Anda di halaman 1dari 10

KONSERVASI BELA NEGARA

ERA GLOBAL
Kolonel Arm Joko Purnomo
Globalisasi dan perubahan menjadi keniscayaan
dalam hidup dan kehidupan sebuah negara. Linearitas
tersebut harus terjaga jika tidak ingin tergulung oleh
perubahan jaman. Disinilah frame bela negara
bermakna sebuah tuntutan kebutuhan (need) yang
harus dilestarikan agar terus hidup tanpa akhir
(konservasi). Patah tumbuh hilang berganti harus
menjadi ruh nasionalisme setiap insan Indonesia
sebagai pondasi utama dalam bela negara.
Pemahaman bijak, bahwa bela negara bukanlah
kewajiban yang membebani, namun menjadi hak setiap
warga negara yang menuntut pemenuhannya.
Perkembangan dunia yang pesat syarat muatan
kepentingan
kebutuhan
menjadi
tantangan
metamorfosa bela negara. Oleh karenanya, bela
negara hendaklah dipahami sebagai hak untuk
menjaga Bangsa Indonesia seisinya tanpa memandang
status
dan
profesi.
Bela
negara
harus
ditumbuhkembangkan
pada
dunia
pendidikan,
lingkungan kerja serta lingkungan masyarakat. Hal ini
selaras dengan Doktrin Pertahanan Negara Indonesia
yang menerapkan Sistem Pertahanan Semesta
(Sishanta) sesuai amanat UUD 1945.
Kata kunci : Globalisasi, Nasionalisme dan Bela
Negara.

Globalisasi dalam tinjauan geopolitik dan


geostrategi memunculkan perubahan paradigma
ancaman terkait sumber dan jenisnya. Perkembangan
ancaman global tersebut antara lain; 1) munculnya
dunia multi polar dengan kekuatan baru yang merubah
peta kekuatan dunia (Amerika, China dan Uni Eropa);
2) Benturan peradaban (Clash of Civilization) antara
dunia Islam dengan dunia barat (isu terorisme, Al
Qaeda, ISIS); 3) Ketimpangan ekonomi global dalam
perebutan sumber pangan, energi dan air. Pemicu
pecahnya perang, 70% dilatar belakangi oleh
perebutan sumber energi seperti yang diteorikan oleh
Malthus (1798).
Globalisasi
juga
dipahami
sebagai
era
keterbukaan yang memandang dunia tanpa batas (no
bonders). Berbagai kemajuan teknologi dan peradaban
mendorong pasar bebas baik regional maupun
internasional. Metamorfosa tatanan sosial sebagai
wujud kian membaurnya tatanan sosial masyarakat
internasional. Efek globalisasi menyentuh semua sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagaimana
konservasi nasionalisme sebagai pondasi bela negara
dalam menghadapi tantangan global ?

Konteks Nasionalisme
Nasionalisme menurut kamus besar bahasa
Indonesia adalah paham (ajaran) untuk mencintai
bangsa dan negara sendiri. Sifat kenasionalan
bermakna makin menjiwai bangsa Indonesia;
kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang
secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai,
mempertahankan, dan mengabadikan identitas,
integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; dan
semangat kebangsaan (KBBI).
Nasionalisme berasal dari kata Nation yang dalam
bahasa Latin Natio, menurut Ritter (1986 : 286)
dimaknai sebagai sekelompok orang yang dilahirkan di
suatu daerah yang sama (group of people born in the
same place). Nasionalisme dapat dimaknai sebagai
rasa cinta tanah air, ras, bahasa atau budaya yang
sama, yang memunculkan sikap patriotisme dan
toleransi. Secara luas, nasionalisme diartikan sebagai
perasaan cinta atau bangga terhadap tanah air dan
bangsanya yang tinggi, tanpa memandang rendah
bangsa lain (menghormati). Hubungan antar warga
negara akan didasari persatuan dan kesatuan,
mengedepankan
kepentingan
dan
keselamatan
bangsanya. Menghormati keragaman bangsa sehingga
berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah (toleransi).
Nasionalisme memiliki berbagai aspek pendukung
seperti : 1) Aspek pengetahuan (cognitive) yaitu
pentingnya pengetahuan dan pemahaman warga
negara atas kondisi bangsanya baik idiologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan dan
keamanan bangsa. Aspek ini akan mendasari sikap

perilaku warga negara; 2) Aspek tujuan (goal) yang


memberikan arah akan cita-cita dan tujuan nasional.
Hal ini menjadi semangat dan harapan ideal bersama
yang harus diwujudkan dan diperjuangkan secara
bersama-sama oleh segenap komponen bangsa dan
negara; 3) Aspek strategi merupakan segala cara,
daya, dan upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan
nasional secara bersama-sama. Upaya ini diwujudkan
dalam strategi pembangunan nasional serta stategi
pertahanan negara yang mewadahi peran serta dari
setiap warga negara.
Globalisasi memiliki efek positif maupun negatif
terhadap nilai-nilai nasionalisme bangsa Indonesia.
Efek negatif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme
antara lain; 1) pudarnya identitas ke - Indonesia - an
sebagai akibat tingginya komunikasi budaya lintas
negara; 2) menipisnya rasa cinta tanah air sebagai
akibat dorongan internasionalisme yang begitu mudah
ikut-ikutan negara asing; 3) tingginya jurang (gap)
nasional, bidang ekonomi maupun sosial budaya yang
terkait
erat
dengan
permasalahan
kehidupan
masyarakat dalam mengakses kesempatan kerja dan
pemenuhan kebutuhan. Secara umum, kondisi tersebut
dipengaruhi oleh faktor luar (external) yaitu kuatnya
budaya asing, perdagangan bebas dan berbagai isu
luar negeri yang begitu bebas masuk Indonesia tanpa
ada filter yang kuat. Sedangkan pengaruh dari faktor
dalam negeri (internal) yaitu menipisnya pemahaman
makna Nasionalisme dari masyarakat Indonesia
sehingga mudah mengikuti model dan tatanan asing
(luar negeri). Hal ini menjadi salah satu cermin

lemahnya filter dari bangsa Indonesia. Berbagai konflik


horisontal maupun vertikal yang masih marak
bermunculan dalam kehidupam masyarakat menjadi
indikasi adanya degradasi semangat persatuan dalam
kebhinekaan Bangsa Indonesia. Berpijak dari berbagai
kondisi di atas maka harus terus ditumbuhkan rasa
nasionalisme atau cinta tanah air sebagai pondasi bela
negara dalam menghadapi tantangan global.
Konteks Bela Negara
Bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan
warga negara yang teratur menyeluruh berlanjut yang
dilandasi oleh sikap kecintaan terhadap tanah air,
kesadaran berbangsa dan bernegara serta keyakinan
akan kebenaran Pancasila sebagai ideologi negara
dengan kerelaan berkorban guna meniadakan setiap
ancaman dari luar negeri maupun dari dalam negeri
yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan
negara kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan
wilayah dan yuridiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila
dan UUD 1945. Bela negara merupakan hak dan
kewajiban setiap warga negara tanpa terkecuali. Hal ini
sesuai dengan amanat UUD 1945 Pasal 27 Ayat (3)
yang menyatakan Setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Diperkuat lagi pada Pasal 30 Ayat (1) Bahwa tiap-tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara, selanjutnya pada
Ayat (2) menyatakan usaha pertahanan dan
keamanan negara dilaksanakan melalui Sistem
Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta oleh TNI

dan Kepolisian sebagai Komponen Utama, Rakyat


sebagai Komponen Pendukung. Secara tegas, hak
dan kewajiban dalam bela negara telah diberikan ruang
bagi seluruh warga negara Indonesia.
Bela negara secara lebih jelas sudah diwadahi
dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang
TNI pada pasal 7 ayat (2) butir b angka 8, disebutkan
bahwa tugas TNI adalah memberdayakan wilayah
pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini
sesuai dengan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta
(Sishanta). Berdasarkan undang-undang tersebut dapat
ditarik benang merah bahwa Sistem Pertahanan
Negara
Indonesia
bersifat
Kerakyatan
dan
Kesemestaan. Kerakyatan bermakna bahwa upaya
mempertahankan Indonesia harus dilakukan oleh
segenap dan seluruh warga Negara Indonesai sesuai
amanat UUD 45 pasal 27 ayat 3 dan 30 ayat 1 dan 2.
Kesemestaan ini dapat dipahami, bahwa sudah
menjadi keharusan untuk mempertahankan Indonesia
secara utuh yaitu wilayah beserta isi dan peri
kehidupannya.
Berdasarkan diskripsi di atas menunjukkan bahwa
konsep Sistem Pertahanan Rakyat Semesta (Sishanta /
total peoples defence) merupakan keterpaduan seluruh
komponen kekuatan bangsa untuk bersama-sama
mempertahankan bangsa dan negara. Sedangkan jalan
dan cara yang ditempuh adalah sesuai keahlian dan
profesi
masing-masing
sehingga
tidak
lagi
mempermasalahkan fungsi siapa namun berfikir dan
menanyakan fungsi masing-masing pribadi. Konteks ini
sudah dikonsepkan secara tegas dalam perundang-

undangan yang berlaku. Bela negara dalam rangka


pertahanan negara telah diwadahi dalam UndangUndang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara. Pasal 2 memuat tentang
pertahanan negara yang bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas
hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada
kekuatan sendiri. Selanjutnya pada Pasal 9 ayat (1),
tentang hak dan wajib ikut serta dalam upaya bela
negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan
pertahanan negara, (2) Keikutsertaan warga negara
dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1, diselenggarakan melalui; a) pendidikan
kewarganegaraan;
b) pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib; c) pengabdian sebagai prajurit Tentara
Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib;
dan d) pengabdian sesuai dengan profesi.
Penyelenggaraan
bela
negara
dilakukan
menyeluruh pada setiap sendi kehidupan bangsa
dengan konsep; 1) dalam menghadapi ancaman militer
menempatkan TNI sebagai komponen utama dan
didukung oleh komponen cadangan dan komponen
pendukung; dan 2) dalam menghadapi ancaman non
militer menempatkan lembaga pemerintahan diluar
bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai bentuk
dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung
oleh seluruh unsur kekuatan bangsa.
Aplikasi bela negara yang melibatkan seluruh
komponen bangsa diwujudkan melalui lingkungan
pendidikan,
lingkungan
kerja
dan
lingkungan
masyarakat. Sasaran bela negara di lingkungan

pendidikan meliputi : a) menanamkan keyakinan akan


kebenaran Pancasila, b) menanamkan nilai, watak dan
sikap pejuang bangsa, c) menanamkan wawasan
kebangsaan, d) menanamkan kedisiplinan, kesadaran
akan hak dan kewajiban serta membangun budi
pekerti. Sedangkan bela negara di lingkungan
pekerjaan, memiliki sasaran : a) menanamkan nilai,
watak dan sikap pantang menyerah, b) menanamkan
sikap pengabdian yang diwujudkan dalam perilaku
untuk mendahulukan kepentingan bangsa, c) menanamkan penghayatan terhadap tugas dan tanggung
jawab, d) menanamkan kemampuan mengantisipasi
masalah berkaitan dengan kepentingan tugas, dan e)
menumbuhkan sikap senasib seperjuangan agar
terhindar dari sikap individualistik. Pada lingkungan
masyarakat, dimaksudkan untuk : a) menanamkan nilai,
watak dan sikap rela berkorban; b) menanamkan sikap
pengabdian yang diwujudkan dalam perilaku untuk
mendahulukan kepentingan masyarakat / lingkungan,
c) menanamkan kepedulian terhadap lingkungan,
d) Menanamkan kemampuan dalam mengantisipasi
masalah yang terjadi di lingkungan, e) menamkan sikap
sosial dengan menghindari sikap indivualistik,
f) Mengembangkan sikap persatuan dalam ke
Bhinekaan.
Meninjau perkembangan global sudah seharusnya
konteks bela negara terus dikembangkan sesuai garis
aturan yang telah ditetapkan. Tumbuhnya kesadaran
serta peran aktif seluruh komponen bangsa adalah
sasaran dari bela negara. Hal ini menjadi benang
merah konsep bela negara bukan untuk mendidik

menjadi militer namun berjuang pada bidang masingmasing dengan dasar demi mempertahanankan
bangsa dan negara untuk mencapai tujuan nasional.
Dapat ditarik simpulan bahwa globalisasi telah
banyak membawa perubahan kemajuan bangsa namun
juga memiliki efek negatif pada penurunan nilai-nilai
nasionalisme. Oleh karenanya perlu terus ditumbuhkan
dan digelorakan semangat nasionalisme sebagai
pondasi dalam bela negara. Peran aktif seluruh
komponen bangsa dalam mempertahankan bangsa
merupakan Doktrin Pertahanan Negara dalam Sistem
Pertahanan Rakyat Semesta (Sishanta) yang harus
dipahami bahwa; 1) Pertahanan negara melibatkan
seluruh komponen bangsa; 2) bela negara merupakan
perjuang sesuai bidang dan profesi masing-masing; 3)
bela negara harus terus hidup dikembangkan melalui
pendidikan, lingkingan pekerjaan dan lingkungan
masyarakat. Seluruh komponen bangsa tersebut
merupakan faktor yang saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan (mutually) serta tidak ada yang lebih unggul
namun saling melengkapi (complementery). Hal ini
menjadi titik tumpu dari kesemestaan yang berakar
pada rakyat dan segenap potensi yang dimiliki bangsa
Indonesia sebagai wujud bela negara. Kesamaan
pandangan dan tujuan dengan semangat persatuan
dan kesatuan menjadi titik awal pertahanan negara.

10

Referensi :
AKMIL. 2015. Kewarganegaraan, Naskah Departemen
Amal, Ichlasul dan Armaidy, 1996. Sumbangan Ilmu
Sosial Terhadap Konsepsi Ketahanan Nasional,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Malthus.T.R, 1798. An Essay on the Principle of
Population, London Morgenthau, Hans J, 1991.
Politik Antar Bangsa, Edisi ke-5, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
Smith, Jerry.E, 2013. Konspirasi Bencana Alam,
terjemahan dari Weather Warfare oleh Ahmad
Syukron, PT. Ufuk Publishing House, Jakarta.
Soedarsono, Soemarno, 1997. Membina Identitas
Bangsa, Ketahanan Pribadi dan Ketahanan
Keluarga sebagai Tumpuan Ketahanan nasional,
PT. Intermasa, Jakarta.
Suryohadiprojo,Sayidiman,2005. Si Vis Pacem Para
Bellum, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai