Anda di halaman 1dari 17

LITERATURE REVIEW

APLIKASI BALANCE CAIRAN PADA PASIEN DI RUANG ICU TIMUR RSUP


SANGLAH DENPASAR TANGGAL 29 APRIL s.d 8 MEI 2016

OLEH
NI PUTU WIDYA SULASMI
1102105027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Intesive care unit (ICU) merupakan unit pelayanan yang memberikan perawatan secara
menyeluruh kepada pasien dengan penyakit akut, kompleks dan sudah dalam tahap kritis
serta dilakukan pengawasan tanda vital secara terus menerus terhadap pasien. Tujuan dari
perawatan intensif adalah untuk menyembuhkan kondisi pasien ( Moreno et al., 2010).
Perawat yang bertugas di ruang intensif memiliki pengetahuan khusus dalam menangani
pasien.
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang terbanyak di ruang ICU. Lebih dari 40.000
perawat di dunia mengikuti pelatihan dan bekerja di ruang ICU. Perawat ini berkontribusi
dalam meningkatkan kriteria hasil pasien, menurunkan angka kesakitan dan kematian,
menurunkan komplikasi dan kesalahan dalam pemberian obat maupun tindakan (Robnett,
2006 dalam Riitta, 2012).
Kompetensi yang dapat dilakukan perawat ICU adalah kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain, tindakan mandiri yang salah satunya adalah melakukan balance cairan (Dunn
et al., 2000 dalam Riitta, 2012). Cairan sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis (Welch, 2010 dalam Alison, 2011). Literatur review akan
membahas mengenai overview balance cairan yang didalamnya akan dijelaskan mengenai
pengertian balance cairan dan bagimana serta mengapa harus dilakukan pengukuran balance
cairan. Selain itu, akan membahas pula mengenai pentingnya melakukan pengukuran secara
tepat.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar prosedur penghitungan balance cairan di unit
perawatan intensifdan penerapan prosedur penghitungan balance cairan di ICU
Timur RSUP Sanglah
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar prosedur penghitungan balancce cairan
berdasarkan literatur review
2

2. Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan proesdur penghitungan balance


cairan pada pasien di ruang ICU Timur RSUP Sanglah
3. Untuk mengetahui pembahasan hasil observasi sesuai dengan teori
4. Untuk mengetahui simpulan dan saran berdasarkan pembahasan yang
dilakukan
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar penghitungan balance cairan dan
penerapan prosedur penghitungan balance cairan di ruang ICU Timur RSUP
Sanglah
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengaplikasikan prosedur penghitungan
balance cairan yang benar sesuai teori
1.3.2 Bagi Pasien
1. Pasien dapat terhindar dari komplikasi atau efek samping dari kesalahan
prosedur
1.3.3 Bagi Institusi Kesehatan
1. Institusi dapat meminimalkan kejadian yang merugikan pasien dan
meningkatkan patient safety di RSUP Sanglah khususnya ruang ICU Timur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Cairan


Keseimbangan cairan adalah istilah yang digunakan untuk menghitung cairan masuk dan
cairan keluar pada tubuh yang dapat digunakan sebagai acuan proses metabolisme
berlangsung normal atau tidak (Welch, 2010 dalam Alison, 2011). Total body water mencapai
60% berat tubuh laki-laki dan 52% dari berat badan perempuan. Dimana terdiri dari air dan
molekul seperti misalnya natrium, klorida, dan kalsium (Mooney, 2007 dalam Alison, 2011).
Kompartemen cairan tubuh manusia terdiri dari dua bagian yaitu kompartemen cairan
intraselular (CIS) mengacu pada cairan dalam miliaran sel tubuh. Kurang lebih dua pertiga
cairan tubuh adalah cairan intraseluar. Kompartemen cairan ekstraseluler (CES) yang terdiri
dari seluruh cairan tubuh di luar sel, mengandung sepertiga air tubuh (Sloane, 2007).
Plasma elektrolit penting peranannya untuk menjaga keseimbangan ion dalam darah,
khususnya natrium, kalsium, dan magnesium. Terlalu sedikit atau terlalu banyak dari
elektrolit ini dapat menyebabkan aritmia (Docherty, 2006 dalam Alison 2011).
2.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya pengukuran balance cairan adalah.
1. Menentukan status keseimbangan cairan tubuh pasien
2. Menentukan tingkat dehidrasi
2.3 Pengaturan Volume Cairan Tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang
masuk dan jumlah cairan yang keluar (Alimul, 2006). Jumlah asupan cairan harus sama
dengan jumlah cairan yang dikeluarkan dari tubuh. Perubahan sedikit pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tidak akan memberikan dampak bagi tubuh. Akan tetapi, jika terjadi
ketidakseimbangan antara asupan dan haluaran, tentunya akan menimbulkan dampak bagi
tubuh manusia (Pranata, 2013).
4

Mekanisme cairan adalah sebagai berikut (FKUI, 2008 dalam Pranata, 2013):
1) Jika intake air terlalu banyak, maka tubuh akan mengurangi sekresi ADH (hormon anti
diuretik) dari hipofisis posterior. Sehingga, terjadi penurunan dalam reabsorbsi air di
tubulus distal dan haluaran urine akan meningkat.
2) Dengan adanya peningkatan pada volume plasma, maka venous return juga meningkat
yang menyebabkan peregangan dinding atrium kanan. Regangan ini akan merangsang
pelepasan Atrial Natriuretic Peptide (ANP) dan terjadilah peningkatan pengeluaran
natrium dan air lewat urine.
3) Sebaliknya jika tubuh mengalami defisit volume intravaskuler. Maka tubuh akan
meningkatkan sekresi ADH, sehingga reabsorbsi air di ginjal akan meningkat dan tubuh
memberikan peringatan dalam bentuk rasa haus.
4) Kondisi hipovolemia ini juga menyebabkan tekanan darah menurun. Sehingga akan
merangsang sistem rennin-angiotensin dan terjadilah respon berupa pengurangan
produksi urine.
a) Asupan Cairan
Asupan cairan merupakan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh manusia. Secara
fisiologis, manusia sudah dibekali dengan respon untuk memasukkan cairan ke dalam
tubuh. Respon haus merupakan refleks yang secara otomatis menjadi perintah kepada
tubuh memasukkan cairan. Pusat pengendali rasa haus berada di dalam hipotalamus otak
(Pranata, 2013).
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah 2.500 cc per
hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain.
Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau
adanya perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan darah (Alimul, 2006).
b) Pengeluaran/Haluaran Cairan
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada
orang dewasa, dalam kondisi normal adalah 2.300 cc. Jumlah air yang paling banyak

keluar berasal dari eksresi ginjal (berupa urine), sebanyak 1.500 cc per hari pada orang
dewasa (Alimul, 2006).
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan
dan pengeluaran secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, demam,
keringat, muntah, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan
(Alimul, 2006). Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:
1) Ginjal. Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter
darah untuk disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia adalah 1 ml/kg/jam.
Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari. Jumlah urine yang diproduksi
oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
2) Kulit. Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang
aktivitas kelenjar keringat. Zat terlarut utama dalam keringat adalah natrium, klorida, dan
kalium. Kehilangan keringat yang nyata dapat bervariasi dari 0 sampai 1000 ml atau
lebih setiap jam, tergantung pada suhu lingkungan. Kehilangan air yang terus menerus
melalui evaporasi (kurang lebih 600 ml/hari) terjadi melalui kulit sebagai perspirasi
tidakkasat mata (Smeltzer & Bare, 2002). Insensible Water Loss (IWL) merupakan
kehilangan air dari tubuh tanpa kita rasakan. Kehilangan tersebut pada orang dewasa
sekitar 6 ml/kgBB/24jam. IWL bisa melalui keringat, udara pernapasan, dan eliminasi
alvi (Pranata, 2013). Sedangkan menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) Isensible Water
Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24jam.
3) Paru-paru. Saat kita melakukan ekspirasi, tidak hanya CO2 yang kita keluarkan, tetapi
unsur air juga ikut keluar bersama karbondioksida. Jika kita menghembuskan napas di
depan kaca, maka kaca tersebut akan mengembun. Itulah sebagai bukti bahwa udara
ekspirasi mengandung air. IWL dari udara pernapasan sekitar 400 ml setiap harinya.
Akan tetapi, jumlah tersebut bisa meningkat terkait perubahan frekuensi dan kedalaman
pernapasan (Pranata, 2013)
4) Gastrointestinal. Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap
hari sekitar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24
jam (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

Rumus Menghitung Keseimbangan Cairan


- Intake/cairan masuk: mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam
makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, albumin, dll.
- Output/cairan keluar: feses dan urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter
maka hitung dalam ukuran di urobag.
- IWL (Insensible Water Loss): jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit
dihitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafas.
Rumus IWL: (Pranata, 2013)
IWL = (15x BB)/24 jam
Penghitungan balance cairan untuk dewasa, yaitu:
Input cairan:
1. Air (makan+minum) = cc
2. Cairan infus = cc
3. Therapy injeksi = cc
4. Air Metabolisme = cc (Hitung AM = 5 cc/kgBB/hari)
Output cairan:
Urine = cc
Feses = cc (kondisi normal 1BAB feses = 100cc)
Muntah/perdarahan/cairan drainage luka/cairan NGT terbuka = cc
IWL = cc (hitung IWL = 15 cc/kgBB/hari)
Balance cairan = intake cairan output cairan
(Normal balance cairan 100cc)
2.4 Metode Penghitungan Balance Cairan
Menurut standar prosedur operasional (SPO) yang dipakai di RSUP Sanglah tahun
2015, adapun metode penghitungan balance cairan yang digunakan yaitu.
1) Lakukan sembilan tahap dari enam langkah kebersihan tangan oleh
perawat/bidan sebelum menyiapkan alat.
2) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan yang terdiri dari:
a) Form observasi pemasukan dan pengeluaran cairan
b) Cairan atau bahan yang akan diukur
c) Gelas ukur
3) Lakukan sembilan tahap dari enam langkah kebersihan tangan oleh
4)
5)
6)
7)

perawat/bidan sebelum kontak dengan pasien.


Ucapkan salam kepasa pasien dan atau keluarga.
Perkenalkan diri dokter/perawat/bidan dengan menyebutkan nama
Berikan penjelasan terkait tujuan, prosedur, lama kegiatan.
Berikan kesempatan pada pasien dan atau keluarga bertanya terkait dengan

prosedur tindakan yang akan dilakukan.


8) Lakukan sembilan tahap dari enam langkah kebersihan tangan oleh
perawat/bidan sebelum menghitung cairan yang keluar.
7

9) Perawat menghitung cairan yang masuk baik oral maupun parenteral.


10) Perawat menghitung cairan yang keluar baik lewat urine, NGT, drain, dll.
11) Balance cairan dilakukan setiap 3 jam/ 6 jam/ 24 jam
12) Lakukan sembilan tahap dari enam langkah kebersihan tangan oleh
perawat/bidan setelah menghitung cairan yang keluar
13) Perawat mencatat pada form keseimbangan cairan.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil Observasi di Ruangan


Berdasarkan hasil observasi di ruang ICU Timur, didapatkan kesenjangan terhadap
prosedur dari penghitungan balance cairan. Perawat ketika melakukan penghitungan balance
cairan tidak memasukkan jumlah feses ke dalam kolom cairan keluar. Selain itu, ketika
menghitung urine yang keluar, perawat tidak menggunakan gelas ukur seperti yang tertulis di
SPO, hanya melihat dari jumlah urine bag kecuali pada pasien yang membutuhkan perhatian
khusus seperti misalnya pada pasien bedah jantung, perawat menghitung jumlah urine yang
keluar dengan sangat teliti menggunakan spuit 50 cc yang tentunya hasil yang didapatkan
lebih akurat dibandingkan dengan mengukur melalui urine bag. Ketika melihat jumlah cairan
yang keluar baik melalui selang kateter, drainage, selang NGT, perawat di ruangan
menggunakan sarung tangan. Pada SPO, tertulis perawat tidak perlu menggunakan sarung
tangan hanya perlu melakukan kebersihan tangan dengan menggunakan sabun ataupun
handrub.
Keseimbangan cairan atau balance cairan merupakan acuan untuk menentukan apakah
tubuh mengalami dehidrasi atau overhidrasi. Untuk menghitung balance cairan adalah dengan
menghitung seluruh cairan masuk dikurangi dengan cairan yang keluar. Cairan masuk
menurut Pranata tahun 2013 yaitu berupa air (makan dan minum), cairan infus, therapy
injeksi dan air metabolisme. Berdasarkan hasil observasi di ruang ICU Timur, perawat tidak
memasukkan seluruh komponen cairan masuk ke dalam penghitungan balance cairan. Obatobatan injeksi, obat-obatan melalui NGT, serta kandungan air dalam makanan pasien tidak
dihitung. Hal ini disebabkan karena kesulitan dalam mengkonversikan berapa jumlah cairan
yang terkandung dalam satu porsi makanan pasien. Sehingga dalam penghitungan cairan
masuk, perawat hanya menghitung cairan infus yang masuk, titrasi obat, tranfusi darah, serta
obat-obatan antibiotik dan antipiretik dalam bentuk infus botol kaca.
Dalam jurnal yang berjudul Measuring and Managing Fluid Balance tahun 2011
dijelaskan bahwa cairan tubuh yang keluar termasuk didalamnya feses, keringat dan uap air,
merupakan komponen yang harus dihitung untuk menentukan berapa jumlah cairan yang
keluar. Hal ini juga disampaikan oleh Tarwoto dan Wartonah tahun 2010 yang menyebutkan
bahwa dalam cairan yang keluar salah satunya adalah gastrointestinal dimana kondisi normal
9

cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100-200 ml. Teori lain juga
mengungkapkan bahwa kehilangan cairan tubuh melalui empat proses yaitu, urine, IWL,
keringat, dan feces. Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa kolon. Perawat di ruang ICU belum
menerapkan hal ini dikarenakan kondisi pasien yang tidak defekasi secara teratur.
Karakteristik pasien di ruang ICU adalah pasien yang harus bed rest total sehingga
menyebabkan peristaltik usus tidak adekuat dalam menjalankan fungsinya untuk melakukan
metabolisme, sehingga pasien mengalami konstipasi. Namun, idealnya apabila pasien tidak
defekasi, maka dapat ditulis bahwa jumlah feses dalam cairan yang keluar adalah 0. Selain
karena kondisi pasien, perawat juga mengalami kesulitan untuk mengkonversikan jumlah
cairan keluar dari feses ke dalam satuan mililiter (ml).
Cairan yang keluar juga termasuk didalamnya adalah IWL, dimana IWL dapat dihitung
dengan menggunakan cara (15 x BB)/ 24 jam. Apabila ada penambahan suhu maka IWL
dapat dihitung dengan menggunakan cara IWL normal + 200 (suhu tubuh pasien 36,80C)
(Pranata, 2013). Berdasarkan hasil observasi di ruangan yaitu pada pasien Tn DM, IWL
ketika suhu tubuh meningkat tidak dihitung dan tetap digunakan rumus dengan menggunakan
rumus IWL normal.
Selain karena kondisi pasien, chart yang disediakan di ruang ICU juga tidak memiliki
kolom yang dapat digunakan untuk menuliskan berapa jumlah feses yang keluar. Memantau
keseimbangan cairan tubuh pasien untuk mencegah dehidrasi atau kelebihan cairan
merupakan hal dasar yang harus dihitung secara adekuat oleh masing-masing petugas
kesehatan. Smith and Roberts (2011) mengatakan bahwa seluruh cairan masuk dan keluar,
dari mana pun sumbernya harus didokumentasikan menggunakan angka yang jelas. Hal ini
sangat penting untuk mengetahui berapa banyak cairan yang masuk melalui pengobatan IV
line dan jumlah cairan enteral yang diminum. Penghitungan balance cairan dalam chart
seharusnya dihitung setiap satu atau 2 jam. Penggunaan yang menunjukkan hasil akhir pada
cairan masuk dan keluar masih didiskusikan dalam berbagai literatur (Bennett, 2010).
Penelitian terbaru oleh Perren et al (2011) memperkirakan bahwa hasil akhir balance cairan
khususnya pada ruangan intensif tidak akurat dan perlu dipertanyakan kembali. Menurut
Alison tahun 2011 chart standar yang dapat digunakan untuk mmenghitung balance cairan
adalah sebagai berikut.

10

11

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil observasi dan pembahasan yang telah diuraikan dalam BAB II dan
BAB III maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1) Keseimbangan cairan adalah istilah yang digunakan untuk menghitung cairan
masuk dan cairan keluar pada tubuh yang dapat digunakan sebagai acuan proses
metabolisme berlangsung normal atau tidak.
2) Penerapan penghitungan balance cairan di ruang ICU Timur sudah sesuai dengan
teori namun ada perbedaan karena tidak menghitung jumlah feses. Hal ini
disebabkan karena kondisi pasien dan chart yang disediakan oleh rumah sakit
tidak memiliki kolom yang dapat digunakan untuk menuliskan berapa jumlah
feses yang keluar.
3) Beberapa tindakan dalam penghitungan balance cairan tidak sesuai dengan SPO
yang disedikan oleh rumah sakit seperti tidak perlu menggunakan sarung tangan
ketika melakukan tindakan dan tidak menggunakan gelas ukur untuk menghitung
jumlah urine yang keluar.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil observasi dan kesimpulan tindakan pengukuran balance cairan pada
pasien di ruang ICU Timur RSUP Sanglah Denpasar, observer dapat mengusulkan beberapa
saran antara lain sebagai berikut. Mengacu pada kesimpulan diatas observer mengajukan
saran kepada:
1) Perawat di Ruang ICU Timur
Diharapkan perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan
terutama penghitungan balance cairan, agar memperhatikan SPO yang ada
sehingga hasil pemantauan balance cairan lebih akurat.
2) Observer selanjutnya
a. Agar mengembangkan observasi tentang pengukuran balance cairan pada
pasien dengan jumlah yang lebih banyak
b. Melakukan analisa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan
pengukuran balance cairan

12

DAFTAR PUSTAKA
1. Moreno R, Singer B, Rhodes A. What is an ICU? In: Flaatten H, MorenoRO, Putensen
C, Rhodes A, editors. Organisation and management of intensive care. Berlin:
Medizinisch Wissenschaftliche Verlagsgesellschaft; 2010.
2. Riitta-Liisa Lakanmaaa. 2012. Competence requirements in intensive and critical care
nursing Still in need of definition? A Delphi study. Department of Nursing Science,
University of Turku, Betaniankatu: Finland
3. Alison Shepherd. 2011. Measuring and Managing Fluid Balance. Nursing Times:
ProQuest Medical Library
4. Ethel Sloane. 2007. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC
5. Pranata, Andi Eka. 2013. Manajemen Cairan dan Elektrolit. Yogyakarta : Haikh

13

LAMPIRAN
RESUME PENGHITUNGAN BALANCE CAIRAN
1.

Tanggal 30 April 2016


Balance cairan dilakukan pada pasien atas nama Tn DM dengan diagnosa Post
trepanasi evakuasi cloth + craniotomy decompresi ec CKB,EDH,ICH,SDH. Balance
cairan dilakukan dengan mengobservasi cairan yang keluar yaitu melalui NGT, drain,
dan kateter urine dan menghitung cairan yang masuk dari IV line. Penghitungan
cairan keluar dari feses tidak dilakukan karena pasien tidak dalam kondisi BAB.
Penghitungan urine output dilakukan dengan melihat cairan yang keluar dari urine

2.

bag.
Tanggal 29 April 2016
Balance cairan dilakukan pada pasien atas nama An RA dengan diagnosa Post VSD
Closure e.c. Small Perimembraneus VSD + Moderate DCSA VSD. Penghitungan
balance cairan dilakukan dengan menghitung cairan yang masuk dari IV line dan
titrasi obat yang masuk. Penghitungan cairan keluar dilakukan dengan melihat urine
output, jumlah drain, dan produksi pig tail. Pengukuran urine output dilakukan dengan

3.

menggunakan sputi 50 cc karena pasien dilakukan observasi setiap jam.


Tanggal 1 Mei 2016
Balance cairan dilakukan pada pasien atas nama Tn NS dengan diagnosa DIC
Membaik, VAP late Onset, Sepsis Post Amputasi ec akut limb ischemic AKI st III
Prerenal. Balance cairan dilakukan dengan mengobservasi cairan yang keluar yaitu
melalui NGT dan kateter urine dan menghitung cairan yang masuk dari IV line.
Penghitungan cairan keluar dari feses tidak dilakukan meskipun pasien dalam kondisi
BAB, hanya terdapat keterangan pada kolom masalah pada chart pasien bahwa pasien
sudah BAB. Penghitungan urine output dilakukan dengan melihat cairan yang keluar

4.

dari urine bag.


Tanggal 2 Mei 2016
Balance cairan dilakukan pada pasien atas nama An KB dengan diagnosa
CKB,SAH,SDH,pnemo thorac dextra post WSD,Ruptur lien post lienectomy,cf femur
dextra skin traksi,cf tibia sinistra. Balance cairan dilakukan dengan mengobservasi
cairan yang keluar dari urine output dan WSD. Ketika itu, NGT yang dipakai adalah
NGT nutrisi, sehingga cairan yang masuk dihitung melalui cairan parenteral dan
enteral. Penghitungan urine output dilakukan dengan melihat produksi urine pada

5.

urine bag.
Tanggal 3 Mei 2016
14

Balance cairan dilakukan pada pasien atas nama Tn NB dengan diagnosa Post
stabilisasi decompresi fusi e.c. patological fracture CV L4 frankle C e.c. metastatic
bone desease. Balance cairan dilakukan dengan mengobservasi cairan yang keluar
yaitu melalui NGT, drain, dan kateter urine dan menghitung cairan yang masuk dari
IV line. Penghitungan cairan keluar dari feses tidak dilakukan karena pasien tidak
dalam kondisi BAB. Penghitungan urine output dilakukan dengan melihat cairan yang
6.

keluar dari urine bag.


Tanggal 4 Mei 2016
Balance cairan dilakukan pada pasien atas nama Ny DA dengan diagnosa Laparatomy
TAH BSO limfadenectomy bilateral. Balance cairan dilakukan dengan menghitung
cairan parenteral yang masuk tanpa menghitung cairan enteral dikarenakan pasien
puasa. Penghitungan cairan keluar dari feses tidak dilakukan karena pasien tidak
dalam kondisi BAB. Penghitungan urine output dilakukan dengan melihat cairan yang

7.

keluar dari urine bag.


Tanggal 5 Mei 2016
Balance cairan dilakukan pada pasien atas nama Ny JK dengan diagnosa Post
laparotomy explorasi + reseksi ileum + hemicolectomy D e.c. total ileus obstruksi
susp e.c. volvulus dd masenteric ischemic + SEPSIS, Hipertensi St I. Penghitungan
cairan masuk dihitung melalui jumlah cairan parenteral yang masuk. Pasien tidak
mendapatkan cairan enteral karena NGT yang dipakai adalah NGT dekompresi.
Penghitungan cairan keluar didapatkan dari menghitung jumlah urine output, jumlah
cairan drain. Penghitungan cairan keluar dari feses tidak dilakukan karena pasien
tidak dalam kondisi BAB. Penghitungan urine output dilakukan dengan melihat cairan

8.

yang keluar dari urine bag.


Tanggal 6 Mei 2016
Balance cairan dilakukan pada pasien atas nama An ZA dengan diagnosa DSS hari ke
7. Penghitungan cairan masuk dihitung melalui jumlah cairan enteral dan parenteral
yang masuk. Penghitungan cairan keluar dihitung melalui jumlah produksi urine
output. Penghitungan cairan keluar dari feses tidak dilakukan karena pasien tidak
dalam kondisi BAB. Penghitungan urine output dilakukan dengan melihat cairan yang

9.

keluar dari urine bag.


Tanggal 7 Mei 2016
Balance cairan dilakukan pada pasien atas nama Ny. AW dengan diagnosa Post SC
e.c. pre eklamsia berat. Penghitungan cairan masuk dihitung melalui jumlah cairan
enteral dan parenteral yang masuk. Penghitungan cairan keluar dihitung melalui
jumlah produksi urine output. Penghitungan cairan keluar dari feses tidak dilakukan
15

karena pasien tidak dalam kondisi BAB. Penghitungan urine output dilakukan dengan
10.

melihat cairan yang keluar dari urine bag.


Tanggal 8 Mei 2016
Balance cairan dilakukan pada pasien atas nama Ny KS dengan diagnosa Susp Ruptur
Aneurysme Cerebral. Balance cairan dilakukan dengan mengobservasi cairan yang
keluar dari urine output. Ketika itu, NGT yang dipakai adalah NGT nutrisi, sehingga
cairan yang masuk dihitung melalui cairan parenteral dan enteral. Penghitungan urine
output dilakukan dengan melihat produksi urine pada urine bag.

16

17

Anda mungkin juga menyukai