Perceptor:
dr. Ade Yonata, M.Biomol, Sp.PD
Oleh:
Alyssa Fairudz Shiba, S.Ked
Devita Wulandari P, S.Ked
Eduard, S.Ked
Ferina Nur Haqiqi, S.Ked
Jose Adelina P, S.Ked
BAB I
PENDAHULUAN
Di
Amerika Serikat, setiap tahun pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat
(IGD) dengan sebab perdarahan saluran cerna atas. Sejak tahun 1945, angka
kematian di Amerika Serikat oleh sebab perdarahan saluran cerna atas mencapai 5
10 % dan tidak berubah hingga saat ini. (John, R.S., 2009)
Insidensi dari perdarahan saluran cerna bagian atas di Indonesia tidak jauh
berbeda daripada di negara maju lainnya, yaitu penderita perdarahan saluran cerna
bagian atas lebih banyak pada pria daripada wanita dan pada pasien dengan usia
lebih dari 60 tahun seperti yang dikemukakan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Ari F. Syam serta penelitan yang dilakukan oleh Nasrul Zubir.
Insidensi dari perdarahan saluran cerna bagian atas dua kali lebih sering pada pria
daripada pada wanita, dalam seluruh tingkatan usia; tetapi, jumlah angka kematian
tetap sama pada kedua jenis kelamin. Angka kematian meningkat pada usia yang
lebih tua (>60 tahun) pada pria dan wanita. (Caestecker, J.d., 2011)
BAB II
IDENTIFIKASI KASUS
I. STATUS PASIEN
A. IdentifikasiPasien
Nama lengkap
Umur
Status perkawinan
Pekerjaan
Alamat
Jeniskelamin
Sukubangsa
Agama
Pendidikan
MRS
No. MR
: Ny. SP
: 51 Tahun
: Menikah
: Swasta
: Natar, Lampung Selatan
: Perempuan
: Indonesia
: Islam
: Tidak Sekolah
: 27 Oktober 2016
: 480134
B. Anamnesis
Diambil dari autoanamnesis tanggal 27 Oktober 2016 pada pukul 21.30
WIB.
KeluhanUtama
Nyeri perut hebat yang tidak hilang-hilang sejak 4 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Cacar
(-)
Cacar Air
Difteri
(-)
(-)
BatukRejan
Campak
Influenza
Tonsilitis
Kholera
Malaria
Disentri
Hepatitis
(-)
Batu
Ginjal
(-)
(-)
/Sal. Kemih
Burut (Hernia)
PenyakitProsta
(-)
TifusAbdominal
(-)
t
Wasir
(-)
(-)
(-)
(-)
is
Skirofula
Sifilis
Gonore
Hipertensi
(-)
(-)
(-)
(-)
Diabetes
Alergi
Tumor
PenyakitPemb
(-)
DemamRem (-)
UlkusVentrikuli
(-)
uluhDarah
CRF
(-)
(-)
(-)
atikAkut
Pneumonia
Pleuritis
Tuberkulosi
UlkusDuodeni
Dispepsia
Batu Empedu
(-)
(-)
Operasi
Kecelakaan
(-)
(+)
(-)
s
C. RiwayatPenyakitKeluarga
Hubung
Umur Jenis
Keadaankesehata
Penyebab
an
Kakek
Nenek
Ayah
Ibu
Saudara
Anak
(th)
87
72
56
36
n
Meninggal
Meninggal
Meninggal
Meninggal
Sehat
Sehat
Meninggal
Tidaktahu
Tidaktahu
Tidak tahu
Tidak tahu
-
Kelamin
Ya
Tidak
Hubungan
Ginjal
Lambung
D. Riwayat Pribadi
- Pasien makan 2x / hari
- Makanan yang dikonsumsi bervariasi dan jarang makan daging-
dagingan
Pasien mengkonsumsi kopi sejak lama, dan mengkonsumsi obat
tinggal
Tidak ada riwayat kerja yang beresiko
E. Anamnesis Sistem
Catatan keluhan tambahan
positif
disamping
judul-judul
yang
bersangkutan.
Kulit(tidak ada keluhan)
(-)
(-)
Bisul
Kuku
(-)
(-)
Rambut
Kuning
(-)
/ (-)
Keringatmalam
Sianosis
Ikterus
(-)
Lain-lain
Trauma
(-)
(-)
Sinkop
(-)
seperti tertusuk-tusuk)
Nyeripada sinus
Radangkeringatmalam
(-)
(-)
Sekret
Kuning / Ikterus
(-)
(-)
Gangguanpenglihatan
Ketajamanpenglihatan
(-)
(-)
(-)
Tinitus
Gangguanpendengaran
Kehilanganpendengaran
(-)
(-)
(-)
Gejalapenyumbatan
Gangguanpenciuman
Pilek
(-)
(-)
(-)
Lidah
Gangguanpengecap
Stomatitis
Nyeri
Sekret
Trauma
Nyeri
Sekret
Epistaksis
Bibir
Gusi
Selaput
Nyeritenggorokan
(-)
Perubahansuara
(-)
Nyerileher
Benjolan
Nyeri dada
Berdebar
Ortopnoe
(-)
(-)
(-)
Sesaknafas
Batukdarah
Batuk
Rasa kembung
Mual
Muntah
Muntahdarah
Sukarmenelan
Nyeriperut, kolik
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(-)
Perutmembesar
Wasir
Mencret
Tinjaberdarah
Tinjaberwarnadempul
Tinjaberwarnakehitaman
Benjolan
Disuria
Stranguri
(-)
(-)
Kencingnanah
Kolik
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Poliuria
Polakisuria
Hematuria
Kencingbatu
Ngompol
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Oliguria
Anuria
Retensiurin
Kencingmenetes
Penyakitprostat
(tidakdisadari)
Katamenis(tidak ada keluhan)
(-)
(-)
Leukore
Lain-lain
(-)
(-)
Perdarahan
Haidterakhir
(-)
Jumlahdanlaman (-)
Menarche
(-)
Teratur
(-)
ya
Nyeri
Gejalaklimakte
(-)
Gangguanhaid
(+)
Pasca
(-)
rium
menopause
SarafdanOtot(tidak ada keluhan)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Anestesi
Parestesi
Ototlemah
Kejang
Afasia
Amnesis
Lain-lain
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Sukarmenggigit
Ataksia
Hipo/hiper-estesi
Pingsan
Kedutan (tick)
Pusing (Vertigo)
Gangguanbicara
(disartri)
Bengkak
Nyerisendi
Berat Badan
Berat badan rata-rata (Kg) : 55 Kg
Tinggi badan (cm)
: 160 cm
Berat badan sekarang (Kg) : 51 Kg
(Bilapasientidaktahudenganpasti)
Tetap ()
Turun ()
(-)
(-)
Deformitas
Sianosis
Naik ( )
F. RiwayatHidup
Tempatlahir : () di rumah () rumahbersalin
( ) Lain-lain
Ditolong oleh : () dokter
() bidan
( ) Lain-lain
() RS Bersalin
() dukun
RiwayatImunisasi
(-) Hepatitis (-) BCG
(-) campak
(-) DPT
(-) polio
(-) tetanus
RiwayatImunisasitidakdiketahuipasien
RiwayatMakanan
Frekwensi/hari
: 2 kali dalamsehari
Jumlah/hari
: 1 porsi/ makan
Variasi/hari
: bervariasi
Nafsumakan
: normal
Pendidikan
() SD
() SLTP
() SLTA
( ) Sekolah Kejuruan
() Akademi ( ) Kursus
(-) TidakSekolah
Kesulitan
Keuangan
Pekerjaan
Keluarga
Lain-lain
: tidak ada
: tidak ada
: tidakada
:-
G. PemeriksaanFisik
Pemeriksaan Umum
Tinggi badan
: 160 cm
Berat Badan
: 51 kg
Tekanandarah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 84x/menit, Regular, egual, isi cukup
Suhu
: 37,6oC
Pernafasan
: 20x/menit
Keadaan gizi
: 19,9 IMT : normal
Kesadaran
: compos mentis
Sianosis
: Tidakada
Edema umum
: Tidakada
Habitus
: Astenikus
Cara berjalan
: Normal
Mobilitas
: Aktif
Umur taksiran pemeriksa
: 60 tahun 0 bulan
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku wajar, alam perasan wajar dan proses fikir wajar.
H. Status Generalis
Kulit
Warna
Jaringan parut
Pertumbuhan rambut
Suhu Raba
Keringat
Lapisan lemak
Efloresensi
Pigmentasi
Pembuluh darah
Lembab/ Kering
Turgor
Ikterus
Edema
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Kuning Langsat
Tidak ada
Normal
Hangat
Tidakada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Dalambatas normal
Lembab
Normal
Ditemukan dikedua mata
Tidakditemukan
: Normal, wajar
: Hitam, ikal, tidak mudah dicabut,
Simetris muka
Pembuluh darah temporal
menyebar merata
: Simetris
: Tidakterlihat
Mata
Exopthalmus
:
Kelopak
:
Konjungtiva
:
Sklera
:
Lapang penglihatan :
Deviatio konjungtiva :
Enopthalmus
:
Lensa
:
Visus
:
Gerak mata
:
Tekanan bola mata :
Nistagmus
:
Leher
Tekanan JVP
Tidakada
Normal
Anemis +/+
Ikterik-/Normal
Tidak ada
Tidakada
Jernih
tidak dilakukan pemeriksaan
Normal
Normal
Tidak ada
: 5 -2 cmH2O
Kelenjar Tiroid
Kelenjar Limfe
: Tidak membesar
: Tidak teraba pembesaran
Dada
Bentuk
Pembuluh darah
Buah dada
: Simetris,normochest
: Normal
: Normal
Paru-Paru
Depan
Hemithoraks simetris
Belakang
Hemithoraks simetris kiri
Palpasi
(-),
Nyeritekan (-) , fremitus
Perkusi
vokalsimetris
Kiri sonor pada
vokal simetris
sonor pada seluruh lapang
Inspeksi
seluruh lapang
paru
paru
Kanansonor pada
Auskultasi
Kiri
Kanan
seluruh lapang
paru
paru
vesikuler (+),
Ronkhi
Wheezing (-).
(-),Wheezing(-)
vesikuler (+),
Wheezing (-)
Ronkhi
(-),Wheezing(-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pembuluh Darah
Arteri temporalis, karotis,brakhialis,radialis, femoralis poplitea, tibialis
posterior teraba.
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
tekan
Kiri
Normotonus
Normotonus
Eutrofi
Normal
Aktif
5
Eutrofi
Normal
Aktif
5
Otot
Tonus
Massa
Sendi
Gerakan
Kekuatan
:
:
:
:
:
:
:
Tidak
Tidak
Normotonus, eutrofi
Normal
Aktif
5
-/-
Refleks
Kanan
Kiri
(Refleks
lengan N (Refleks lengan bawah)
Bisep
Trisep
Patela
Achiles
Kremaster
Refleks
bawah)
N (Kontraksi trisep)
N
N (Plantar fleksi )
Tidak dilakukan
N
N (Kontraksi trisep)
N
N (Plantar fleksi)
Tidak dilakukan
N
kulit
Refleks
Tidak ada
Tidak ada
patologis
I. PemeriksaanPenunjang
DarahLengkap( 27 Oktober 2016 )
Hemoglobin : 6,4 gr/dL
Leukosit
: 4.350/uL
Eritrosit
: 2,3 juta/uL
Hematokrit : 33%
Trombosit
: 106.000/ uL
MCV
:MCH
:MCHC
:Hitung jenis
- Basofil
:0%
- Eosinofil : 0 %
- Batang
:0%
- Segmen
: 94 %
- Limfosit
: 13 %
- Monosit
:9%
- LED
: 35 mm/jam
DarahLengkap( 28 Oktober 2016 )
Hemoglobin : 7,1 gr/dL
Leukosit
: 9.810/uL
Eritrosit
: 2,8 juta/uL
Hematokrit : 22%
Trombosit
: 147.000/ uL
MCV
: 78 fL
MCH
: 25 pq
MCHC
: 32 g/dl
Hitung jenis
- Basofil
:0%
- Eosinofil : 0 %
- Batang
:0%
- Segmen
: 94 %
- Limfosit
:3%
- Monosit
:3%
- LED
: 35 mm/jam
Kimia Darah (28 Oktober 2016)
SGOT
: 57 (Normal : 6-30)
SGPT
: 36 (Normal 6-45)
Gula Darah sewaktu : 130 mg/dl
Ureum
: 36 (Normal : 13 43 )
Creatinine
: 1,50 (Normal : 0,55-1,02 )
Natrium
Kalium
Kalsium
Chlorida
J. Ringkasan
Pasien MRS dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan semakin
hebat sejak 4 hari yang lalu. Nyeri perut dirasa pasien sejak 1 tahun yang
lalu. Nyeri hebat dirasakan pada perut bagian tengah. Nyeri perut yang
dirasakan tidak hilang walaupun sudah makan dan minum obat. Nyeri
dirasa pasien seperti tertusuk-tusuk, dan dirasakan hilang timbul. Nyeri
perut juga dibarengi dengan perasaan mual, muntah (-). Pasien juga
mengeluhkan BAB cair yang berwarna hitam seperti kopi sejak 4 hari
yang lalu. Frekuensi >3x, pasien mengaku BAB sebanyak 1 gelas
belimbing tiap kali BAB. Semenjak pasien mengalami BAB hitam nyeri
perut dirasakan semakin hebat. Darah segar yang muncul saat BAB
disangkal, kesulitan BAK disangkal. Pasien mengeluhkan badan lemas
sejak 2 hari yang lalu.Penurunan nafsu makan disangkal. Pasien sudah 3x
dirawat di RSAM, dengan keluhan sakit perut. Akan tetapi BAB hitam
seperti kopi baru pertama kali dirasakan oleh pasien. Pasien menyangkal
adanya anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan
pasien. Dan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
keganasan. Pasien mengaku mengkonsumsi obat penghilang nyeri sejak
lama untuk penyakit Rhematik yang diderita sejak lama. Pasien tidak
memiliki darah tinggi atau kencing manis. Riwayat sakit kuning dan maag
disangkal. Pasien juga mengaku tidak merokok dan sering mengkonsumsi
alkohol, dan pola makan sehari-hari normal seperti biasa. Pasien sempat di
transfusi darah 1 kantong karena Hb rendah (4,7 mg/dl) di rumah sakit
sebelumnya, untuk mengurangi keluhan pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis,
tekanandarah 120/80 mmHg, nadi84x/menit, suhu aksila 37,6oC,
pernapasan 20 x/menit. Pada pemeriksaan kepala didapatkan konjungtiva
anemis +/+. Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan bentuk dada normal,
ekspansi dada sama, fremitus vokal sama, sonor/sonor, vesikuler +/+,
ronki -/-, wheezing -/-. Pada pemeriksaan fisik jantung didapatkan batas
kanan, kiri, atas jantung dalam batas normal, bunyi jantung I-II reguler.
Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan abdomen datar, nyeri tekan
positif di bagian epigastrium, umbilikus, dan lumbal sinistra, Shifting
dullnes (-).
Pada
pemeriksaan
penunjang
laboratorium
darah
lengkap
Gejala Klinik
-
Pemeriksaan Fisik
-
Pemeriksaan Penunjang
-
Hb : 6,4 mg/dl
Pemeriksaan Anjuran
-
L. RencanaPengelola
a. Non Farmakologi
- Tirah baring
- Edukasi
b. Farmakologi
- Observasi Vital Sign
- IVFD RL xx gtt/menit
- Inj. Asam tranexamat 500 mg/8jam
- Inj. Vitamin K /8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/12 jam
- Inj. Omeprazol 40 mg/12 jam
- Paracetamol tab. 500 mg (prn)
- Pasang Dower Catheter (catat I/O)
- Cek Hb serial (Transfusi PRC bila Hb <8 mg/dl)
M. Pencegahan
a. Mencegahkomplikasi
-
N. Prognosis
Quo at vitam
Quo at functionam
Quo at sanationam
: ad Bonam
: ad Bonam
:ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Melena
2.1.1
Definisi Melena
Melena adalah pengeluaran feses yang berwarna hitam seperti ter yang
2.1.2
Etiologi
1. Kelainan di esophagus.
a. Varises Esofagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan
pecahnya varises esofagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri
atau pedih di epigastrum. Pada umumnya sifat perdarahan
timbul spontan dan masif. Darah yang dimuntahkan berwarna
kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur
dengan asam lambung. (Djodjoningrat, 2011)
b. Karsinoma Esofagus
Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena
daripada hematemesis. Disamping mengeluh disfagia, badan
mengurus dan anemis, hanya sesekali penderita muntah darah
dan itupun tidak masif. Pada pemeriksaan endoskopi jelas
terlihat gmabaran karsinoma yang hampir menutup esofagus dan
mudah berdarah yang terletak di sepertiga bawah esofagus.
c. Sindroma Mallory Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntahmuntah hebat
yang pada akhirnya baru timbul perdarahan, misalnya pada
peminum alkohol atau pada hamil muda. Biasanya disebabkan
oleh karena terlalu sering muntah-muntah hebat dan terus
menerus. Bila penderita mengalami disfagia kemungkinan
disebabkan oleh karsinoma esophagus (Djojoningrat, 2011)
d. Esofagitis dan tukak Esofagus.
Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering
bersifat intermittem atau kronis dan biasanya ringan, sehingga
lebih sering timbul melena daripada hematemesis. Tukak di
esofagus
jarang
sekali
mengakibatkan
perdarahan
jika
2. Kelainan di Lambung
a. Gastritis Erisova Hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita
minum obat-obatan yang menyebabkan iritasi lambung.
Sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu hati. Perlu
ditanyakan
juga
apakah
penderita
sedang
atau
sering
b. Tukak Lambung.
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu
hati dan sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di
epigastrum yang berhubungan dengan makanan. Sesaat sebelum
timbul hematemesis karena rasa nyeri dan pedih dirasakan
semakin hebat. Setelah muntah darah rasa nyeri dan pedih
berkurang. Sifat hematemesis tidak begitu masif dan melena
lebih dominan dari hematemesis. (Djojoningrat, 2011)
c. Karsinoma Lambung.
Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat
jarang dan pada umumnya datang berobat sudah dalam fase
lanjut, dan sering mengeluh rasa pedih, nyeri di daerah ulu hati
sering mengeluh merasa lekas kenyang dan badan menjadi
lemah. Lebih sering mengeluh karena melena.
d. Ulkus peptikum
e. Tumor lambung jinak dan ganas
f. Pecahnya pembuluh darah yang sklerotik, TBC, divertikulum
sifilis, jaringan pankreas heterotropik, hernia hiatus esophagus,
benda asing, ulkus duodenum, tukak stress akut.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.2
Gastritis
2.2.1
Pengertian
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat
akut kronik, difus atau lokal. Gastritis merupakan gangguan kesehatan
yang paling sering dijumpai di klinik, karena diagnosisnya sering hanya
berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi. Pada sebagian
besar kasus, inflamasi mukosa gaster tidak berkorelasi dengan keluhan dan
gejala klinis pasien. Sebaliknya keluhan dan gejala klinis pasien
berkorelasi
2.2.2
positif
dengan
komplikasi
gastritis.
(Hirlan,
2009)
Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya
sebagai berikut :
Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan
digitalis.
Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini
merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum
alkohol, dan merokok (Hirlan, 2009).
2.2.3
Manifestasi klinik
1. Manifestasi klinik yang biasa muncul pada Gastritis Akut lainnya, yaitu
Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada
Hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia (Pratomo, 2011).
2. Gastritis Kronik
Proses Penyakit
Gastritis akut
Gastritis kronik
cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan
syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
2.
Gastritis Akut
Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis
H2 atau inhibitor pompa proton (Hirlan, 2009).
2.3.
Gastropati OAINS
2.3.1
Definisi
Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) adalah penyebab utama
morbiditas dan mortalitas penyakit gastrointestinal. Obat ini banyak
dipergunakan oleh pasien baik diperoleh melalui resep dokter maupun
membeli sendiri di toko-toko obat. Pemakaian obat anti inflamasi
nonsteroid ini dimulai dengan Aspirin sejak tahun 1899 dan sejak 2 dekade
terakhir ini pemakaian obat ini meningkat secara dramatik, hal ini
disebabkan oleh meningkatnya kelompok usia lanjut, pemasaran yang
agresif dari perusahaan farmasi serta indikasi penggunaan OAINS di
bidang kardiologi dan neurologi (Hirlan, 2009).
Di UK tiap tahun diperkirakan 30.000 gangguan gastrointestinal
yang serius diakibatkan oleh OAINS dan diperkirakan 12.000 pasien
terpaksa dirawat dirumah sakit dan menyebabkan 1.200 kematian. Di USA
diperkirakan lebih dari 40.000 penderita tiap tahun dirawat di rumah sakit
dan menyebabkan 3.000 kematian pada penderita lanjut usia yang
disebabkan oleh pemakaian OAINS. Diperkirakan OAINS menyebabkan
15-35% dari seluruh komplikasi ulkus.(Del J, 2005 dan (Aro dan
Storstrub, 2006)
Usia lanjut
2.3.2
Patofisiologi
Efek samping OAINS pada saluran cerna tidak terbatas pada
lambung. Efek samping pada lambung memang yang paling sering terjadi.
OAINS merusak mukosa lambung melalui 2 mekanisme, yakni tropical
dan sistemik. Kerusakan mukosa secara tropical terjadi karena OAINS
bersifat asam dan lipofilik, sehingga mempermudah trapping ion hydrogen
masuk ke dalam mukosa dan menimbulkan kerusakan. Efek sistemik
OAINS tampaknya lebih penting, yaitu kerusakan mukosa terjadi akibat
produksi prostaglandin menurun. OAINS secara bermakna menekan
prostaglandin. Seperti diketahui, prostaglandin merupakan substansi
sitoprotektif yang amat penting bagi mukosa lambung. Efek sitoproteksi
ini dilakukan dengan cara menjaga aliran darah mukosa, meningkatkan
sekresi mukosa dan ion bikarbonat, dan meningkatkan epithelial defense.
Aliran darah mukosa yang menurun menimbulkan adhesi netrofil pada
endotel pembuluh darah mukosa dan memacu lebih jauh proses
imunologis. Radikal bebas dan protease yang dilepaskan akibat proses
imunologis tersebut akan merusak mukosa lambung. (Del J, 2005 dan
Pratomo, 2011)
Pengelolaan
Evaluasi sangat penting karena sebagian besar gastropati OAINS
ringan dapat sembuh sendiri walaupun OAINS tetap diteruskan. Antagonis
reseptor H2 atau PPI dapat mengatasi rasa sakit dengan baik. Antagonis
2.4
Ulkus Peptikum
2.4.1
Definisi
2.4.1
Kerusakan
pada
mukosa
gastroduodenum
berpuncak
daripada
efek
OAINS/ASA yang
menghambat
kerja
dari
enzim
2.4.2
Pengelolaan
Tujuan
menyembuhkan/
terapi
adalah
memperbaiki
menghilangkan
kesembuhan
keluhan/
ulkus,
gejala,
mencegah
kekambuhan
ulkus.
Merokok
sebenarnya
tidak
SUBSALISILAT/BSS).
Mekanisme
belum
jelas,
RESEPTOR
Nizatidine),
H2/ARH2.
struktur
(Cimetidin,
homolog
dengan
Ranitidine,
histamin.
asam
lambung
dari
sel
kanalikuli,
menyebabkan
BAB III
ANALISA KASUS
dirasakan semakin hebat sejak 4 hari SMRS. Nyeri perut ringan sudah dirasakan
sejak 1 tahun yang lalu, dan terutama dirasakan di bagian tengah dan kiri. Nyeri
dirasakan seperti tertusuk dan hilang timbul disertai rasa mual. Selain keluhan
nyeri perut, pasien juga mengalami keluhan BAB hitam seperti kopi sejak 4 hari
yang lalu, dengan frekuensi >3x dan banyaknya bisa mencapai 1 gelas belimbing
tiap BAB. Pasien menyangkal adanya muntah, darah segar saat BAB, kesulitan
BAK, riwayat penyakit keganasan pada pasien dan keluarga pasien, pernah
mengalami sakit kuning. Berdasarkan riwayat pribadi, pasien menyangkal
mengkonsumsi alkohol
sering mengkonsumsi obat-obat pereda nyeri untuk nyeri rematik yang sering
dirasakan pasien tanpa resep dokter. Sebelum dibawa ke RSAM, pasien sempat
ditransfusi 2 kantong PRC karena Hb pasien yang rendah yaitu 4,7 mg/dl.
Pada pemeriksaan fisik saat pasien masuk pertama kali di bangsal, kesadaran
compos mentis, tekanandarah 120/80 mmHg, nadi84x/menit, suhu aksila 37,6oC,
pernapasan 20 x/menit. Pada pemeriksaan kepala didapatkan konjungtiva anemis
+/+. Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan bentuk dada normal, ekspansi dada
sama, fremitus vokal sama, sonor/sonor, vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-.
Pada pemeriksaan fisik jantung didapatkan batas kanan, kiri, atas jantung dalam
batas normal, bunyi jantung I-II reguler. Pada pemeriksaan fisik abdomen
didapatkan abdomen datar, nyeri tekan positif di bagian epigastrium, umbilikus,
dan lumbal sinistra, Shifting dullnes (-).
penyakit hati kronis. Dari anamnesa, diketahui pasien tidak pernah muntah darah,
tidak memiliki riwayat konsumsi alkohol atau riwayat penyakit kuning
sebelumnya, dan berdasarkan pemeriksaan fisik, pasien tidak memilki manifestasi
mengarah ke penyakit hati kronis seperti sklera ikterik, kulit ikterik, ascites,
hepatomegali, edema tungkai, alopesia sehingga diagnosa yang mengarah pada
kelainan seperti ruptur varises esofagus, sirosis hati dan kondisi kondisi hipertensi
porta dapat dihilangkan. Etiologi dapat berasal dari kelainan esofagus, kelainan
lambung, dan kelainan duodenum. (Longo,2009)
Kelainan lain yang dapat dipikirkan dapat berasal dari lambung dan duodenum.
Gastritis dapat berkaitan dengan konsumsi alkohol yang baru saja dilakukan atau
dengan penggunaan obat-obat antiinflamasi seperti aspirin atau ibuprofen. Pada
kasus ini mengarah pada kelainan di lambung yaitu adanya gastritis erosif atas
dasar riwayat kebiasaan pasien obat anti nyeri (NSAID) sejak 2 tahun yang lalu
tanpa anjuran maupun kontrol ke dokter. Obat NSAID adalah obat-obatan yang
paling sering menyebabkan ulkus lambung (ulcerogenic drugs). Obat lain yang
dapat menimbulkan hematemesis melena adalah golongan kortikosteroid,
butazolidin, reserpin, spironolakton, dan lain-lain.(Fadila, 2015 dan Almi, 2014)
Pada dasarnya tanpa pemeriksaan penunjang, sulit untuk membedakan manifestasi
klinis antara gastritis erosif, gastropati dan ulkus gaster. Gastritis adalah proses
inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara histopatologi
dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel- sel radang pada daerah tersebut.
Gastropati didefenisikan sebagai setiap kelainan yang terdapat pada mukosa
lambung. Gastropati menunjukkan suatu kondisi dimana terjadi kerusakan epitel
atau endotel tanpa inflamasi pada mukosa lambung. Istilah gastropati dibedakan
dengan gastritis, dimana gastritis menunjukkan suatu keadaan inflamasi yang
berhubungan dengan lesi pada mukosa lambung. Sedangkan pada ulkus gaster,
telah terjadi tukak pada lambung yaitu diskontinuitas mukosa yang meluas di
bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, submukosa hingga lapisan
otot dari saluran cerna yang langsung berhubungan dengan cairan lambung
dikenal sebagai pompa proton) secara selektif dalam sel-sel parietal. Enzim
pompa proton bekerja memecah KH+ ATP yang kemudian akan menghasilkan
energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam dari kanalikuli sel parietal ke
dalam lumen lambung. Ikatan antara bentuk aktif obat dengan gugus sulfhidril
dari enzim ini yang menyebabkan terjadinya penghambatan terhadap kerja enzim.
Kemudian dilanjutkan dengan terhentinya produksi asam lambung.(Almi, 2014
dan Fadila, 2015)
Pemberian asam traneksamat dan vitamin K pada kasus ini adalah untuk
membantu mengendalikan perdarahan saluran cerna. Mekanisme kerja asam
traneksamat adalah sebagai inhibitor fibrinolitik sintetik bentuk trans dari asam
karboksilat sikloheksana aminometil. Secara in vitro, asam traneksamat 10 kali
lebih poten dari asam aminokaproat. Asam traneksamat merupakan competitive
inhibitor dari aktivator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri
berperan menghancurkan fibrinogen, fibrin dan faktor pembekuan darah lain, oleh
karena itu asam traneksamat dapat digunakan untuk membantu mengatasi
perdarahan akibat fibrinolisis yang berlebihan.
Pemberian sukralfat pada kasus ini didasari mekanisme kerja sukralfat atau
aluminium sukrosa sulfat diperkirakan melibatkan ikatan selektif pada jaringan
ulkus yang nekrotik, dimana obat ini bekerja sebagai sawar terhadap asam, pepsin,
dan empedu. Obat ini mempunyai efek perlindungan terhadap mukosa termasuk
stimulasi prostaglandin mukosa. Selain itu, sukralfat dapat langsung mengabsorpsi
garam-garam empedu. Aktivitas ini nampaknya terletak didalam seluruh
kompleks molekul dan bukan hasil kerja ion aluminium saja. Obat ini juga
memerlukan pH asam untuk aktif sehingga tidak boleh diberikan bersama antasid
atau antagonis reseptor H2.9,10 Untuk analgetik diberikan paracetamol 3x500
mg (Almi, 2014).
Jika Hemoglobin (Hb) < 8 gr/dl atau perdarahan masif dan terdapat tanda tanda
kegagalan sirkulasi maka pasien dapat diberikan transfusi. Pada pasien ini
diberikan transfusi Packed Red Cell (PRC) sampai Hb > 10 gr/dl.
DAFTAR PUSTAKA
1. Akil Ham. 2009. Tukak Duodenum. Dalam: Sudoyo Aru, Alwi Idrus dkk
editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi V. Jakarta: Interna
Publishing
2. Almi DU. 2013. Hematemesis melena et causa gastritis erosif dengan
riwayat penggunaan NSAID pada pasien laki-laki lansia. Medula Vol 1
(1): 72-78
3. Syam AF. 2005. Uninvestigates Dyspepsia versus Investigated Dyspepsia.
The Journal of Internal Medicine, Jakarta.
4. Aro Pertti, Storstrubb Tom. 2006. Peptic ulcer disease in a general adult
population. USA: America Journal of Epidemiology; p. 3-8.
5.
6. Del John. 2005. Peptic ulcer disease and related disorders. In: Kasper DL,
Braunwald E, et al (eds). Harrisons principles of internal medicine 16th
editions. United States: McGraw-Hill Companies; p. 1746- 56.
7. Djojoningrat D. 2011. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
(Hematemesis Melena). Dalam: Rani A, Simandibrata M, Syam AF
(editor). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Interna Publishing
8. Fadila, MN. 2015. Hematemesis Melena dikarenakan Gastritis Erosif
dengan Anemia dan Riwayat Gout Atritis. Jurnal Kedokteran Unila Vol 4
(2)
9. Hirlan. 2009. Gastritis. Dalam: Sudoyo Aru, Alwi Idrus dkk editor. Buka
ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi V. Jakarta: InternaPublishing
10. Jubril, N., et al., 1992. Gambaran Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
di Bagian Penyakit Dalam RSU dr. Jamil, Padang. Dalam: Sriwidodo.
1992. Majalah Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: Grup PT Kalbe Farma,
26 28.
11. Jutabha, R., et al. 2003. Acute Upper Gastrointestinal Bleeding. Dalam:
Friedman, S.L., et al. Current Diagnosis & Treatment in Gastroenterology
2 ed. USA: McGraw-Hill Companies, 53 67.
12. John, R.S., 2009. Chapter 30: Acute Upper Gastrointestinal Bleeding.
Dalam: Greenberger, N.J., et al. Current Diagnosis & Treatment
Gastroenterology, Hepatology, & Endoscopy. USA: McGraw-Hill
Companies, 324 342.
13. Keshav S. 2004. The gastrointestinal system at a glance 1st ed. British:
Blackwell Science Ltd; 2004. p. 20-3; 72-3.
14. Longo DL. Gastrointestinal bleeding. Dalam: Fauci AS, Braunwald E,
Kasper DL, dkk. Harrisons manual of medicine. Edisi ke-17. New York:
McGraw Hill; 2009. hlm. 259-62.
15. Pratomo BW. 2011. Gastritis dan Gastropati. Dalam: Rani A, Simandibrata
M, Syam
AF (editor). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Interna Publishing
16. Price Sylvia, Wilson Lorraine. 2002. Gangguan lambung dan duodenum.
Dalam: Glenda Lindseth. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit Volume 6. Jakarta: EGC, hal. 423- 31.
17. Sanusi I. 2011. Tukak Lambung. Dalam: Rani A, Simandibrata M, Syam
AF (editor). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Interna Publishing
18. Tarigan Pengarapen. 2009. . Tukak gaster. Dalam: Sudoyo Aru, Alwi Idrus
dkk editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi V. Jakarta:
InternaPublishing;
19. Townsend CM, David R, Mark B, Mattox Kenneth. 2004. Sabiston
textbook of surgery 17th edition. Philadelphia: Elsevier Saunders