Anda di halaman 1dari 11

I.

II.

IDENTITAS
Nama

: Ny.Siska

Usia

: 38 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jalan utama no 101 Rumbai

Agama

: Islam

Pekerjaan

: IRT

Pendidikan

: SLTA

Tanggal masuk RS

: 19 April 2016

Ruang rawat inap

: kelas III lantai 3

Nomor Rekam medis

: 140800190

Nama suami

: Tn. Miswar

Pendidikan

: SLTA

ANAMNESIS
( dilakukan autoanamnesis terhadap Ny.Siska
1. Keluhan utama

: keluar darah dari kemaluan

2. Riwayat penyakit sekarang

: hamil 11-12 minggu dengan keluar darah terus

menerus sejak 2 hari yang lalu dengan disertai nyeri perut bawah, sebelumnya
pasien pernah abortus 2 kali dan SC 1 kali.
3. Riwayat pernikahan
a. Tanggal pernikahan

: tidak ada data

b. Usia sewaktu menikah

: tidak ada data

c. Usia suami sewaktu menikah

: tidak ada data

d. Lama pernikahan

: tidak ada data

4. Riwayat Menstruasi
a. Usia menarche

: kelas II SLTP ( 14 th)

b. Siklus menstruasi

: tidak teratur

c. Jumlah darah menstruasi

: tidak ada data

d. Rasa sakit saat menstruasi

: dysmenorea

e. Perdarahan di luar siklus

: tidak ada

5. Riwayat Fertilitas
a. Riwayat Kehamilan Sekarang

:G6P3A2H3

b. Hari Menstruasi Terakhir (HPMT): 23 Desember 2015

III.

c. Hari Perkiraan Lahir (HPL)

: 30 September 2016

d. Mual-mual

: terdapat mual-mual

e. Sesak nafas

: tidak ada

f. Gangguan BAK / BAB

: tidak ada

g. Hipertensi

: tidak ada

h. Kejang

: tidak ada

6. Riwayat Kontrasepsi

: tidak ada data

PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum

: komposmentis

b. Vital sign

: TD:80/60
RR:20

c. Berat badan

: 75 Kg

mmHg, N:98

kali/menit

kali/menit, t :36,9
TB: 158 cm

d. Gizi

: IMT > 30 kategori obesitas II

e. Kepala

: skelera tidak ikterik,tampak pupil isokor,

konjungtiva anemis,dan mulut tampak bersih,


f. Leher

: tidak ada data

g. Dada

: tidak ada data

h. Abdomen

: perut tampak tegang

i. Ekstremitas

: pergerakan sendi bebas

2. Status Obstetri
a. Inspeksi

: tidak ada data

b. Palpasi

: tidak ada data

c. Leopold I

: tidak ada data

d. Leopold II

: tidak ada data

e. Leopold III

: tidak ada data

f. Leopold IV

: tidak ada data

g. Auskultasi

: tidak ada data

h. Vaginal Toucher

: tidak ada data

i. Lain-lain :

His

: tidak ada data

TBJ

: tidak ada data

Umur kehamilan ( minggu )


TFU
Presentasi
Letak anak dan turunnya bagian bawah
Punggung
DJJ
Edema
Tekanan darah (mm Hg)
Berat badan (kg)

Periksa I
VI minggu
Tidak ada data
Tidak ada data
Tidak ada data
Tidak ada data
Tidak ada data
Tidak ada data
80/60
75

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Darah
Trombosit

LED

: 205000 sel/mm3

: Tidak ada
Protein total
data
AT
: Tidak ada
Albumin
Hb
data :11,6g/dl
AL
data
Masa pendarahan
: Tidak:tidak
ada adaGlobulin
Hmt
data :33,9%
Masa pembekuan
: Tidak ada
SGOT
data
Bilirubin indirek :: Tidak
tidak ada
HJL
ada data SGPT
Protein total
:data
tidak ada data Alkali fosfatase
Albumin
:
tidak ada
ada dataUreum
Eosinofil
: Tidak
Globulin
:data
tidak ada dataKreatinin
tidak ada
Segmen SGOT
::Tidak
ada data Urea
SGPT
:data
tidak ada data
Limfosit Alkali fosfatase : :Tidak
tidak ada
ada data
data
tidak ada
ada data
Monosit Ureum
: :Tidak
Kreatinin
:data
tidak ada data
Malaria
: Tidak ada
Rhesus
Urea
:data
tidak ada data
tidak ada
ada data
Golongan Rhesus
darah
::Tidak
data
Eritrosit
: Tidak ada
data
Leukosit
: Tidak ada
data
Thrombosit
: Tidak ada
data

b. Urin

: Tidak ada data


: Tidak ada data
: Tidak ada data
: Tidak ada data
: Tidak ada data
: Tidak ada data
: Tidak ada data
: Tidak ada data
: Tidak ada data

: Tidak ada data

V.

pH
Albumin
Gula
Urobilin
Keton
Darah samar
Epitel
Leukosit
Eritrosit
Protein

:6,7
:tidak ada data
:negative
:negative
:negative
:tidak ada data
:4-6/Lpk
:3-5/Lpb
:40-47/Lpb
: tidak ada data

USG

: foto hasil USG tidak terlampir

Radiologi

: tidak ada data

DIAGNOSIS

: G6P3A2H3 abortus inkomplit 11-12 minggu dengan bekas Sc

1 kali

VI.

VII.

PROGNOSIS

TERAPI

Kuretase

Cefixime 100 mg 2x1

Neurobion 100 mg 1x1

Citosol 2x1

Natabion 1x1

VIII.

: baik jika kuretase dilakukan dengan bersih.

EDUKASI

: pasien dianjurkan bedrest total setelah kuretase

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Anamnesis
a. Pada RPD tidak diketahui data pasien apakah pernah mengalami infeksi seperti
toxoplasmosis untuk melihat faktor risiko dari abortus inkomplet.
b. Pada RPS tidak diketahui berapa banyak perdarahan pada pasien, padahal ini
penting untuk mendukung diagnosis.
c. Pada riwayat infertilitas juga tidak didapatkan data penggunaan kontrasepsi
padahal ini acuan untuk menentukan faktor risiko yang berperan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pada pemeriksaan dalam vagina, tidak ditemukan data atau mungkin tidak
dilakukan sehingga tidak terdapat adanya sisa jaringan hasil konsepsi, dan tidak
terdapat bukti serviks terbuka.
b. Pada status obstetrik, juga tidak didapatkan data tentang inspeksi dan palpasi.
Seharusnya hal tersebut dilakukan dan akan didapatkan hasil pada palpasi uterus
normal.
3. Pemeriksaan penunjang

a. Pada USG, tidak didapatkan data berupa hasil USG. Seharusnya didapatkan hasil
berupa kantong gestasi tidak utuh, terdapat sisa hasil konsepsi, endometrium tipis
dan ireguler.
b. Pada PP juga seharusnya lebih ditekankan pada pemeriksaan Hcg.
4. Terapi
a. Seharusnya diberikan terapi ergometrin i.v sebagai uterotonika atau suatu obat
yang meningkatkan kontraksi uterus, agar sisa-sisa jaringan dapat keluar dan
bersih tanpa meninggalkan sisa.
b. Pada data tidak dicantumkan penanganan untuk mengatasi syok hipovolumik
apabila perdarahan banyak keluar, jenis cairan yang dipakai adalah Ringer Laktat
atau NaCl.

TINJUAN PUSTAKA
1. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Sedangkan abortus inkomplit adalah
sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri sedangkan sebagian
masih tersisa didalamnya
2. Epidemiologi
Insiden abortus inkomplit sendiri belum diketahui secara pasti akan
tetapi penting diketahui bahwa sekitar 60% dari wanita hamil yang mengalami
abortus inkomplit memerlukan perawatan di rumah sakit akibat perdarahan
yang banyak keluar (POGI,2005).
Anomaly kromosom menyebabkan separuh dari abortus pada
trisemester pertama, kemudian menurun 20-30% pada trisemester kedua dan
5-10% pada trisemester ketiga. Risiko abortus semakin meningkat dengan
bertambahnya paritas dan semakin lanjutnya usia ibu dan ayah.
3. Etiopatogenesis

Penyebab pasti abortus belum diketahui secara pasti, tetapi diduga kuat
disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1. Penyebab genetik
Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip
embrio. Paling sedikit 50 % abortus pada trisemester pertama
merupakan kelainan sitogenetik. Proses pastinya belum diketahui,
kemungkinan adanya gangguan gen tunggal (mendelian) atau mutasi
pada beberapa lokus yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan
kariotip.
2. Penyebab anatomik
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi
obstetric, seperti abortus berulang dan prematuritas. Pada perempuan
yang mengalami abortus inkomplit maka akan terdapat 27% kelainan
berupa anomali uterus.
3. Penyebab autoimun
Terdapat hubungan nyata antara abortus berulang dan penyakit
autoimun,misalnya Systematic Lupus Erythematous (SLE) dan
Antiphospolipid Antibodies (aPA). aPA merupakan antibody spesifik
yang didapati pada perempuan SLE. Kejadian abortus pada SLE sekiat
10 % dibanding populasi umum. Bila digabung dengan peluang
terjadinya pengakhiran kehamilan trisemester 2 dan 3, maka
diperkirakan 75 % pasien dengan SLE akan berakhir dengan
terhentinya kehamilan.
4. Penyebab infeksi
Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus diduga sejak
tahun 1917 ketika DeForest dan kawan-kawan melakukan pengamatan
kejadian abortus berulang pada perempuan yang ternyata terpapar
brucellosis. Beberapa mikroba yang berperan adalah : Listeria
Monositogenes, Clamidia Trachomatis, Citomegalivirus, Rubella,
Toksoplasma Gondii, dan lain lain.
5. Faktor lingkungan
Diperkirakan 1-10 % malformasi janin akibat paparan obat, bahan
kimia atau radiasi dan umunya berakhir abortus. Sigaret rokok
diketahui mengandung ratusan unsure toksik seperti nikotin yang

mempunyai efek vasoaktif sehingga membuat sirkulasi uteroplasenta.


Karbon Monoksia juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin
serta memacu neurotoksin.
6. Faktor hormonal
Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini tergantung pada koordinasi
yang baik sistem pengaturan hormone maternal. Oleh karena itu, perlu
perhatian langsung terhadap sistem hormone secara keseluruhan, fase
luteal, dan gambaran hormone setelah kontrasepsi terutama kadar
progesterone.
7. Faktor hematologik
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi dan
adanya mikrotrombin pada pembuluh darah plasenta. Berbagai
komponen koagulasi dan fibrinolitik memegang peran penting pada
implantasi embrio, invasi trofoblas, dan plasentasi.
4. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan pada desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu
biasanya dikeluarkan seluruhya karena vili korialis belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan 8-14 minggu, vili korialis menembus
desidua lebih dalam sehingga umunya plasenta tidak dilepaskan sempurna
yang menyebabkan banyak perdarahan.

5. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan abortus inkomplit didapatkan
hasil berupa : kanalis servikalis terbuka, teraba, jaringan dapat teraba dalam
kavum uteri/ menonjol dari OUE, perdarahan bisa banyak sekali, tak akan
berhenti sebelum sisa konsepsi dikeluarkan yang akan nantinya terjai syok
hemoragik ataupun keadaan anemia (Cunningham,2005).

6. Diagnosis
Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat,
dengan disertai rasa nyeri perut bawah. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan
anamnesia dan pemeriksaan fisik yang didapatkan hasil berupa keluarnya
darah terus menerus dari jalan lahir yang disertai nyeri perut bawah,
perdarahan biasanya banyak dan dapat bertahan selama beberapa hari atau
minggu, ditemui pengeluaran jaringan sisa hasil konsepsi, serviks tetap
terbuka, dengan uterus terus berkontraksi dan didukung adanya hasil dari
pemeriksaan penunjang USG berupa kantong gestasi tidak utuh, terdapat sisa
hasil konsepsi, endometrium tipis dan ireguler.

7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang sebenarnya tidak terlalu menjadi poin
diagnosis abortus inkomplit. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu
dengan diagnosis secara klinis. Besar uterus sudah lebih kecil dari umur
kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum uteri tampak
masa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan.
8. Penatalaksanaan
Pertama kali yang harus dilakukan untuk memperbaiki keadaan pasien
abortus inkomplit adalah memperbaiki keadaan umum dengan memberi cairan
Ringer Laktat atau NaCl, apabila darah terlalu banyak keluar maka berikan
tranfusi darah untuk mengatasi syok hemoragik dan keadaan anemianya.
Selanjutnya segera bersihkan sisa jaringan yang masih ada di cavum uteri dengan
tindakan kuretase dilanjutkan pemberian ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol
400 mg per oral. Berikan antibiotic untuk mencegah infeksinya yaitu ampisilin
500 mg per oral atau doksisiklin 100 mg dan apabila sudah terkena infeksi berikan
ampisilin 1 gr dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam.
9. Prognosis

Prognosis pasien sangat bervariasi tergantung kondisi pasien. Prognosis


keberhasilan tergantung dari etiologi abortus spontan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, 2010. Williams Obstetrics 22nd ed. McGraww-Hill. Medical Publshing Divisio.
783.
Curchill, D. 1999. Hypertension in Pregnancy. BMJ Books. Newyork. 128-43.
Emedicine.medscape.com.abortion incomplete.
Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesiia. 2012.
Prawihardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Pt bina pustaka. Jakarta : Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai