Digital Anasthesia
Digital Anasthesia
Pembimbing :
dr. Bobby Swadharma Putra, Sp.BP-RE
Oleh:
Eduard, S.Ked
Ferina Nur Haqiqi, S.Ked
Hera Julia Garamina, S.Ked
67
Prosedur Kamar Operasi dan Anestesi untuk Bedah Tangan
Yvonne L.Karanas, M.D., and Vincent R.Hentz, M.D.
Stanford University Medical Center, Stanford, California, U.S.A.
I. KAMAR OPERASI
A. Persiapan
1. Maksimalkan penggunaan ruangan.
2. Sumber daya , listrik , dan alat hisap tetap harus diletakkan di sisi berlawanan dari tubuh
yang mengerjakan operasi untuk memungkinkan mudahnya melakukan intraoperative
fluoroscopy dan menggunakan mikroskop operasi .
B. Pembalutan
1. Balutan harus dapat memungkinkan dokter bedah untuk bisa mendapatkan akses penuh
pada seluruh ektremitas dan bisa memberikan kelueluasan untuk bergerak tanpa
menimbulkan kontaminasi.
2. Kami memilih untuk menggunakan sebuah stockinette untuk menutupi tangan sampai ke
turniket. Sebuah alas kemudian diletakkan di bawah dan atas dari ektremitas dan
melindungi stockinette. Hal ini membuat dapat dilakukannya ROM pada tangan tanpa
terjadi kontaminasi.
II. TURNIKET
A. Sejarah
1. Turniket ini diperkenalkan pada tahun 1718 oleh Jean Louis Petit untuk menggambarkan
suatu alat untuk menahan tekanan pada arteri tanpa memerlukan asisten. Kebutuhan
untuk visualisasi yang jelas dari struktur vital di tangan selama operasi telah
menyebabkan penggunaan rutin torniket.
2. Kebutuhan untuk visualisasi yang jelas dari struktur vital di tangan selama operasi telah
menyebabkan penggunaan rutin torniket.
B. Aplikasi
1. lengan ditutupi dengan kapas bantalan sebelum penempatan tourniquet tersebut.
2. Terapkan tourniquet dengan pas untuk meminimalkan risiko kebocoran manset
intraoperatif
3. Sebuah plastik ditempatkan di tepi distal dari manset untuk mencegah larutan pembersih
dari perembesan di bawah tourniquet, yang dapat mengakibatkan luka bakar kimia
4. Lengan yang sudah diikat dengan menggunakan perban karet Esmarch-Martin dan
torniket dapat dinaikkan.
5. Atau, lengan dapat diangkat dan arteri brakialis dapat di kompresi selama 3 menit
sebelum torniket dilepaskan. Lengan tidak boleh diikat pada pasien dengan keganasan,
sindrom kompartemen, luka injeksi tekanan tinggi atau infeksi untuk meminimalkan
resiko penyebaran penyakit.
C. Tekanan
1. Tekanan terendah yang diperlukan untuk menutup aliran arteri harus digunakan. Hal ini,
dilakukan untuk menghindarikelumpuhan setelah torniket dilepaskan (kelumpuhan post
torniket).
2. Tidak aturan yang diterima secara universal mengenai pengaturan tekanan. Biasanya
tekanan yang digunakan 50-75 mmHg selama tekanan darah sistolik cukup untuk daerah
yang kekurangan suplai aliran darah. Tekanan yang kami gunakan yaitu 250 mmHg pada
orang dewasa dan 200 mmHg pada anak-anak.
D. Waktu Penggunaan Torniket
1. Perhatian utama selama penggunaan torniket adalah cedera saraf akibat tekanan pada regio
tubuh yang terpasang manset torniket dan cedera otot akibat iskemia jaringan.
2. Batas waktu devinitif penggunaan torniket belum ditetapkan secara konklusif. Pedoman
umum yang paling diterima menganjurkan 2 jam waktu maksimum.
3. Jika torniket harus dipasang kembali untuk prosedur yang diperpanjang, torniket harus
dilepaskan selama 5 menit setiap 30 menit pemasangan (lepaskan torniket selama 20 menit
usai waktu penggunaan torniket, 2 jam sebelum pemasangan ulang torniket).
E. Komplikasi
1. Kelumpuhan post torniket: tekanan langsung di bawah torniket adalah sumber utama
kelumpuhan. kalibrasi dan monitoring manset torniket rutin diperlukan untuk menghindari
penggunaan tekanan yang berlebihan.
2. Sindrom kompartemen
3. Myopati
1. Interscalene
2. Subklavia
3. Aksilaris
: plexus ini dibius antara depan dan tengah otot scalene pada tingkat
kartilago krikoid.
: plexus ini dibiuspadaalur interscalene di tingkatarteri subklavia.
: Ini adalah teknik yang paling umum digunakan karenalebihbaikdan
memiliki insiden lebih rendah dari komplikasi.Pada tingkat aksilaris,
bentuk plexus brackialisberupa tali yang mengelilingi arteri aksilaris.
Selubung fascia yang mengelilingistruktur neurovaskular dapat
diidentifikasi
dengan
melintasi
arteri
aksilaris
atau
denganmemunculkan parestesia.Agen anestesi kemudian dapat
disampaikan ke ruang perineural. Saraf musculocutaneous dan
interkostal-brakialis harus dibiusterpisah.
Setiap digit dapat terbius oleh infiltrasi anestesi lokal di sekitar saraf digital.
Epinefrin harus dihindari di blok saraf digital karena efek vasokonstriksi nya
dapat mengakibatkan iskemia.
Jarum dapat ditempatkan ke dalam ruang dorsal ke arah volar sejauh 1 cm. Anestesi
kemudian dapat dimasukkan ke dalam daerah yang berdekatan dengan bifurkasi dari saraf
digital umum.
5. Saraf sensorik dorsal dapat dianastesi dengan menyuntikkan anestesi lokal pada dorsum
setiap digit individu.