Anda di halaman 1dari 13

Topik: Hematemesis et Melena ec.

Suspek Gastritis Erosif dengan Klinis Anemis dan Syok


Hipovolemik
Tanggal (kasus)
: 2 Januari 2015
Persenter
: dr. Githa Ayu Astarika
Tangal presentasi : 20 januari 2015
Pendamping : dr. Ratmawati
Tempat presentasi : RSUD Majenang
Obyektif presentasi :
Keterampilan
Penyega Tinjauan pustaka
Keilmuan
Diagnostik
Neonatus Bayi

Manajemen
Anak Remaja

ran
Masalah
Dewasa

Istimewa
Lansia Bumil

Deskripsi:
Laki-laki,Tuan T., 58 tahun datang ke IGD RSUD Majenang bersama keluarganya
dengan keluhan BAB cair sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Frekuensi BAB 3-4
kali sehari, konsistensi cair, berwarna kehitaman seperti ter, dan setiap kali BAB
volumenya kira-kira 1-2 gelas belimbing.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien dirawat di Puskesmas Sidareja
dengan keluhan yang sama. Setelah dirawat, kondisi pasien tidak membaik sehingga di
rujuk ke RSUD Majenang. Selama di puskesmas, keluhan pasien tidak membaik pasien
mengeluhkan hal yang serupa yaitu BAB cair kehitaman dan badan semakin lemas
sehingga dibawa ke IGD RSUD Majenang.
Keluhan BAB kehitaman terutama dirasakan setelah memakan obat antinyeri
untuk mengobati nyeri lutut dan sering minum jamu. Sampai di RSUD Majenang
Keluhan pasien disertai dengan adanya nyeri pada ulu hati, semakin terasa perih jika
pasien telat makan, dan juga muntah darah. Muntah darah terjadi 2-3 kali sehari,
berwarna kehitaman, tidak berbusa, volume setiap kali muntah sekitar gelas
belimbing. Selain itu, pasien juga mengeluhkan pusing, pandangan menjadi berkunangkunang, dan badan terasa lemas.
Pasien menyangkal pernah menderita penyakit kuning, penyakit hati kronis, sesak
napas, perut membuncit, ataupun muntah darah sebelumnya. Tetapi, pasien mengaku,
pada tahun 2014 pernah dirawat karena DB. Pasien juga mengakui sering minum
minuman penambah energi, jamu, kopi, bersoda dan juga sering telat sarapan. Pasien
pekerjaannya sebagai montir motor.
Tujuan: mengetahui penatalaksanaan hematemesis et melena ec susp. gastritis erosif

dengan klinis anemia dan syok hipovolemik


Bahan
Tinjauan
Riset

Kasus

Audit

bahasan:
Cara

E-mail

Pos

membahas:

pustaka
Diskusi

Presentasi dan
diskusi

Data pasien :
Nama: Tn. T
No registrasi: 045572
Nama klinik : dr. Githa Ayu Astarika
Telp : 085792136661
Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Hematemesis et Melena ec Suspek Gastritis Erosif. Keadaan umum lemah, muntah
darah dan BAB darah masih berlangsung setiap hari, pasien ingin segera sembuh dari
penyakitnya dan tidak kambuh lagi
2. Riwayat Pengobatan :
Mengkonsumsi obat-obatan anti nyeri untuk keluhan nyeri lututnya dan jamu serta
pengobatan lambung pada tahun 2011
3. Riwayat kesehatan/Penyakit :
Pernah mengalami sakit DB tahun 2014 dirawat d RS sampai sembuh. Riwayat sakit
kuning -, riwayat sesak nafas -, riwayat penyakit hati kronis -, riwayat tekanan darah
rendah -. Riwayat BAB hitam -.Riwayat muntah darah-.
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada keluarga yang mengeluhkan hal serupa
5. Riwayat pekerjaan:
Montir motor
6. Lain-lain:
Pekerjaan pasien sebagai montir motor ikut andil menyebabkan penyakit ini. Tuntutan
agar selalu mempunyai tenaga yang prima menyebabkan pasien mengkonsumsi
minuman berenergi, jamu, dan juga kopi dan bersoda.
Daftar Pustaka:
1. Adi, P., 2006. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. In Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 1. Jakarta: FKUI.
2. Connie, J.S., 2005. Peptic Ulcer Disease. In UMHS Peptic Ulcer Guideline. USA, 2005.
University of Michigan.
3. Davey, P., 2006. Hematemesis & Melena. Jakarta: Erlangga.
4. Rockey, D., 2005. Gastrointestinal Bleeding. Gastrointestinal Clin North Am, 34(4),
pp.581-8.
5. Djumhana A, 2011. Perdarahan Akut Saluran Cerna Bagian Atas.
http//pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/03/pendarahan_akut_saluran_

cerna_bagian_atas.pdf . [Diakses pada tanggal 11 Mei 2013]

Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis gastritis erosif
2. Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas dan bagian bawah
3. Manifestasi klinis perdarahan saluran cerna
4. Penatalaksanaan Hematemesis dan Melena ec Gastritis Erosif
5. Manifestasi klinis syok hipovolemi
6. Penatalaksanaan syok hipovolemi
7. Manifestasi klinis Anemis
8. Penatalaksanaan klinis Anemis
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1. Subyektif:
Pasien mengeluh BAB cair, berwarna hitam, seperti ter (aspal) disertai keluhan muntah
darah berwarna merah kehitaman, tidak berbusa. Keluhan ini merupakan gejala utama
yang diakibatkan oleh perdarahan saluran cerna bagian atas. Penyebab perdarahan
saluran cerna bagian atas secara umum dikelompokkan menjadi penyebab non varises
(gastritis erosif, ulcus pepticum) serta varises (varises esofagus). Keluhan nyeri ulu hati,
riwayat mengkonsumsi minuman berenergi, jamu, kopi, dan obat-obatan antinyeri
dalam jangka waktu yang lama sangat mendukung diagnosis gastritis erosif. Riwayat
demam lama, sesak napas, perut membuncit, penyakit hati kronis, penyakit kuning
disangkal sehingga perdarahan karena varises esophagus dapat disingkirkan. Selain itu,
keluhan lain seperti pusing, mata berkunang-kunang, lemas, menunjukkan adanya
anemia yang disebabkan oleh hematemesis dan melena.
2. Objektif:
Tanda-tanda Vital
Kesadaran
: Somnolen
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi
: 106 x/menit, isi dan tegangan kurang, reguler
Suhu
: 36,0 C
Pernapasan
: 24 x/menit, reguler,
Keadaan umum : Tampak lemah dan pucat
Status Generalis
Kepala : Rambut tidak mudah dicabut, alopecia Wajah : Simetris,
Mata
: Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+, pupil bulat
isokor, diameter 3 mm/3mm.
Telinga : Auricula simetris, discharge -/-, serumen +/+

Hidung : Sekret -/-, deviasi septum -, mukosa hiperemis Mulut : Bibir sianosis -, karies dentis -, atrofi papil lidah -, uvula di tengah, tonsil
T2/T1
Leher
KGB : Tidak teraba
Tiroid : Tidak terdapat pembesaran
JVP : 5+2 cmH2O
Dada
: Spider nevi -, ginekomasti -/Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri, retraksi (-), ketinggalan
Palpasi
:
Perkusi :
Auskultasi :
Jantung
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi

gerak (-/-), pectus excavatum (-), pectus carinatum(-),sikatriks (-),


Krepitasi (-), massa (-), fremitus taktil lapang paru kiri=kanan
Sonor pada seluruh lapang paru.
Suara dasar vesikuler +/+, Rbh-/-, Rbk -/-, Wh-/Ictus cordis tidak terlihat
Ictus cordis teraba di SIC 5, 2 jari medial linea midklavikularis kiri,

tidak kuat angkat


: Batas jantung kiri atas di SIC II LPSS, kanan atas di SIC II LPSD,
kanan bawah di SIC IV LPSD, dan kiri bawah di SIC V 2 jari medial

LMCS, dan batas jantung kanan bawah di SIC IV LPSD


Auskultasi : S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi -, caput medusa -, sikatriks -,
Auskultasi : Bising usus + normal, 4-6 kali/menit
Perkusi : Timpani, pekak alih -, pekak sisi -, undulasi Palpasi : Dinding abdomen supel, nyeri tekan + regio epigastrium, hepar dan lien
tidak teraba, hepatojugullar refluks -, ballotement -/-, nyeri ketok CVA
-/Ekstremitas
Superior :

edema -/-, eritema palmaris -/-, white nail -/-, akral dingin, tidak ada

gangguan gerak, pucat +/+


Inferior : edema -/-, white nail -/-, akral dingin, tidak ada gangguan gerak, pucat +/
+
Hasil pemeriksaan jasmani, mendukung diagnosis hematemesis et melena ec gastritis
erosif dengan klinis anemia dan syok hipovolemik. Diagnosis ditegakkan berdasar:
Keadaan umum tampak lemah dan pucat
Kesadaran somnolen
Tekanan darah turun
Nadi meningkat (pulsus frekuens), isi dan tegangan kurang
Conjungtiva anemis (+/+)

Nyeri tekan epigastric (+)


Ekstremitas pucat (+/+).

3. Assessment(penalaran klinis):
Manifestasi klinis perdarahan saluran cerna mencerminkan tempat, penyebab,
dan kecepatan perdarahan. Perdarahan saluran cerna meliputi hematemesis, melena, dan
hematosesia. Hematemesis merupakan muntah darah yang berasal dari saluran cerna
bagian atas (esofagus, lambung, atau duodenum bagian proksimal), darah bisa dalam
bentuk segar (bekuan/ gumpalan/ cairan warna merah cerah) atau berubah karena enzim
dan asam lambung menjadi kecoklatan dan berbentuk seperti butiran kopi. Melena
adalah berak darah hitam seperti (aspal) ter dan berbau khas amis. Perdarahan berasal
dari saluran cerna bagian atas, kemudian mengalami degradasi pada proksimal kolon
sehingga berwarna hitam seperti (aspal) ter.
Perdarahan saluran cerna terbagi menjadi perdarahan saluran cerna bagian atas
dan perdarahan saluran cerna bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian atas 5 kali
lebih banyak dibandingkan dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah. Secara
klinis perdarahan akut saluran cerna bagian atas berbeda dengan perdarahan saluran
cerna bagian bawah. Diagnosis perdarahan saluran cerna bagian atas ditegakkan
berdasarkan adanya riwayat hematemesis dan melena. Penyebab tersering dari
perdarahan saluran cerna atas adalah gastritis erosif, sedangkan yang lainnya adalah
ulkus peptikum, kanker lambung, ulkus esofagus, varises esofagus, sindroma mallory
weis, karsinoma esofagus, ulkus duodeni, dan karsinoma duodeni.
Pasien ini mangalami hematemesis yang berlangsung bersama-sama dengan
melena dan mengindikasikan adanya perdarahan yang bersumber proksimal dari
jejunum. Untuk menegakkan diagnosis pasti (gold standar) yaitu dengan pemeriksaan
endoskopi. Tetapi karena keterbatasan fasilitas, diagnosisnya ditegakkan berdasarkan
gambaran klinis yang muncul pada pasien. Dari anamnesis didapatkan banyak temuan,
yaitu adanya keluhan muntah darah berwarna seperti kopi disertai dengan keluhan BAB
cair hitam seperti ter tanpa adanya riwayat penyakit hati kronis dan nyeri ulu hati.
Selain itu juga didapatkan riwayat keluhan yang sama dan riwayat mengkonsumsi
minuman-minuman penambah energi serta kopi karena profesi pasien sebagai seorang
montir motor. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hematemesis dan
melena pada pasien ini disebabkan oleh perdarahan saluran cerna bagian atas dan
kemungkinan besar disebabkan oleh gastritis erosif yang merupakan penyebab

tersering, dan bukan disebabkan oleh perdarahan varises, seperti varises gastroesofageal
yang disebabkan penyakit hati kronis karena tidak didapatkan adanya riwayat penyakit
hati kronis. selain itu, ketika masuk ke IGD RSUD Majenang, pasien mengeluhkan
lemas, mata berkunang-kunang, pusing. Hal ini bisa disebabkan karena kehilangan
darah akibat hematemesis dan melena sehingga menyebabkan anemia dan juga bahkan
dehidrasi yang berakibat syok hipovolemi.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan gambaran klinis anemis, nyeri tekan pada
regio epigastrik, dan tidak didapatkan tanda-tanda peningkatan tekanan porta yang
disebabkan penyakit hati kronis, seperti ascites, caput medusa, spider nevi, ikterik, dan
lain sebagainya. Data-data tersebut mendukung diagnosis perdarahan saluran cerna
bagian atas dengan penyebab tersering adalah gastritis erosif.
Obat antinyeri seperti OAINS dapat merusak mukosa lambung dengan
mengubah permeabilitas sawar epitel, sehinga memungkinkan difus balik asam klorida
yang mengakibatkan kerusakan jaringan terutama pembuluh darah. Zat ini
menyebabkan perubahan kualitatif mukosa lambung yang dapat mempermudah
terjadinya degradasi mukus oleh pepsin. Mukosa menjadi edem, dan sejumlah besar
protein plasma dapat hilang. Mukosa kapiler dapat rusak mengakibatkan hemoragi
interstisial dan perdarahan. Mukosa antrum lebih rentan terhadap difusi balik dibanding
fundus sehinga erosif serin terjadi di antrum. Difus balik ion H akan merangsang
histamin untuk lebih banyak mengeluarkan asam lambung, timbul dilatasi dan
peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler, kerusakan mukosa lambung. Selain itu
juga, konsumsi kopi yang berlebih akan menyebabkan peningkatan produksi asam
lambung sehingga akan memperparah kondisi mukosa lambung. Awalnya, keluhan
gastritis erosif dimulai dengan nyeri ulu hati yang sifatnya berulang. Selain nyeri ulu
hati, kadang dirasakan perut terasa mual, perih, tidak nyaman, dan bahkan sampai
muntah. Tetapi apabila terus berlanjut dan tidak ditangani dengan cepat maka lamakelamaan akan terjadi kerusakan mukosa lambung yang semakin berat sehingga
menyebabkan keluhan hematemesis dan melena.
Pengobatan untuk pasien ini memerlukan tindakan yang cepat serta adanya peran
dari keluarga untuk membantu dalam proses terapi. Perlu dijelaskan pula bahwa
keluhan-keluhan seperti hematemesis dan melena suatu saat bisa muncul lagi
sehinggapasien harus benar-benar mengerti mengenai kondisinya, hal-hal apa saja yang
dapat menyebabkan kekambuhan penyakitnya, tindakan pencegahan, serta pentingnya

pengobatan yang teratur agar prognosisnya lebih baik. Istri dan anak-anaknya diminta
untuk mengawasi diet pasien selama di rumah dan jika perlu dikonsultasikan dengan
bagian gizi mengenai makanan yang diperbolehkan dan yang dilarang. Selain itu perlu
dikaji dan dikonsultasikan ulang mengenai keluhan nyeri lututnya, perlu dipastikan
penyebab nyeri lututnya yang selama ini diderita pasien
4. Plan:
Diagnosis: penyebab hematemesis dan melena pada pasien ini adalah gastritis erosif,
dan hematemesis melena tersebut menyebabkan pasien jatuh ke dalam kondisi syok
hipovolemi akibat kehilangan darah yang banyak.
Terapi:
IVFD NaCl 0,9% 1500cc (loading), jika kondisi syok belum teratasi, loading lagi

NaCl
Inj.Omeprazole 1x40 mg bolus
Inj. Omeprazole 8 mg/ jam, drip
Inj. Vitamin K 3x10 mg, IV
Inj. Asam traneksamat 3x 1 gr IV
Sukralfat 4x1 cth syrup
Laktulosa 30 cc sore hari
Cek darah rutin (Cyto)
Bila Hb <8 gr/dl, transfusi PRC dengan target Hb 10 gr/dl
Pasang NGT
Puasakan
Bilas lambung dengan NACL dingin

Pengobatan: pengobatan bertujuan untuk:


1 Mengatasi syok hipovolemik
2 Mengatasi perdarahan akut saluran cerna bagian atas
3 Mengurangi beratnya perdarahan, serta berulangnya episode perdarahan dengan
4

mengobati penyebab perdarahan


Mencegah komplikasi
Pada kasus perdarahan saluran cerna biasanya bisa menyebabkan syok hipovolemi

karena kehilangan darah yang banyak. Oleh karena itu, yang dilakukan adalah harus
distabilkan terlebih dahulu kondisi hemodinamiknya yaitu dengan resusitasi cairan
menggunakan kristaloid dengan akses IV 2 jalur jika diperlukan.Pasien disarankan
dipasang infus 2 jalur. Satu jalur untuk obat khusus dan 1 jalur untuk tranfusi selang
seling. Pada pasien ini diperlukan resusitasi karena sudah menunjukkan adanya syok
hipovolemi.

Tindakan selanjutnya jika kondisi akut sudah teratasi yaitu mengatasi perdarahan
saluran cerna, yaitu dengan pemberian asam traneksamat dan vitamin K. Jika
Hemoglobin (Hb) < 8 gr/dl atau perdarahan masif dan terdapat tanda-tanda kegagalan
sirkulasi maka pasien dapat diberikan transfusi.
Untuk mengurangi asam lambung, diberikan juga Proton Pump Inhibitor (PPI)
yaitu omeprazole yang dapat mengurangi sekresi asam lambung dengan jalan
menghambat enzim H+, K+, Adenosine Triphosphatase (ATPase) (enzim ini dikenal
sebagai pompa proton) secara selektif dalam sel-sel parietal. Kemudian dilanjutkan
dengan terhentinya produksi asam lambung. Percobaan terkontrol secara random
mendapatkan penghambat pompa proton (PPI)dosis tinggi intravena (Omeprazole 80 mg
bolus dan 8 mg/jam infus drip) memperthankan pH intra gastrik >6 ,akan meningkatkan
stabilitas bekuan , menurunkan resiko perdarahan selanjutnya.
Pemberian sukralfat pada kasus ini didasari mekanisme kerja sukralfat atau
aluminium sukrosa sulfat diperkirakan melibatkan ikatan selektif pada jaringan ulkus
yang nekrotik, dimana obat ini bekerja sebagai sawar terhadap asam, pepsin, dan
empedu. Obat ini mempunyai efek perlindungan terhadap mukosa termasuk stimulasi
prostaglandin mukosa. Selain itu, sukralfat dapat langsung mengabsorpsi garam-garam
empedu.
Pemberian Tranexamic acid merupakan agen antifibrinolytic. Golongan obat ini
bekerja dengan menghalangi pemecahan bekuan darah, sehingga mencegah pendarahan.
Vitamin K dapat membantu mempercepat pembekuan darah, sehingga dapat
meminimalisai perdarahan pada saluran pencernaan pasien.
Laktulosa merupakan disakarida laksatif yang terhidrolisis menjadi senyawa yang
dapat menarik air ke dalam kolon antara lain asam asetat, asam formiat yang
menstimulasi defekasi . Selain itu hasil hidrolisis laktulosa dapat menurunkan ph kolon
sehinngga terjadi konversi NH 3 jadi ion amonium NH4+ yang d eksresi melalui feses.
Dosis 2-3 x 15-30 cc/hari atau dapat ditingkatkan.

DOKTER INTERNSIP,

Majenang, 20 Januari 2015


DOKTER PENDAMPING,

dr. Githa Ayu Astarika

dr. Ratmawati

Lampiran
Follow up

Tanggal
2/1/2015

Perjalanan Penyakit
Planning
Subyek
Obyektif
Assesment
S : BAB cair hitam +, lemas, nyeri ulu hati
Infus 3 Jalur
O : Ku/Kes : lemah /CM
Pasang NGT
VS : TD 90/60 mmHg S 36 0C
dialirkan
N 106 x/menit
RR 24x/menit

Bilas Lambung
Kepala Rambut tidak mudah dicabut
Mata : CA +/+, Sklera ikterik -/-, RC +/+ PBI
dengan NACL
3mm/3mm
dingin
Thorax : P : SD vesikuler +/+, rbh -/-, rbk -/-,
Puasakan
wheezing -/ Inf Nacl 1500
C : S1>S2, reguler, murmur (-),
Inf jalur terapi
gallop (-)
Abdomen : Datar, BU + Normal, Timpani, Transfusi PRC 2

Supel, Nyeri tekan + di regio


epigastrika
Extremitas : anemis +/+, edema -/-

kolf
Sucralfat syr 4 x
1 cth
Pumpicel 8

Laboratorium (2 Januari 2015)


mg/jam dlm 24
Hb
10,4
Hematokrit 13,3%
jam
Leukosit
12,8
Inj Asam
Trombosit
208.000
tranexamat 3x
Gol Darah A
Hbsag
1gr iv
Anti HCV Infus RL
Ass : Hematemesis et melena ec. Suspek gastritis
- Pasang DC
erosif dengan klinis anemi dan syok
3/1/2015

hipovolemi
S : BAB cair + (berkurang), lemas +, nyeri ulu

hati, pasien kesakitan pada perutnya


O : Ku/Kes : lemah /CM
VS : TD 90/70 mmHg S 36 0C

N 80 x/menit
RR 20x/menit
Kepala : Rambut tidak mudah dicabut
Mata : CA +/+, Sklera ikterik -/-, RC +/+ PBI
3mm/3mm
Thorax : P : SD vesikuler +/+, rbh -/-, rbk -/-,
wheezing -/C : S1>S2, reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen : Datar, BU + Normal, Timpani,
Supel, Nyeri tekan + di regio
epigastrika
Extremitas : anemis +/+, edema -/Laboratorium (4 Januari 2015) post transfusi 2
kolf PRC
Hb
4,6
Hematokrit 15,7%
Leukosit
1200
Trombosit
198.000
Gol Darah A
Hbsag
Anti HCV -

Infus 3 Jalur
Pasang NGT
dialirkan
Bilas Lambung
dengan NACL

dingin
Puasakan
Inf Nacl 2000
cc
Inf jalur terapi
Transfusi PRC 4
kolf
Sucralfat syr 4 x
1 cth
Pumpicel 8
mg/jam dlm 24
jam
Inj Asam
tranexamat 3x
1gr iv
Inj.Ketorolac

prn
Infus RL
Ass : Hematemesis et melena ec. Suspek gastritis
Pasang DC
erosif dengan klinis anemi dan
syok

hipovolemi

4/1/2015
Jam 08.00

S : BAB cair + hitam, lemas +, nyeri ulu hati +, Dobutamin 5


muntah -. Kondisi menurun
mcg/kgBB
O : Ku/Kes : lemah /CM
GCS: E2M4V1
VS : TD 70/palpasi S 36,2 0C
N 115 x/menit
RR 20x/menit
Kepala : Rambut tidak mudah dicabut
Mata : CA +/+, Sklera ikterik -/-, RC +/+ PBI
3mm/3mm
Thorax : P : SD vesikuler +/+, rbh -/-, rbk -/-,
wheezing -/C : S1>S2, reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen : Datar, BU + Normal, Timpani,
Supel, Nyeri tekan + di regio
epigastrika
Extremitas : anemis +/+, edema -/Ass : Hematemesis et melena ec. Suspek gastritis

4/1/2015
Pkl 10.00

erosif post syok hipovolemi


S : Kondisi menurun
Dobutamin 10
O : Ku/Kes : lemah /somnolen
mcg/kgBB
VS : TD 60/palpasi S 36,2 0C
N tidak terukur RR 20x/menit
Ekstremitas : akral dingin +/+ (sup et inf)
Ass : Hematemesis et melena ec. Suspek gastritis
erosif dengan syok hipovolemi berulang

Pkl 15.30

S : Kondisi masih turun


Dobutamin
O : Ku/Kess : lemah/somnolen
15mcg/kgBB
VS : TD tidak teraba S 35,2 0C
N lemah
RR x/menit
Ass : Hematemesis et melena ec. Suspek gastritis
erosif dengan syok hipovolemi berulang

Pkl. 15.45
S : Penurunan kesadaran
O : Ku/Kes : Apnue

Pasien di RJP

Pupil dilatasi maksimal


5 siklus
Nadi carotis tidak teraba
VS : TD tidak teraba S 36,2 0C
N tidak teraba, isi dan tegangan kurang
RR -x/menit
EKG Asystole
Pasien dinyatakan meninggal didepan dokter,
perawat dan keluarga pasien.

LAPORAN KASUS

Hematemesis et Melena ec. Suspek Gastritis Erosif


dengan Klinis Anemis dan Syok Hipovolemik

Pendamping:
dr. Ratmawati

Disusun oleh:
dr. Githa Ayu Astarika

RSUD MAJENANG
KABUPATEN CILACAP
2015

Anda mungkin juga menyukai