoleh rokok dan menjadi perokok, maka
faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
Teori WHO dalam Notoatmodjo S (2003), juga menjelaskan 4 alasan pokok
mengapa seseorang berperilaku, yaitu :
a.
b.
Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personal
references).
Di dalam masyarakat, di mana sikap paternalistik masih kuat, maka perubahan
perilaku masyarakat tergantung pada perilaku acuan (referensi) yang pada umumnya
adalah para tokoh masyarakat setempat. Seseoarang yang merokok biasanya melihat
orang di lingkungannya merokok.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c.
d.
Sikap terhadap
perilaku
Evaluasi dari
hasil perilaku
Minat terhadap
perilaku
Perilaku
Kepercayaan
normatif
Motivasi untuk
mengikuti
Norma
subjektif
Gambar 2.2. menunjukkan bahwa perilaku seseorang terbentuk dari faktor adanya
minat terhadap perilaku tersebut. Minat ini dibentuk oleh sikap terhadap perilaku dan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
norma subjektif. Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh kepercayaan dari perilaku dan
evaluasi dari hasil perilaku, sedangkan norma subjektif dipengaruhi oleh kepercayaan
normatif dan motivasi untuk mengikuti perilaku tersebut. Seseorang percaya kebiasaan
merokok akan memberikan rasa kenikmatan dan kenyamanan serta merasa menjadi lebih
hebat. Norma atau nilai subjektif serta sikap dalam diri seseorang atau orang di sekitarnya
seperti orang tua yang merokok, saudara serumah yang merokok, teman yang merokok
serta iklan rokok dapat mempengaruhi minat seseorang untuk berperilaku.
Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari bakteri umumnya bakteri plak yang
memegang peranan penting dalam menentukan pembentukan kalkulus. Perlekatan kalkulus
dimulai dari pembentukan plak gigi. Dalam waktu beberapa menit setelah terdepositnya
pelikel, pelikel akan terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada
email tetapi biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada pelikel dan agregat bakteri dapat
menyelubungi glikoprotein saliva (Ohmori M. 1995). Asap rokok mempunyai efek
terhadap aliran saliva. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa aliran saliva akan
bertambah selama periode merokok. Pertambahan dari aliran saliva menambah pH dan
konsentrasi kalsium pada saliva yang juga menyebabkan pertambahan kalsium fosfat
sehingga dengan meningkatnya konsentrasi kalsium menyebabkan terjadinya mineralisasi
plak (Lubis S, 1999 dalam Kasim E, 2001). Perlekatan plak yang merupakan awal
terbentukya kalkulus, yang jumlahnya lebih besar dijumpai pada perokok akan
memperburuk status kebersihan mulut seorang individu, yang kemudian merupakan kofaktor terjadinya penyakit periodontal.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
2.7.
Kerangka Konsep
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kebiasaan merokok :
1.
2.
Pengetahuan remaja
- Bahaya merokok
terhadap kesehatan
- Bahaya merokok
terhadap kesehatan gigi
dan mulut
- Zat yang berbahaya yang
terkandung di dalam
rokok
Pengaruh lingkungan sosial
- Orang tua
- Saudara serumah
- Teman
- Iklan
Kebiasaan
Merokok :
Status Penyakit
Periodontal :
1.
1.
Tidak merokok
2.
Merokok
2.
Indeks periodontal
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yaitu penelitian non
eksperimental dalam rangka mempelajari korelasi antara variabel tergantung dan tidak
tergantung melalui pengujian hipotesa. Pada penelitian ini informasi mengenai merokok
diperoleh secara bersamaan dengan status penyakit periodontal.
3.2.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
3.3.
n
Keterangan ;
= 40%
Confidence level
= 95%
= 5% (dari 40%)
Z(1-)
= 1,96
Berdasarkan perhitungan dengan tingkat kemaknaan () 5% dengan confidence
level 95% diperoleh besar sampel minimal 369 (Lampiran 1). Jumlah ini ditambah 10%
untuk menghindari apabila ada data dari responden yang terpilih tidak lengkap sehingga
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
harus dikeluarkan saat akan dilakukan perhitungan secara statistik. Jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 408 sampel.
3.3.2.2.Cara Sampling
Remaja yang dimaksud pada penelitian ini adalah siswa SMA, karena dapat
dijumpai secara berkelompok hingga memudahkan untuk pengambilan sampel. Sampel
sekolah diambil secara stratifikasi klaster 2 tingkat. Tingkat pertama adalah strata
klasifikasi daerah yaitu berdasarkan
administratif kota Medan terdiri atas 21 kecamatan yang digolongkan lagi menjadi 2
golongan yaitu lingkar luar dan lingkar dalam. Lingkar luar terdiri atas 11 kecamatan yaitu:
Kecamatan Medan tuntungan, Selayang, Sunggal, Johor, Denai, Perjuangan, Amplas,
Tembung, Marelan, Labuhan dan Belawan. Lingkar dalam terdiri atas 10 kecamatan yaitu:
Kecamatan Medan Baru, Petisah, Barat, Helvetia, Polonia, Medan Area, Medan Kota,
Maimun, Medan Timur dan Medan Deli.
Tingkat kedua adalah klasifikasi SMA, sekolah yang berada di lingkar dalam terdiri
atas 104 SMA Negeri dan SMA Swasta sedangkan Sekolah yang berada di lingkar luar
terdiri atas 55 SMA Negeri dan Swasta. Perbandingan jumlah sekolah di lingkar dalam dan
luar adalah 2 : 1, oleh karena keterbatasan waktu dan tenaga serta biaya dari peneliti, maka
dipilih secara random 4 SMA dari golongan lingkar dalam dan 2 SMA dari golongan
lingkar luar. Empat SMA lingkar dalam terdiri atas 2 sekolah Negeri dan 2 sekolah Swasta
sedangkan dua SMA lingkar luar terdiri atas 1 sekolah Negeri dan 1 sekolah Swasta.
Jumlah SMA yang akan diteliti ada 6 SMA Negeri dan Swasta. SMA yang dipilih secara
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
random pada kecamatan lingkar dalam adalah SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Swasta
Harapan dan SMA Swasta Angkasa 2 Lanud, sedangkan SMA pada kecamatan lingkar luar
adalah SMA Negeri 12 dan SMA Swasta Panca Budi. Setiap sekolah jumlah sampel 68
orang siswa. Setiap SMA dibagi menurut strata kelas, pada setiap tingkatan kelas diambil 1
kelas secara random. Setiap tingkatan kelas diambil 23 orang siswa secara random untuk
menjadi sampel.
3.4.
mempengaruhi kebiasaan merokok dilakukan dengan cara wawancara dengan alat bantu
kuesioner yang telah di uji coba sebelumnya. Pemeriksaan status penyakit periodontal
dilakukan dengan pemeriksaan didalam mulut menggunakan bantuan kaca mulut dan probe
WHO dengan penerangan sinar matahari melalui jendela. Pengumpulan data dilapangan
dilakukan oleh peneliti dibantu 5 orang dokter gigi. Untuk menghindari terjadinya
kesalahan pengukuran maka kepada pengumpul data dilakukan pelatihan dan kalibrasi
sehingga diperoleh persepsi dan interpretasi yang sama dan konsisten.
Uji validitas dan reabilitas instrumen penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan
oleh peneliti dengan dibantu oleh tenaga dokter gigi. Pengujian validitas dan reabilitas
instrumen diperlukan untuk mendapatkan instrumen sebagai alat ukur yang dapat
mengukur dengan valid dan realibel dalam arti kesamaan data yang terkumpul dengan data
yang sesungguhnya pada objek yang diteliti. (Lampiran 5)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
3.5.
1.
2.
a.
1.
Bahaya
Bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut adalah jenis-jenis penyakit yang
dapat disebabkan oleh rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut.
3.
Zat berbahaya yang terkandung didalam rokok adalah zat-zat didalam rokok yang
dapat mengakibatkan penyakit bagi kesehatan maupun kesehatan gigi dan mulut.
b.
1.
Orang tua yang merokok adalah orang tua yang memiliki kebiasaan merokok.
2.
Saudara serumah yang merokok adalah saudara yang tinggal dalam satu rumah yang
memiliki kebiasaan merokok.
3.
4.
Iklan rokok adalah iklan yang menarik perhatian dan mendorong untuk akhirnya
menyebabkan seseorang memiliki kebiasaan merokok.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c.
1.
Sumber dana untuk membeli rokok adalah sumber dana yang digunakan remaja SMA
untuk membeli rokok.
2.
3.
Waktu merokok adalah waktu atau kapan responden melakukan aktivitas merokok.
d.
1.
2.
Pengaruh perasaan negatif adalah bahwa rokok dapat mengurangi perasaan negatif
seperti marah, gelisah atau kesal.
3.
Adiktif adalah perilaku merokok yang sudah menjadi kecanduan, orang tersebut akan
menambah dosis rokok setiap saat setelah efek rokok berkurang.
4.
Kebiasaan adalah bahwa rokok bukan untuk mengendalikan perasaan, tetapi karena
merokok sudah menjadi kebiasaan rutin.
5.
Gengsi adalah perasaan yang membuat seseorang merasa lebih hebat atau lebih tinggi
derajatnya bila merokok.
3. Kebiasaan merokok :
a.
seseorang
kriteria perokok.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
b.
Merokok adalah seseorang yang merokok sedikitnya 1 batang per hari selama
sekurang-kurangnya 1 tahun.
4.
a.
Indeks oral higiene adalah status kebersihan gigi dan mulut yang terdiri atas indeks
plak dan kalkulus.
b.
3.6.
Metode Pengukuran
Variabel
I.Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan
merokok
1. Pengetahuan remaja
1.1.Bahaya merokok terhadap kesehatan
1.2.Bahaya merokok terhadap kesehatan gigi
dan mulut
1.3.Zat berbahaya yang terkandung dalam rokok
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala
Wawancara
Kuesioner
Nominal
Wawancara
Kuesioner
Nominal
Wawancara
Kuesioner
Nominal
Kuesioner
Nominal
4. Alasan psikologis
4.1.Pengaruh perasaan positif
4.2.Pengaruh perasaan negatif
4.3.Adiktif
4.4.Kebiasaan
4.5.Gengsi
II. Kebiasaan merokok
1. Bukan perokok
Wawancara
Kuesioner
Nominal
2. Perokok
Wawancara
Kuesioner
Nominal
Observasi
Pemeriksaan
Ordinal
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
2. Indeks periodontal
Observasi
Pemeriksaan
Ordinal
Wawancara
Kuesioner
Nominal
2. Jenis perokok
Wawancara
Kuesioner
Nominal
3. Jenis rokok
Wawancara
Kuesioner
Nominal
Wawancara
Kuesioner
Nominal
4. Lama merokok
Indeks pengukuran status penyakit periodontal yang dipakai pada penelitian ini
adalah Indeks Penyakit Periodontal Ramfyord. Indeks ini dipakai untuk mengukur adanya
dan tingkat keparahan penyakit periodontal yang terdiri atas komponen: Indeks
Periodontal, Plak dan Kalkulus. Indeks ini pengukurannya mengkombinasikan penilaian
gingivitis dan kedalaman saku pada enam gigi indeks yang terpilih masing-masing 16, 21,
24, 36, 41, 44 karena ke enam gigi terpilih telah terbukti merupakan indikator yang dapat
diandalkan bagi keadaan seluruh mulut. Bila salah satu gigi ini hilang, gigi di sampingnya
(17, 11, 25, 37, 42, dan 45) dapat dipakai sebagai pengganti. Untuk pengukuran kedalam
saku digunakan prob periodontal (WHO) yang mempunyai kalibrasi dalam milimeter. Prob
yang digunakan mempunyai batas warna hitam 3-6mm. Semua pengukuran dibulatkan ke
milimeter terdekat. Pengukuran dilakukan pada: sisi vestibular di bagian tengahnya, sudut
mesio vestibular pada daerah kontak interproksimal, bagian tengah permukaan oral dan
sudut disto oral daerah kontak interproksimal. Pada waktu pengukuran pada sudut mesio
vestibular dan disto oral, prob dalam keadaan berkontak dengan gigi.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Kriteria
Tidak ada tanda-tanda peradangan
Perubahan peradangan ringan sampai sedang pada gingival, tapi belum
mengelilingi gigi
Gingivitis ringan sampai sedang yang sudah mengelilingi gigi
Gingivitis yang parah ditandai dengan warna merah, pembengkakan
gingival tendensi mudah berdarah dan ulserasi
Pembentukan saku kurang dari 3mm (warna hitam terlihat semuanya)
Pembentukan saku 3-6mm (warna hitam bagian atas diperbatasan)
Pembentukan saku lebih dari 6mm (warna hitam tidak terlihat sama sekali)
Jumlah skor
Indeks Periodontal = --------------------------------------Jumlah gigi yang diperiksa (6)
Sebelum indeks diperiksa, diteteskan 2 tetes pewarna kue warna rose pink untuk mewarnai
plak kemudian responden disuruh berkumur dengan air putih.
Indeks Plak PDI Ramfyord yang dimodifikasi oleh Shick dan Ash, 1959
Skor
0
1
2
3
Kriteria
Tidak ada plak
Adanya plak pada daerah interproksimal atau pada tepi gingival yang menutupi
kurang dari 1/3 separuh gingival permukaan vestibular dan oral gigi
Adanya plak yang menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 separuh gingival
permukaan vestibular dan oral gigi
Adanya plak menutupi 2/3 atau lebih separuh gingival permukaan vestibular atau
oral gigi
Indeks plak =
Jumlah skor
---------------------------------------Jumlah gigi yang diperiksa (6)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Kriteria
Tidak ada kalkulus
Adanya kalkulus supragingiva yang menutupi kurang dari 1/3 separuh
gingival
Adanya kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang
dari 2/3 separuh gingival dan kalkulus subgingival atau kalkulus
subgingival yang belum melingkari gigi
Adanya penumpukan kalkulus supragingival yang menutupi 2/3 atau lebih
separuh gingival dan subgingival yang sudah melingkari gigi
Jumlah skor
Indeks kalkulus = ------------------------------------------------Jumlah gigi yang diperiksa (6)
0 1,2
Sedang
1,3 3
Buruk
3,1 6
3.7.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c. Entry data, setelah proses koding dilakukan pemasukan data ke komputer dengan
menggunakan program komputer.
d. Cleaning, sebelum analisis data dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data
yang sudah masuk.
e. Analisis data dilakukan dengan uji statistik memakai bantuan program komputer.
Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Analisis data Univariat
Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
kebiasaan merokok dan kebiasaan merokok. Dari data ini diperoleh faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan merokok berdasarkan pengetahuan remaja, pengaruh
lingkungan sosial, sarana dan prasarana dan alasan psikologis serta prevalensi perokok,
persentase perokok berdasarkan jenis perokok, jenis rokok, lama merokok.
2. Analisis bivariat
Analisis statistik dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan merokok dengan perokok dan bukan perokok, uji statistik
yang dipakai adalah uji korelasi pearson Chi-Square. Apabila nilai probabilitas yang
diperoleh lebih kecil daripada = 0,05 maka hipotesis nol ditolak. Untuk melihat
hubungan antara kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal dipakai uji ttest.
Rumus dasar Chi-Square :
k ( fo fn )
X = ---------------i=1
fn
2
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
X1 - X2
T = -------------------------S1 2
S2 2
------ + ------n1
n2
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1.
administratif Kota Medan terbagi atas 2 wilayah yaitu wilayah lingkar luar yang terdiri atas
10 kecamatan dan lingkar dalam yang terdiri dari 11 kecamatan. Kota Medan memiliki 159
SMA, yang terdiri dari 21 SMA Negeri dan 138 SMA Swasta. Wilayah lingkar dalam
memiliki 104 SMA sedangkan wilayah lingkar luar memiliki 55 SMA. Jumlah remaja
SMA di Kota Medan adalah 117.038 orang (data Dinas Pendidikan Sumatera Utara 2006).
4.2.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
65% mengetahui rokok dapat menyebabkan gangguan kehamilan dan janin, hipertensi,
gangguan pernafasan, kanker, bronkhitis dan impoten (Tabel 4.1).
Tabel 4.1. Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan pada remaja di
Kota Medan Tahun 2007
Pengetahuan bahaya rokok terhadap
kesehatan
Serangan jantung
Gangguan kehamilan dan janin
Hipertensi
Gangguan pernafasan
Kanker
Bronkhitis
Impoten
Tahu
N
329
266
261
258
254
251
246
Tidak tahu
%
80,63
65,19
63,97
63,23
62,25
61,51
60,29
N
79
142
147
150
154
157
162
%
19,37
34,81
36,03
36,77
37,75
38,49
39,71
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.2. Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut
pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengetahuan bahaya rokok terhadap
kesehatan gigi dan mulut
Bau mulut yang tidak sedap
Stein/bercak hitam pada gigi
Kanker rongga mulut
Pendarahan pada gusi
Berkurangnya pengecapan lidah
Bercak putih pada lidah
Tahu
N
262
252
241
222
217
203
Tidak tahu
%
64,21
61,76
59,06
54,41
53,18
49,75
N
146
156
167
186
191
205
%
35,79
38,24
40,94
45,59
46,82
50,25
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengetahui zat berbahaya dalam rokok
adalah 67,64% dan yang tidak tahu 32,36%. Hasil analisis rasio prevalensi pengetahuan zat
berbahaya dalam rokok dengan kebiasaan merokok adalah 1,48, hal ini menunjukkan
bahwa orang yang mengetahui zat berbahaya dalam rokok mempunyai kebiasaan merokok
1,48 kali dibandingkan yang tidak tahu.
Persentase pengetahuan zat berbahaya dalam rokok pada remaja menunjukkan
67,64% responden mengetahui bahwa rokok mengandung nikotin dan tar, sedangkan
38,97-45,83% mengetahui rokok mengandung piridin, hidrogen sianida dan fenol (Tabel
4.3.).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.3. Persentase pengetahuan zat berbahaya dalam rokok pada remaja di Kota
Medan Tahun 2007
Zat berbahaya dalam rokok
Tahu
Nikotin
Tar
Fenol
Hidrogen Sianida
Piridin
N
276
276
187
173
159
Tidak tahu
%
67,64
67,64
45,83
42,40
38,97
N
132
132
221
235
249
%
32,36
32,36
54,17
57,60
61,03
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
mempunyai kebiasaan merokok 1.49 kali dibandingkan teman dekatnya yang tidak
merokok.
Remaja yang mengaku iklan rokok mempengaruhi kebiasaan merokok 62,99% dan
yang tidak 37,01%. Hasil analisis rasio prevalensi pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan
merokok adalah 1,42, hal ini menunjukkan bahwa responden yang mengaku iklan rokok
mempengaruhi kebiasaan merokok mempunyai kebiasaan merokok 1,42 kali dibandingkan
yang mengaku iklan rokok tidak mempengaruhinya.
4.3.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Kebiasaan Merokok
Merokok Tidak
Merokok
(%)
(%)
111
(33,73)
12
(15,18)
123
(30,14)
218
(66,27)
67
(84,82)
285
(69,86)
Jumlah
N
%
329
80,63
79
19,37
408
Hasil analisis
statistik
RP = 2,22
X =10,408
Df = 1
p = 0,001
100
Remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut
34,73% memiliki kebiasaan merokok, sedangkan yang tidak tahu bahaya merokok terhadap
kesehatan gigi dan mulut 21,91% merokok. Hasil analisis statistik menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden tentang bahaya rokok terhadap
kesehatan gigi dan mulut dengan kebiasaan merokok responden (p=0,007) (Tabel 4.5).
Tabel 4.5. Hubungan pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut
dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengetahuan
bahaya Rokok
terhadap Kesehatan
Gigi dan Mulut
Tahu
Tidak Tahu
Jumlah
Kebiasaan Merokok
Merokok Tidak
Merokok
(%)
91
(34,73)
32
(21,91)
123
(30,14)
(%)
171
(65,27)
114
(78,09)
285
(69,86)
Jumlah
%
262
64,21
146
35,79
408
100
Hasil analisis
statistik
RP = 1,58
X = 7,311
Df = 1
p = 0,007
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Remaja yang mengetahui zat berbahaya dalam rokok 33,69% memiliki kebiasaan
merokok, sedangkan yang tidak tahu zat berbahaya dalam rokok 22,72% merokok. Hasil
analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden
tentang zat berbahaya dalam rokok dengan kebiasaan merokok responden (p=0,028) (Tabel
4.6).
Tabel 4.6. Hubungan pengetahuan zat berbahaya dalam rokok dengan kebiasaan
merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengetahuan Zat
Berbahaya Dalam
Rokok
Tahu
Tidak Tahu
Jumlah
Kebiasaan
Merokok
Merokok
Tidak
Merokok
(%)
(%)
93
183
(33,69)
(66,31)
30
102
(22,72)
(77,28)
123
285
(30,14)
(69,86)
Jumlah
N
276
67,64
132
32,36
408
100
Hasil analisis
statistik
RP = 1,48
X = 5,101
Df = 1
p = 0,028
4.3.2. Hubungan faktor lingkungan sosial dengan kebiasaan merokok pada remaja
di Kota Medan
Responden yang orang tuanya merokok sebesar 35,79% memiliki kebiasaan
merokok, sedangkan responden yang orang tuanya tidak merokok persentase kebiasaan
merokok lebih rendah yaitu 25,86%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengaruh orang tua merokok dengan kebiasaan merokok
responden (p=0,038) (Tabel 4.7).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.7. Hubungan pengaruh orang tua merokok dengan kebiasaan merokok pada
remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengaruh
Orangtua
Merokok
Ada
Tidak Ada
Jumlah
Kebiasaan Merokok
Merokok Tidak
Merokok
(%)
(%)
63
113
(35,79)
(64,21)
60
172
(25,86)
(74,14)
123
285
(30,14)
(69,86)
Jumlah
%
176
43,13
232
56,87
408
100
Hasil analisis
statistik
RP = 1,38
X = 4,689
Df = 1
p = 0,038
Ada
Tidak Ada
Jumlah
Kebiasaan Merokok
Merokok Tidak
Merokok
(%)
58
(36,94)
65
(25,89)
123
(30,14)
(%)
99
(63,06)
186
(74,11)
285
(69,86)
Jumlah
%
157
38,48
251
61,52
408
100
dengan kebiasaan
Hasil analisis
statistik
RP = 1.43
X = 5,596
Df = 1
p = 0,02
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.9. Hubungan pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok pada
remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengaruh Teman
Merokok
Ada
Tidak Ada
Jumlah
Kebiasaan Merokok
Jumlah
Merokok Tidak
N
%
Merokok
(%)
(%)
81
149
230
56,37
(35,21)
(64,79)
42
136
178
43,63
(23,59)
(76,41)
123
285
408
100
(30,14)
(69,86)
Hasil analisis
statistik
RP = 1,49
X = 6,436
Df = 1
p = 0,012
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.10. Hubungan pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan merokok pada
remaja di Kota Medan Tahun 2007
Kebiasaan Merokok
Merokok Tidak
Merokok
(%)
(%)
87
170
(33,85)
(66,15)
36
115
(23,84)
(76,16)
123
285
(30,14)
(69,86)
Pengaruh Iklan
Rokok
Ada
Tidak Ada
Jumlah
4.4.
Jumlah
%
257
62,99
151
37,01
408
100
Hasil analisis
statistik
RP = 1,42
X = 4,527
Df = 1
p = 0,034
4.4.1. Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja di
Kota Medan
Rerata indeks oral higiene responden yang tidak merokok adalah 2,157 1,422,
sedangkan yang merokok reratanya lebih besar yaitu 2,742 1,893. Hasil uji statistik t-test
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara indeks oral higiene (IOH) responden
yang tidak merokok dengan responden yang merokok (p=0,001) (Tabel 4.11).
Tabel 4.11. Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja
di Kota Medan Tahun 2007
Kebiasaan
Rerata
SD
SE
Tidak
Merokok
285
2,157
1,422
8.42E-02
Merokok
123
1,893
0.171
2,742
Hasil analisis
statistik
t=-3,437
df=406
p=0,001
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.12. Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Periodontal pada remaja
di Kota Medan Tahun 2007
Variabel
Rerata
SD
SE
Hasil analisis
statistik
Tidak Merokok
285
0,617
0,689
4.084E-02
t=-5,905
Merokok
123
1,031
9.293E-02
df=406
1,132
p=0,000
4.4.3. Hubungan jenis perokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja di Kota
Medan
Responden yang termasuk kategori perokok ringan sebesar 49,11% memiliki indeks
oral higiene sedang, perokok sedang sebesar 55,61% memiliki indeks oral higiene buruk
dan perokok berat sebesar 50% memiliki indeks oral higiene buruk. Hasil uji statistik
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis perokok dengan indeks oral
higiene (p = 0,088) (Tabel 4.13)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.13. Hubungan jenis perokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja di
Kota Medan Tahun 2007
Jenis Perokok
Ringan
Baik (0-1,2)
n (%)
23 (20,89)
Sedang
1 (11,11)
Hasil
Analisis
Sedang (1,3-3) Berat (3,1-6)
Statistik
n (%)
n (%)
54 (49,11)
33 (30,00)
p = 0,088
3 (33,33)
5 (55,56)
Berat
2 (50,00)
2 (50,00)
4.4.4. Hubungan jenis perokok dengan Indeks Periodontal pada remaja di Kota
Medan
Responden yang termasuk kategori perokok ringan memiliki indeks periodontal
sebesar 1,098, perokok sedang sebesar 1,332 dan perokok berat sebesar 1,607. Hasil uji
statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis perokok dengan
indeks periodontal (p = 0,524) (Tabel 4.14)
Tabel 4.14. Hubungan jenis perokok dengan Indeks Periodontal pada remaja di Kota
Medan Tahun 2007
Jenis Perokok
Indeks Periodontal
Ringan
1,098 1,033
Sedang
1,332 0,950
Berat
1,607 1,234
4.5.
(merokok kurang dari 10 batang perhari); 7,31% perokok sedang (merokok 10-20 batang
perhari) dan 3,25% perokok berat (merokok lebih dari 20 batang perhari) (Tabel 4.15).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.15. Persentase jenis perokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun
2007
Jumlah batang rokok perhari dan jenis perokok
110
9
4
89,43
7,31
3,25
123
100
Jumlah
Tabel 4.16. Persentase jenis rokok yang dihisap perokok remaja di Kota Medan
Tahun 2007
Jenis rokok
Rokok putih
Kombinasi
Rokok kretek
Cerutu
Jumlah
N
87
19
16
1
123
%
70,73
15,44
13,00
0,81
100
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.17. Persentase lama merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun
2007
Lama merokok (tahun)
1
2
3
4
5
6
7
N
31
32
25
14
12
3
6
%
25,20
26,01
20,32
11,38
9,75
2,43
4,87
Jumlah
123
100
Persentase sumber biaya remaja untuk membeli rokok menunjukkan 49,59% dari
uang saku dari orang tua; 28,45% diberi teman dan 21,95% dari uang saku orang tua serta
diberi teman (Tabel 4.18).
Tabel 4.18. Persentase sumber biaya untuk membeli rokok pada perokok remaja di
Kota Medan Tahun 2007
Sumber biaya
Uang saku dari orang tua
Diberi teman
Uang saku dari orang tua dan diberi teman
N
61
35
27
%
49,59
28,45
21,95
Jumlah
123
100
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.19. Persentase tempat biasanya merokok pada perokok remaja di Kota
Medan Tahun 2007
Tempat merokok
Rumah
Sekolah
Mall
Les
Dimana saja
N
41
34
26
11
11
Jumlah
123
%
33,33
27,64
21,14
8,94
8,94
100
N
44
34
28
11
6
%
35,77
27,64
22,76
8,94
4,87
Jumlah
123
100
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.21. Persentase alasan psikologis merokok pada perokok remaja di Kota
Medan Tahun 2007
Alasan psikologis
Kebiasaan
Pengaruh positif
Gengsi
Pengaruh negatif
Adiktif
N
98
89
74
60
18
%
79,67
72,36
60,16
48,78
14,63
Tabel 4.22. Persentase penyebab pertama kali merokok pada perokok remaja di Kota
Medan Tahun 2007
Penyebab pertama kali merokok
40
32,52
27
21,95
Saudara merokok
26
21,14
Iklan rokok
17
13,82
Lupa
13
10,57
Jumlah
123
100
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1.
5.1.1. Rasio prevalensi dan hubungan pengetahuan remaja di Kota Medan dengan
kebiasaan merokok
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi remaja yang merokok adalah 30,14%.
Persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Tarigan dalam Aditama
TY (1994) yaitu sekitar 40% remaja di Medan adalah perokok. Hal ini mungkin
dikarenakan pada masa ini pengawasan dan peraturan di sekolah mengenai kebiasaan
merokok lebih ketat dan adanya razia yang dilakukan pihak sekolah.
Remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan persentasenya cukup
tinggi yaitu 80,63%. Hal ini mungkin berkaitan dengan adanya peraturan yang mewajibkan
iklan rokok di media cetak maupun elektronik serta di setiap bungkus rokok untuk
mecantumkan
bahaya
merokok
terhadap
kesehatan
termasuk
penyakit
yang
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Hal ini menunjukkan bahaya merokok yang diperhatikan remaja adalah serangan jantung,
ini mungkin karena remaja menganggap serangan jantung lebih fatal dari yang lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengetahui bahaya rokok terhadap
kesehatan gigi dan mulut adalah 64,21% (Tabel 4.2). Persentase ini lebih rendah
dibandingkan dengan pengetahuan remaja tentang bahaya rokok terhadap kesehatan, hal ini
mungkin dikarenakan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut tidak dicantumkan
pada setiap iklan rokok, yang mengakibatkan kurangnya sosialisasi tentang penyakit yang
diakibatkan rokok terhadap kesehtan gigi dan mulut. Sebanyak 64,21% mengetahui bahwa
rokok dapat menyebabkan bau mulut yang tidak sedap. Hal ini mungkin dikarenakan
adanya efek langsung yang dapat dirasakan oleh perokok dan yang bukan perokok.
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengetahui zat berbahaya dalam rokok
adalah 67,64%. Sebanyak 67,64% responden mengetahui rokok mengandung nikotin dan
tar, sedangkan yang mengetahui rokok mengandung piridin, hidrogen sianida dan fenol
adalah 38,97-45,83% (Tabel 4.3). Hal ini mungkin dikarenakan di setiap bungkus rokok
dicantumkan kadar tar dan nikotin rokok, sehingga remaja sudah sering mendengar tentang
kandungan tar dan nikotin dalam rokok.
Rasio prevalensi pengetahuan bahaya rokok responden terhadap kesehatan dengan
kebiasaan merokok adalah 2,2 (p=0,001); terhadap kesehatan gigi dan mulut 1,58
(p=0,007) dan kandungan zat berbahaya dalam rokok 1,48 (p=0,028). Data ini
menunjukkan bahwa remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan,
kesehatan gigi dan mulut serta zat berbahaya dalam rokok lebih banyak yang merokok
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
daripada yang tidak tahu. Hal ini tidak sesuai dengan teori WHO dalam Notoatmodjo
(2003) yang menjelaskan salah satu alasan pokok seseorang berperilaku adalah pemikiran
dan perasaan (thoughts and feeling) yang berarti seseorang yang merokok akan
mempertimbangkan untung rugi dan manfaat mereka merokok. Penjelasan mengapa remaja
tetap merokok sedangkan mereka tahu bahaya merokok karena bahaya merokok terhadap
kesehatan bukan merupakan sesuatu yang langsung dapat dilihat atau dirasakan, tetapi
merupakan akumulasi dari proses yang bertahun-tahun lamanya.
Bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut tidak dicantumkan dalam iklan
rokok, hal ini yang mungkin menyebabkan rasio prevalensi merokoknya lebih rendah yaitu
1,58 (p=0,007) dibandingkan dengan rasio prevalensi terhadap kesehatan yaitu 2,22
(p=0,001). Akibat merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut yang lebih mudah dan cepat
dirasakan perokok yaitu bau mulut yang tidak sedap dan stein/bercak hitam pada gigi.
5.1.2. Rasio prevalensi dan hubungan pengaruh lingkungan sosial remaja di Kota
Medan dengan kebiasaan merokok
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang orang tuanya merokok 35,79% memiliki
kebiasaan merokok (Tabel 4.7). Rasio prevalensi pengaruh orang tua merokok dengan
kebiasaan merokok adalah 1,38 dan secara statistik menunjukkan hubungan yang bermakna
(p=0,038). Hasil ini menunjukkan orang tua merupakan tokoh yang menjadi acuan remaja,
sesuai dengan teori Lawrence Green (1980) dalam Glanz K (2002), yang menyebutkan
salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah reinforcing factors
yang meliputi sikap dan perilaku tokoh yang menjadi acuan seperti orang tua.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
5.2.
1,422, sedangkan yang merokok reratanya lebih besar yaitu 2,742 1,893. Hasil statistik
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara IOH responden yang tidak merokok
dengan yang merokok. Hasil ini sesuai dengan penelitian Quee TC (2002) yang
menyatakan merokok dapat memperburuk status oral higiene seorang individu, yang juga
bertindak sebagai ko-faktor terjadinya gingivitis dan periodontitis. Akumulasi plak dalam
rongga mulut pada perokok juga lebih besar daripada yang bukan perokok.
Rerata indeks periodontal (IP) responden yang tidak merokok adalah 0,617 0,689,
hasil ini menunjukkan kondisi klinis responden yang tidak merokok dalam tingkatan
gigngivitis sederhana, sedangkan untuk responden yang merokok reratanya lebih besar
yaitu 1,132 1,031, menunjukkan kondisi klinis dalam tingkatan tahap awal penyakit
periodontal. Hasil statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara IP
responden yang tidak merokok dengan yang merokok. Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian Tomar dan Asma (1999) dari NHANES III yang menyatakan perokok yang
menghisap 9 batang rokok perhari kemungkinan untuk menderita periodontitis 2,8 kali
daripada yang tidak merokok. Ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lubis S
(1999) dalam Kasim E (2001) bahwa asap rokok mempunyai efek terhadap aliran saliva,
aliran saliva akan bertambah selama periode merokok. Pertambahan aliran saliva
menambah pH dan konsentrasi kalsium pada saliva yang juga menyebabkan pertambahan
kalsium fosfat sehingga dengan meningkatnya konsentrasi kalsium menyebabkan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
terjadinya mineralisasi plak. Perlekatan plak yang merupakan awal terbentukya kalkulus,
yang jumlahnya lebih besar dijumpai pada perokok akan memperburuk status kebersihan
mulut seorang individu, yang kemudian merupakan ko-faktor terjadinya penyakit
periodontal.
Secara persentase hubungan antara jenis perokok dengan indeks oral higiene dan
indeks periodontal menunjukkan kecendrungan peningkatan pada setiap jenis perokok,
tetapi secara statistik hubungan antara jenis perokok dengan indeks oral higiene dan indeks
periodontal tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hal ini mungkin dikarenakan
data pada perokok sedang dan berat sangat kecil yaitu sebesar 9 dan 4 orang, dibandingkan
dengan data perokok ringan yaitu sebesar 110 orang.
5.3.
perokok sedang dan 3,25% perokok berat. Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian
Rochadi K (2004) yang menyatakan 64,7% remaja SMU Negeri di 5 wilayah Jakarta
adalah perokok ringan, 18,2% perokok sedang dan 17,1% perokok berat. Hal ini mungkin
dikarenakan taraf ketergantungan terhadap rokok pada remaja SMA di Kota Medan masih
rendah, ini sesuai dengan persentase remaja yang baru memulai merokok selama 1-2 tahun
(25,20-26,01%).
Persentase jenis rokok yang dihisap perokok remaja menunjukkan 70,73% perokok
menghisap rokok putih, 15,44% menghisap rokok kombinasi (putih+kretek), 13,0%
menghisap rokok kretek dan 0,81% menghisap cerutu. Hasil ini juga berbeda dengan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
penelitian Rochadi K (2004), yang menyatakan 48,8% remaja SMU di 5 wilayah Jakarta
menghisap rokok kretek, 35,3% kombinasi dan 15,9% rokok putih. Hasil ini
menggambarkan perokok remaja di Kota Medan akan lebih sedikit terpapar racun rokok,
karena sebagaimana kita ketahui rokok kretek tidak memiliki filter yang dapat menyaring
racun yang dihisap seperti halnya rokok putih. Disamping itu, mungkin karena harga rokok
putih lebih murah daripada rokok kretek sehingga dapat terjangkau oleh remaja dan rokok
putih menawarkan rasa yang lebih bervariasi serta promosinya juga lebih gencar.
Persentase lama merokok pada perokok remaja, menunjukkan perokok yang
merokok 1,2 dan 3 tahun sebesar 20,32-26,01%. Hal ini berarti mereka memulai merokok
sekitar usia 12-15 tahun, ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suhardi (1995) yang
menyatakan pada umumnya penduduk Indonesia mulai mengkonsumsi rokok pada usia
muda, yaitu 41,5% pada usia 15-22 tahun. Dari hasil penelitian juga diperoleh ada yang
sudah merokok selama 7 tahun sebesar 4,87%, hal ini menggambarkan ada remaja yang
sudah memulai kebiasaan merokoknya sejak duduk di bangku SD.
Ini menunjukkan
bahwa begitu mudahnya anak-anak usia muda memperoleh rokok. Seharusnya pemerintah
dapat membatasi pembelian rokok hanya untuk orang yang sudah dewasa atau memiliki
KTP dan melarang pembelian rokok secara satuan, sehingga perokok usia muda dapat
dikurangi jumlahnya, mengingat efek yang disebabkan oleh rokok sangat berbahaya bagi
kesehatan.
Persentase sumber biaya untuk membeli rokok pada perokok remaja, menunjukkan
hampir separuh remaja (49,59%) memperoleh biaya untuk membeli rokok dari uang saku
dari orang tua. Hal ini dikarenakan remaja masih sepenuhnya mendapatkan uang dari orang
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
tua karena belum bekerja sendiri dan menjadi masukan bagi para orang tua untuk
mempertimbangkan jumlah uang saku anaknya.
Persentase tempat biasanya remaja merokok pada perokok remaja, menunjukkan
21,14-33,33% merokok di rumah, sekolah dan di mall. Persentase waktu biasanya remaja
merokok pada perokok remaja, menunjukkan 22,76-35,77% merokok pada waktu pulang
sekolah, sore hari dan jam sekolah. Hasil ini menunjukkan kurangnya pengawasan dari
orang tua dan guru tentang kebiasaan merokok remaja. Seharusnya pihak sekolah
menerapkan sanksi yang tegas terhadap muridnya yang kedapatan merokok, seperti
skorsing, sehingga dapat membuat efek jera kepada yang lainnya. Pemerintah Kota Medan
juga seharusnya dapat mengeluarkan peraturan daerah yang membatasi dan mengatur
tempat bagi para perokok untuk merokok di tempat umum seperti halnya yang dilakukan
oleh pemerintah daerah Jakarta dalam PERDA No.2/2006, sehingga diharapkan mampu
mengurangi persentase perokok remaja.
Persentase alasan psikologis remaja merokok menunjukkan 79,67% karena
kebiasaan, 72,36% pengaruh positif, 60,16% gengsi 48,78% pengaruh negatif dan 14,63%
karena adiktif. Hal ini mungkin dikarenakan remaja menganggap merokok sudah menjadi
kebiasaan rutin, misalnya saat berkumpul dengan teman dan merokok juga digunakan
untuk menambah kenikmatan seperti habis makan dan untuk menyenangkan perasaan.
Persentase penyebab pertama kali merokok pada remaja, menunjukkan 32,52%
karena teman yang merokok; 21,95% orang tua merokok; 21,14% saudara yang merokok;
13,82% karena iklan rokok dan 10,57% tidak ingat (lupa) penyebab pertama kali merokok.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Hasil ini menunjukkan pengaruh teman sangat besar pada remaja SMA, ini dikarenakan
sebagian besar waktu remaja dihabiskan bersama teman-temannya diluar rumah.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
6.2.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diberikan saran dan rekomendasi
sebagai berikut:
1. Untuk mencegah meningkatnya prevalensi merokok pada remaja dimasa mendatang
perlu penanganan dari Dinas Pendidikan Nasional yaitu :
a. Diharapkan dapat mensponsori kegiatan-kegiatan yang menunjang kampanye
anti rokok di sekolah seperti lomba karya tulis anti rokok, poster anti rokok atau
diikut sertakannya siswa dalam kegiatan hari anti rokok sedunia agar lebih
mendorong kesadaran siswa-siswa SMA akan bahaya rokok.
b.
bebas merokok.
2. Kebiasaan merokok dipengaruhi iklan rokok dengan demikian kepada Dinas
Perindustrian dan Perdagangan diharapkan dapat lebih memperketat peraturan
tentang iklan rokok seperti, jam tayang di televisi, tempat promosi, sasaran
promosi, cara promosi dan kegiatan-kegiatan yang di sponsori oleh rokok.
3. Kebiasaan merokok sudah sangat meluas di kalangan masyarakat, tidak hanya pada
remaja, maka untuk menanggulanginya melalui media cetak dan elektronik perlu
dikembangkan persepsi tentang buruknya kebiasaan merokok, sehingga terbentuk
imej kalau merokok merupakan kebiasaan yang buruk atau hanya dilakukan
masyarakat kelas rendah sehingga dengan sendirinya kebiasaan merokok dihindari
oleh masyarakat.
4. Untuk mencegah kebiasaan merokok yang dilakukan di sekolah :
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
a.
kebiasaan merokok siswa serta pemberian sanksi yang tegas bagi mereka yang
kedapatan merokok di lingkungan sekolah, sehingga diharapkan dapat membuat
efek jera bagi siswa yang lain.
b.
masalah yang sedang terjadi di kalangan remaja, misalnya seperti merokok dan
narkoba sehingga sesama remaja dapat bertukar pikiran menggunakan metode
pendidikan teman sebaya.
c.
dan mulut khususnya oleh guru orkes agar murid sekolah dapat mengurangi
konsumsi rokok.
5. Pembatasan kebiasaan merokok yang dilakukan oleh masyarakat juga perlu
dilakukan agar makin sempitnya kesempatan masyarakat untuk merokok, maka
kepada Pemerintah Daerah diharapkan dapat merumuskan dan mensahkan
peraturan daerah tentang tempat larangan merokok, sehingga dapat membatasi
orang-orang yang memiliki kebiasaan merokok agar tidak merokok di tempat
umum, sehingga diharapkan secara tidak langsung kebiasaan merokok dapat
dikurangi
6.
Sebagai tindakan preventif dan kuratif akibat dari kebiasaan merokok maka kepada
Dinas Kesehatan melalui jalur UKGS melakukan sosialisasi mengenai kebersihan
gigi dan mulut dan secara rutin melakukan pemeriksaan gigi secara berkala ke
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, TY., 1994. Rokok dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Paru. Jurnal Dokter
Keluarga Indonesia : 6 : 20 22.
Aditama, TY., 1996. Rokok dan Kesehatan. UI Press. 1 21.
Agtini MD., 1991. Epidemiologi dan Etiologi Penyakit Periodontal. Jurnal Cermin Dunia
Kedokteran: 72 : 41-44.
Arikunto, S., 2005. Manajemen Penelitian. Revisi Edisi , Jakarta : Rineka Cipta : 95 99.
Awartani F, Al-jasser N. 1999. The effect of Smoking on Periodontal Conditions Assessed
by CPITN. Odonto-Stomalogie Tropicale : 38-40.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2004. Sudut
Pandang Masyarakat mengenai Status, Cakupan, Ketanggapan dan Sistem
Pelayanan Kesehatan. SKRT. 2004 (3).
Bali Post. 2003. Bisakah Remaja Berhenti Merokok ?. Bali.
Collins, WJN., 1992. A Handbook for Dental Hygienists. London : Wright Bristol : 157
162.
Daliemunthe, S., 2001. Periodonsia. Medan: FKG USU.
Debnath, T., 2002. Ashoks Public Health and Prevemtive Dentistry. 2nd ed. India : AITBS
Publishers and Distributors (Regd.) : 78 90.
Glanz, K., et al. 2002. Health Behavior and Health Education. 3rd ed. Jossey-Bass A Wiley
Imprint : 150 155.
Jette, AL., 1993. Tobacco Use : S Modifiable Risk Factor for Dental Disease Among the
Elderly. American Journal of Public Health ; 83 (9) : 1271 1276.
Johnson GK., Slach NA., 2001. Impact of Tobacco Use on Periodontal Status. Journal of
Dental Education : 313 319
Kasim, E., 2001. Merokok sebagai Faktor Resiko terjadinya Penyakit Periodontal. Jurnal
Kedokteran Trisakti ; 914
Mutadin Z., 2007. Remaja dan Rokok. http://www.sekolahindonesia.com.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Natamiharja, L., 1999. Indeks Indeks Penyakit Periodontal, Medan : FKG USU.
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta: 13- 15
Ohmori, M., 1995. Study effect of Cigarette Smoking on the Peridontitis. Shigaku
Odontology : 3
Purnama, A., 1998. Sudah Saatnya Perang Melawan Rokok. Jurnal Kedokteran dan
Farmasi ; 3 : 197 198.
Pratiwi LN., 1997. Hubungan Kebiasaan Merokok terhadap Tingkat Kebersihan Mulut.
Kumpulan Naskah TIMNAS I Peringatan 70 tahun Pendidikan Dokter Gigi
Indonesia : 545-550.
Riyadina W. 1995. Pengaruh Paparan Rokok terhadap Kesehatan. Majalah Kesehatan
Masyarakat Indonesia ; 52 : 33-34.
Rochadi, K., 2004. Hubungan Konformitas dengan Perilaku Merokok pada Remaja
Sekolah SMU Negeri di 5 Wilayah DKI Jakarta. Disertasi Program Pascasarjana
Program Studi IKM UI.
Ruslan, G., 1995. Efek Merokok terhadap Rongga Mulut. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran
: 41 42.
Santoso, SS., 1993. Perilaku Remaja Berkaitan dengan Kebiasaan Merokok. Jurnal Cermin
Dunia Kedokteran. Jakarta ; 84 : 41- 46.
Sarwono, SW., 2005. Psikologi Remaja, Jakarta : Rajawali Pers.
Smet, B., 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia : 292
296.
Sugiyono., 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta : 104 134.
Suhardi., 1995. Perilaku Merokok di Indonesia menurut Susenas dan SKRT 1995. Jurnal
Cermin Dunia Kedokteran : 23-35.
Tomar, Asma, 1999. Smoking as Risk Factor for Periodontitis. Journal of Dentistry : 14.
Quee, TC., 2002. The Role of Tobacco Use in Peridontal Health. Ontario Dentist: 1-2
WHO., 2003. Oral Health. http://www.who.int/ncd/orh/index.htm. 29 May 2003.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Willis, S., 2005. Remaja dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta : 15, 158159.
Wilson, DF., 1992. Oral Disease in the Tropics. Adelaide Oxfard University Press : 105
109.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Lampiran 1
No. Kartu
Pedoman Wawancara
Nama
Sekolah
Kelas
Alamat
:
:
:
:
1. Jenis kelamin
a. Pria
1.
:
b. Wanita
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
4. Apakah anda mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut ?
a.
ya
b. Tidak
4.
Jawaban pertanyaan no.5, boleh lebih dari satu
5. Jika saudara menjawab pertanyaan no. 4 ya, maka :
Apa saja bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut yang anda ketahui ?
a.
Kanker rongga mulut
5.
b.
Bercak putih pada lidah/ mukosa mulut
c.
Bau mulut yang tidak sedap
d.
Berkurangnya rasa pengecapan lidah
e.
Perdarahan pada gusi
f.
Stein/ bercak/ warna kuning kecoklatan sampai hitam pada gigi
g.
Lain-lain, sebutkan .........................
6. Apakah anda mengetahui kandungan zat berbahaya di dalam rokok?
6.
a.
ya
b. tidak
Jawaban pertanyaan no.7, boleh lebih dari satu
7. Jika saudara menjawab pertanyaan no.6 ya, maka :
Apa saja kandungan dalam rokok yang menyebabkan rokok berbahaya bagi tubuh ?
a. Nikotin
b. Tar
7.
c. Piridin
d. Fenol
e. Hidrogen Sianida
f. Lain-lain, sebutkan...................
8. Apakah orang tua saudara merokok ?
a. Ya
b. Tidak
8.
9. Apakah saudara serumah anda ada merokok ?
a. Ya
b. Tidak
9.
10. Apakah teman-teman dekat anda merokok ?
a. Ya
b. Tidak
10.
11. Menurut saudara, apakah iklan rokok sangat menarik sehingga dapat
mempengaruhi saudara untuk mencoba merokok :
11.
a. Ya
b. Tidak
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
b. Tidak
b. SMP kelas.......
d. Dan lain-lain, sebutkan.........
b. Di rumah
d. Di tempat les
15.
16.
17.
18.
19.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
20.
16
21
24
44
41
36
B.
Pemeriksaan Indeks
Kalkulus
16
21
24
44
41
36
C.
Pemeriksaan Status
Periodontal
SP
SP
16
21
24
44
41
36
Skor kriteria
0 Tidak ada tanda-tanda peradangan
1 Perubahan peradangan ringan sampai sedang pada
gingiva, tetapi belum mengelilingi gigi
2 Gingivitis ringan sampai sedang yang sudah
mengelilingi gigi
3 Gingivitis yang parah ditandai dengan warna merah,
pembengkakan gingiva tendensi mudah berdarah dan
ulserasi
4 Pembentukan saku kurang dari 3mm (warna hitam
terlihat semua)
5 Pembentukan saku 3-6mm (warna hitam bagian atas
diperbatasan)
6 Pembentukan saku lebih dari 6mm (warna hitam tidak
terlihat sama sekali)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Lampiran 2
n =
Z2 1- P (1-P) / d2
Keterangan ;
Prakiraan proporsi populasi (P)
= 40%
Confidence level
= 95%
= 5% (dari 40%)
Z(1-)
= 1,96
Jadi :
n
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Lampiran 3
Daftar SMA yang berada di lingkar dalam :
1. SMUN 1 Medan
2. SMUN 2 Medan
3.SMUN 4 Medan
4. SMUN 5 Medan
5. SMUN 6 Medan
6. SMUN 7 Medan
7. SMU Sw Methodist
8. SMU Sw Kristen Imanuel
9. SMU Sw Alawiyah Al Itidiyah
10. SMU Sw Raksana
11. SMU Sw St. Thomas
12. SMU Sw Kristen I
13. SMU Sw Cahaya
14. SMU Sw GKPI Padang Bulan
15. SMU Sw Bahayangkari
16. SMU Sw Dharma Pancasila
17. SMU Sw Taman Siswa
18. SMU Sw Pelita
19. SMU Sw Yaspena 45
20. SMU Sw Bina Bersaudara
21. SMU Sw Angkasa Lanud
22. SMU Sw Laksamada Martadinata
23. SMU Sw Bina Karya
24. SMU Sw Sutomo 2
25. SMU Sw Kartika I
26. SMU Sw Kalam Kudus
27. SMU Sw Amir Hamzah
28. SMU Sw Darusalam
29. SMU Sw PGRI I
30. SMU Sw Petro
31. SMU Sw Teladan Cinta Damai
32. SMU Sw Karya Bakti
33. SMU Sw UISU
34. SMU Sw Timbul Jaya
35. SMU Sw Advent Air Bersih
36. SMU Sw Eria
37. SMU Sw Setia Budi Medan
38. SMU Sw St Antonius
39. SMU Sw YPK Medan
40. SMU Sw Al Ithihadiyah
41. SMU Sw Ksatria
42. SMU Sw Dwinama
43. SMU Sw Padamu Negeri
44. SMU Sw Sutomo I
45. SMU Sw Indonesia Membangun
46. SMU Sw Eklesia Medan
47. SMU Sw WR Supratman 1
48. SMU Sw WR Supratman 2
49. SMU Sw Muhamadiyah
50. SMU Sw Al-Ulum
51. SMU Sw Parulian
52. SMU Sw Nurul Islam Indonesia
53. SMU Sw Budi Murni
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Lampiran 4
Daftar SMA yang berada di lingkar luar :
1. SMA Sw Plus Muhammadiyah
2. SMA Sw Al Azhar
3. SMA Sw Riama
4. SMAN 3 Medan
5. SMA SwPulau Berayan Darat
6. SMA Sw Yos Sudarso
7. SMA Sw Dharmawangsa
8. SMA Sw Methodist
9. SMA Sw Suci Murni
10. SMA Sw Krakatau
11. SMA Sw Al Fatah
12. SMA Sw DR Sudirohusodo
13. SMA Sw Kristen
14. SMAN 13 Medan
15. SMA Sw Apipsu
16. SMA Sw Nasional Gultom
17. SMA Sw Budaya
18. SMA Sw Yapsi
19. SMA Sw Al Hilal
20. SMAN 8 Medan
21. SMA Sw Budi Utomo
22. SMA Sw HKBP Sidorame
23. SMA Sw Samuel Indonesia
24. SMAN 9 Medan
25. SMA Sw William Booth
26. SMA Sw Nurani Belawan
27. SMA Sw Katolik Budi Murni 3
28. SMAN 12 Medan
29. SMA Sw Kartika 2 Medan
30. SMA Sw Budi Luhur
31. SMA Sw Panca Budi
32. SMA Sw Al Wasliyah 1
33. SMA Sw Al Wasliyah 3
34. SMA Sw Kartanegara
35. SMA Sw Sriwijaya
36. SMA Sw Nurhasanah
37. SMA Sw Kebangsaan
38. SMA Sw Muhammadiyah
39. SMA Sw Sunggal
40. SMA Sw Mulia
41. SMA Sw Budi Sunggal
42. SMA Sw Brigjen Katamso
43. SMA Sw Supriyadi
44. SMA Sw Letjen Haryono
45. SMA Sw Mayjen Sutoyo
46. SMAN 16 Medan
47. SMA Sw Budi Agung
48. SMA Sw PGRI 12
49. SMA Sw Bina Taruna
50. SMA Sw Hangtuah Belawan
51. SMA Sw Katolik St. Yoseph
52. SMA Sw Palapa Medan
53. SMAN 19 Medan
54. SMAN 20 Medan
55. SMAN 21 Medan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status
Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.