Anda di halaman 1dari 21

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT

INSTALASI PERBEKALAN FARMASI


DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015
OUTLINE TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
dengan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Oleh:
Fauzia Halida
25010114410045

MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Konvensi PBB tentang Hak Anak yang ditetapkan oleh Majelis Umum
PBB pada tahun 1989 secara tegas menetapkan hal-hal penting tentang hakhak yang melekat pada diri anak. Di negara Indonesia, Undang-Undang Dasar
tahun 1945 secara jelas juga mengatur tentang hak-hak anak. Seperti yang
tertuang dalam pasal 28B ayat 2, Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Berkaitan dengan itu, Indonesia telah
menetapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak sebagai Pelaksanaan Konvensi PBB tentang Hak Anak. Selanjutnya
ditetapkan pula Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 yang ditandatangani
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 19 Januari 2005.
Dalam Bab 12 Lampiran Perpres tersebut tercantum tentang peningkatan
Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan serta Kesejahteraan dan
Perlindungan Anak. Melalui Perpres ini, Pemerintah berupaya meningkatkan
kesejahteraan anak dan mewujudkan anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria,
dan berakhlak mulia; serta melindungi anak terhadap berbagai bentuk
kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi.
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan (KPP) bersama sektor
pemerintah terkait, organisasi masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat
mengembangkan model Kota Layak Anak, yaitu kota yang di dalamnya telah

meramu semangat untuk memberikan perlindungan terhadap anak sebagai


kegiatan atau upaya untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya
dalam proses pembangunan berkelanjutan yang dituangkan dalam Peraturan
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan RI Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Kebijakan Kota/Kabupaten Layak anak (KLA). KLA dimaksudkan sebagai
suatu upaya nyata untuk menyatukan isu hak anak ke dalam perencanaan dan
pembangunan kabupaten/kota (Pedoman KLA, 2006).
Guna mempercepat terwujudnya pengembangan Kota Layak Anak
(KLA), KPP menjadikan model KLA ini sebagai prioritas program dalam
bidang kesejahteraan dan perlindungan anak dengan menetapkan 7 (tujuh)
aspek penting dalam pengembangan KLA yaitu : 1) Kesehatan; 2)
Pendidikan; 3) Sosial; 4) Hak Sipil dan Partisipasi; 5) Perlindungan Hukum;
6) Perlindungan Ketenagakerjaan; 7) Infrastruktur (Pedoman Kebijakan KLA,
2006).
Menindaklanjuti kebijakan nasional tersebut, masing-masing Pemerintah
Daerah menetapkan Kebijakan yang dimaksudkan untuk melindungi Hak-hak
Anak yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan kondisi otonomi
daerahnya. Di Jawa Tengah, kebijakan kota layak anak sudah dicanangkan
mulai tahun 2006 yang lalu. Namun, setelah beberapa tahun berjalan, secara
umum dapat dikatakan bahwa issue anak belum menjadi prioritas dalam
kebijakan dan penganggaran, gerakan perlindungan anak masih bersifat
sektoral, balita terlantar sebanyak 36.474 anak, anak terlantar sebanyak
171.308 anak dan Anak yang menjadi korban kekerasan /diperlakukan salah
sebanyak 2.425 anak (Data LPPA Jawa Tengah, 2009). Kondisi ini

menunjukan bahwa perlindungan terhadap anak belum maksimal dilakukan


baik oleh pemerintah, masyarakat, maupun keluarga.
Perlindungan anak harus merupakan upaya komprehensif yang dilakukan
oleh semua pihak tanpa kecuali. Di Kabupaten Purbalingga penyiapan
generasi baru harus dilakukan secara seksama dan komprehensif. Generasi
yang bukan hanya sehat jasmani, tapi juga memiliki rokhani yang teruji,
generasi yang sehat dan berkarakter. Hal itu hanya akan dicapai apabila ada
kemauan baik semua pihak, ada gerakan dari semua stakeholder untuk
menjamin bahwa komitmen upaya perlindungan terhadap hak-hak anak
adalah gerakan sinergis membentuk generasi muda emas 2020. (Rencana
Aksi daerah Kabupaten layak Anak dalam Peraturan Bupati Purbalingga
no.66 tahun 2014 tanggal 1 November 2014).
Selain itu, upaya yang juga sangat penting adalah adanya kesadaran dari
seluruh keluarga untuk memberikan pendidikan keluarga yang layak terhadap
anak. Untuk itu perlu ada gerakan in loco parentis atau pendidikan oleh orang
tua kepada anak-anaknya melalui penguatan pendidikan dalam keluarga. Jika
upaya berbagai pihak ini dilakukan secara terstruktur dan terencana, maka
kita meyakini, generasi Kabupaten Purbalingga yang sehat dan berkarakter
akan dapat dilahirkan (Rencana Aksi daerah Kabupaten layak Anak dalam
Peraturan Bupati Purbalingga no.66 tahun 2014 tanggal 1 November 2014).
Di kabupaten Purbalingga, saat ini sedang dilakukan pembentukan
menjadi kabupaten layak anak dengan menggunakan 3 desa percontohan di 3
kecamatan di Kabupaten Purbalingga diantaranya yaitu Desa Limbasari
Kecamatan Kejobong (eks Kawedanan Bobotsari), Desa Kelurahan

Purbalingga Kidul Kecamatan Purbalingga (eks Kawedanan Purbalingga) dan


Desa Majasari Kecamatan Bukateja (eks Kawedanan Bukateja).
Proses persiapan Kabupaten Purbalingga menjadi Kabupaten Layak Anak
setelah melakukan percontohan pada tiga desa tersebut adalah penyusunan
profil anak, sosialisasi gugus tugas tingkat kecamatan dan pertemuan tingkat
desa percontohan. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik
untuk meneliti Bagaimana Analisis Kesiapan Kabupaten Purbalingga
menjadi Kabupaten Layak Anak : Evaluasi pada desa percontohan yaitu Desa
Limbasari, Desa Kelurahan Purbalingga Kidul dan Desa Majasari terkait
penguatan kelembagaan dan kelima kluster Hak Anak ?
B. Rumusan Masalah
Apakah pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota
Semarang tahun 2015 telah berjalan efektif berdasar pada indikator evaluasi
pengelolaan obat?
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengevaluasi sistem pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kota Semarang tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Menilai kesesuaian sistem pengelolaan obat di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2015 dengan indicator
evaluasi pengelolaan obat.
b. Menilai efektifitas pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kota Semarang tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaaat Teoritis
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan informasi dalam sisitem
pengelolaan obat.

2. Manfaat Praktis
a. Meningkatkan sistem pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kota Semarang.
b. Meningkatkan efektifitas pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kota Semarang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengelolaan Obat
1. Perencanaan Obat
2. Pengadaan Obat
3. Penyimpanan Obat
4. Distribusi Obat
5. Penggunaan Obat
6. Penghapusan Obat
7. Pencatatan dan Pelaporan Obat
B. Instalasi Farmasi Semarang
1. Kedudukan
2. Visi, Misi, dan Tujuan
3. Tugas Pokok dan Fungsi
4. Struktur Organisasi
C. Indikator Evaluasi Pengelolaan Obat
1. Alokasi Dana Pengobatan
2. Ketepatan Perencanaan
3. Tingkat Ketersediaan Obat
4. Kesesuaian Item Obat yang Tersedia Dengan Doen
5. Persentase Rata-Rata Bobot dari Variasi Persediaan
6. Persentase Rata-Rata Waktu Kekosongan Obat
7. Persentase Penyimpangan Jumlah Obat Yang Didistribusikan
8. Persentase Obat yang Tidak Diresepkan
9. Persentase Nilai Obat Kadaluarsa
10. Persentase dan Nilai Obat Rusak
11. Ketepatan Waktu Pengiriman LPLPO
D. Kerangka Teori

Perencanaan Obat
Pengadaan Obat
Penyimpanan Obat
Distribusi Obat
Penggunaan Obat
Penghapusan Obat
Pencatatan dan Pelaporan Obat

o Alokasi Dana Pengobatan


o Ketepatan Perencanaan
o Tingkat Ketersediaan Obat
o Kesesuaian Item Obat yang Tersedia Dengan Doen
o Persentase Rata-Rata Bobot dari Variasi Persediaan
E. Kerangka
Konsep
o Persentase
Rata-Rata Waktu Kekosongan Obat
o Persentase Penyimpangan Jumlah Obat Yang Didistribusikan
o Persentase Obat yang Tidak Diresepkan
o Persentase Nilai Obat Kadaluarsa
o Persentase
Sistemdan Nilai Obat Rusak
Efektifitas
o Ketepatan
Waktu Pengiriman LPLPO
Pengelolaan
Pengelolaan
Obat
Obat

Indikator
Pengelolaan
Obat

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang

dilakukan

merupakan

penelitian

observasional dengan rancangan deskriptif non analitik.


B. Subjek Penelitian
Sistem pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota
Semarang selama tahun 2015.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Sistem Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota
Semarang tahun 2015 yang terdiri dari:
Perencanaan Obat
Pengadaan Obat
Penyimpanan Obat
Distribusi Obat
Penggunaan Obat
Penghapusan Obat
Pencatatan dan Pelaporan Obat
2. Variabel Terikat
Indikator evaluasi pengelolaan obat, meliputi:
o Alokasi Dana Pengobatan
o Ketepatan Perencanaan
o Tingkat Ketersediaan Obat
o Kesesuaian Item Obat yang Tersedia Dengan Doen
o Persentase Rata-Rata Bobot dari Variasi Persediaan
o Persentase Rata-Rata Waktu Kekosongan Obat
o Persentase Penyimpangan Jumlah Obat Yang Didistribusikan
o Persentase Obat yang Tidak Diresepkan
o Persentase Nilai Obat Kadaluarsa
o Persentase dan Nilai Obat Rusak
o Ketepatan Waktu Pengiriman LPLPO
D. Definisi Operasional

Menjelaskan definisi operasional variabel dalam penelitian merupakan hal


yang sangat penting, untuk menghindari penyimpangan atau kesalahpahaman
pada saat pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005)
Definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini yaitu:
No Variabel

Definisi Istilah

1.

Penguatan

Adanya

kelembagaan

perundang-

Cara Ukur

peraturan Analisis
data

undangan

dan sekunder

kebijakan

dan

pemenuhan
anak,

hak wawancara
jumlah

Alat Ukur

Hasil Ukur

Data

Informasi tentang

sekunder

penguatan

dan

kelembagaan yang

pedoman

menjdi

wawancara

implementasi

pedoman

Kabupaten

peraturan

Purbalingga

perundang-

menjadi

undangan

dan

kebijakan, tersedia
SDM,
anak,

ada

data

keterlibatan

lembaga
masyarakat dalam
pemenuhan

hak

anak,

dan

keterlibatan

dunia

usaha

dalam

Kabupaten Layak
Anak

pemenuhan

hak

anak
2.

Hak sipil dan Persentase


partisipasi

yang

anak

dan

anak Analisis

terintegrasi data
mendapatkan sekunder

Data

Informasi tentang

sekunder

hak

dan

partisipasi

sipil

akta

kelahiran, dan

pedoman

yang

fasilitas

informasi wawancara

wawancara

pendorong

layak

anak,dan

jumlah

dan
anak
menjdi

implementasi

kelompok

Kabupaten

anak.

Purbalingga
menjadi
Kabupaten Layak
Anak

3.

Hak

Persentase

lingkungan

usia Analisis

Data

Informasi tentang

pernikahan pertama data

sekunder

Hak lingkungan

keluarga dan

di bawah 18 tahun, sekunder

dan

keluarga dan

pengasuhan

tersedia

pedoman

pengasuhan

wawancara

alternatif anak

lembaga dan

alternatif anak konsultasi

bagi wawancara

orang tua/keluarga

yang menjadi

tentang pengasuhan

pendorong

dan

implementasi

perawatan

anak, dan tersedia

Kabupaten

lembaga

Purbalingga

kesejahteraan

menjadi

sosial anak (LKSA)

Kabupaten Layak

yang

Anak

memenuhi

persyaratan.
4.

Hak

Angka

Kematian Analisis

kesehatan

Bayi

dasar dan

prevalensi

kesejahteraan

kekurangan

anak

pada

(AKB), data
sekunder
gizi dan
balita, wawancara

presentasi

ASI

eksklusif,

jumlah

pokok

ASI,

presentasi
imunisasi
jumlah
yang

dasar,

memberikan

pelayanan
kesehatan

mental,

dan
jumlah

anak dari keluarga


miskin

Informasi tentang

sekunder

Hak kesehatan

dan

dasar dan

pedoman

kesejahteraan anak

wawancara

yang menjadi
pendorong
implementasi
Kabupaten
Purbalingga

lembaga

reproduksi

Data

yang

memperoleh akses

menjadi
Kabupaten Layak
Anak

peningkatan
kesejahteraan,
persentase
tangga
akses

rumah
dengan

air

dan

bersih,
tersedia

kawasan

tanpa

rokok
5.

Hak

Angka

partisipasi Analisis

Data

Informasi tentang

pengembanga

PAUD,

persentasi data

sekunder

Hak

n pendidikan,

Wajar

dan

pengembangan

pemanfaatan

persentase sekolah dan

pedoman

pendidikan,

waktu luang

ramah anak, jumlah wawancara

wawancara

pemanfaatan

dan kegiatan

sekolah

yang

waktu luang dan

budaya anak

memiliki program,

kegiatan budaya

sarana,

anak yang menjadi

tahun, sekunder

dan

prasarana

pendorong

perjalanan anak ke

implementasi

dan dari sekolah,

Kabupaten

dan

Purbalingga

fasilitas

tersedia
untuk

menjadi

kegiatan kreatif dan

Kabupaten Layak

rekreatif

Anak

yang

ramah anak di luar


sekolah yang dapat
diakses semua anak
6.

Hak

Persentase

anak Analisis

Perlindungan

yang

Khusus Anak

perlindungan

memerlukan data

khusus

sekunder
yang dan

memperoleh

wawancara

pelayanan,
khusus

berhadapan

dengan

hukum

(ABH)

yang

diselesaikan

sekunder

Hak Perlindungan

dan

Khusus Anak yang

pedoman

menjadi

wawancara

pendorong

keadilan restoratif
(restorative
Adanya

mekanisme
penanggulangan
bencana

yang

memperhatikan
kepentingan

Kabupaten
Purbalingga
menjadi
Kabupaten Layak
Anak

dengan pendekatan

justice),

Informasi tentang

implementasi

presentase
anak

Data

anak

dan

Presentase

anak
dibebaskan

yang
dari

bentuk-bentuk
pekerjaan terburuk
anak
7.

Kesiapan

Kesiapan

Analisis

Data

Informasi

Kabupaten

pemenuhan

data

sekunder

mengenai evaluasi

Purbalingga

indikator

sekunder,

indikator

kesiapan

menjadi

Kabupaten Layak

observasi,

Kabupaten

Kabupaten

Kabupaten

Anak yaitu

dan

Layak

Purbalingga

Layak Anak

penguatan

wawancara

Anak

dan menjadi kabupaten

kelembagaan dan

studi

Layak Anak dan

kelima kluster

literatur

faktor

kabupaten Layak

yang

mempengaruhinya

Anak
E. Sumber Data Penelitian
1. Data primer
Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung melalui
wawancara informan key (key informant interviewing), observasi langsung
yang bersifat partisipasi pasif serta dokumentasi. Wawancara dan observasi

dilakukan pada informan utama dan informan triangulasi serta adanya


dokumentasi untuk mendukung hasil penelitian (Saebani, 2008).
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian merupakan data yang diperoleh baik
dengan literatur, perpustakaan, instansi pemerintah atau swasta serta
laporan penelitian. Data ini digunakan sebagai penunjang dan pelengkap
data primer yang memiliki relevansi dengan keperluan peneliti.
Data-data yang dikumpulkan diantaranya:
a. Data penguatan kelembagaan : Sekretaris Daerah, Biro Hukum dan
SKPD terkait, Bappeda, Badan PP dan Perlindungan Anak, dan Forum
Anak
b. Data Hak Sipil dan Kebebasan : Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Purbalingga, Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan
Informatika (Dishubkominfo), Kantor Perpustakaan, Arsip dan
Dokumentasi, BPPKB.
c. Data Hak Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Anak: Dinas Sosial,
Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Banyuwangi, Kemenag,
Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, dan Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Purbalingga.
d. Data Hak Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan: Dinas Kesehatan,
Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan, Dinas Peternakan,

Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi, dan Dinas Pekerjaan


Umum Kabupaten Purbalingga.
e. Data Hak Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang, dan Kegiatan Seni
Budaya: Dinas Pendidikan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, BLH,
Dishubkominfo, DKP, Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Purbalingga.
f. Hak Perlindungan Khusus
1) Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten
Purbalingga.
2) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Kabupaten Purbalingga (BPPKB).
3) Kasi Pidaan Umum Kejaksaan Negeri Purbalingga
4) Pengadilan Negeri Kabupaten Purbalingga
5) Kasubag Bantuan Hukum pada Bagian Hukum Setda Kabupaten
Purbalingga
6) PPA Polres Kabupaten Purbalingga
7) Ketua Forum Anak Kabupaten Purbalingga
8) LSM Peduli Anak
F. Alat/Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan
data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yaitu
suatu daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang,

dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan


tanda-tanda tertentu.
Peneliti menggunakan pedoman kuisoner dengan pertanyaan terbuka. Oleh
karena itu, sangat memungkinkan mengalami perubahan atau pengembangan.
Alat bantu yang digunakan adalah cacatan lapangan, alat perekam, dan
kamera.
G. Pengumpulan data
Teknik pengumpulan dalam penelitian ini adalah menggunakan data
primer dan data sekunder. Cara memperoleh data primer dengan melakukan
wawancara informan key (key informant interviewing) pada berbagai tingkat
pengamatan. Pemilihan responden dilakukan menurut metode critical case
sampling,

peneliti

berusaha

mewawancarai

responden

yang

paling

mengetahui data yang akan ditanyakan (Bungin, 2008). Wawancara informan


key ini dilakukan dengan berpedoman pada kuisoner dengan pertanyaan
terbuka.
Cara memperoleh data sekunder dengan menggunakan Review dokumen
yang menyangkut kebijakan tentang hak anak pada berbagai tingkat untuk
dokumen tambahan sebagai pendukung dikaitkan dengan fenomena riil yang
berada di masyarakat dan data yang diperoleh baik dengan literatur,
perpustakaan, instansi pemerintah atau swasta serta laporan penelitian.
H. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kolaborasi kuantitatif


dan kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan menginterpretasi makna dari data
sekunder dan data primer. Metode analisisnya sebagai berikut:
1. Metode Analisa Content atau isi.
Analisis isi merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.
Menurut Burhan Bungin (2003) analisis isi adalah teknik penelitian untuk
membuat inferensi-inferensi (proses penarikan kesimpulan berdasarkan
pertimbangan yang dibuat sebelumnya atau pertimbangan umum;
simpulan) yang dapat ditiru (Replicabel), dan sahih data dengan
memperhatikan konteksnya. Analisa ini mengupas peran Pemerintah dan
Lembaga non pemerintah dalam melaksanakan peran terkait hak-hak anak
2. Metode analisa deskriptif.
Metode yang menguraikan secara teratur seluruh konsepsi objek/sobjek
yang dibahas dengan lengkap. Pendekatan penelitian ini lebih didasarkan
pada pengkayaan literatur mengenai indikator pembentukan Kabupaten
Layak Anak (KLA), dengan menitikberatkan pada penguatan kelembagaan
dan 5 (lima) klaster hak anak.
I. Validitas dan Realibilitas Data
Validitas adalah kesesuaian hasil-hasil simpulan sebuah penelitian dengan
kondisi yang benar-benar nyata di lapangan. Untuk mencapai keabsahan,
dapat dilakukan triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Notoatmodjo,
2005).

Menurut Patton ada 4 macam trianguasi sebagai teknik pemeriksaan untuk


mencapai keabsahan, yaitu:
1. Triangulasi sumber
2. Triangulasi pengamat
3. Triangulasi teori
4. Triangulasi metode
Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber
dan teori. Trianulasi sumber yaitu suatu teknik pengecekan kredibilitas data
yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui beberapa
sumber atau menanyakan informasi tertentu kepada informan yang berbedabeda. Triangulasi teori adalah penggunaan teori yang bervariasi dalam
menginterpretasi data yang sama (Anonim, 2006).
Adapun yang menjadi informan triangulasi adalah ketiga kepala desa
percontohan yaitu Desa Limbasari Kecamatan Kejobong (eks Kawedanan
Bobotsari), Desa Kelurahan Purbalingga Kidul Kecamatan Purbalingga (eks
Kawedanan Purbalingga) dan Desa Majasari Kecamatan Bukateja (eks
Kawedanan Bukateja) dengan kriteria inklusi pendidikan minimal SMA dan
kondisinya memungkinkan untuk wawancara mendalam..
Reliabilitas dalam penelitian kualitatif adalah tingkat kesesuaian antara
uraian yang dikemukakan oleh informan dengan kondisi yang sebenarnya.
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap ajeg bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebihh terhadap gejala yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama. Reliabilitas dalam penelitian kualitatif

merupakan tingkat kesesuaian antara uraian yang dikemukakan informan


dengan keadan sebenarnya (Notoatmodjo, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman KLA, 2006.
2. Data LPPA Jateng , 2009.
3. Rencana Aksi Daerah Kabupaten Layak Anak dalam Peraturan Bupati
Purbalingga no.66 tahun 2014 tanggal 1 November 2014.
4. Moleong, L.J. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2007.
5. Soekidjo Notoatmojo. Metologi Penelitin Kesehatan. Jakarta, PT. Rineka
Cipta Edisi Revisi, 2005
6. Beni Ahmad Saebani. Metode Penelittian. CV. Bandung, Pustaka Setia,.2008.
7. Anonim. Buku Panduan Diskusi kelompok. 2006.
8. Bungin, H.M. Burhan. Penelitian Kesehatan. Jakarta, Kencana, 2007.
9. Soekidjo Notoatmodjo. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta,
Rineka Cipta, 2010
10. Sumiyati, Pawit. Analisis Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kota Semarang dalam Pelaksanaan BPJS tahun 2014 (skripsi). Semarang,
Universitas Diponegoro, 2014.

Anda mungkin juga menyukai