Provinsi Bali sudah menyandang status Kejadian Luar Biasa (KLB) Rabies. Upaya
penanganan rabies selama ini patut dipertanyaakan karena jumlah kasusnya justru semakin
meningkat dibanding tahun sebelumnya. Kejadian Rabies ini juga menjadi perhatian dunia
internasional. Kedutaan Besar Jepang dan Australia sudah mulai memberi perhatian terhadap
penanganan rabies di Bali. Mereka merasa terancam terhadap kondisi ini. Hal ini juga dapat
mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Bali karena mempertimbangkan faktor kesehatan
warganya. Walaupun sampai saat ini belum dikeluarkan travel warning untuk kejadian rabies,
namun kita harus bertindak sebelum kejadian rabies menjadi lebih besar lagi.
Kita menyadari sebagian besar masyarakat Bali bergantung pada pariwisata. Sektor
pariwisata juga terkait dengan faktor keamanan dan kesehatan. Menyatakan Bali sebagai
daerah endemis rabies serta mengalami Kejadian Luar Biasa tentu perlu dilakukan
penanganan serius terhadap masalah ini. Semua negara menginginkan warganya berkunjung
ke daerah yang aman dan tidak membahayakan. Isu rabies dapat menjadi sensitif terhadap
perkembangan pariwisata kita ke depannya. Jumlah vaksin anti rabies (VAR) yang berkurang
persediaannya menunjukkan ketidak siapan kita menghadapi kejadian luar biasa rabies.
Persediaan VAR harus segera ditambah dan didistribusikan ke daerah-daerah rawan rabies.
Sehingga apabila ada kasus gigitan anjing maka dapat segera mendapatkan vaksin. Hal ini
juga untuk mengurangi angka kematian akibat rabies. Selama ini kita masih belum optimal
dalam melakukkan penanganan pada anjing penular rabies. Masih belum semua anjing
divaksin, anjing yang sudah divaksin juga ada yang hilang tandanya. Harusnya setiap anjing
ada rekam datanya sudah lengkap vaksinnya atau belum. Administrasi pendataan anjing
inilah yang belum ada. Setiap pemilik anjing harusnya memiliki sertifikat kepemilikan disana
ada kelengkapan dokumennya.
Sebagian besar anjing terutama di pedesaan anjing liar dan anjing diliarkan
pemiliknya. Saat mau ditangkap untuk dilakukan vaksinasi seringkali tidak jelas siapa
pemiliknya sehingga sulit untuk ditangkap. Kasus rabies saat ini sudah memasuki daerah
pedesaan. Seperti diketahui jumlah anjing liar di desa sangat banyak. Sedangkan tindakan
kita masih lambat dalam pendataan dan pengendaliannya. Gerakan pemberian vaksin pada
anjing dan hewan penular rabies (HPR) di Bali memang sangat diperlukan ini juga dapat
menangkal penyebaran rabies. Terkait dengan anjing liar dan tidak terurus maka eliminasi
menjadi salah satu pilihan. Anjing liar yang tidak terurus juga dapat menjadi masalah
kesehatan lainnya. Orang yang mendapat gigitan anjing harus dibersihkan lukanya dan
mendapatkan vaksin serta serum anti rabies. Penangan rabies harus cepat dan tepat kerena
penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Apalagi kalau sampai ada wisatawan asing yang
terkena maka dampaknya akan menjadi besar. Kawasan pariwisata harus mendapatkan
perhatian terutama terkait dengan anjing yang liar agar dilakukan vaksin atau dieliminasi.
Keterlibatan Desa Pakraman dalam sosialisasi dan membuat perarem (peraturan adat)
tentang anjing mengganggu orang agar ditertibkan. Lembaga sosial masyarakat harus diajak
bareng dalam menyukseskan vaksinasi rabies secara masal. Dengan keterlibatan masyarakat
maka ada rasa memiliki terhadap program tersebut. Kejadian kematian akibat rabies
seringkali karena keterlambatan penanganan. Warga yang digigit anjing menganggap hal itu
sudah biasa sehingga dibiarkan begitu saja. Sosialisasi terhadap penanganan luka akibat
gigitan anjing perlu dilakukan. Luka gigitan anjing harus di dicuci dengan sabun pada air
mengalir. Berikan antiseptik kemudian segera bawa ke layanan kesehatan untuk mendapatkan
vaksin dan serum anti rabies.
Sektor Pariwisata harus sesuai dengan aspek Sapta Pesona, yaitu Aman. Kalo ada rabies, tdk
aman.
Bila didefinisikan, AirBnB merupakan layanan online yang menyediakan jasa sewa rumah
atau apartemen yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Dengan kata lain, saat kamu sedang
traveling dan membutuhkan penginapan, kamu bisa memesannya melalui AirBnB. Sekarang
kita bandingkan, apa perbedaan antara sewa penginapan di Traveloka dan di AirBnB? Bila
sebelumnya sudah jelas, airBnB hanya melayani pemesanan penginapan, sekarang saya
perjelas lagi.
Lihat gambar di atas. Satu sisi pada gambar itu merupakan AirBnB, sedangkan sisi kanan
adalah Traveloka. Yang kita bandingkan di sini adalah jenis penginapan yang mereka
sediakan.
Bila Traveloka menyediakan jenis penginapan seperti hotel, hostel, dan guest house, maka
sebaliknya dengan AirBnB. Layanan online penyedia jasa penginapan ini mengaku ingin
memberikan pengalaman berbeda kepada pengunjung dengan menyewakan rumah,
apartemen, atau villa.
Rumah dan apartemen yang mereka sewakan merupakan rumah warga lokal. Dalam hal ini,
AirBnB memang bekerja sama dengan warga setempat untuk menyewakan rumah mereka.
Warga yang ingin menyewakan rumah atau apartemen harus mendaftar sebagai anggota
AirBnB terlebih dahulu. Setelah resmi mendaftar, mereka berhak menentukkan harga sewa
rumah sesuai yang mereka inginkan.
Lalu, bagaimana cara pembayarannya? Bagi kamu yang ingin memesan penginapan lewat
airBnB, pembayaran bisa kamu lakukan dengan beberapa opsi pembayaran seperti Kartu
Kredit atau Kartu Kredit Prabayar (Visa, MasterCard, Amex, Discover, JCB) atau paypal.
Kita nggak perlu khawatir dengan penipuan masalah pembayaran. Karena pembayaran yang
kita lakukan akan langsung masuk ke AirBnB finance terlebih dahulu. Ketika kita sudah
check in dan check out, pihak AirBnB finance kemudian meneruskan ke pemilik properti.
Ini hal-hal yang biasanya ditanyakan para calon pengguna AirBnb tentang AirBnB pada saya:
Sayangnya, memesan rumah di AirBnB harus dibayarkan secara full. Kamu nggak bisa
membayar DP seperti memesan hotel atau hostel lain.
Kalau tidak punya kartu kredit, bagaimana cara pembayarannya?
Sebenarnya bisa saja membayar rumah dengan menggunakan Google wallet. Namun, Google
wallet hanya bisa digunakan buat kamu pemakai android di US. Sedangkan untuk Indonesia,
hanya melayani pembayaran kartu kredit.
Mungkin kamu juga akan mempertanyakan, apakah sewa rumah di AirBnB terpercaya? Saya
tidak berani menjamin bila pemesanan di AirBnB 100% bisa dipercaya. Karena, beberapa
kali sering terdengar kasus penipuan melalui airBnB.
Penipuan itu mungkin saja ada, tapi kamu masih menghindarinya kok. Tips memilih rumah
atau apartemen yang baik yaitu:
lihatlah review rumah tersebut. Semakin baik reviewnya berarti rumah tersebut
semakin terpercaya.
Lihatlah rating rumah tersebut. Kamu bisa melihat jumlah rating yang ada. Semakin
banyak jumlah rating, semakin tinggi nilai kualitas rumah atau apartemen tersebut.
Jangan tergoda dengan harga. Murah belum berarti mempunyai kualitas buruk.
Sebaliknya, rumah yang mahal belum tentu mempunyai reputasi yang baik.
Pertimbangkan harga, lokasi, dan foto-foto yang ditampilkan.
Iya dan tidak. Beberapa rumah memang disewakan kamar beserta isinya, termasuk tinggal
bersama pemilik rumah. Namun, nggak semua pemilik rumah atau apartemen tinggal
bersama pengunjung. Banyak dari mereka yang hanya menyewakan rumah atau apartemen
kosong.
Ada tidaknya sarapan bergantung pada pemilik rumah. Semua fasilitas yang diberikan tertulis
pada profile airBnB empunya rumah.
Pemilik rumah telah menentukan berapa jumlah minimal dan maksimal orang yang boleh
menginap di rumah mereka. Semua ketentuan sudah dituliskan.
Tergantung. Murah atau mahal tergantung fasilitas yang ditawarkan dan uang yang kamu
punya. Penginapan model rumah pohon di Bali disewakan dengan harga 300 ribu rupiah.
Fasilitas yang didapat ya standard, cuma kamar tidur, toilet umum, dan pemandangan alam
yang indah.
Sampai sejauh ini, sudah banyak rumah, villa, dan apartemen yang disewakan. Khususnya di
kota-kota besar dan kota wisata. Seperti Bali, Lombok, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.
"Homestay ini semacam Airbnb tapi by design, bentuknya dan sebagainya. Tapi kalau Airbnb
kan ada dulu situsnya," ujar Arief di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta,
Selasa (25/10/2016) malam.
Airbnb dikenal sebagai situs penyewaan penginapan baik itu rumah, apartemen, ataupun
hotel.
Situs asal California, Amerika Serikat, ini sudah merambah kota-kota lain di dunia.
Sistemnya, orang yang ingin menyewakan kamar bisa mendaftar di Airbnb.
Cara ini dinilai efektif dalam menyediakan penginapan dengan banyaknya pilihan bagi
penyewa atau wisatawan.
Arief mengatakan, rumah wisata didesain dari awal untuk menyesuaikan arsitektur dan
budaya lokal.
Penyediaan rumah wisata ini dapat membantu wisatawan yang mencari penginapan. Karena
itu Arief yakin, bisnis homestay akan diminati masyarakat.
"Kebutuhan perumahan saja 7 juta unit, kalau target hanya 100.000 unit pasti terjual habis,"
tutur Arief.
Selain itu, kata dia, dalam membeli rumah wisata, masyarakat dapat memanfaatkan Kredit
Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP).
Fasilitas ini memungkinan konsumen membeli rumah dengan uang muka 1 persen, tenor 20
tahun, dan cicilan Rp 800.000.
Insiden Tari Belibis di desa Loloan, Jembrana yang sempat viral di media sosial
(medsos) akhirnya bisa diselesaikan bersama melalui Piagam Jembrana. Melalui
postingannya, Senator RI asal Bali Dr. Shri i Gusti Ngurah Arya Wedakarna mengatakan,
pada hari ini tanggal 2 November 2016 telah lahir Piagam Jembrana yang isinya tentang
permohonan maaf dari warga muslim Loloan, Negara dan pemerintah desa terkait insiden
Tari Belibis Syariah. Mediasi dihadiri oleh Wakil Bupati Jembrana Kembang Hartawan,
Kementerian Agama kabupaten Jembrana, Majelis Madya Desa Pekraman (MMDP)
Jembrana, Bendesa Adat Lokasari, Guru Kesenian Madrasah Loloan, Tokoh Muslim Loloan
dan unsur Muspika Jembrana. Permasalahan Tari Belibis dikupas tuntas dengan
memperhatokan aturan dan dresta yang ada.
"Saya menegaskan bahwa Tari Bali memiliki pakem. Satyam Siwam Sundaram
(logika, etika dan estetika). Setiap Tari Bali juga memiliki pakem Swadharma Pragina dan
Swadharma Pegambuhan" ungkap Wedakarna. Ia juga menambahkan, setiap penari Bali
selalu menurunkan Betara Taksu terlepas dari tarian yang dibawakan apakah tari sakral
maupun non sakral. Tari Bali merupakan Weda.ke-5 atau Ithiasa yang memiliki hubungan
dengan satra-sastra Weda.
Hargai budaya kami, jangan rubah budaya kami, dimana kaki dipijak disana langit
dijunjung, toleransi umat Hindu besar jangan semakin dimanfaatkan,
Izinkanlah saya secara terbuka memberi sedikit masukan dalam hal Tari Bali Syariah.
Sebagai orang tua yang telah lebih dari 60 tahun menari dan mengajar tari Bali, baik di Bali
maupun luar Bali. Entah siapa gerangan yang memulai istilah ini di media sosial, Tari Bali
Syariah. Saya tertarik mengikuti perbincangan dan aneka komentar mengenai hal ini.
Kebudayaan dan kesenian bukan hal diam seperti benda dalam museum. Kesenian akan terus
bergerak mengalir menurut lokasi, maupun waktu, tanpa ada yang bisa menghalanginya. Tari
Bali sendiri adalah hasil persinggungan tarian dan pengiring gamelan Bali Aga, India, Cina,
bahkan Barat dalam lingkungan sangat kreatif sehingga menghasilkan tarian khas Bali yang
tak ada duanya di dunia. Pendapat saya, janganlah masalah di atas dikaitkan dengan Agama.
Karena akan rancu. Sebagai contoh, di India yang beragama Hindu, tarian wanitanya dalam
Bharatanatyam, Kathak, dan Mohiniyattam semua memakai baju atas.
Sebaiknya kita menelaahnya hanya dengan dua prinsip: ETIKA dan ESTETIKA.
ETIKA adalah hal yang dianggap baik, sopan dan pantas oleh suatu komunitas,
termasuk penarinya sendiri dan pemirsanya. Etika adalah juga menghargai orang lain.
Seharusnya kita menghargai ada kelompok yang berkeyakinan lain dalam berbusana, begitu
mencintai tari Bali. Apakah harus kita larang? Apakah orang Indonesia dilarang belajar dan
menari Ballet atau memainkan orkes Symphony maupun Rock atau Jazz karena itu milik
bangsa lain?
Di satu pihak saya mengerti maksud panitia dari Kementerian Luar Negeri untuk
menampilkan tari Puspanjali berhijab dan berbaju. Tujuannya justru maksudnya
menunjukkan pluralisme dan indahnya keragaman. Puspanjali dipilihnya karena ini tarian
pembukaan yang sekuler, tarian untuk panggung. Namun, di sini kita harus memikirkan Etika
Hak Cipta. Puspanjali adalah tarian baru yang diciptakan Ibu Swasti Bandem.. Kita tak boleh
mengubah kostumnya begitu saja tanpa seizin penciptanya. Jadi jelas, adalah kekeliruan tari
Puspanjali berhijab dan berbaju hitam. Saya bisa membayangkan para penari Puspanjali
tersebut akhirnya dibatalkan menari karena protes masyarakat. Anak-anak muda belia ini
tentu sangat sedih dan patah hati. Mereka tak berniat buruk kan? Di sinilah dari awal,
pengertian Hak Cipta masih belum dimengerti masyarakat termasuk panita dan guru tari.
Masih perlu disosialisasikan.
Sebagai contoh, ketika murid saya yang berasal dari berbagai daerah menarikan tari
Belibis. Karena tidak lagi berusia muda dan demi kenyamanan, maka kami memutuskan
untuk mohon izin pada penciptanya, Ibu Swasti juga, untuk diperbolehkan memakai kebaya
putih. Ternyata beliau mengizinkan. Penari maupun pemirsa di lokasi luar Bali ini merasa
nyaman dan menari sepenuh hati. Dan, ternyata di luar dugaan tarian menjadi indah dan
anggun! Kebaya putih itu memperjelas gerakan-gerakan lengan silang dan diagonal sehingga
tarian itu membelai mata dan rasa para pemirsanya. Maka sampailah kita pada prinsip kedua,
estetika.
ESTETIKA, secara sederhana, adalah salah satu cabang filsafat yang membahas
keindahan. Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan
bagaimana supaya dapat merasakannya. Namun, perubahan pola pikir masyarakat akan turut
memengaruhi penilaian terhadap keindahan. Sebaliknya, sesuatu yang buruk rupa, dengan
penilaian tertentu akan tampak keindahannya. Menurut hemat saya prinsip estetika sangat
penting dalam penciptaan karya seni. Dia adalah juga tanggung jawab sang pencipta karya
tersebut. Masyarakat awam harus digiring oleh para budayawan agar dapat membedakan
antara keindahan yang membuka kesadaran, dari keindahan dangkal yang hanya menghibur
dan memuaskan naluri primordial. Program apresiasi seni tari harus digalakkan agar
masyarakat bisa menikmati tari bukan hanya dari segi gerak gerik saja, tapi merasakan juga
seluruh aspek di baliknya seperti sejarah, kebanggaan lokal dan sebagainya. Saya tidak akan
membahas lebih dalam mengenai hal ini karena membutuhkan beberapa buku tebal untuk
menelaahnya. Kembali kepada masalah kita di atas mengenai kontroversi Tari Bali Syariah.
Jika ternyata kostum suatu tarian terasakan tak estetis maka tak perlu khawatir. Karena toh
tak akan ditiru, tak akan berlanjut dan akan ditinggalkan masyarakat. Saya mempunyai
beberapa murid berhijab yang mencintai tari klasik Legong Keraton, serta sangat serius
mempelajarinya. Sebagaimana umumnya, tari tradisi tak ada hak cipta individu karena
penciptanya anonim secara turun temurun. Maka saya memerlukan proses untuk
mempertimbangkan penuh tanggung jawab agar tak menyalahi pakem tarian tradisi tersebut.
Dalam hal berbagai jenis Legong Keraton yang memang berbaju lengan panjang, saya
minta berbagai kompromi para penari berhijab, agar tak terganggu estetikanya. Misalnya,
bagian leher jangan tertutup karena menurutku ini mengurangi estetika gerakan dagu. Tari
Tenun, yang menggunakan selendang penutup rambut, dapat diakali menutupi hijabnya, dan
menggunakan kebaya juga tak mengurangi estetiknya. Sebaliknya, bagi masyarakat Bali,
harus juga menilai secara adil. Bukankan banyak sekali tarian Bali yang tak terlihat bahu,
katakanlah Arja, Topeng dan Legong?
Badan PBB Urusan Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO) baru saja mencatat
sembilan tarian Bali mewakili semua tarian Bali sebagai Warisan Budaya Dunia tak benda,
pada 5 Desember 2015. Capaian ini diajukan oleh masyarakat Bali maupun non Bali melalui
sebuah Pemerintah, khususnya Direktorat Kebudayaan Kementerian Pendidikan Nasional.
Maka tari Bali diakui sebagai waridan budaya dunia, bukan hanya milik Bali tapi
milik Indonesia. Ini menjadi tantangan bagi Pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan,
mengembangkan dan menjaganya. Sama dengan tari Saman yang telah lebih dulu masuk
daftar Unesco, dan kini dipelajari dan diapresiasi masyarakat seluruh Nusantara.
Sebagai kesimpulan, kita harus selalu menyeimbangkan antara etika dan estetika. Dan
bila hal ini tak mungkin, jangan memaksakan. Lebih baik memilih tarian lain yang sesuai,
atau, sebaiknya membuat tarian yang sama sekali baru. Semoga semangat Bhineka Tunggal
Ika, kebersamaan dalam perbedaan, tetap terjaga di negeri kita yang tercinta.
Satu di antaranya adalah bisa dengan memberikan petisi ke Youtube dari pemprov,
Disbud (Dinas Kebudayaan), dan akademisi untuk menghentikan penayangan Joged
Bumbung yang mengandung unsur pornografi, ujar Prof Bandem. Prof Bandem
memaparkan, sebenarnya sudah ada upaya pembinaan dari Disbud Bali kepada sanggar-
sanggar yang mengajarkan Joged Bumbung ini. Namun pada kenyataannya hal yang cukup
meresahkan dan memudarkan esensi dari tari ini masih saja terjadi. Prof Dibia pun
menambahkan perlu dibuka ruang-ruang untuk menampilkan Joged Bumbung yang sopan.
Sehingga masyarakat menjadi paham makna dari tari tersebut sebagai satu tari pergaulan
bukanlah yang menyimpang seperti yang terjadi saat ini. Sebenarnya bisa saja ini ditindak
langsung, apalagi ada UU Pornografi. Sekarang, tergantung apakah aparat berani untuk
menegakkan itu atau tidak. Sehingga jika kasus seperti ini masih terus terjadi, ada sanksi jelas
yang diberikan untuk memberikan efek jera kepada para pelakunya, ujar Prof Dibia. Dengan
dibukanya ruang-ruang publik yang menampilkan Joged Bumbung sopan ditambah dengan
penegakan hukum yang kuat, akan membantu mengembalikan pakem Joged Bumbung yang
sesungguhnya. Tari-tarian Bali digolongkan sebagai tarian sakral, semi-sakral, dan tarian
untuk hiburan massal.
Banyaknya versi yang beredar di masyarakat Bali yang menjelaskan tentang awal
mula munculnya ogoh-ogoh. Agak sulit sebetulnya menentukan kapan awal mula ogoh-ogoh
muncul. Namun, diperkirakan ogoh-ogoh tersebut dikenal sejak jaman Dalem Balingkang.
Pada saat itu ogoh-ogoh digunakan pada saat upacara Pitra Yadnya. Pitra Yadnya adalah
upacara pemujaan yang ditujukan kepada para pitara dan kepada roh-roh leluhur umat Hindu
yang telah meninggal dunia.
Namun ada pendapat lain yang menyebutkan ogoh-ogoh tersebut terinspirasi dari Tradisi
Ngusaba Ndong-Nding di Desa Selat Karangasem. Perkiraan lain juga muncul dan
menyebutkan barong landung yang merupakan perwujudan dari Raja Jaya Pangus dan Putri
Kang Cing Wei (pasangan suami istri yang berwajah buruk dan menyeramkan yang pernah
berkuasa di Bali) merupakan cikal-bakal dari munculnya ogoh-ogoh yang kita kenal saat ini.
Informasi lain juga menyatakan bahwa ogoh-ogoh itu muncul tahun 70 80-an. Ada juga
pendapat yang menyatakan ada kemungkinan ogoh-ogoh itu dibuat oleh para pengerajin
patung yang telah merasa jenuh membuat patung yang berbahan dasar batu padas, batu atau
kayu, namun di sisi lain mereka ingin menunjukan kemampuan mereka dalam mematung,
sehingga timbul suatu ide untuk membuat suatu patung dari bahan yang ringan supaya
hasilnya nanti bisa diarak dan dipertunjukan.
Bentuk Ogoh-Ogoh
Pada awal mula diciptakannya, ogoh-ogoh dibuat dari rangka kayu dan bambu sederhana.
Rangka tersebut dibentuk lalu dibungkus kertas. Pada perkembangan jaman yang maju pesat,
ogoh-ogoh pun terimbas dampaknya. Ogoh-ogoh makin berinovasi, dibuat dengan rangka
dari besi yang dirangkaikan dengan bambu yang dianyam. Pembungkus badan ogoh-ogoh
pun diganti dengan gabus atau stereofoam dengan teknik pengecatan.
Tema ogoh-ogoh pun semakin bervariasi, dari tema pewayangan, modern, porno sampai
politik yang tidak mencerminkan makna agama. Tema ogoh-ogoh yang diharapkan adalah
sesuai dengan nilai agama Hindu yaitu tidak terlepas dari Tuhan, Manusia dan Buta Kala
sebagai penyeimbang hubugan ketiganya.
Ogoh-ogoh simbol Kala ini haruslah sesuai dengan sastra agama yang diatur dalam pakem.
Tapi dari sudut pandang lain mengatakan ogoh-ogoh itu merupakan kreativitas anak muda
yang mengeksploitasi bentuk gejala alam dan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat saat
ini jadi tidak perlu adanya pembatasan ataupun pengekangan dalam berekspresi.
Ogoh-ogoh merupakan cerminan sifat-sifat negatif pada diri manusia. Tradisi ini
mengingatkan masyarakat Bali khususnya. Selain itu, ogoh-ogoh diarak keliling desa
bertujuan agar kekuatan negatif yang ada di sekitar desa agar ikut bersama ogoh-ogoh. Ritual
meminum arak bagi orang yang mengarak ogoh-ogoh di anggap sebagai perwakilan dari sifat
buruk yang ada di dalam diri manusia. Beban dari berat yang mereka gendong adalah sebuah
sifat negatif, seperti cerminan sifat-sifat raksasa, ketika manusia menyadari hal ini.
Akhir pengarakan ogoh-ogoh, masyarakat akan membakar figur raksasa ini, boleh jadi
dikatakan membakar (membiarkan terbakar habis) sifat-sifat yang seperti si raksasa. Ketika
semua beban akan sifat-sifat negatif yang selama ini mengambil (memboroskan) begitu
banyak energi kehidupan seseorang, maka seseorang akan siap memulai sebuah saat yang
baru. Ketika segalanya menjadi hening, masyarakat diajak untuk siap memasuki dan
memaknai Nyepi dengan sebuah daya hidup yang sepenuhnya baru dan berharap menemukan
makna kehidupan yang sesungguhnya bagi dirinya dan segenap semesta.
Definisi Ogoh-Ogoh
Jika dilihat dari aspek tertentu ogoh-ogoh memiliki beberapa definisi. Bagi orang awam
ogohogoh adalah boneka raksasa yang diarak keliling desa pada saat menjelang malam
sebelum hari raya Nyepi (Pengrupukan) yang diiringi dengan gamelan Bali yang disebut
Baleganjur , kemudian untuk dibakar. Menurut Wilkipedia bahasa Indonesia, Ogoh-ogoh
adalah seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta
Khala.
upacara Panca Kelud, di tingkat kecamatan dilakukan Upacara Caru Panca Sanak, di tingkat
desa dilakukan upacara Caru Panca Sata, dan di tingkat banjar dilakukan upacara Caru Eka
Sata.
Upacara Bhuta Yadnya di tingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan, dilaksanakan pada
tengah hari sekitar pukul 11.00 12.00 (kala tepet). Sedangkan di tingkat desa, banjar dan
rumah tangga dilaksanakan pada saat sandhyakala (sore hari). Upacara di tingkat rumah
tangga, yaitu melakukan upacara mecaru. Setelah mecaru dilanjutkan dengan ngrupuk pada
saat sandhyakala, lalu mengelilingi rumah membawa obor, menaburkan nasi tawur.
Sedangkan untuk di tingkat desa dan banjar, umat mengelilingi wilayah desa atau banjar tiga
kali dengan membawa obor dan alat bunyi-bunyian. Sejak tahun 1980-an, umat mengusung
ogoh-ogoh yaitu patung raksasa. Ogoh-ogoh yang dibiayai dengan uang iuran warga itu
kemudian dibakar. Pembakaran ogoh-ogoh ini merupakan lambang nyomia atau menetralisir
Bhuta Kala, yaitu unsur-unsur kekuatan jahat.
Pengertian Nyepi
Nyepi berasal dari kata sepi, sipeng yang berarti sepi, hening, sunyi, senyap. Seperti
namanya perayaan tahun baru caka bagi umat hindu di Indonesia ini dirayakan sangat
berbeda dengan perayaan Tahun Baru lainnya, dimana perayaan umumnya identik dengan
gemerlapnya pesta dan kemeriahan, dan euforia dan hura-hura tetapi umat Hindu dalam
merayakan Nyepi malah dilaksanakan dengan Menyepi, Sepi, Hening,Sunyi,Senyap.
Mungkin pertanyaan muncul dibenak kita, Mengapa perayaan Tahun Baru Caka tidak
dilaksanakan dengan ramai dan pesra seperti perayan tahun baru pada umumnya?
Menurut saya ini merupakan cermin kebijaksanaan dan kejeniusan lehuhur kita, dimana
seperti pada perayaan Hari Raya Siwarari, leluhur kita selalu menekankan kita tentang
konsep mulat sarira. Perayaan dalam hening dan sepi agar kita belajar
(instrospeksi/kembali ke jatidiri) dengan merenung, meditasi, evaluasi diri dan bertanya
tentang diri kita, siapa kita? Mengapa kita ada disini? Akan kemanakah kita nanti? Selama
setahun ini apakah yang kesalahan kita yang perlu diperbaiki? Dan bukankah dalam sepi
dan hening kedamaian dan kejernihan pikiran lebih mudah tercapai ?
Pelaksanaan Nyepi di Bal (Indonesia) memang unik dan istimewa, konsep mulat
sarira dengan Catur Brata Penyepian nya memang sangat relevan dengan kondisi dunia
sekarang ini. Saat ini bumi kita sedang menghadapi berbagai masalah seperti global warming,
alam yang rusak karena polusi dan eksploitasi besar-besaran, krisis energi dan permasalahan
lainnya yang disebabkan oleh kemerosotan moral.
Perayaan Nyepi dengan Catur Brata Penyepiannya membuat Bali sebagai satu-satunya pulau
di dunia yang mampu mengistirahatkan seisi pulau secara total sehari penuh dari berbagai
aktivitas. Setahun sekali memberi kesempatan untuk kepada alam semesta untuk bebas
menghirup segarnya udara tanpa asap dan polusi kendaraan dan mesin. Penghematan di saat
krisis energi seperti saat ini terutama energi listrik karena pada hari ini Bali mampu
mengurangi sebagian besar penggunaan listrik dengan mematikan lampu-lampu dan mesin,
Nyepi sehari ini ternyata bisa melakukan penghematan penggunaan listrik hingga mencapai 8
Milyar. Dengan Nyepi kita diberi kesempatan memperoleh ketenangan dan kedamaian
mendengarkan kicauan burung dan nyanyian alam yang sedang tersenyum sumringah karena
bisa beristirahat sejenak pada hari ini setelah setahun bekerja keras memenuhi keinginan
manusia yang tidak ada habisnya.
Pelaksanaan Nyepi di Bali bisa seperti saat ini di dukung oleh Pemerintah dan Dunia
Internasional dengan penutupan semua pintu masuk ke Bali mulai dari bandara dan
pelabuhan-pelabuhan. Penghentian siaran radio dan TV di Bali selama 1 hari 24 jam untuk
menghormati Umat Hindu yang merayakan, bahkan dunia internasional pun mengakui
keluhuran dan keistimewaan pelaksanaan Nyepi di Bali dengan ramainya wacana merayakan
untuk menyediakan waktu Nyepi sehari untuk dunia World Silence Day, ya walaupun saat
8. Nyepi jatuh pada Penanggal Apisan Sasih Kedasa (tanggal 1 bulan ke 10 Tahun Caka).
Umat Hindu merayakan Nyepi selama 24 jam, dari matahari terbit (jam 6 pagi) sampai jam 6
pagi besoknya. Umat diharapkan bisa melaksanakan Catur Brata Penyepian
yaitu : Amati Geni artinya tidak boleh berapi-api baik api secara fisik maupun api didalam
diri (nafsu). Amati Karya artinya tidak boleh beraktivitas/bekerja. Amati Lelungan, dari
kata lelunga yang artinya bepergian, artinya tidak boleh bepergian keluar rumah. Amati
Lelanguan artinya tidak boleh bersenang-senang/ menyalakan TV/radio yang bersifat
hiburan. Dengan adanya Catur Brata Penyepian ini, mengingatkan kita agar
belajar pendalian diri dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian sehingga kita bisa fokus
dan berkonsentrasi dengan baik untuk mulat sarira (kembali ke jati
diri) melalui perenungan dan meditasi. Tetapi dalam kenyataannya di masyarakat, masih
banyak umat pada saat Nyepi malah menyalahgunakannya untuk berjudi meceki seharian.
Selain Catur Brata Penyepian, bagi yang umat yang mampu akan sangat bagus jika pada
Nyepi bisa melaksanakan tapa, brata, yoga, samadi misalnya dengan puasa selama 24 jam,
dan juga monobrata yaitu tidak ngomong alias puasa berbicara sambil selalu memfokuskan
pikiran kepada Tuhan Ida Sang Hyang Widi Wasa.
1. Ngembak Geni berasal dari kata ngembak yang berarti mengalir dan geni yang
berarti api yang merupakan symbol dari Brahma (Dewa Pencipta) maknanya pada
hari ini tapa brata yang kita laksanakan selama 24 Jam (Nyepi) hari ini bisa diakhiri
dan kembali bisa beraktivitas seperti biasa, memulai hari yang baru untuk berkarya
dan mencipta alias berkreativitas kembali sesuai swadharma/kewajiban masing-
masing. Ngembak geni biasanya diisi dengan kegiatan mengunjungi kerabat dan
saudara untuk mesima krama, bertegur sapa sambil mengucapkan selamat hari raya
dan bermaaf-maafan. Dharma Santi juga biasanya diselenggarakan setelah Nyepi
yaitu dengan mengadakan dialog keagamaan sekaligus tempat untuk mesimakrama
alias bersilaturahmi dengan sesama.
Makna Nyepi
Jika kita renungi secara mendalam perayaan Nyepi mengandung makna dan tujuan yang
sangat dalam dan mulia. Seluruh rangkaian Nyepi merupakan sebuah dialog spiritual yang
dilakukan umat Hindu agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis sehingga ketenangan
dan kedamaian hidup bisa terwujud. Mulai dari Melasti/mekiis dan nyejer/ngaturang bakti di
Balai Agung adalah dialog spiritual manusia dengan Alam dan Tuhan Yang Maha Esa,
dengan segala manifetasi-Nya serta para leluhur yang telah disucikan. Tawur Agung dengan
segala rangkaiannya adalah dialog spiritual manusia dengan alam sekitar dan ciptaan Tuhan
yang lain yaitu para bhuta demi keseimbangan bhuana agung bhuana alit. Pelaksanaan catur
brata penyepian merupakan dialog spiritual antara diri sejati (Sang Atma) umat dengan sang
pendipta (Paramatma) Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam diri manusia ada atman (si Dia)
yang bersumber dan sang Pencipta Paramatma (Beliau Tuhan Yang Maha Esa). Dan
Ngembak Geni dengan Dharma Shantinya merupakan dialog spiritual antara kita dengan
sesama.
Sehingga melalui Perayaan Nyepi, dalam hening sepi kita kembai ke jati diri (mulat sarira)
dan menjaga keseimbangan/keharmonisan hubungan antara kita dengan Tuhan, Alam
lingkungan (Butha) dan sesama sehingga Ketenangan dan Kedamaian hidup bisa terwujud.
Hari Raya Nyepi merupakan hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka.
Dimana pada hari ini umat hindu melakukan amati geni yaitu mengadakan Samadhi
pembersihan diri lahir batin. Pembersihan atas segala dosa yang sudah diperbuat selama
hidup di dunia dan memohon pada yang Maha Kuasa agar diberikan kekuatan untuk bisa
menjalankan kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang.
Hari Raya Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang diyakini saat baik untuk
mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa dan dipercayai merupakan hari penyucian para
dewa yang berada dipusat samudra yang akan datang kedunia dengan membawa air
kehidupan (amarta) untuk kesejahteraan manusia dan umat hindu di dunia.
Nyepi asal dari kata sepi (sunyi, senyap). yang merupakan perayaan Tahun Baru Hindu
berdasarkan kalender Saka, kira kira dimulai sejak tahun 78 Masehi. Pada Hari Raya Nyepi
ini, seluruh umat Hindu di Bali melakukan perenungan diri untuk kembali menjadi manusia
manusia yang bersih , suci lahir batin. Oleh karena itu semua aktifitas di Bali ditiadakan,
fasilitas umum hanya rumah sakit saja yang buka.
Ada beberapa upacara yang diadakan sebelum dan sesudah Hari Raya Nyepi , yaitu:
1. Upacara Melasti
Selang waktu dua tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi, diadakan upacara Melasti
atau disebut juga Melis/Mekiyis, dihari ini, seluruh perlengkapan persembahyang
yang ada di Pura di arak ke tempat tempat yang mengalirkan dan mengandung air
seperti laut, danau dan sungai, karena laut, danau dan sungai adalah sumber air
suci (tirta amerta) dan bisa membersihkan dan menyucikan dari segala kotoran
yang ada di dalam diri manusia dan alam.
2. Upacara Bhuta Yajna
Sebelum hari Raya Nyepi diadakan upacara Bhuta Yajna yaitu upacara yang
mempunyai makna pengusiran terhadap roh roh jahat dengan membuat hiasan
atau patung yang berbentuk atau menggambarkan buta kala ( Raksasa Jahat )
dalam bahasa bali nya sebut ogoh ogoh, Upacara ini dilakukan di setiap rumah,
Banjar, Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi. Upacara ini dilakukan di
depan pekarangan , perempatan jalan, alun-alun maupun lapangan,lalu ogoh ogoh
yang menggambarakan buta kala ini yang diusung dan di arak secara beramai
ramai oleh masyarakat dengan membawa obor di iringi tetabuhan dari kampung
kekampung, upacara ini kira kira mulai di laksanakan dari petang hari jam enam
sore sampai paling lambat jam dua belas malam, setelah upacara ini selesai ogoh
ogoh tersebut di bakar, ini semua bermakna bahwa seluruh roh roh jahat yang ada
sudah diusir dan dimusnahkan Saat hari raya Nyepi, seluruh umat Hindu yang ada
di bali wajibkan melakukan catur brata penyepian.
Ada empat catur brata yang menjadi larangan dan harus di jalankan :
1. Amati Geni: Tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu.
Pikiran terhadap Sang Hyang Widhi Brata ini mulai dilakukan pada saat matahari Prabata
saat fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya, selama (24) jam.
Di hari ini pula umat Hindu khususnya mengevaluasi dirinya, seberapa jauhkah tingkat
pendekatan rohani yang telah dicapai, dan sudahkah lebih mengerti pada hakekat tujuan
kehidupan di dunia ini. Seluruh kegiatan upacara upacara tersebut di atas masih terus
dilaksanakan, diadakan dan dilestarikan secara turun menurun di seluruh kabupaten kota Bali
hingga saat ini dan menjadi salah satu daya tarik adat budaya yang tidak ternilai harganya
baik di mata wisatawan domestik maupun manca negara.
9. Taksi Konvensional vs Taksi Online
Hari ini, huru-hara terjadi di ibukota. Banyak supir taksi konvensional, meski tidak semua,
semisal Blue Bird dan Express, berdemo menuntut agar taksi dan ojek yang berbasis aplikasi
ditutup. Pasalnya, menurut klaim mereka, pendapatan berkurang seiring dengan
meningkatnya popularitas dari taksi dan ojek online. Demo ini diwarnai dengan aksi
kerusuhan, yang kemudian menjadikan warga ketakutan. Lantas, mengapa fenomena ini
terjadi? Sebenarnya, terjadi perbedaan cara pandang di kedua pihak. Di pihak pengemudi
taksi konvensional, mereka merasa dirugikan. Pertama, taksi konvensional terdaftar secara
resmi di dinas perhubungan, sehingga berhak mendapat plat kuning, tanda angkutan umum
sedangkan taksi berbasis aplikasi menggunakan kendaraan biasa, yang bukan untuk angkutan
umum. Kedua, dengan mereka resmi sebagai angkutan umum, mereka pun berkewajiban
membayar pajak yang berbeda dengan pengguna plat hitam, plat kendaraan biasa, yang juga
digunakan oleh taksi berbasis aplikasi. Ketiga, taksi konvensional menggunakan metode
menunggu penumpang, sedangkan taksi berbasis aplikasi menjemput penumpang. Keempat,
yang paling krusial, adalah perbedaan tarif, tarif taksi konvensional jika dibandingkan dengan
tarif taksi berbasis aplikasi berbeda jauh. Terakhir, ini adalah masalah adaptasi terhadap
teknologi yang diambil peluangnya oleh pengguna taksi berbasis aplikasi, dan belum digarap
dengan baik oleh pihak pengelola taksi konvensional. Modernisasi Seorang ahli sosiologi,
Peter Barger mengemukakan ada empat karakeristik modernisasi. Pertama, penurunan
kondisi masyarakat kecil dan tradisional. Pada kasus ini, pihak yang disebut sebagai
masyarakat tradisional adalah pengemudi taksi konvensional. Mereka menunggu penumpang,
atau menunggu ditelepon oleh penumpang untuk dijemput di tempatnya. Padahal, masyarakat
ibukota saat ini, sudah sangat terkoneksi dengan baik pada akses internet dan mulai
meninggalkan penggunaan telepon. Kedua, berkembangnya pilihan individu. Pada kasus ini,
pilihan individu menjadi berkembang. Dengan munculnya aplikasi seperti Go-Jek, Uber, dan
Grab, pilihan masyarakat untuk pergi menjadi lebih banyak. Tentunya, masyarakat akan
melihat dari segi efektivitas dan efisiensi. Pilihan pun akhirnya jatuh kepada yang lebih
murah dan mudah. Tarif yang ditawarkan lebih murah, sedangkan pengguna pun bebas mau
dijemput dari mana saja. Ketiga, meningkatnya keragaman sosial. Pada kasus ini, keadaan
sosial masyarakat berubah. Jika pada masa sebelumnya, dengan pilihan yang terbatas,
masyarakat menggunakan kendaraan umum tersebut. Namun, dengan semakin bertambahnya
pilihan, opsi yang dapat masyarakat pilih semakin beragam. Modernisasi akan membawa
masyarakat pada pilihan yang rasional, tidak lagi berdasarkan gengsi operator taksi, namun
lebih kepada kemudahan dan harga. Keempat, orientasi pada masa depan dan perhatian pada
waktu. Dalam isu ini, terlihat bahwa masyarakat semakin peka terhadap arus informasi. Hal
inilah yang ditangkap para inventor, yang kebanyakan anak muda, dengan memanfaatkan
potensi yang ada. Potensi yang dilihat sebenarnya sederhana, dengan semua orang, khususnya
eksekutif muda ibukota menggunakan telepon pintar, mereka pasti terhubung dengan internet.
Internet pun menjadi solusinya. Apalagi sistem operasi telepon pintar dapat memfasilitasi
untuk pembuatan aplikasi-aplikasi baru. Dibuatlah aplikasi yang terhubung dengan internet.
Internet dipandang sebagai jawaban atas kebutuhan masa kini hingga beberapa waktu ke
depan. Apalagi, dengan semua solusi yang dapat diraih hanya dengan sentuhan di telepon
pintar, masalah waktu dapat teratasi. Perubahan sosial Menurut seorang Sosiolog, Mascionis,
terdapat empat karakter utama perubahan sosial. Pertama, perubahan sosial terjadi sepanjang
waktu. Pada masa lalu, transportasi umum yang paling laku adalah delman dan becak.
Kemudian berkembang dengan adanya bajaj dan bus kota. Lalu, masyarakat mencari sesuatu
yang lebih nyaman, muncullah taksi. Kini, masyarakat ibukota lebih mementingkan
kecepatan seiring dengan kemacetan yang semakin parah, muncullah Go-Jek dan Grab. Ini
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, karena akan terjadi sepanjang waktu berdasarkan
kondisi masyarakat. Kedua, perubahan sosial terkadang dapat diketahui, namun seringkali
tidak direncanakan. Sebenarnya, munculnya angkutan umum berbasis aplikasi sudah dapat
diprediksi dengan semakin meningkatnya pengguna telepon pintar. Namun demikian, ketika
hal ini semakin masif terjadi seperti saat ini, perubahan menjadi tidak terencana. Pengemudi
yang kurang tanggap pun pada akhirnya hanya bisa meluapkan kekesalannya dengan marah
dan berdemonstrasi. Ketiga, perubahan sosial selalu kontroversial. Kasus ini menimbulkan
kontroversi di masyarakat. Banyak kalangan yang mendukung taksi konvensional, namun
tidak sedikit pula yang kontra. Pada masa lalu, sebenarnya bukan belum pernah terjadi yang
semacam ini. Contohnya delman yang merupakan kendaraan umum yang cukup populer di
tahun 60-an sampai 80-an. Kemudian, karena dianggap mengganggu kenyamanan umum,
yang disebabkan bau kotoran kuda yang tidak sedap, akhirnya ditertibkanlah delman ini.
Sampai ada pula yang melarang. Ini bukan tanpa kontroversi, para kusir delman yang
bergantung pada delman pasti merasa dirugikan. Untuk berpindah ke pekerjaan lain pun
belum tentu mampu. Ini mirip dengan kejadian saat ini. Keempat, suatu perubahan sosial
lebih menonjol dibanding yang lainnya. Pada masalah ini, perubahan sosial dalam bidang
transportasi terlihat menonjol. Padahal, hal ini disebabkan oleh revolusi informasi dan
komunikasi. Perubahan besar dalam teknologi informasi dan komunikasi membuat banyak
dampak. Salah satunya, di dalam transportasi umum. Solusi Kini, dengan adanya fenomena
ini tidaklah bijak jika mencari pihak yang salah. Kalaupun ada pihak yang harus disalahkan,
maka semua akan menjadi pantas untuk disalahkan. Mengapa? Pihak taksi konvensional
salah karena tidak tanggap dengan perubahan zaman, belum lagi kesalahan dalam
demonstrasi yang berujung anarki. Pihak penyedia transportasi berbasis aplikasi salah juga
karena tidak mengikuti peraturan yang berlaku, juga mereka tidak menyediakan harga yang
berkeadilan dengan pesaing yang sudah lama ada. Pemerintah pun juga menjadi salah, karena
tidak tanggap dalam melihat fenomena yang ada di masyarakat, dengan belum menyediakan
peraturan yang dapat mengakomodir dan menertibkan konflik yang ada. Maka, sebenarnya
solusinya tinggallah jawaban dari kesalahan semua pihak ini. Pihak taksi konvensional sudah
harus lebih tanggap terhadap perkembangan teknologi, buatlah layanan yang sama dengan
membuat aplikasi yang menarik. Pihak penyedia transportasi berbasis aplikasi, sebaiknya
menggunakan plat kuning, juga tidak memberikan harga yang terlampau jauh dengan yang
sudah ada sehingga persaingan menjadi sehat. Pemerintah, sudah selayaknya membuat
peraturan, dan memastikan bahwa persaingan yang ada terjadi secara sehat dan tidak ada adu
modal yang merupakan ciri kapitalisme dan bertentangan dengan ekonomi kerakyatan.
Terakhir, masyarakat akan dengan mudah memilih dengan cerdas apa yang mereka hendak
gunakan. Kerusuhan hari ini sangat disesalkan. Meski demikian, sudah sepatutnya ini
membuka mata kita bahwa kita berada pada masa modernisasi yang membuahkan suatu
perubahan sosial di masyarakat. Kalau urusan rezeki, tidak perlu dirisaukan. Karena jutaan
orang pun mencari rezeki di ibukota kita tercinta.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan
adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar,
bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh
penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti
bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang
elektronik, jasa dan lain-lain.
Dari sisi kelembagaan, perbedaan karakteristik pengelolaan pasar modern dan pasar
tradisional nampak dari lembaga pengelolanya. Pada pasar tradisional, kelembagaan
pengelola umumnya ditangani oleh Dinas Pasar yang merupakan bagian dari sistem birokrasi.
Sementara pasar modern, umumnya dikelola oleh profesional dengan pendekatan bisnis.
Selain itu, sistem pengelolaan pasar tradisional umumnya terdesentralisasi dimana setiap
pedagang mengatur sistem bisnisnya masing-masing. Sedangkan pada pasar modern, system
pengelolaan lebih terpusat yang memungkinkan pengelola induk dapat mengatur standar
pengelolaan bisnisnya.
Pasar tradisional ternyata masih mampu untuk bertahan dan bersaing di tengah serbuan pasar
modern dalam berbagai bentuknya. Kenyataan ini dipengaruhi oleh beberapa sebab:
Karakter/Budaya Konsumen.
Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern.
Perbedaan itulah adalah di pasar tradisional masih terjadi proses tawar-menawar harga,
sedangkan di pasar modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Dalam proses
tawar-menawar terjalin kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli yang
tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja di pasar modern.
Pemerintah menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi
masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Perhatian pemerintah tersebut dibuktikan
dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional di berbagai tempat. Selama ini pasar
tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek serta bau, dan karenanya
hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Gambaran pasar seperti di atas
harus diubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung. Dengan demikian
masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk datang dan melakukan transaksi di pasar
tradisional.
Regulasi.
Pemerintah memang mempunyai hak untuk mengatur keberadaan pasar tradisional dan pasar
modern. Tetapi aturan yang dibuat pemerintah itu tidak boleh diskriminatif dan seharusnya
justru tidak membuat dunia usaha mandek. Pedagang kecil, menengah, besar, bahkan
perantara ataupun pedagang toko harus mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha.