ERA GLOBAL
Kolonel Arm Joko Purnomo
Globalisasi dan perubahan menjadi keniscayaan
dalam hidup dan kehidupan sebuah negara. Linearitas
tersebut harus terjaga jika tidak ingin tergulung oleh
perubahan jaman. Disinilah frame bela negara
bermakna sebuah tuntutan kebutuhan (need) yang
harus dilestarikan agar terus hidup tanpa akhir
(konservasi). Patah tumbuh hilang berganti harus
menjadi ruh nasionalisme setiap insan Indonesia
sebagai pondasi utama dalam bela negara.
Pemahaman bijak, bahwa bela negara bukanlah
kewajiban yang membebani, namun menjadi hak setiap
warga negara yang menuntut pemenuhannya.
Perkembangan dunia yang pesat syarat muatan
kepentingan
kebutuhan
menjadi
tantangan
metamorfosa bela negara. Oleh karenanya, bela
negara hendaklah dipahami sebagai hak untuk
menjaga Bangsa Indonesia seisinya tanpa memandang
status
dan
profesi.
Bela
negara
harus
ditumbuhkembangkan
pada
dunia
pendidikan,
lingkungan kerja serta lingkungan masyarakat. Hal ini
selaras dengan Doktrin Pertahanan Negara Indonesia
yang menerapkan Sistem Pertahanan Semesta
(Sishanta) sesuai amanat UUD 1945.
Kata kunci : Globalisasi, Nasionalisme dan Bela
Negara.
Konteks Nasionalisme
Nasionalisme menurut kamus besar bahasa
Indonesia adalah paham (ajaran) untuk mencintai
bangsa dan negara sendiri. Sifat kenasionalan
bermakna makin menjiwai bangsa Indonesia;
kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang
secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai,
mempertahankan, dan mengabadikan identitas,
integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; dan
semangat kebangsaan (KBBI).
Nasionalisme berasal dari kata Nation yang dalam
bahasa Latin Natio, menurut Ritter (1986 : 286)
dimaknai sebagai sekelompok orang yang dilahirkan di
suatu daerah yang sama (group of people born in the
same place). Nasionalisme dapat dimaknai sebagai
rasa cinta tanah air, ras, bahasa atau budaya yang
sama, yang memunculkan sikap patriotisme dan
toleransi. Secara luas, nasionalisme diartikan sebagai
perasaan cinta atau bangga terhadap tanah air dan
bangsanya yang tinggi, tanpa memandang rendah
bangsa lain (menghormati). Hubungan antar warga
negara akan didasari persatuan dan kesatuan,
mengedepankan
kepentingan
dan
keselamatan
bangsanya. Menghormati keragaman bangsa sehingga
berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah (toleransi).
Nasionalisme memiliki berbagai aspek pendukung
seperti : 1) Aspek pengetahuan (cognitive) yaitu
pentingnya pengetahuan dan pemahaman warga
negara atas kondisi bangsanya baik idiologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan dan
keamanan bangsa. Aspek ini akan mendasari sikap
menjadi militer namun berjuang pada bidang masingmasing dengan dasar demi mempertahanankan
bangsa dan negara untuk mencapai tujuan nasional.
Dapat ditarik simpulan bahwa globalisasi telah
banyak membawa perubahan kemajuan bangsa namun
juga memiliki efek negatif pada penurunan nilai-nilai
nasionalisme. Oleh karenanya perlu terus ditumbuhkan
dan digelorakan semangat nasionalisme sebagai
pondasi dalam bela negara. Peran aktif seluruh
komponen bangsa dalam mempertahankan bangsa
merupakan Doktrin Pertahanan Negara dalam Sistem
Pertahanan Rakyat Semesta (Sishanta) yang harus
dipahami bahwa; 1) Pertahanan negara melibatkan
seluruh komponen bangsa; 2) bela negara merupakan
perjuang sesuai bidang dan profesi masing-masing; 3)
bela negara harus terus hidup dikembangkan melalui
pendidikan, lingkingan pekerjaan dan lingkungan
masyarakat. Seluruh komponen bangsa tersebut
merupakan faktor yang saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan (mutually) serta tidak ada yang lebih unggul
namun saling melengkapi (complementery). Hal ini
menjadi titik tumpu dari kesemestaan yang berakar
pada rakyat dan segenap potensi yang dimiliki bangsa
Indonesia sebagai wujud bela negara. Kesamaan
pandangan dan tujuan dengan semangat persatuan
dan kesatuan menjadi titik awal pertahanan negara.
10
Referensi :
AKMIL. 2015. Kewarganegaraan, Naskah Departemen
Amal, Ichlasul dan Armaidy, 1996. Sumbangan Ilmu
Sosial Terhadap Konsepsi Ketahanan Nasional,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Malthus.T.R, 1798. An Essay on the Principle of
Population, London Morgenthau, Hans J, 1991.
Politik Antar Bangsa, Edisi ke-5, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
Smith, Jerry.E, 2013. Konspirasi Bencana Alam,
terjemahan dari Weather Warfare oleh Ahmad
Syukron, PT. Ufuk Publishing House, Jakarta.
Soedarsono, Soemarno, 1997. Membina Identitas
Bangsa, Ketahanan Pribadi dan Ketahanan
Keluarga sebagai Tumpuan Ketahanan nasional,
PT. Intermasa, Jakarta.
Suryohadiprojo,Sayidiman,2005. Si Vis Pacem Para
Bellum, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.