PENDAHULUAN
Perdarahan saluran cerna bagian atas didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi di
sebelah proksimal ligamentum Treitz pada duodenum distal. Sebagian besar
perdarahan saluran cerna bagian atas terjadi sebagai akibat penyakit ulkus peptikum
(PUD, peptic ulcer disease) yang disebabkan oleh H. pylori atau penggunaan obat
obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dan alkohol.1 Hematemesis adalah muntah
darah segar (merah segar) atau hematin (hitam seperti kopi) yang merupakan indikasi
adanya perdarahan salura cerna bagian atas (SCBA). SCBA variseal disebabkan
karena pecahnya varises esophagus. Sedangkan , SCBA non variseal antara lain ulkus
peptikum, gastritis erosifa, duodenitis, Mallory Weiss syndrome dan keganasan.
terutama dari duodenum dapat pula bermanifestasi dalam bentuk melena perdarahan
saluran cerna bagian atas memiliki prevalensi sekitar 75% hingga 80% dari
keseluruhan kasus perdarahan akut saluran cerna.2
Pada lambung normal, terdapat dua mekanisme yang bekerja dan
mempengaruhi kondisi lambung yaitu faktor pertahanan lambung dan faktor perusak
lambung. Faktor perusak lambung meliputi faktor perusak eksogen (obat obatan,
alkoho, dan bakteri).1 Faktor pertahanan lambung berfungsi untuk melawan atau
mengimbangi kerja dari faktor tersebut diatas. Faktor pertahanan pada lambung
meliputi laisan pre epitel, epitel dan post epitel. Apabila terjadi ketidakseimbangan
kedua faktor diatas, baik faktor pertahanan yang melemah ataupun faktor perusak
yang semakin kuat, dapat mengakibatkan kerusakan pada sel sel lambung yang pada
akhirnya akan membentuk ulkus gaster atau peptikum.
Berikut ini akan dilaporkan satu kasus hematemesis melena dengan anemia berat H-M
dan ACKD pada seorang pasien yang dirawat di RSUD Sanjiwani Gianyar.
Kasus
Pasien laki laki usia 69 tahun, Suku Bali, pekerjaan sebagai petani, datang ke IGD
RSUD Sanjiwani Gianyar diantar oleh keluarganya dengan keluhan BAB kehitaman
sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien mengeluh BAB kehitaman
sebanyak empat kali dengan konsistensi lembek berwarna kehitaman ada ampas
namun tidak berlendir dan darah dengan volume kira kira setengah gelas aqua.
Pasien juga mengatakan sempat mengalami mual dan muntah. Mual dan muntah
tersebut muncul bersamaan dengan munculnya keluhan BAB kehitaman. Muntah
dikatakan sehari terjadi satu sampai dua kali dalam sehari. Muntah dikatakan
berisikan makan dan minuman yang dikonsumsi dengan volume kira kira gelas
aqua. Pasien juga sempat mengalami muntah yang berisikan sedikit darah bercampur
dengan makanan. Darah yang dimuntahkan saat itu berwarna merah kehitaman dan
berbentuk gumpalan gumpalan. Muntah darah tersebut dikatakan terjadi 1x.
Selain itu pasien juga mengeluh nyeri perut sejak 3 hari yang lalu. Nyeri perut
dirasakan seperti terbakar dan adanya rasa perih di uluhati. Nyeri uluhati dan nyeri
perut tidak mereda walaupun pasien sudah makan. Biasanya pasien hanya beristirahat
untuk mengurangi keluhannya. Semenjak keluhan BAB kehitaman dan muntah
muncul, pasien juga merasa nafsu makan berkurang dan hanya makan bubur, pasien
mengatakan setiap pasien ingin makan seperti merasa kenyang sehingga badannya
lemas sulit untuk berjalan. BAK dikatakan berkurang sejak 4 hari SMRS. Karena
pasien merasa semakin lemas dan keluhan berak kehitaman yang dirasakan semakin
memberat maka pihak keluarga langsung memutuskan membawa pasien ke IGD
RSUD Sanjiwani Gianyar. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah nyeri lutut kiri
sejak 4 tahun yang lalu, nyeri dikatakan memberat ketika pasien berjalan. Pasien
sudah sempat datang ke dokter sejak lama untuk mengobati keluhannya namun belum
membaik.
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami berak kehitaman sebelumnya.
Pasien mengakui dirinya menderita rematik sudah sejak 4 tahun dan sering meminum
obat obatan rematik yang dibelinya sendiri di apotek. Namun, sekitar sekitar 2 tahun
terakhir pasien sering datang ke puskesmas untuk suntik obat rematik dan jika sudah
disuntik maka pasien merasa lebih baik. Pasien rutin melakukan suntik obat setiap
minggu dan pasien juga rutin meminum obat rematik sendiri.
Namun pasien tidak tahu nama obat yang diminum maupun yang disuntikkan.
Penyakit kuning, diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan penyakit
sistemik lainnya disangkal oleh pasien.
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa seperti pasien.
Untuk riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan
penyakit sistemik lainnya dalam keluarga disangkal oleh keluarga pasien.
Pasien adalah seorang petani tetapi semenjak penyakit rematiknya dirasakan
semakin memberat pasien memutuskan saat ini tidak bekerja hanya melakukan
aktivitas ringan di rumah. Keadaan rumah pasien dikatakan cukup bersih dan pasien
tinggal bersama anak, menantu dan cucunya. Hubungan sosial pasien dengan keluarga
dan lingkungannya baik. Pasien memiliki kebiasaan meminum kopi sejak lama kira
kira 4 gelas dalam sehari. Pasien memiliki riwayat merokok saat masih muda. Minum
alkohol disangkal oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 24 April 2015 ditemukan
kesan umum pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis, GCS
ditemukan E4V5M6, dengan tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 78xmenit, respiratory
rate 18x/menit dan temperature axial 36,40 celcius. Pada status general pada kepala
dalam keadaan normocephali dengan wajah pucat, mata didapatkan reflek pupil
positif isokor, dan ditemukannya anemis namun tidak tampak ikterik, telinga hidung
dan tenggorokkan masih dalam batas normal, pada leher ditemukan JVP +2 cmH2O,
pada thoraks sismetris tanpa ada jejas, pada jantung suara S1S2 tunggal regular tanpa
murmur, di paru paru suara vesikuler positif simetris tanpa ada rhonki dan
wheezing. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan bising usus positif normal tanpa
ada distensi, shifting dullness (-), spider navi (-), vena kolateral (-), hepar dan lien
tidak teraba. Sedangkan pada ekstremitas didapatkan akral hangat di keempat region
ekstremitas tanpa adanya oedem. Pada pemeriksaan rectal toucher didapatkan tonus
sfingter ani positif, mukosa licin, tidak didapatkan adanya massa, pada handscoen
ditemukan adanya feses kehitaman.
1,2
Pada kasus
terapi
non
medikamentosa
dan
terapi
medikamentosa.
Terapi
non
medikamentosa terdiri dari istirahat, diet, menghindari faktor agresif terjadinya ulkus
antagonis
reseptor
H2/ARH2,
proton
pump
inhibitor/PPI).6 Pada kasus ini penanganan dari pasien dengan ulkus peptikum sesuai
degan teori yaitu pasien MRS, diberikan diet bubur saring, asam traneksamat,
antasida, sukralfat, ,Omeprazole, dan tranfusi PRC untuk keluhan anemia
sebelumnya.
Untuk mendiagnosis pasti ulkus peptikum perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang endoskopi saluran cerna atas yaitu esofagogastrodudodenoskopi untuk
melihat langsung mukosa dari saluran pencernaan. Endoskopi gastrointestinal atas
digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus, dan lesi. Melalui
endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dan biopsy didapatkan. Endoskopi
telah diketahui dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui
pemeriksaan radiologis karena ukuran atau lokasinya. 6 Pada pasien ini, perlu
dilakukan pemeriksaan endoskopi untuk melihat apakah benar ulkus peptikum
sebagai penyebab dari hematemesis dan melena serta dapat menyingkirkan diagnosis
lainnya.
Ringkasan
Perdarahan saluran cerna bagian atas didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi di
sebelah proksimal ligamentum Treitz pada duodenum distal. Hematemesis adalah
muntah darah segar (merah segar) atau hematin (hitam seperti kopi) yang merupakan
indikasi adanya perdarahan salura cerna bagian atas (SCBA) . Pada perdarahan
saluran cerna atas didapatkan manifestasi klinik umumnya hematemesis dan atau
melena serta aspirasi nasogastrik didapat adanya darah . Anamnesis awal pasien
dating dengan keluhan bab kehitaman, disertai mual muntah. Dikatakan muntah
disertai darah dan ampas makanan. Pasien mengatakan sering mengalami nyeri pada
persendian.Pada pemeriksaan fisik didapatkan wajah pasien tapak pucat, mata anemis,
pada pemeriksaan RT didapatkan feses kehitaman. Dari pemeriksaan penunjang
Didapatkan HGB, MCV dan MCH menurun, Ureum dan creatinin meningkat. Diduga
pasien mengalami Hematemesis melena e.c susp gas ulkus peptikum, anemia berat HM, ACKD prerenal dd renal on CKD ec susp PNC dd/NO.
DAFTAR PUSTAKA