Hematochezia, Hemofilia A
Pembimbing:
dr. Suharno, Sp.PD - KGEH
Disusun Oleh:
Fatimah Nur Janah 1610221007
Ong Reaya Sany G4A015144
Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama : Sdr. A
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Status perkawinan : Belum menikah
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Cilongok 3/4
Tanggal Masuk RS : 16 Juli 2018
Tanggal Periksa : 18 Juli 2018
Anamnesis
Keluhan utama
BAB warna merah segar
Keluhan tambahan
Pusing, ada luka di dekat anus
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSMS dengan keluhan keluar BAB berwarna merah segar.
Keluhan dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk IGD. Konsistensi BAB menurut
pasien agak keras namun frekuensi dan jumlahnya normal. Pasien mengaku tidak
mengkonsumsi obat untuk mengurangi keluhan, namun karena dalam 1 hari
belum sembuh maka pasien memutuskan untuk berobat ke IGD mengingat
pasien memiliki riwayat hemofilia
Keluhan lain yang menyertai adalah terdapat sedikit luka di pinggir dubur. Pasien
mengatakan awalnya BABnya keras lalu duburnya terasa perih. Setelah itu pasien
mengatakan mulai keluar BAB warna merah segar. Pasien juga mengeluhkan
kepala terasa pusing.
Pasien mengatakan bahwa dia sering mengalami memar-memar tanpa pernah
terbentur sebelumnya. Selain itu pasien juga mengatakan bahwa jika dia terluka
dan berdarah maka darahnya membutuhkan waktu yang lama untuk berhenti.
Pasien mengatakan dia rutin kontrol ke poli penyakit dalam karena didiagnosa
mengalami hemofilia tipe A.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat kencing manis: disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat hemofilia : Diakui, rutin berobat
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat kencing manis: disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Anamnesis
Riwayat sosial dan exposure
Community
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk. Hubungan antara pasien dengan
keluarga dekat dan tetangga baik.
Home
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan satu adiknya.
Occupational
Pasien bekerja sebagai buruh.
Personal Habit
Pasien mengatakan sehari makan tiga kali dengan nasi dan lauk seadanya.
Pasien mengatakan jarang mengkonsumsi sayur karena tidak suka. Pasien juga
mengaku jarang berolahraga. Dalam sehari pasien biasanya hanya minum 1-2
gelas belimbing setiap makan dan jarang minum lagi di luar saat makan.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
Vital sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7 °C
Antropometri
TB : 153 cm
BB : 44 Kg
IMT : 18.79 (Normal)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Bentuk kepala : Mesocephal, simetris, tanda radang (-)
Rambut : Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut,
terdistribusi merata
Mata : Simetris, edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+)
normal isokor 3 mm
Telinga : Discharge (-/-), deformitas (-/-)
Hidung : Discharge (-/-), deformitas (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), lidah sianosis (-), atrofi papil lidah (-)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Pulmo
Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi interkostal (-), ketinggalan gerak (-)
Palpasi : Vokal fremitus hemitoraks kanan sama dengan hemitoraks kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), RBH (-/-), RBK (-/-), wheezing (-/-), ekspirasi memanjang (-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tak nampak, pulsasi epigastrium (-), pulsasi parasternal (-)
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicula sinistra dan kuat angkat
Perkusi : Batas atas kanan : SIC II LPSD
Batas atas kiri : SIC II LPSS
Batas bawah kanan : SIC IV LPSD
Batas bawah kiri : SIC V LMCS
Auskultasi : S1>S2 reguler, Gallop (-), Murmur (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, tes pekak alih (-), pekak sisi (-)
Palpasi : Supel, undulasi (-), nyeri tekan (+) regio suprapubik
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ren : Tidak teraba, nyeri ketok (-/-)
Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), sianosis (-/-), ikterik (-/-)
Inferior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), sianosis (-/-), ikterik (-/-)
DIAGNOSA
Hematochezia
Hemofilia A
Non-Farmakologi :
Diet tinggi serat
Rencana monitoring :
Pemantauan vital sign
Pemantauan tanda perdarahan
Pemantauan Harian
Pemantauan Harian
PROGNOSIS
Advitam : adBonam
Adfungsionam : ad Bonam
Adsanamtionam : Dubia ad Bonam
Definisi
Perdarahan akut
Perdarahan kronik-intermitten
Outlet type bleeding
terlihat darah selama atau sesudah defekasi pada kertas toilet atau handuk,
tapi tanpa gejala ataupun faktor resiko khusus untuk ca colorectal
Etiologi
Perdarahan akut
Sinkop
Syok
Perdarahan kronik
Anemia def.Fe
Palpitasi
Lemas
Anoreksia
Penegakan Diagnosa
Anamnesis
Beberapa petunjuk misalnya jika pasien mengaku :
Feses terbungkus darah, biasanya menandakan perdarahan akibat hemoroid.
Darah bercampur dengan feses, menandakan sumber perdarahan yang lebih proksimal.
Diare berdarah, terdapat tenesmus ani, biasanya merupakan gejala Irritable Bowel
Disease (IBD).
Diare berdarah, demam dan nyeri abdomen, biasanya adalah pasien dengan kolitis
Jika terdapat nyeri saat defekasi biasanya adalah hemoroid atau fissura anal.
Jika feses berubah ukurannya menjadi bentuk panjang seperti pensil disertai penurunan
berat badan biasanya adalah pasien kanker kolon.
Perdarahan yang terjadi tanpa disertai nyeri biasanya terjadi pada pasien penyakit
divertikular , AVM, atau proctitis
Penegakan Diagnosa
PF
cek tanda vital
Mata : ada tidaknya anemis
Turgor kulit menurun
Ekstremitas : akral dingin, ujung-ujung jari sianotik
Abdomen : teraba massa atau tidak, ukuran hepar, splenomegali
auskultasi : peristaltik usus menurun atau tidak
Colok dubur : darah (+/-), palpasi massa (+/-), identifikasi feses
Penegakan Diagnosa
Kolonoskopi
Flexible Sigmiodoskopi
Anoskopi
Barium Enema
Angiography
Tatalaksana
Hemofilia B -> jenis hemofilia yang umum ditemukan, keadaan terkait-X yang
disebabkan oleh kekurangan faktor koagulasi IX. Disebut juga chrismast disease.
Hemofilia B Leyden, bentuk peralihan defisiensi faktor koagulasi IX, tendensi
perdarahan menurun setelah pubertas.
Hemofilia disebabkan oleh factor gen atau keturunan. hemofilia A dan B, kedua gen
tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif terkait – X.
Hemofilia juga dapat disebabkan oleh mutasi gen
Penyebab hemofilia karena adanya defisiensi salah satu faktor yang diperlukan untuk
koagulasi darah akibat kekurangna faktor VIII atau XI
Hemofilia A disebabkan oleh defisiensi F VIII, sedangkan hemofilia B disebabkan
karena defisiensi F IX.
Faktor risiko pada penyakit hemofilia yaitu riwayat keluarga dari duapertiga anak-
anak yang terkena menunjukkan bentuk bawaaan resesif terkait-x.
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII terjadi pada 1 dari 5000 laki-laki. Hemofilia B
( defisiensi faktor IX) terjadi pada seperlimanya.
MANIFESTASI KLINIS
Perdarahan berlebihan secara spontan setelah luka ringan,
Pembengkakan, nyeri, dan kelainan-kelainan degeneratife pada sendi, serta
keterbatasan gerak.
Hematuria spontan dan perdarahan gastrointestinal juga
kecacatan terjadi akibat kerusakan sendi
Hemofilia ringan perdarahan spontan jarang terjadi dan perdarahan terjadi
setelah trauma berat atau operasi
Hemofilia sedang, perdarahan spontan dapat terjadi atau dengan trauma ringan.
Hemofilia berat perdarahan spontan sering terjadi dengan perdarahan ke dalam
sendi, otot dan organ dalam. Perdarahan sudah mulai terjadi pada usia di bawah
1 tahun
Berat Sedang Ringan
Aktivitas F VIII/FIX <0.01 (<1) 0,01-0,05 (1-5) >0,05 (>5)
U/ml (%)
Frek Hemofilia A (%) 70 15 15
Frek Hemofilia B (%) 50 30 20
Hubungan
aktivitas F VIII
Usia Awitan <1 tahun 1-2 tahun >2 tahun
Gejala neonates Sering PCB Kejadian Sering PCB Jarang Tak pernah PCB
ICB ICB Jarang sekali ICB dan F IX dengan
Perdarahan otot/sendi Tanpa trauma Trauma ringan Trauma cukup kuat
manifestasi klinis
Perdarahan SSP Resiko tinggi Resiko sedang Jarang perdarahan.
Perdarahan post op Sering dan fatal Butuh bebat Pada operasi besar
Terapi Suportif
Melakukan pencegahan baik menghindari luka atau benturan
Merencanakan suatu tindakan operasi serta mempertahankan kadar
aktivitas faktor pembekuan sekitar 30-50%
Lakukan Rest, Ice, Compressio, Elevation (RICE) pada lokasi perdarahan
untuk mengatasi perdarahan akut yang terjadi.
Kortikosteroid, untuk menghilangkan proses inflamasi pada sinovitis akut
yang terjadi setelah serangan akut hemartrosis
Analgetik, diindikasikan pada pasien hemartrosis dengan nyeri hebat,
hindari analgetik yang mengganggu agregasi trombosit
Rehabilitasi medik : latihan pasif/aktif, terapi dingin dan panas,
penggunaan ortosis, terapi psikososial dan terapi rekreasi serta edukasi.
Terapi Pengganti Faktor Pembekuan (memberikan F VIII atau F IX rekombinan,
kosentrat) Untuk profilaktif/mengatasi episode perdarahan.
Terapi lainnya
Pemberian DDAVP (desmopresin) pada pasien dengan hemofili A ringan sampai
sedang. DDAVP meningkatkan pelepasan factor VIII.
Pemberian prednisone 0.5-1 mg/kg/bb/hari selama 5-7 hari mencegah terjadinya
gejala sisa berupa kaku sendi (atrosis) yang mengganggu aktivitas harian serta
menurunkan kualitas hidup
Transfusi periodik dari plasma beku segar (PBS)
Hindari pemberian aspirin atau suntikan secara IM
Membersihkan mulut sebagai upaya pencegahan
Bidai dan alat orthopedic bagi pasien yang mengalami perdarahan otak dan sendi
KOMPLIKASI
Perdarahan intracranial
Reaksi tranfusi alergi terhadap produk
darah
Kerusakan saraf Anemia hemolitik
Hipertensi Thrombosis
Nyeri kronis
TERIMA KASIH