Disusun Oleh :
Fauziah Amalia Devi
(14916106)
merupakan investasi syiar dan kekuatan Islam yang dahsyat, hal ini terefleksi
dalam prosesi Wukuf, Thawaf, Sai dan Jamarat yang dilakukan oleh seluruh
jamaah haji. Bagi masyarakat Indonesia, melaksanakan ibadah haji merupakan
sebuah dambaan, tidak hanya sebagai pencapaian puncak spiritual seseorang
dalam menjalankan agamanya namun juga sebagai salah satu bentuk simbol
eksistensi seseorang di tengah lingkungan sosial dan masyarakat, hal inilah yang
mendorong semangat atau ghiroh ummat islam di Indonesia sangatlah tinggi
sehingga disetiap penyelenggaraaan ibadah haji tiap tahunnya kontingen jamaah
haji Indonesia adalah yang terbesar dari seluruh Negara, hal ini cukup beralasan
mengingat Indonesia termasuk urutan atas Negara dengan populasi jumlah ummat
islam tertinggi di dunia.
Ibadah haji merangkai semua jenis ibadah dalam rangkaian yang
sempurna. Dimulai dari deklarasi ihram yang wajib diucapkan secara lisan,
seorang haji harus menahan diri dari berbagai larangan tertentu selama masih
berihram. Kemudian dilanjutkan dengan thawaf dan sai yang melibatkan seluruh
tubuh. Dilengkapi dengan wukuf di Padang Arafah dan melempar jumrah, prosesi
diakhiri dengan menyembelih hewan kurban yang merupakan ibadah harta.
Bahkan ibadah haji adalah ibadah yang paling menyita energi dan menelan biaya.
Seluruh kemampuan yang diperlukan dalam ibadah-ibadah sebelumnya tercurah
pada ibadah haji, sehingga pantas dikatakan bahwa ibadah haji adalah puncak dari
ekspresi ketaatan hamba.
Namun pelaksanaan dan pelayanan ibadah haji di Indonesia tidak lepas
dari berbagai permasalahan pelik, meskipun pemerintah berusaha melakukan
perbaikan dari musim haji satu ke depannya. Akan tetapi kenyataan dilapangan
embuktkan bahwa masalah dalam pelaksanaan ibadah haji tidak dapat
diselesaikan dengan baik. Padahal masalah ini sering terulang tiap tahun tanpa ada
pemecahan masalah yang berarti. Yang menjadi pertanyaan mengapa Kementrian
Agama seperti tidak mampu mengantisipasi dan sekaligus mencari solusi yang
tepat atas permasalahan tersebut. Ada kritik bahwa Kementrian Agama perlu
merekrut akhli manajemen krisis dan majemen resiko, yang mampu melakukan
identifikasi masalah dengan cepat, cermat dan tepat sehingga bisa menemukan
solusi terbaik , dengan mengantisipasi semua resiko yang mungkin terjadi. Oleh
karena itu paper ini akan menganalisis resiko yang menyeluruh mengenai
pelaksanaan ibadah haji di Indonesia.
B. Pembatasan Masalah
Permasalahan akan
ditinjau
mulai
daripendaftaran
aktivitas
pemberangkatan, aktivitas formal ibadah haji sampai dengan aktivitas non formal.
C. Tujuan
Penulisan paper ini bertujuan untuk mengetahui resiko apa saja yang
potensial dalam pelakasanaan ibadah haji.
BAB II
ISI
A. Aktivitas Pendaftaran Ibadah Haji
Aktivitas pendaftaran ibadah haji yang akan dibahas dalam paper ini
adalah pendaftaran regular melalui pemerintah, bukan haji plus atau khusus.
1. Pembukaan rekening haji
Pembukaan rekening haji hanya bisa dilakukan di bank tertentu yang
ditunjuk sebagai bank penerima setoran. diantaranya adalah: BRI, BRI
Syariah, BNI, Bank Muamalat, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, BTN,
Bank Jateng dan Bank Mega Syariah. Rekening haji berbeda dengan
rekening umum.
Resiko yang dapat terjadi dalam pelaksanaan prosedur ini adalah :
No
1
Resiko
Calon jamaah haji harus pergi ke bank
yang sudah ditunjuk. Tidak masalah jika
rumah tinggal calon haji dekat dengan
bank terkait. Permasalah terjadi ketika
calhaj bertempat tinggal dipelosok dan ini
sangat menyulitkan
2
uang
rupiah.
Resiko
b. 1 Lembar SPPH
c. Pas foto dengan rincian: berwarna, 80% wajah, pakaian gelap,
background putih (tidak berkacamata) = 34 (10 lembar), 46 (2
lembar)
d. FC Surat Keterangan Sehat dari Puskesmas (4 Lembar)
e. FC Akta Kelahiran / Buku Nikah / Ijazah (2 Lembar)
f. FC Kartu Keluarga 2 Lembar)
g. FC KTP (sesuai dengan domisili)
No
Resiko
Resiko
Resiko
Tertinggal rombongan ketika akan menuju
asrama haji
2
3
Resiko
Penumpukan jamaah haji dari asrama haji
2
3
5. Di Pesawat
6. Kedatangan di Tanah Suci
Setiba di bandara King Abdul Aziz Jeddah maka jamaah akan berkumpul da
diperiksa segala kelengkapan dokumennya.
No
1
2
3
Resiko
Jamaah haji tertukar rombongan
Jamaah haji mengalami jetlag
Resiko tertular penyakit di bandara karena
pernah ada kasus flu babi dan antrax
Resiko
Barang bawaan hilang karena ketinggalan
2
3
di bis
Berebut kamar
Kelelahan karena tidak bisa istirahat
diperjalanan
b. Persiapan umrah
No
1
Resiko
Melanggar larangan ihram
prediksi bisa saja terjadi contohnya musibah bencana banjir yang dapat tiba-tiba
terjadi, angina topan dan badai angin, badai padang pasir. Selain itu human error
juga dapat menyebabkan musibah yang dahsyat seperti jatuhnya crane di Masjidil
haram pada musim haji tahun kemarin. Ini merupakan resiko yang mungkin saja
bisa terjadi.
Menurut saya mengubah mindset para pendamping haji dari orientasi
surplus pahala sentris ke pahala dan keselamatan sentris merupakan hal yang
penting untuk mengurangi resiko. Tidak ada artinya tujuan memperoleh pahala
yang lebih besar tetapi keselamatan tidak diperhatikan. Makanya, mindset mencari
keafdholan (keutamaan) harus diubah menjadi kemaqbulan. Bukankah haji yang
mabrur sudah cukup menjadi kendaraan seseorang untuk memasuki surga dan
keridlaan Allah. Sampai saat ini masih banyak tim pendamping haji yang merasa
bahwa
dirinya
paling
tahu
mengenai
medan
haji,
sehingga
dengan
pengetahuannya itu dijadikan sebagai justifikasi untuk mengajak para jamaah haji
dalam mengejar keutamaan haji. Sebagaimana contoh haji tahun ini (2015) yang
menuai masalah bagi jamaah haji Indonesia, sesungguhnya dipicu oleh ajakanajakan untuk menunaikan keutamaan haji dimaksud. Padahal Pemerintah Arab
Saudi sudah memberikan jadwal bagi jamaah Asia untuk melempar jumrah pada
jam tertentu, akan tetapi ada sekian banyak tim pemandu haji yang melakukan
berbeda dengan time schedule dimaksud.
Resiko kesehatan jamaah haji juga tinggi karena padatnya aktivitas saat
melakukan ibadah haji. Bermalam di Musdalifah di ruang terbuka, beratapkan
langit dan berlantai tanah yang dipenuhi dengan debu dan manusia yang sangat
padat dan diselimuti cuaca dingin. Lontar Jumroh sekali sehari selama tiga hari.
Perjalanan dari pemondokan ke Jamarat berjarak 2-5 km, sangat padat oleh
jemaah yang lalu lalang, dan berdesakan saat melontar jumroh. Sebelum
berangkat menunaikan ibadah haji, seyogyanya calon jemaah haji harus
melakukan persiapan- persiapan. Persiapan tentang ilmu manasik haji juga
persiapan fisik dan mental. Persiapan fisik dan mental meliputi pemeriksaan
kesehatan, persiapan dalam menghadapi perubahan cuaca dan iklim di negara
Saudi Arabia, persipan untuk menjaga kondisi fisik yang baik dan prima, sehingga
dapat menjalankan ibadah haji dengan optimal.
Masalah lain yang terjadi saat pemulangan jamaah haji. Urusan bagasi
jemaah haji yang overload dalam penerbangannya pulang, masih saja terjadi.
Bukan hanya akibat si jemaah haji yang membandel, namun juga pemahaman
petugas lapangan mengenai kuota berat bagasi ternyata belum seragam dan
prakteknya yang cenderung sekedar gugur kewajiban instansinya sendiri.
sebaiknya peraturan kuota bagasi kembali digiatkan. Meski sudah disosialisasikan
sedari awal dan ada tercantum di dalam buku panduan manasik, tidak ada
salahnya jemaah haji diingatkan lagi dan lagi. Sosialisasi serupa plus perbaikan
alur kerja dan koordinasi juga harus dilakukan kepada petugas di lapangan,
terutama dari Kementerian Agama yang sehari-hari berhubungan langsung dengan
jemaah haji. Agar tidak lagi menyampaikan informasi yang keliru atau terlalu dini
menggumpulkan tas koper jemaah haji. Kurangnya pemahaman yang diperparah
dengan informasi keliru, sangat merugikan jemaah haji. Aneka rupa cendera mata
berharga yang terlanjur mereka beli sebagai oleh-oleh bagi sanak keluarganya,
terpaksa ditinggal begitu saja di bandara tanpa ada kepastian jaminan bisa
mendapatkanya kembali setiba di embarkasi kelak.