Anda di halaman 1dari 29

1.

Rabies dan Pariwisata Bali


2. Kedatangan Raja Salman dan Pariwisata Bali
3. AirBnB dan pariwisata Indonesia
4. Tari Bali Syariah dan Budaya Bali
5. Joged, UNESCO, dan Budaya Bali
6. Eksistensi Bahasa Bali dan Budaya Bali
7. Pakaian Adat dan Budaya Bali
8. Ogoh-ogoh dan Budaya Bali
9. Taksi Konvensional vs Taksi Online
10. Pasar Modern vs Pasar Tradisional

1. Rabies dan Pariwisata Bali

Provinsi Bali sudah menyandang status Kejadian Luar Biasa (KLB) Rabies. Upaya
penanganan rabies selama ini patut dipertanyaakan karena jumlah kasusnya justru semakin
meningkat dibanding tahun sebelumnya. Kejadian Rabies ini juga menjadi perhatian dunia
internasional. Kedutaan Besar Jepang dan Australia sudah mulai memberi perhatian terhadap
penanganan rabies di Bali. Mereka merasa terancam terhadap kondisi ini. Hal ini juga dapat
mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Bali karena mempertimbangkan faktor kesehatan
warganya. Walaupun sampai saat ini belum dikeluarkan travel warning untuk kejadian rabies,
namun kita harus bertindak sebelum kejadian rabies menjadi lebih besar lagi.

Kita menyadari sebagian besar masyarakat Bali bergantung pada pariwisata. Sektor
pariwisata juga terkait dengan faktor keamanan dan kesehatan. Menyatakan Bali sebagai
daerah endemis rabies serta mengalami Kejadian Luar Biasa tentu perlu dilakukan
penanganan serius terhadap masalah ini. Semua negara menginginkan warganya berkunjung
ke daerah yang aman dan tidak membahayakan. Isu rabies dapat menjadi sensitif terhadap
perkembangan pariwisata kita ke depannya. Jumlah vaksin anti rabies (VAR) yang berkurang
persediaannya menunjukkan ketidak siapan kita menghadapi kejadian luar biasa rabies.
Persediaan VAR harus segera ditambah dan didistribusikan ke daerah-daerah rawan rabies.
Sehingga apabila ada kasus gigitan anjing maka dapat segera mendapatkan vaksin. Hal ini
juga untuk mengurangi angka kematian akibat rabies. Selama ini kita masih belum optimal
dalam melakukkan penanganan pada anjing penular rabies. Masih belum semua anjing
divaksin, anjing yang sudah divaksin juga ada yang hilang tandanya. Harusnya setiap anjing
ada rekam datanya sudah lengkap vaksinnya atau belum. Administrasi pendataan anjing
inilah yang belum ada. Setiap pemilik anjing harusnya memiliki sertifikat kepemilikan disana
ada kelengkapan dokumennya.

Sebagian besar anjing terutama di pedesaan anjing liar dan anjing diliarkan
pemiliknya. Saat mau ditangkap untuk dilakukan vaksinasi seringkali tidak jelas siapa
pemiliknya sehingga sulit untuk ditangkap. Kasus rabies saat ini sudah memasuki daerah
pedesaan. Seperti diketahui jumlah anjing liar di desa sangat banyak. Sedangkan tindakan
kita masih lambat dalam pendataan dan pengendaliannya. Gerakan pemberian vaksin pada
anjing dan hewan penular rabies (HPR) di Bali memang sangat diperlukan ini juga dapat
menangkal penyebaran rabies. Terkait dengan anjing liar dan tidak terurus maka eliminasi
menjadi salah satu pilihan. Anjing liar yang tidak terurus juga dapat menjadi masalah
kesehatan lainnya. Orang yang mendapat gigitan anjing harus dibersihkan lukanya dan
mendapatkan vaksin serta serum anti rabies. Penangan rabies harus cepat dan tepat kerena
penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Apalagi kalau sampai ada wisatawan asing yang
terkena maka dampaknya akan menjadi besar. Kawasan pariwisata harus mendapatkan
perhatian terutama terkait dengan anjing yang liar agar dilakukan vaksin atau dieliminasi.

Keterlibatan Desa Pakraman dalam sosialisasi dan membuat perarem (peraturan adat)
tentang anjing mengganggu orang agar ditertibkan. Lembaga sosial masyarakat harus diajak
bareng dalam menyukseskan vaksinasi rabies secara masal. Dengan keterlibatan masyarakat
maka ada rasa memiliki terhadap program tersebut. Kejadian kematian akibat rabies
seringkali karena keterlambatan penanganan. Warga yang digigit anjing menganggap hal itu
sudah biasa sehingga dibiarkan begitu saja. Sosialisasi terhadap penanganan luka akibat
gigitan anjing perlu dilakukan. Luka gigitan anjing harus di dicuci dengan sabun pada air
mengalir. Berikan antiseptik kemudian segera bawa ke layanan kesehatan untuk mendapatkan
vaksin dan serum anti rabies.

Sektor Pariwisata harus sesuai dengan aspek Sapta Pesona, yaitu Aman. Kalo ada rabies, tdk
aman.

2. Kedatangan Raja Salman dan Pariwisata Bali


Keberadaan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud beserta rombongan di Bali untuk
liburan pada 4-9 Maret 2017 diharapkan membuat industri wisata di pulau itu kian
berkembang. Dengan kunjungan Raja Salman, nama Pulau Bali diharapkan semakin terkenal,
khususnya di kalangan publik Timur Tengah, dan terutama lagi di kalangan masyarakat
negara-negara kaya di Teluk, termasuk Arab Saudi. Menurut harian Al Sharq, sedikitnya 4,5
juta warga Arab Saudi berlibur ke luar negeri setiap tahun. Turis Arab Saud dikenal paling
suka berbelanja. Menurut Badan Urusan Pariwisata dan Khazanah Nasional Arab Saudi, turis
negara itu menghabiskan sekitar 30 miliar dollar AS atau Rp 400 triliun pada 2015 untuk
belanja wisata di luar negeri.
Momentum kedatangan Raja Salman di Bali sangat tepat pada saat sekarang karena
negara-negara Arab Teluk sedang gencar merancang visi nasional era pasca-energi. Salah satu
pilar utamanya adalah pengembangan industri wisata dan maskapai penerbangan. Negara-
negara kaya di Teluk saat ini memang memiliki konsep bahwa industri wisata dan maskapai
penerbangan merupakan satu paket yang tak terpisahkan. Karena itu, negara-negara Arab kini
berlomba-lomba membangun industri penerbangan. Tujuannya, mengembangkan industri
wisata mereka.
Arab Saudi memiliki proyek Visi 2030, yang antara lain berupa pembangunan industri
wisata serta penerbangan. Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar sudah lebih dulu
mengembangkan visi era pasca-energi. Dua negara ini telah berhasil membangun sektor
wisata serta penerbangan mereka. Kuwait, Bahrain, dan Kesultanan Oman juga sedang
berbenah. Mereka mengikuti jejak Qatar dan UEA. Dalam konteks tersebut, bagi Indonesia,
digulirkannya visi era pasca-energi negara-negara Arab kaya itu merupakan momentum besar.
Indonesia bisa memasarkan Bali ke negara-negara Arab dengan menggunakan
momentum bahwa pulau itu pernah menjadi tempat pilihan berlibur Raja Salman.
Selanjutnya, Indonesia bisa membujuk maskapai penerbangan besar Timur Tengah. Saudia
Airlines, Qatar Airways, Etihad Airways, Emirates Airlines, dan Oman Airways diajak untuk
mengoperasikan penerbangan langsung dari Jeddah, Doha, Abu Dhabi, Dubai, dan Muscat
menuju Denpasar. Di tengah kegairahan negara-negara Arab membangun visi pasca-energi,
penerbangan langsung dari kota-kota di negara Arab ke Denpasar dipastikan akan menarik
turis serta investor di negara itu untuk berkunjung ke Bali.

3. AirBnB dan pariwisata Indonesia

Bila didefinisikan, AirBnB merupakan layanan online yang menyediakan jasa sewa rumah
atau apartemen yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Dengan kata lain, saat kamu sedang
traveling dan membutuhkan penginapan, kamu bisa memesannya melalui AirBnB. Sekarang
kita bandingkan, apa perbedaan antara sewa penginapan di Traveloka dan di AirBnB? Bila
sebelumnya sudah jelas, airBnB hanya melayani pemesanan penginapan, sekarang saya
perjelas lagi.

Lihat gambar di atas. Satu sisi pada gambar itu merupakan AirBnB, sedangkan sisi kanan
adalah Traveloka. Yang kita bandingkan di sini adalah jenis penginapan yang mereka
sediakan.

Bila Traveloka menyediakan jenis penginapan seperti hotel, hostel, dan guest house, maka
sebaliknya dengan AirBnB. Layanan online penyedia jasa penginapan ini mengaku ingin
memberikan pengalaman berbeda kepada pengunjung dengan menyewakan rumah,
apartemen, atau villa.

Rumah dan apartemen yang mereka sewakan merupakan rumah warga lokal. Dalam hal ini,
AirBnB memang bekerja sama dengan warga setempat untuk menyewakan rumah mereka.
Warga yang ingin menyewakan rumah atau apartemen harus mendaftar sebagai anggota
AirBnB terlebih dahulu. Setelah resmi mendaftar, mereka berhak menentukkan harga sewa
rumah sesuai yang mereka inginkan.

Lalu, bagaimana cara pembayarannya? Bagi kamu yang ingin memesan penginapan lewat
airBnB, pembayaran bisa kamu lakukan dengan beberapa opsi pembayaran seperti Kartu
Kredit atau Kartu Kredit Prabayar (Visa, MasterCard, Amex, Discover, JCB) atau paypal.

Kita nggak perlu khawatir dengan penipuan masalah pembayaran. Karena pembayaran yang
kita lakukan akan langsung masuk ke AirBnB finance terlebih dahulu. Ketika kita sudah
check in dan check out, pihak AirBnB finance kemudian meneruskan ke pemilik properti.

FAQ tentang AirBnb

Ini hal-hal yang biasanya ditanyakan para calon pengguna AirBnb tentang AirBnB pada saya:

Apakah harus membayar DP terlebih dahulu?

Sayangnya, memesan rumah di AirBnB harus dibayarkan secara full. Kamu nggak bisa
membayar DP seperti memesan hotel atau hostel lain.
Kalau tidak punya kartu kredit, bagaimana cara pembayarannya?

Sebenarnya bisa saja membayar rumah dengan menggunakan Google wallet. Namun, Google
wallet hanya bisa digunakan buat kamu pemakai android di US. Sedangkan untuk Indonesia,
hanya melayani pembayaran kartu kredit.

Apakah AirBnB terpercaya?

Mungkin kamu juga akan mempertanyakan, apakah sewa rumah di AirBnB terpercaya? Saya
tidak berani menjamin bila pemesanan di AirBnB 100% bisa dipercaya. Karena, beberapa
kali sering terdengar kasus penipuan melalui airBnB.

Adakah Trik Agar Tidak Terkena Penipuan?

Penipuan itu mungkin saja ada, tapi kamu masih menghindarinya kok. Tips memilih rumah
atau apartemen yang baik yaitu:

lihatlah review rumah tersebut. Semakin baik reviewnya berarti rumah tersebut
semakin terpercaya.

Lihatlah rating rumah tersebut. Kamu bisa melihat jumlah rating yang ada. Semakin
banyak jumlah rating, semakin tinggi nilai kualitas rumah atau apartemen tersebut.

Jangan tergoda dengan harga. Murah belum berarti mempunyai kualitas buruk.
Sebaliknya, rumah yang mahal belum tentu mempunyai reputasi yang baik.
Pertimbangkan harga, lokasi, dan foto-foto yang ditampilkan.

Apakah kita tinggal bersama pemilik rumah?

Iya dan tidak. Beberapa rumah memang disewakan kamar beserta isinya, termasuk tinggal
bersama pemilik rumah. Namun, nggak semua pemilik rumah atau apartemen tinggal
bersama pengunjung. Banyak dari mereka yang hanya menyewakan rumah atau apartemen
kosong.

Apakah ada jam malam?


Untuk pengaturan jam malam bergantung pada pemilik rumah. Merekalah yang menentukan
seluruh peraturan di dalam rumah. Mulai dilarang merokok, pengaturan jam malam,
pembayaran pajak, larangan membawa hewan peliharaan, dan lainnya. Semua peraturan
tertulis pada airBnB. Masing-masing rumah mempunyai aturan berbeda.

Apakah menyediakan sarapan?

Ada tidaknya sarapan bergantung pada pemilik rumah. Semua fasilitas yang diberikan tertulis
pada profile airBnB empunya rumah.

Berapakah maksimal jumlah pengunjung?

Pemilik rumah telah menentukan berapa jumlah minimal dan maksimal orang yang boleh
menginap di rumah mereka. Semua ketentuan sudah dituliskan.

Murah atau mahal?

Tergantung. Murah atau mahal tergantung fasilitas yang ditawarkan dan uang yang kamu
punya. Penginapan model rumah pohon di Bali disewakan dengan harga 300 ribu rupiah.
Fasilitas yang didapat ya standard, cuma kamar tidur, toilet umum, dan pemandangan alam
yang indah.

Apakah di Indonesia sudah banyak rumah yang disewakan di AirBnB?

Sampai sejauh ini, sudah banyak rumah, villa, dan apartemen yang disewakan. Khususnya di
kota-kota besar dan kota wisata. Seperti Bali, Lombok, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menargetkan


pembangunan rumah wisata atau homestay sebanyak 100.000 unit sampai 2019.

Pembangunan ini dilakukan di seluruh Indonesia terutama di 10 destinasi wisata prioritas.


Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, rumah wisata ini akan disewakan seperti yang ada
di salam situs Airbnb.

"Homestay ini semacam Airbnb tapi by design, bentuknya dan sebagainya. Tapi kalau Airbnb
kan ada dulu situsnya," ujar Arief di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta,
Selasa (25/10/2016) malam.
Airbnb dikenal sebagai situs penyewaan penginapan baik itu rumah, apartemen, ataupun
hotel.

Situs asal California, Amerika Serikat, ini sudah merambah kota-kota lain di dunia.
Sistemnya, orang yang ingin menyewakan kamar bisa mendaftar di Airbnb.

Cara ini dinilai efektif dalam menyediakan penginapan dengan banyaknya pilihan bagi
penyewa atau wisatawan.

Arief mengatakan, rumah wisata didesain dari awal untuk menyesuaikan arsitektur dan
budaya lokal.

Penyediaan rumah wisata ini dapat membantu wisatawan yang mencari penginapan. Karena
itu Arief yakin, bisnis homestay akan diminati masyarakat.

"Kebutuhan perumahan saja 7 juta unit, kalau target hanya 100.000 unit pasti terjual habis,"
tutur Arief.

Selain itu, kata dia, dalam membeli rumah wisata, masyarakat dapat memanfaatkan Kredit
Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP).

Fasilitas ini memungkinan konsumen membeli rumah dengan uang muka 1 persen, tenor 20
tahun, dan cicilan Rp 800.000.

4. Tari Bali Syariah dan Budaya Bali

Insiden Tari Belibis di desa Loloan, Jembrana yang sempat viral di media sosial
(medsos) akhirnya bisa diselesaikan bersama melalui Piagam Jembrana. Melalui
postingannya, Senator RI asal Bali Dr. Shri i Gusti Ngurah Arya Wedakarna mengatakan,
pada hari ini tanggal 2 November 2016 telah lahir Piagam Jembrana yang isinya tentang
permohonan maaf dari warga muslim Loloan, Negara dan pemerintah desa terkait insiden
Tari Belibis Syariah. Mediasi dihadiri oleh Wakil Bupati Jembrana Kembang Hartawan,
Kementerian Agama kabupaten Jembrana, Majelis Madya Desa Pekraman (MMDP)
Jembrana, Bendesa Adat Lokasari, Guru Kesenian Madrasah Loloan, Tokoh Muslim Loloan
dan unsur Muspika Jembrana. Permasalahan Tari Belibis dikupas tuntas dengan
memperhatokan aturan dan dresta yang ada.
"Saya menegaskan bahwa Tari Bali memiliki pakem. Satyam Siwam Sundaram
(logika, etika dan estetika). Setiap Tari Bali juga memiliki pakem Swadharma Pragina dan
Swadharma Pegambuhan" ungkap Wedakarna. Ia juga menambahkan, setiap penari Bali
selalu menurunkan Betara Taksu terlepas dari tarian yang dibawakan apakah tari sakral
maupun non sakral. Tari Bali merupakan Weda.ke-5 atau Ithiasa yang memiliki hubungan
dengan satra-sastra Weda.

Hargai budaya kami, jangan rubah budaya kami, dimana kaki dipijak disana langit
dijunjung, toleransi umat Hindu besar jangan semakin dimanfaatkan,

Izinkanlah saya secara terbuka memberi sedikit masukan dalam hal Tari Bali Syariah.
Sebagai orang tua yang telah lebih dari 60 tahun menari dan mengajar tari Bali, baik di Bali
maupun luar Bali. Entah siapa gerangan yang memulai istilah ini di media sosial, Tari Bali
Syariah. Saya tertarik mengikuti perbincangan dan aneka komentar mengenai hal ini.
Kebudayaan dan kesenian bukan hal diam seperti benda dalam museum. Kesenian akan terus
bergerak mengalir menurut lokasi, maupun waktu, tanpa ada yang bisa menghalanginya. Tari
Bali sendiri adalah hasil persinggungan tarian dan pengiring gamelan Bali Aga, India, Cina,
bahkan Barat dalam lingkungan sangat kreatif sehingga menghasilkan tarian khas Bali yang
tak ada duanya di dunia. Pendapat saya, janganlah masalah di atas dikaitkan dengan Agama.
Karena akan rancu. Sebagai contoh, di India yang beragama Hindu, tarian wanitanya dalam
Bharatanatyam, Kathak, dan Mohiniyattam semua memakai baju atas.

Sebaiknya kita menelaahnya hanya dengan dua prinsip: ETIKA dan ESTETIKA.

ETIKA adalah hal yang dianggap baik, sopan dan pantas oleh suatu komunitas,
termasuk penarinya sendiri dan pemirsanya. Etika adalah juga menghargai orang lain.
Seharusnya kita menghargai ada kelompok yang berkeyakinan lain dalam berbusana, begitu
mencintai tari Bali. Apakah harus kita larang? Apakah orang Indonesia dilarang belajar dan
menari Ballet atau memainkan orkes Symphony maupun Rock atau Jazz karena itu milik
bangsa lain?

Di satu pihak saya mengerti maksud panitia dari Kementerian Luar Negeri untuk
menampilkan tari Puspanjali berhijab dan berbaju. Tujuannya justru maksudnya
menunjukkan pluralisme dan indahnya keragaman. Puspanjali dipilihnya karena ini tarian
pembukaan yang sekuler, tarian untuk panggung. Namun, di sini kita harus memikirkan Etika
Hak Cipta. Puspanjali adalah tarian baru yang diciptakan Ibu Swasti Bandem.. Kita tak boleh
mengubah kostumnya begitu saja tanpa seizin penciptanya. Jadi jelas, adalah kekeliruan tari
Puspanjali berhijab dan berbaju hitam. Saya bisa membayangkan para penari Puspanjali
tersebut akhirnya dibatalkan menari karena protes masyarakat. Anak-anak muda belia ini
tentu sangat sedih dan patah hati. Mereka tak berniat buruk kan? Di sinilah dari awal,
pengertian Hak Cipta masih belum dimengerti masyarakat termasuk panita dan guru tari.
Masih perlu disosialisasikan.

Sebagai contoh, ketika murid saya yang berasal dari berbagai daerah menarikan tari
Belibis. Karena tidak lagi berusia muda dan demi kenyamanan, maka kami memutuskan
untuk mohon izin pada penciptanya, Ibu Swasti juga, untuk diperbolehkan memakai kebaya
putih. Ternyata beliau mengizinkan. Penari maupun pemirsa di lokasi luar Bali ini merasa
nyaman dan menari sepenuh hati. Dan, ternyata di luar dugaan tarian menjadi indah dan
anggun! Kebaya putih itu memperjelas gerakan-gerakan lengan silang dan diagonal sehingga
tarian itu membelai mata dan rasa para pemirsanya. Maka sampailah kita pada prinsip kedua,
estetika.

ESTETIKA, secara sederhana, adalah salah satu cabang filsafat yang membahas
keindahan. Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan
bagaimana supaya dapat merasakannya. Namun, perubahan pola pikir masyarakat akan turut
memengaruhi penilaian terhadap keindahan. Sebaliknya, sesuatu yang buruk rupa, dengan
penilaian tertentu akan tampak keindahannya. Menurut hemat saya prinsip estetika sangat
penting dalam penciptaan karya seni. Dia adalah juga tanggung jawab sang pencipta karya
tersebut. Masyarakat awam harus digiring oleh para budayawan agar dapat membedakan
antara keindahan yang membuka kesadaran, dari keindahan dangkal yang hanya menghibur
dan memuaskan naluri primordial. Program apresiasi seni tari harus digalakkan agar
masyarakat bisa menikmati tari bukan hanya dari segi gerak gerik saja, tapi merasakan juga
seluruh aspek di baliknya seperti sejarah, kebanggaan lokal dan sebagainya. Saya tidak akan
membahas lebih dalam mengenai hal ini karena membutuhkan beberapa buku tebal untuk
menelaahnya. Kembali kepada masalah kita di atas mengenai kontroversi Tari Bali Syariah.
Jika ternyata kostum suatu tarian terasakan tak estetis maka tak perlu khawatir. Karena toh
tak akan ditiru, tak akan berlanjut dan akan ditinggalkan masyarakat. Saya mempunyai
beberapa murid berhijab yang mencintai tari klasik Legong Keraton, serta sangat serius
mempelajarinya. Sebagaimana umumnya, tari tradisi tak ada hak cipta individu karena
penciptanya anonim secara turun temurun. Maka saya memerlukan proses untuk
mempertimbangkan penuh tanggung jawab agar tak menyalahi pakem tarian tradisi tersebut.

Dalam hal berbagai jenis Legong Keraton yang memang berbaju lengan panjang, saya
minta berbagai kompromi para penari berhijab, agar tak terganggu estetikanya. Misalnya,
bagian leher jangan tertutup karena menurutku ini mengurangi estetika gerakan dagu. Tari
Tenun, yang menggunakan selendang penutup rambut, dapat diakali menutupi hijabnya, dan
menggunakan kebaya juga tak mengurangi estetiknya. Sebaliknya, bagi masyarakat Bali,
harus juga menilai secara adil. Bukankan banyak sekali tarian Bali yang tak terlihat bahu,
katakanlah Arja, Topeng dan Legong?

Badan PBB Urusan Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO) baru saja mencatat
sembilan tarian Bali mewakili semua tarian Bali sebagai Warisan Budaya Dunia tak benda,
pada 5 Desember 2015. Capaian ini diajukan oleh masyarakat Bali maupun non Bali melalui
sebuah Pemerintah, khususnya Direktorat Kebudayaan Kementerian Pendidikan Nasional.

Maka tari Bali diakui sebagai waridan budaya dunia, bukan hanya milik Bali tapi
milik Indonesia. Ini menjadi tantangan bagi Pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan,
mengembangkan dan menjaganya. Sama dengan tari Saman yang telah lebih dulu masuk
daftar Unesco, dan kini dipelajari dan diapresiasi masyarakat seluruh Nusantara.

Sebagai kesimpulan, kita harus selalu menyeimbangkan antara etika dan estetika. Dan
bila hal ini tak mungkin, jangan memaksakan. Lebih baik memilih tarian lain yang sesuai,
atau, sebaiknya membuat tarian yang sama sekali baru. Semoga semangat Bhineka Tunggal
Ika, kebersamaan dalam perbedaan, tetap terjaga di negeri kita yang tercinta.

5. Joged, UNESCO, dan Budaya Bali


Kendati Joged Bumbung selalu mendapat penilaian miring dari masyarakat karena
goyangnya dinilai erotis, namun oleh UNESCO Joged Bumbung menjadi satu dari sembilan
tarian Bali yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda UNESCO. Penetapan
tersebut dilakukan dalam sidang UNESCO di Windhoek, Nambia, Afrika Selatan, Kamis
(3/12/2015) dini hari.
Selain Joged Bumbung, tari Bali lain yang diakui UNESCO adalah Barong Ket, Legong
Kraton, Drama Tari Wayang Wong, Drama Tari Gambuh, Topeng Sidakarya, Baris Upacara,
Sanghyang, dan Rejang. Prof Dr I Wayan Dibia, seniman sekaligus Guru Besar ISI Denpasar,
menegaskan bahwa menjadi tugas bersama krama Bali untuk menghilangkan stigma tersebut
dan menjaga citra Joged Bumbung tersebut. Bagaimana kita menggerakkan masyarakat
untuk paham bahwa Joged Bumbung adalah sebuah tari sosial, bukan seperti yang kerap
ditampilkan sekarang, yang mana mengumbar seksualitas, ujar Prof Dibia seperti dikutip
dari Tribun-Bali.com, Kamis (3/12/2015). Ia menegaskan, berbagai upaya harus dilakukan
untuk memberantas unsur pornoaksi dalam Joged Bumbung ini. Satu di antaranya, tambah
budayawan Prof I Made Bandem, adalah dengan mengajukan petisi pada media sosial untuk
menyaring atau mem-filter tayangan terkait Joged Bumbung yang mengarah pada pornoaksi
tersebut.

Satu di antaranya adalah bisa dengan memberikan petisi ke Youtube dari pemprov,
Disbud (Dinas Kebudayaan), dan akademisi untuk menghentikan penayangan Joged
Bumbung yang mengandung unsur pornografi, ujar Prof Bandem. Prof Bandem
memaparkan, sebenarnya sudah ada upaya pembinaan dari Disbud Bali kepada sanggar-
sanggar yang mengajarkan Joged Bumbung ini. Namun pada kenyataannya hal yang cukup
meresahkan dan memudarkan esensi dari tari ini masih saja terjadi. Prof Dibia pun
menambahkan perlu dibuka ruang-ruang untuk menampilkan Joged Bumbung yang sopan.
Sehingga masyarakat menjadi paham makna dari tari tersebut sebagai satu tari pergaulan
bukanlah yang menyimpang seperti yang terjadi saat ini. Sebenarnya bisa saja ini ditindak
langsung, apalagi ada UU Pornografi. Sekarang, tergantung apakah aparat berani untuk
menegakkan itu atau tidak. Sehingga jika kasus seperti ini masih terus terjadi, ada sanksi jelas
yang diberikan untuk memberikan efek jera kepada para pelakunya, ujar Prof Dibia. Dengan
dibukanya ruang-ruang publik yang menampilkan Joged Bumbung sopan ditambah dengan
penegakan hukum yang kuat, akan membantu mengembalikan pakem Joged Bumbung yang
sesungguhnya. Tari-tarian Bali digolongkan sebagai tarian sakral, semi-sakral, dan tarian
untuk hiburan massal.

6. Eksistensi Bahasa Bali dan Budaya Bali


Bahasa merupakan cermin pribadi diri. Ungkapan ini sering kali didengungkan bagi
setiap penutur bahasa. Bahasa mampu mewakili apa yang ada di pikiran dan disampaikan
pada lawan bicara melalui untaian kata. Sikap dan perilaku seseorang dapat dilihat dari tutur
kata yang dikeluarkan dan cara bicara seseorang. Berbicara mengenai bahasa, tentunya tidak
dapat dilepaskan dari peranan penuturnya dalam menjaga eksistensi bahasa tersebut. Bali
sebagai suatu wilayah yang homogen, merupakan tempat berkembangnya setiap bahasa yang
digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Masyarakat yang
tinggal di Bali saling berinteraksi dengan bahasa yang mereka gunakan masing-masing, serta
dengan identitas masing-masing. Seiring dengan hal tersebut, eksistensi dari bahasa lokal di
setiap daerah di Nusantara, termasuk Bali patut untuk senantiasa dipertahankan. Arus
Globalisasi seharusnya tidak menggerus nilai-nilai kearifan lokal yang ada di suatu wilayah.
Bahasa Bali merupakan salah satu kearifan lokal yang seharusnya mendapatkan perhatian
yang lebih, karena bahasa Bali adalah bahasa ibu native language di Bali.
Bahasa daerah, seperti bahasa Bali merupakan ciri khas atau identitas dari budaya
Bali yang tetap harus dipertahankan keberadaannya dengan jalan menggunakannya secara
terus menerus oleh penuturnya sehingga tidak menjadi bahasa mati. Suatu bahasa yang
dikatakan bahasa mati, apabila bahasa tersebut ditinggalkan, atau tidak lagi digunakan
untuk berkomunikasi oleh penuturnya. Hal inilah yang patut untuk diwaspadai. Dalam tujuh
unsur kebudayaan universal, bahasa menempati rangking pertama. Dengan demikian, patut
untuk disadari bahwa apabila bahasa Bali tidak lagi digunakan oleh penuturnya, maka budaya
Balipun akan tenggelam. Untuk memahami suatu kebudayaan maka hal utama yang harus
dilakukan adalah memahami dan mengatahui bahasanya. Demikian halnya dengan budaya
Bali yang akan lebih mudah untuk diketahui dan dipelajari melalui bahasa Bali. Ini
menunjukkan begitu pentingnya peran bahasa Bali dalam menjaga pilar kebudayaan Bali.
Selain itu, dalam bahasa mengandung nilai-nlai kebudayaan Bali yang adiluhung.
Fenomena yang terjadi di masyarakat mengenai bahasa Bali sedang marak terjadi.
Termasuk isu yang berkembang belakangan ini, yakni mengenai penggabungan pelajaran
bahasa daerah ke dalam pelajaran Seni Budaya. Tentunya hal ini harus dikaji ulang terlebih
dahulu dengan lebih cermat dan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dapat
dikatakan demikian, karena apabila kita cermati bersama, ketika mata pelajaran bahasa Bali
tersebut digabungkan, maka waktu yang diberikan mengenai bahasa Bali akan semakin
terpangkas. Hal ini menyebabkan peserta didik kurang maksimal dalam mempelajari bahasa
Bali. Selain peranan orang tua sebagai pendukung utama dalam pelestarian bahasa Bali sejak
dini, peranan institusi pendidikan sangatlah penting dan memegang kendali utama. Upaya
pemerintah, khususnya kota Denpasar memang gencar dilakukan, misalnya hari wajib setiap
jumat untuk menggunakan bahasa Bali di seluruh sekolah yang ada di kota Denpasar. Akan
tetapi, program ini masih kurang maksimal dalam penerapannya. Upaya lainnya yang
dilakukan pemerintah, yakni membiasakan lingkungan menggunakan bahasa Bali, serta
aksara Bali. Misalnya pada setiap ruas jalan, sudut-sudut sekolah, tempat umum seperti di
kawasan pertokoan yang ada di Jalan Gajah Mada, Denpasar. Dengan demikian masyarakat
terbiasa dengan bahasa maupun aksara Bali. Serta tidak merasa jauh, bahkan asing dengan
bahasa ibunya sendiri. Akan tetapi, penggunaannya juga masih kurang maksimal karena
hanya berpusat pada tempat-tempat tertentu saja.
Apabila mengikuti perkembangan dan tantangan zaman memang tidak dapat
disalahkan jika anak-anak sekarang gencar untuk mempelajari bahasa asing. Hal itu memang
perlu dilakukan, sebagai pelangkap agar tetap dapat mengikuti perubahan, sehingga tidak
jauh terbelakang dan ketinggalan informasi dalam kancah persaingan global. Menyikapi
fenomena sekarang, yaitu generasi muda Bali yang tidak banyak menggunakan bahasa Bali
dalam kesehariannya maupun pergaulannya merupakan suatu kenyataan yang tidak
terelakkan. Penggunaan bahasa Bali yang semakin jarang, lebih banyak terjadi di wilayah
perkotaan. Berdasarkan atas pengamatan pada siswa-siswa dari tingkat pendidikan SD hingga
SMA yang tinggal di wilayah perkotaan, mereka mengakui bahwa bukan tidak mau
menggunakan bahasa Bali. Akan tetapi, merasa kesulitan dalam penggunaan Anggah-
Ungguhin basa Bali. Hal ini memanglah suatu realitas yang tidak dapat dielakkan. Pada
kenyataannya, bahasa Bali memang memiliki Anggah-Ungguhin basa Bali yang fungsinya
justru harus diketahui terlebih dahulu, sehingga kecintaan untuk menggunakan bahasa
tersebut akan tumbuh. Sebagai masyarakat Bali kita justru hendaknya harus berbangga
dengan keberadaan Anggah-Ungguhin basa Bali yang merupakan ciri khas atau identitas
suatu wilayah yang tidak banyak dimiliki oleh daerah-daerah lain di Nusantara, bahkan di
dunia. Dengan demikian, tidak berlebihan jika menempatkan bahasa Bali dalam stana yang
agung atau tinggi.
Adanya Anggah-Ungguhin basa Bali ini sejatinya difungsikan untuk rasa basa ata
tata krama dalam berbahasa. Pada hakekatnya, seseorang yang menggunakan Anggah-
Ungguhin bahasa saat berbicara, maka orang tersebut bermaksud menghargai bahkan
menghormati lawan bicaranya. Penggunaan Anggah-Ungguhin basa Bali ini amat terkait
dengan lawan bicara, sehingga penggunaannya menjadi tepat. Akan tetapi, para siswa
mengalami kesulitan dalam penggunaan Anggah-Ungguh basa tersebut, yang terdiri dari Alus
Singgih, Alus Madya, Alus Sor, Alis Mider, Mider, Kepara dan Kasar. Kunci utama dalam
memecahkan permasalahan ini, yakni terletak pada peran seorang guru bahasa Bali. Yang
harus diperhatikan adalah mengenai metode penyampaiannya. Memasuki era globalisasi
seperti sekarang, dengan kemajuan IPTEK yang begitu pesat, membawa dampak pada
perubahan pola pikir bahkan perilaku siswa. Oleh karena itu, kebanyakan siswa sekarang
lebih menginginkan metode yang baru dan menyenangkan. Apabila siswa senang
mempelajari bahasa Bali, maka siswa akan mencoba untuk mempelajari dan memahami.
Hingga pada akhirnya iapun mau untuk menggunakan bahasa Bali. Selain penyampaian
materi, siswa juga hendaknya diberikan pemahaman akan nilai-nilai kearifan lokal yang
patut dilestarikan.
Perlu adanya kesadaran dalam diri generasi muda, bahwa merekalah yang
mengemban tugas untuk tetap menjaga eksistensi bahasa Bali. Dengan tegas kita dapat
menyuarakan, keperdulian kita dan menumbuhkan rasa kecintaan terhadap bahasa Bali. Jika
saja bahasa Bali menjadi bahasa mati, maka bersiaplah kebudayaan Bali akan runtuh. Suatu
kebudayaan tidak akan memiliki identitas yang kuat, apabila bahasa yang mendukungnya
telah punah. Sebagai generasi-generasi muda penyelamat zaman, hendaknya sadar akan hal
tersebut dan tidak membiarkan bahasa Bali menjadi bahasa mati. Senangi bahasa Bali,
kemudian pelajari dan pahami, lalu pergunakan, sehingga dengan demikian hal ini adalah
salah satu gerakan konkrit (nyata) guna menyelamatkan kebudayaan Bali.

7. Pakaian Adat dan Budaya Bali


Setidaknya ada tiga jenis pakaian Adat Bali yang umum dikenakan oleh masyarakat
Bali. Pertama, pakaian adat untuk upacara keagamaan. Kedua, pakaian adat untuk upacara
pernikahan. Dan, ketiga adalah pakaian adat untuk aktivitas sehari-hari. Pakaian Adat khas
Bali ini berbeda antara yang dipakai oleh laki-laki dan perempuan.
Pakaian Adat Bali Pria Yang pertama, mari kita bahas tentang pakaian adat Bali pria.
Secara umum para pria Bali mengenakan pakaian yang terdiri dari beberapa aksesoris yang di
antaranya ikat kepala (udeng), baju, kamen, kampuh (saput), serta selendang pengikat
(umpal).
a.Udeng (Ikat Kepala) Salah satu yang khas dari pakaian adat pria Bali adalah adanya
perlengkapan udeng. Udeng adalah sebuah penutup kepala dari kain yang digunakan untuk
ibadah dan untuk aktivitas sehari-hari. Untuk ibadah dan acara keagamaan, udeng yang
digunakan adalah udeng putih, sementara untuk aktivitas sehari-hari udeng yang digunakan
adalah udeng bermotif batik. Bentuk udeng yang unik dengan adanya simpul di bagian tengah
depan menyimbolkan bahwa pemakainya harus dapat berpikir jernih dan memusatkan pikiran
saat beribadah.
b. Baju Baju atau atasan yang digunakan dalam perlengkapan pakaian adat Bali
adalah sebuah baju tertutup yang modelnya nyaris mirip baju safari. Kendati begitu, pada
prinsipnya baju yang dipakai tidak memiliki aturan khusus, yang penting rapi, bersih, dan
sopan.
c. Kamen Pria bali tidak menggunakan celana sebagai bawahan. Fungsi celana diganti
dengan kamen atau kain sepanjang 2 meter dan lebar 1 meter. Kain ini diikatkan di pinggang
melingkar dari kiri ke kanan. Ikatan tersebut melambangkan darma, sementara pemakaian
yang tepi bawahnya harus sejengkal dari telapak kaki disertai ujung lancip yang menghadap
ke bawah menyentuh tanah melambangkan bentuk penghormatan pada ibu pertiwi.
d. Saput (Kampuh) Setelah kamen dipakai, ada 1 lagi kain penutup bagian bawah
yang harus dikenakan. Kain tersebut bernama saput atau kampuh. Saput diikatkan di
pinggang secara melingkar berlawanan arah jarum jam. Saput merupakain kain berdesain
klasik yang lebih sering dipakai saat ibadah atau acara keagamaan. Tujuan penggunaannya
adalah untuk menutupi lekuk tubuh dan aurat.
e. Umpal (Selendang Pengikat) Untuk menguatkan kamen dan saput, digunakan
selendang kecil berwarna kuning yang bernama umpal. Ikatan yang digunakan adalah ikatan
dengan simpul hidup yang diletakan di sebelah kanan. Cara mengikat ini mengandung arti
bahwa pria bali harus dapat mengendalikan semua hal buruk dari segala aktivitasnya. Pada
acara tertentu seperti pernikahan, pakaian adat Bali untuk pria juga dilengkapi dengan
aksesoris lainnya seperti keris, baju kemeja, jas, serta alas kaki.
Pakaian Adat Bali Wanita Sama dengan pakaian adat Bali pria, pakaian adat Bali
wanita juga sarat dengan nilai-nilai filosofis keagamaan. Pakaian tersebut terdiri atas
beberapa aksesoris yaitu kebaya, kamen, senteng atau selendang, bulang pasang, sanggul, dan
bunga sebagai penghias rambut.
a. Kebaya Atasan yang digunakan pada pakaian perempuan adat Bali adalah kebaya
dengan motif sederhana dan warna cerah. Pemilihan kebaya dinilai dapat menonjolkan sisi
kecantikan dan keanggunan wanita Bali. Adapun dalam keperluan ibadah, kebaya yang
digunakan haruslah sopan dari sisi desain, rapi dan bersih.
b. Kamen Untuk bawahan, pakaian adat Bali wanita juga dilengkapi dengan kamen.
Kamen dipakai untuk menutupi tubuh bagian bawah hingga sebatas 1 telapak tangan dari
lutut. Batasan ini diatur agar wanita Bali leluasa dalam bergerak melangkah dan berjalan,
namun tetap terlihat sopan dan anggun.
c. Selendang (Senteng) Wanita Bali umumnya juga akan mengenakan selendang atau
senteng yang disampirkan di bahu. Pemakaian selendang mempunyai makna filosofis bahwa
wanita Bali haruslah ingat akan ajaran darma dan siap mendidik putra putrinya kelak agar
patuh terhadap orang tua.
d. Bulang Pasang Untuk menguatkan ikan kamen, digunakan sebuah selendang
kuning bernama bulang pasang yang diikatkan di pinggang. Pemakaian selendang bulang
pasang dalam pakaian adat Bali wanita memiliki makna filosofis agar wanita Bali dapat
menjaga rahimnya dan mengendalikan tingkah lakunya dari segala keburukan.
e. Sanggul Bagi wanita Bali, penataan rambut beserta hiasannya memiliki aturan
khusus. Sedikitnya ada 3 jenis gaya tata rambut atau sanggul yang dapat digunakan mereka,
yaitu pusung gonjer, pusung tagel, dan pusung kekupu. Pusung gonjer dikhususkan untuk
wanita yang masih lajang atau belum menikah, pusung tagel dikhususkan untuk wanita yang
sudah menikah, sementara pusung kekupu atau pusung podgala dikhususkan untuk wanita
yang menyandang status janda.
f. Bunga dan Aksesoris Lainnya Untuk mempercantik diri dan sebagai sarana ibadah,
wanita adat Bali umumnya juga akan menelipkan setangkai bunga di telinga atau rambutnya.
Bunga yang dipilih adalah bunga cempaka kuning, cempaka putih, dan atau bunga kamboja.
Nah, demikianlah pemaparan yang bisa kami rangkum dan sampaikan mengenai pakaian adat
Bali pria dan wanita lengkap dengan makna filosofis yang terkandung dalam setiap
perlengkapan dan cara pemakaiannyal. Semoga dapat menambah kecintaan kita terhadap
budaya bangsa Indonesia.

8. Ogoh-ogoh dan Budaya Bali

Awal Mula Munculnya Ogoh-Ogoh

Banyaknya versi yang beredar di masyarakat Bali yang menjelaskan tentang awal
mula munculnya ogoh-ogoh. Agak sulit sebetulnya menentukan kapan awal mula ogoh-ogoh
muncul. Namun, diperkirakan ogoh-ogoh tersebut dikenal sejak jaman Dalem Balingkang.
Pada saat itu ogoh-ogoh digunakan pada saat upacara Pitra Yadnya. Pitra Yadnya adalah
upacara pemujaan yang ditujukan kepada para pitara dan kepada roh-roh leluhur umat Hindu
yang telah meninggal dunia.

Namun ada pendapat lain yang menyebutkan ogoh-ogoh tersebut terinspirasi dari Tradisi
Ngusaba Ndong-Nding di Desa Selat Karangasem. Perkiraan lain juga muncul dan
menyebutkan barong landung yang merupakan perwujudan dari Raja Jaya Pangus dan Putri
Kang Cing Wei (pasangan suami istri yang berwajah buruk dan menyeramkan yang pernah
berkuasa di Bali) merupakan cikal-bakal dari munculnya ogoh-ogoh yang kita kenal saat ini.
Informasi lain juga menyatakan bahwa ogoh-ogoh itu muncul tahun 70 80-an. Ada juga
pendapat yang menyatakan ada kemungkinan ogoh-ogoh itu dibuat oleh para pengerajin
patung yang telah merasa jenuh membuat patung yang berbahan dasar batu padas, batu atau
kayu, namun di sisi lain mereka ingin menunjukan kemampuan mereka dalam mematung,
sehingga timbul suatu ide untuk membuat suatu patung dari bahan yang ringan supaya
hasilnya nanti bisa diarak dan dipertunjukan.

Bentuk Ogoh-Ogoh

Ogoh-ogoh sendiri memiliki peranan sebagai simbol prosesi penetralisiran kekuatan-kekuatan


negatif atau kekuatan Bhuta (kekuatan alam). Ogoh-ogoh yang dibuat pada perayaan Nyepi
ini merupakan perwujudan Bhuta Kala yakni perwujudan makhluk yang besar dan
menyeramkan.

Pada awal mula diciptakannya, ogoh-ogoh dibuat dari rangka kayu dan bambu sederhana.
Rangka tersebut dibentuk lalu dibungkus kertas. Pada perkembangan jaman yang maju pesat,
ogoh-ogoh pun terimbas dampaknya. Ogoh-ogoh makin berinovasi, dibuat dengan rangka
dari besi yang dirangkaikan dengan bambu yang dianyam. Pembungkus badan ogoh-ogoh
pun diganti dengan gabus atau stereofoam dengan teknik pengecatan.

Tema ogoh-ogoh pun semakin bervariasi, dari tema pewayangan, modern, porno sampai
politik yang tidak mencerminkan makna agama. Tema ogoh-ogoh yang diharapkan adalah
sesuai dengan nilai agama Hindu yaitu tidak terlepas dari Tuhan, Manusia dan Buta Kala
sebagai penyeimbang hubugan ketiganya.

Ogoh-ogoh simbol Kala ini haruslah sesuai dengan sastra agama yang diatur dalam pakem.
Tapi dari sudut pandang lain mengatakan ogoh-ogoh itu merupakan kreativitas anak muda
yang mengeksploitasi bentuk gejala alam dan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat saat
ini jadi tidak perlu adanya pembatasan ataupun pengekangan dalam berekspresi.

Makna Yang Terkandung Dalam Pawai Ogoh-Ogoh

Ogoh-ogoh merupakan cerminan sifat-sifat negatif pada diri manusia. Tradisi ini
mengingatkan masyarakat Bali khususnya. Selain itu, ogoh-ogoh diarak keliling desa
bertujuan agar kekuatan negatif yang ada di sekitar desa agar ikut bersama ogoh-ogoh. Ritual
meminum arak bagi orang yang mengarak ogoh-ogoh di anggap sebagai perwakilan dari sifat
buruk yang ada di dalam diri manusia. Beban dari berat yang mereka gendong adalah sebuah
sifat negatif, seperti cerminan sifat-sifat raksasa, ketika manusia menyadari hal ini.
Akhir pengarakan ogoh-ogoh, masyarakat akan membakar figur raksasa ini, boleh jadi
dikatakan membakar (membiarkan terbakar habis) sifat-sifat yang seperti si raksasa. Ketika
semua beban akan sifat-sifat negatif yang selama ini mengambil (memboroskan) begitu
banyak energi kehidupan seseorang, maka seseorang akan siap memulai sebuah saat yang
baru. Ketika segalanya menjadi hening, masyarakat diajak untuk siap memasuki dan
memaknai Nyepi dengan sebuah daya hidup yang sepenuhnya baru dan berharap menemukan
makna kehidupan yang sesungguhnya bagi dirinya dan segenap semesta.

Definisi Ogoh-Ogoh

Jika dilihat dari aspek tertentu ogoh-ogoh memiliki beberapa definisi. Bagi orang awam
ogohogoh adalah boneka raksasa yang diarak keliling desa pada saat menjelang malam
sebelum hari raya Nyepi (Pengrupukan) yang diiringi dengan gamelan Bali yang disebut
Baleganjur , kemudian untuk dibakar. Menurut Wilkipedia bahasa Indonesia, Ogoh-ogoh
adalah seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta
Khala.

Para cendekiawan Hindu mengambil kesimpulan bahwa proses perayaan ogoh-ogoh


melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta, dan waktu yang maha
dahsyat. Kekuatan itu dapat dibagi dua, pertama kekuatan Bhuana Agung, yang artinya
kekuatan alam raya, dan kedua adalah kekuatan Bhuana Alit yang berarti kekuatan dalam
diri manusia. Kedua kekuatan ini dapat digunakan untuk menghancurkan atau membuat dunia
bertambah indah.

upacara Panca Kelud, di tingkat kecamatan dilakukan Upacara Caru Panca Sanak, di tingkat
desa dilakukan upacara Caru Panca Sata, dan di tingkat banjar dilakukan upacara Caru Eka
Sata.

Sedangkan di masing-masing rumah tangga, upacara dilakukan di natar merajan (sanggah).


Di situ umat menghaturkan segehan Panca Warna 9 tanding, segehan nasi sasah 100 tanding.
Sedangkan di pintu masuk halaman rumah, dipancangkanlah sanggah cucuk dan di situ umat
menghaturkan banten daksina, ajuman, peras, dandanan, tumpeng ketan sesayut, penyeneng,
jangan-jangan serta perlengkapannya. Pada sanggah cucuk digantungkan ketipat kelan
(ketupat 6 buah), sujang berisi arak tuak. Di bawah sanggah cucuk umat menghaturkan
segehan agung asoroh, segehan manca warna 9 tanding dengan olahan ayam burumbun dan
tetabuhan arak, berem, tuak dan air tawar. Setelah usai menghaturkan pecaruan, semua
anggota keluarga, kecuali yang belum tanggal gigi atau semasih bayi, melakukan upacara
byakala prayascita dan natab sesayut pamyakala lara malaradan di halaman rumah.

Upacara Bhuta Yadnya di tingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan, dilaksanakan pada
tengah hari sekitar pukul 11.00 12.00 (kala tepet). Sedangkan di tingkat desa, banjar dan
rumah tangga dilaksanakan pada saat sandhyakala (sore hari). Upacara di tingkat rumah
tangga, yaitu melakukan upacara mecaru. Setelah mecaru dilanjutkan dengan ngrupuk pada
saat sandhyakala, lalu mengelilingi rumah membawa obor, menaburkan nasi tawur.
Sedangkan untuk di tingkat desa dan banjar, umat mengelilingi wilayah desa atau banjar tiga
kali dengan membawa obor dan alat bunyi-bunyian. Sejak tahun 1980-an, umat mengusung
ogoh-ogoh yaitu patung raksasa. Ogoh-ogoh yang dibiayai dengan uang iuran warga itu
kemudian dibakar. Pembakaran ogoh-ogoh ini merupakan lambang nyomia atau menetralisir
Bhuta Kala, yaitu unsur-unsur kekuatan jahat.

Pengertian Nyepi

Nyepi berasal dari kata sepi, sipeng yang berarti sepi, hening, sunyi, senyap. Seperti
namanya perayaan tahun baru caka bagi umat hindu di Indonesia ini dirayakan sangat
berbeda dengan perayaan Tahun Baru lainnya, dimana perayaan umumnya identik dengan
gemerlapnya pesta dan kemeriahan, dan euforia dan hura-hura tetapi umat Hindu dalam
merayakan Nyepi malah dilaksanakan dengan Menyepi, Sepi, Hening,Sunyi,Senyap.

Mungkin pertanyaan muncul dibenak kita, Mengapa perayaan Tahun Baru Caka tidak
dilaksanakan dengan ramai dan pesra seperti perayan tahun baru pada umumnya?
Menurut saya ini merupakan cermin kebijaksanaan dan kejeniusan lehuhur kita, dimana
seperti pada perayaan Hari Raya Siwarari, leluhur kita selalu menekankan kita tentang
konsep mulat sarira. Perayaan dalam hening dan sepi agar kita belajar
(instrospeksi/kembali ke jatidiri) dengan merenung, meditasi, evaluasi diri dan bertanya
tentang diri kita, siapa kita? Mengapa kita ada disini? Akan kemanakah kita nanti? Selama
setahun ini apakah yang kesalahan kita yang perlu diperbaiki? Dan bukankah dalam sepi
dan hening kedamaian dan kejernihan pikiran lebih mudah tercapai ?

Pelaksanaan Nyepi di Bal (Indonesia) memang unik dan istimewa, konsep mulat
sarira dengan Catur Brata Penyepian nya memang sangat relevan dengan kondisi dunia
sekarang ini. Saat ini bumi kita sedang menghadapi berbagai masalah seperti global warming,
alam yang rusak karena polusi dan eksploitasi besar-besaran, krisis energi dan permasalahan
lainnya yang disebabkan oleh kemerosotan moral.
Perayaan Nyepi dengan Catur Brata Penyepiannya membuat Bali sebagai satu-satunya pulau
di dunia yang mampu mengistirahatkan seisi pulau secara total sehari penuh dari berbagai
aktivitas. Setahun sekali memberi kesempatan untuk kepada alam semesta untuk bebas
menghirup segarnya udara tanpa asap dan polusi kendaraan dan mesin. Penghematan di saat
krisis energi seperti saat ini terutama energi listrik karena pada hari ini Bali mampu
mengurangi sebagian besar penggunaan listrik dengan mematikan lampu-lampu dan mesin,
Nyepi sehari ini ternyata bisa melakukan penghematan penggunaan listrik hingga mencapai 8
Milyar. Dengan Nyepi kita diberi kesempatan memperoleh ketenangan dan kedamaian
mendengarkan kicauan burung dan nyanyian alam yang sedang tersenyum sumringah karena
bisa beristirahat sejenak pada hari ini setelah setahun bekerja keras memenuhi keinginan
manusia yang tidak ada habisnya.

Pelaksanaan Nyepi di Bali bisa seperti saat ini di dukung oleh Pemerintah dan Dunia
Internasional dengan penutupan semua pintu masuk ke Bali mulai dari bandara dan
pelabuhan-pelabuhan. Penghentian siaran radio dan TV di Bali selama 1 hari 24 jam untuk
menghormati Umat Hindu yang merayakan, bahkan dunia internasional pun mengakui
keluhuran dan keistimewaan pelaksanaan Nyepi di Bali dengan ramainya wacana merayakan
untuk menyediakan waktu Nyepi sehari untuk dunia World Silence Day, ya walaupun saat

ini baru berupa wacana saja .

Rangkaian Pelaksanaan Nyepi

Perayaan Nyepi terdiri dari beberapa rangkaian upacara yaitu :

1. Melasti berasal dari kata Mala = kotoran/ leteh, dan Asti =


membuang/memusnahkan, Melasti merupakan rangkaian upacara Nyepi yang
bertujuan untuk membersihkan segala kotoran badan dan pikiran (buana alit), dan
juga alat upacara (buana agung) serta memohon air suci kehidupan (tirta amertha)
bagi kesejahteraan manusia. Pelaksanaan melasti ini biasanya dilakukan dengan
membawa arca,pretima, barong yang merupakan simbolis untuk memuja manifestasi
Tuhan Ida Sang Hyang Widi Wasa diarak oleh umat menuju laut atau sumber air
untuk memohon permbersihan dan tirta amertha (air suci kehidupan). Seperti
dinyatakan dalam Rg Weda II. 35.3 Apam napatam paritasthur apah yang artinya
Air yang berasal dari mata air dan laut mempunyai kekuatan untuk menyucikan.
Selesai melasti Pretima,arca dan sesuhunan barong biasanya dilinggihkan di Bale
Agung (Pura Desa) untuk memberkati umat dan pelaksanaan Tawur Kesanga.

2. Tawur Agung/Tawur Kesanga atau Pengerupukan dilaksanakan sehari menjelang


Nyepi yang jatuh tepat pada Tilem Sasih Sesanga. Pecaruan atau Tawur dilaksanakan di
catuspata pada waktu tepat tengah hari. Filosofi Tawur adalah sebagai berikut tawur artinya
membayar atau mengembalikan. Apa yang dibayar dan dikembalikan? Adalah sari-sari alam
yang telah dihisap atau digunakan manusia. Sehingga terjadi keseimbangan maka sari-sari
alam itu dikembalikan dengan upacara Tawur/Pecaruan yang dipersembahkan kepada Bhuta
sehingga tidak menggangu manusia melainkan bisa hidup secara harmonis (butha somya).
Filosofi tawur dilaksanakan di catuspata menurut Perande Made Gunung agar kita selalu
menempatkan diri ditengah alias selalu ingat akan posisi kita, jati diri kita, dan perempatan
merupakan lambang tapak dara, lambang keseimbangan, agar kita selalu menjaga
keseimbangan dengan atas (Tuhan), bawah (Alam lingkungan), kiri kanan (sesama manusia).
Setelah tawur pada catus pata diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-
nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan
pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga
bersuara ramai/gaduh. Pada malam pengerupukan ini, di bali biasanya tiap desa dimeriahkan
dengan adanya ogoh-ogoh yang diarak keliling desa disertai dengan berbagai suara mulai dari
kulkul, petasan dan juga keplug-keplugan yaitu sebuah bom khas bali yang mengeluarkan
suara keras dan menggelagar seperti suara bom, yang dihasilkan dari proses gas dari karbit
dan air yang dibakar mengeluarkan suara ledakan yang mengelegar. Ogoh-ogoh umumnya
dengan rupa seram, mata melotot, susu menggelantung yang melambangkan buta kala dalam
berbagai rupa, juga menunjukkan kreativitas dari orang Bali yang luar biasa yang terkenal
akan seni dan budayanya

8. Nyepi jatuh pada Penanggal Apisan Sasih Kedasa (tanggal 1 bulan ke 10 Tahun Caka).
Umat Hindu merayakan Nyepi selama 24 jam, dari matahari terbit (jam 6 pagi) sampai jam 6
pagi besoknya. Umat diharapkan bisa melaksanakan Catur Brata Penyepian
yaitu : Amati Geni artinya tidak boleh berapi-api baik api secara fisik maupun api didalam
diri (nafsu). Amati Karya artinya tidak boleh beraktivitas/bekerja. Amati Lelungan, dari
kata lelunga yang artinya bepergian, artinya tidak boleh bepergian keluar rumah. Amati
Lelanguan artinya tidak boleh bersenang-senang/ menyalakan TV/radio yang bersifat
hiburan. Dengan adanya Catur Brata Penyepian ini, mengingatkan kita agar
belajar pendalian diri dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian sehingga kita bisa fokus
dan berkonsentrasi dengan baik untuk mulat sarira (kembali ke jati
diri) melalui perenungan dan meditasi. Tetapi dalam kenyataannya di masyarakat, masih
banyak umat pada saat Nyepi malah menyalahgunakannya untuk berjudi meceki seharian.
Selain Catur Brata Penyepian, bagi yang umat yang mampu akan sangat bagus jika pada
Nyepi bisa melaksanakan tapa, brata, yoga, samadi misalnya dengan puasa selama 24 jam,
dan juga monobrata yaitu tidak ngomong alias puasa berbicara sambil selalu memfokuskan
pikiran kepada Tuhan Ida Sang Hyang Widi Wasa.

1. Ngembak Geni berasal dari kata ngembak yang berarti mengalir dan geni yang
berarti api yang merupakan symbol dari Brahma (Dewa Pencipta) maknanya pada
hari ini tapa brata yang kita laksanakan selama 24 Jam (Nyepi) hari ini bisa diakhiri
dan kembali bisa beraktivitas seperti biasa, memulai hari yang baru untuk berkarya
dan mencipta alias berkreativitas kembali sesuai swadharma/kewajiban masing-
masing. Ngembak geni biasanya diisi dengan kegiatan mengunjungi kerabat dan
saudara untuk mesima krama, bertegur sapa sambil mengucapkan selamat hari raya
dan bermaaf-maafan. Dharma Santi juga biasanya diselenggarakan setelah Nyepi
yaitu dengan mengadakan dialog keagamaan sekaligus tempat untuk mesimakrama
alias bersilaturahmi dengan sesama.

Makna Nyepi

Jika kita renungi secara mendalam perayaan Nyepi mengandung makna dan tujuan yang
sangat dalam dan mulia. Seluruh rangkaian Nyepi merupakan sebuah dialog spiritual yang
dilakukan umat Hindu agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis sehingga ketenangan
dan kedamaian hidup bisa terwujud. Mulai dari Melasti/mekiis dan nyejer/ngaturang bakti di
Balai Agung adalah dialog spiritual manusia dengan Alam dan Tuhan Yang Maha Esa,
dengan segala manifetasi-Nya serta para leluhur yang telah disucikan. Tawur Agung dengan
segala rangkaiannya adalah dialog spiritual manusia dengan alam sekitar dan ciptaan Tuhan
yang lain yaitu para bhuta demi keseimbangan bhuana agung bhuana alit. Pelaksanaan catur
brata penyepian merupakan dialog spiritual antara diri sejati (Sang Atma) umat dengan sang
pendipta (Paramatma) Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam diri manusia ada atman (si Dia)
yang bersumber dan sang Pencipta Paramatma (Beliau Tuhan Yang Maha Esa). Dan
Ngembak Geni dengan Dharma Shantinya merupakan dialog spiritual antara kita dengan
sesama.
Sehingga melalui Perayaan Nyepi, dalam hening sepi kita kembai ke jati diri (mulat sarira)
dan menjaga keseimbangan/keharmonisan hubungan antara kita dengan Tuhan, Alam
lingkungan (Butha) dan sesama sehingga Ketenangan dan Kedamaian hidup bisa terwujud.

Hari Raya Nyepi merupakan hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka.
Dimana pada hari ini umat hindu melakukan amati geni yaitu mengadakan Samadhi
pembersihan diri lahir batin. Pembersihan atas segala dosa yang sudah diperbuat selama
hidup di dunia dan memohon pada yang Maha Kuasa agar diberikan kekuatan untuk bisa
menjalankan kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang.

Hari Raya Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang diyakini saat baik untuk
mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa dan dipercayai merupakan hari penyucian para
dewa yang berada dipusat samudra yang akan datang kedunia dengan membawa air
kehidupan (amarta) untuk kesejahteraan manusia dan umat hindu di dunia.

Makna Hari Raya Nyepi

Nyepi asal dari kata sepi (sunyi, senyap). yang merupakan perayaan Tahun Baru Hindu
berdasarkan kalender Saka, kira kira dimulai sejak tahun 78 Masehi. Pada Hari Raya Nyepi
ini, seluruh umat Hindu di Bali melakukan perenungan diri untuk kembali menjadi manusia
manusia yang bersih , suci lahir batin. Oleh karena itu semua aktifitas di Bali ditiadakan,
fasilitas umum hanya rumah sakit saja yang buka.

Upacara sebelum hari Nyepi

Ada beberapa upacara yang diadakan sebelum dan sesudah Hari Raya Nyepi , yaitu:

1. Upacara Melasti
Selang waktu dua tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi, diadakan upacara Melasti
atau disebut juga Melis/Mekiyis, dihari ini, seluruh perlengkapan persembahyang
yang ada di Pura di arak ke tempat tempat yang mengalirkan dan mengandung air
seperti laut, danau dan sungai, karena laut, danau dan sungai adalah sumber air
suci (tirta amerta) dan bisa membersihkan dan menyucikan dari segala kotoran
yang ada di dalam diri manusia dan alam.
2. Upacara Bhuta Yajna
Sebelum hari Raya Nyepi diadakan upacara Bhuta Yajna yaitu upacara yang
mempunyai makna pengusiran terhadap roh roh jahat dengan membuat hiasan
atau patung yang berbentuk atau menggambarkan buta kala ( Raksasa Jahat )
dalam bahasa bali nya sebut ogoh ogoh, Upacara ini dilakukan di setiap rumah,
Banjar, Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi. Upacara ini dilakukan di
depan pekarangan , perempatan jalan, alun-alun maupun lapangan,lalu ogoh ogoh
yang menggambarakan buta kala ini yang diusung dan di arak secara beramai
ramai oleh masyarakat dengan membawa obor di iringi tetabuhan dari kampung
kekampung, upacara ini kira kira mulai di laksanakan dari petang hari jam enam
sore sampai paling lambat jam dua belas malam, setelah upacara ini selesai ogoh
ogoh tersebut di bakar, ini semua bermakna bahwa seluruh roh roh jahat yang ada
sudah diusir dan dimusnahkan Saat hari raya Nyepi, seluruh umat Hindu yang ada
di bali wajibkan melakukan catur brata penyepian.

Ada empat catur brata yang menjadi larangan dan harus di jalankan :
1. Amati Geni: Tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu.

2. Amati Karya: Tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan meningkatkan


kegiatan menyucikan rohani.

3.Amati Lelungan: Tidak berpergian melainkan mawas diri,sejenak merenung diri


tentang segala sesuatu yang kita lakukan saat kemarin , hari ini dan akan datang.

4. Amati Lelanguan: Tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusat.

Pikiran terhadap Sang Hyang Widhi Brata ini mulai dilakukan pada saat matahari Prabata
saat fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya, selama (24) jam.

11. Upacara setelah Nyepi


Upacara Hari Ngembak Geni berlangsung setelah Hari Raya Nyepi berakhirnya
( brata Nyepi ). Pada esok harinya dipergunakan melaksanakan Dharma Shanty, saling
berkunjung dan maaf memaafkan sehingga umat hindu khususnya bisa memulai tahun
baru Caka dengan hal hal baru yang fositif,baik di lingkungan keluarga maupun di
masyarakat, sehingga terbinanya kerukunan dan perdamaian yang abadi Menurut
tradisi, pada hari Nyepi ini semua orang tinggal dirumah untuk melakukan puasa,
meditasi dan bersembahyang, serta menyimpulkan menilai kualitas pribadi diri
sendiri.

Di hari ini pula umat Hindu khususnya mengevaluasi dirinya, seberapa jauhkah tingkat
pendekatan rohani yang telah dicapai, dan sudahkah lebih mengerti pada hakekat tujuan
kehidupan di dunia ini. Seluruh kegiatan upacara upacara tersebut di atas masih terus
dilaksanakan, diadakan dan dilestarikan secara turun menurun di seluruh kabupaten kota Bali
hingga saat ini dan menjadi salah satu daya tarik adat budaya yang tidak ternilai harganya
baik di mata wisatawan domestik maupun manca negara.
9. Taksi Konvensional vs Taksi Online

Hari ini, huru-hara terjadi di ibukota. Banyak supir taksi konvensional, meski tidak semua,
semisal Blue Bird dan Express, berdemo menuntut agar taksi dan ojek yang berbasis aplikasi
ditutup. Pasalnya, menurut klaim mereka, pendapatan berkurang seiring dengan
meningkatnya popularitas dari taksi dan ojek online. Demo ini diwarnai dengan aksi
kerusuhan, yang kemudian menjadikan warga ketakutan. Lantas, mengapa fenomena ini
terjadi? Sebenarnya, terjadi perbedaan cara pandang di kedua pihak. Di pihak pengemudi
taksi konvensional, mereka merasa dirugikan. Pertama, taksi konvensional terdaftar secara
resmi di dinas perhubungan, sehingga berhak mendapat plat kuning, tanda angkutan umum
sedangkan taksi berbasis aplikasi menggunakan kendaraan biasa, yang bukan untuk angkutan
umum. Kedua, dengan mereka resmi sebagai angkutan umum, mereka pun berkewajiban
membayar pajak yang berbeda dengan pengguna plat hitam, plat kendaraan biasa, yang juga
digunakan oleh taksi berbasis aplikasi. Ketiga, taksi konvensional menggunakan metode
menunggu penumpang, sedangkan taksi berbasis aplikasi menjemput penumpang. Keempat,
yang paling krusial, adalah perbedaan tarif, tarif taksi konvensional jika dibandingkan dengan
tarif taksi berbasis aplikasi berbeda jauh. Terakhir, ini adalah masalah adaptasi terhadap
teknologi yang diambil peluangnya oleh pengguna taksi berbasis aplikasi, dan belum digarap
dengan baik oleh pihak pengelola taksi konvensional. Modernisasi Seorang ahli sosiologi,
Peter Barger mengemukakan ada empat karakeristik modernisasi. Pertama, penurunan
kondisi masyarakat kecil dan tradisional. Pada kasus ini, pihak yang disebut sebagai
masyarakat tradisional adalah pengemudi taksi konvensional. Mereka menunggu penumpang,
atau menunggu ditelepon oleh penumpang untuk dijemput di tempatnya. Padahal, masyarakat
ibukota saat ini, sudah sangat terkoneksi dengan baik pada akses internet dan mulai
meninggalkan penggunaan telepon. Kedua, berkembangnya pilihan individu. Pada kasus ini,
pilihan individu menjadi berkembang. Dengan munculnya aplikasi seperti Go-Jek, Uber, dan
Grab, pilihan masyarakat untuk pergi menjadi lebih banyak. Tentunya, masyarakat akan
melihat dari segi efektivitas dan efisiensi. Pilihan pun akhirnya jatuh kepada yang lebih
murah dan mudah. Tarif yang ditawarkan lebih murah, sedangkan pengguna pun bebas mau
dijemput dari mana saja. Ketiga, meningkatnya keragaman sosial. Pada kasus ini, keadaan
sosial masyarakat berubah. Jika pada masa sebelumnya, dengan pilihan yang terbatas,
masyarakat menggunakan kendaraan umum tersebut. Namun, dengan semakin bertambahnya
pilihan, opsi yang dapat masyarakat pilih semakin beragam. Modernisasi akan membawa
masyarakat pada pilihan yang rasional, tidak lagi berdasarkan gengsi operator taksi, namun
lebih kepada kemudahan dan harga. Keempat, orientasi pada masa depan dan perhatian pada
waktu. Dalam isu ini, terlihat bahwa masyarakat semakin peka terhadap arus informasi. Hal
inilah yang ditangkap para inventor, yang kebanyakan anak muda, dengan memanfaatkan
potensi yang ada. Potensi yang dilihat sebenarnya sederhana, dengan semua orang, khususnya
eksekutif muda ibukota menggunakan telepon pintar, mereka pasti terhubung dengan internet.
Internet pun menjadi solusinya. Apalagi sistem operasi telepon pintar dapat memfasilitasi
untuk pembuatan aplikasi-aplikasi baru. Dibuatlah aplikasi yang terhubung dengan internet.
Internet dipandang sebagai jawaban atas kebutuhan masa kini hingga beberapa waktu ke
depan. Apalagi, dengan semua solusi yang dapat diraih hanya dengan sentuhan di telepon
pintar, masalah waktu dapat teratasi. Perubahan sosial Menurut seorang Sosiolog, Mascionis,
terdapat empat karakter utama perubahan sosial. Pertama, perubahan sosial terjadi sepanjang
waktu. Pada masa lalu, transportasi umum yang paling laku adalah delman dan becak.
Kemudian berkembang dengan adanya bajaj dan bus kota. Lalu, masyarakat mencari sesuatu
yang lebih nyaman, muncullah taksi. Kini, masyarakat ibukota lebih mementingkan
kecepatan seiring dengan kemacetan yang semakin parah, muncullah Go-Jek dan Grab. Ini
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, karena akan terjadi sepanjang waktu berdasarkan
kondisi masyarakat. Kedua, perubahan sosial terkadang dapat diketahui, namun seringkali
tidak direncanakan. Sebenarnya, munculnya angkutan umum berbasis aplikasi sudah dapat
diprediksi dengan semakin meningkatnya pengguna telepon pintar. Namun demikian, ketika
hal ini semakin masif terjadi seperti saat ini, perubahan menjadi tidak terencana. Pengemudi
yang kurang tanggap pun pada akhirnya hanya bisa meluapkan kekesalannya dengan marah
dan berdemonstrasi. Ketiga, perubahan sosial selalu kontroversial. Kasus ini menimbulkan
kontroversi di masyarakat. Banyak kalangan yang mendukung taksi konvensional, namun
tidak sedikit pula yang kontra. Pada masa lalu, sebenarnya bukan belum pernah terjadi yang
semacam ini. Contohnya delman yang merupakan kendaraan umum yang cukup populer di
tahun 60-an sampai 80-an. Kemudian, karena dianggap mengganggu kenyamanan umum,
yang disebabkan bau kotoran kuda yang tidak sedap, akhirnya ditertibkanlah delman ini.
Sampai ada pula yang melarang. Ini bukan tanpa kontroversi, para kusir delman yang
bergantung pada delman pasti merasa dirugikan. Untuk berpindah ke pekerjaan lain pun
belum tentu mampu. Ini mirip dengan kejadian saat ini. Keempat, suatu perubahan sosial
lebih menonjol dibanding yang lainnya. Pada masalah ini, perubahan sosial dalam bidang
transportasi terlihat menonjol. Padahal, hal ini disebabkan oleh revolusi informasi dan
komunikasi. Perubahan besar dalam teknologi informasi dan komunikasi membuat banyak
dampak. Salah satunya, di dalam transportasi umum. Solusi Kini, dengan adanya fenomena
ini tidaklah bijak jika mencari pihak yang salah. Kalaupun ada pihak yang harus disalahkan,
maka semua akan menjadi pantas untuk disalahkan. Mengapa? Pihak taksi konvensional
salah karena tidak tanggap dengan perubahan zaman, belum lagi kesalahan dalam
demonstrasi yang berujung anarki. Pihak penyedia transportasi berbasis aplikasi salah juga
karena tidak mengikuti peraturan yang berlaku, juga mereka tidak menyediakan harga yang
berkeadilan dengan pesaing yang sudah lama ada. Pemerintah pun juga menjadi salah, karena
tidak tanggap dalam melihat fenomena yang ada di masyarakat, dengan belum menyediakan
peraturan yang dapat mengakomodir dan menertibkan konflik yang ada. Maka, sebenarnya
solusinya tinggallah jawaban dari kesalahan semua pihak ini. Pihak taksi konvensional sudah
harus lebih tanggap terhadap perkembangan teknologi, buatlah layanan yang sama dengan
membuat aplikasi yang menarik. Pihak penyedia transportasi berbasis aplikasi, sebaiknya
menggunakan plat kuning, juga tidak memberikan harga yang terlampau jauh dengan yang
sudah ada sehingga persaingan menjadi sehat. Pemerintah, sudah selayaknya membuat
peraturan, dan memastikan bahwa persaingan yang ada terjadi secara sehat dan tidak ada adu
modal yang merupakan ciri kapitalisme dan bertentangan dengan ekonomi kerakyatan.
Terakhir, masyarakat akan dengan mudah memilih dengan cerdas apa yang mereka hendak
gunakan. Kerusuhan hari ini sangat disesalkan. Meski demikian, sudah sepatutnya ini
membuka mata kita bahwa kita berada pada masa modernisasi yang membuahkan suatu
perubahan sosial di masyarakat. Kalau urusan rezeki, tidak perlu dirisaukan. Karena jutaan
orang pun mencari rezeki di ibukota kita tercinta.

10. Pasar Modern vs Pasar Tradisional


Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan
manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan
jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat
kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store,
shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan
sebagainya. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di
gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti
(tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak).

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan
adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar,
bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh
penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti
bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang
elektronik, jasa dan lain-lain.

Dari sisi kelembagaan, perbedaan karakteristik pengelolaan pasar modern dan pasar
tradisional nampak dari lembaga pengelolanya. Pada pasar tradisional, kelembagaan
pengelola umumnya ditangani oleh Dinas Pasar yang merupakan bagian dari sistem birokrasi.
Sementara pasar modern, umumnya dikelola oleh profesional dengan pendekatan bisnis.
Selain itu, sistem pengelolaan pasar tradisional umumnya terdesentralisasi dimana setiap
pedagang mengatur sistem bisnisnya masing-masing. Sedangkan pada pasar modern, system
pengelolaan lebih terpusat yang memungkinkan pengelola induk dapat mengatur standar
pengelolaan bisnisnya.

Pasar tradisional ternyata masih mampu untuk bertahan dan bersaing di tengah serbuan pasar
modern dalam berbagai bentuknya. Kenyataan ini dipengaruhi oleh beberapa sebab:

Karakter/Budaya Konsumen.

Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern.
Perbedaan itulah adalah di pasar tradisional masih terjadi proses tawar-menawar harga,
sedangkan di pasar modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Dalam proses
tawar-menawar terjalin kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli yang
tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja di pasar modern.

Revitalisasi Pasar Tradisional.

Pemerintah menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi
masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Perhatian pemerintah tersebut dibuktikan
dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional di berbagai tempat. Selama ini pasar
tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek serta bau, dan karenanya
hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Gambaran pasar seperti di atas
harus diubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung. Dengan demikian
masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk datang dan melakukan transaksi di pasar
tradisional.
Regulasi.

Pemerintah memang mempunyai hak untuk mengatur keberadaan pasar tradisional dan pasar
modern. Tetapi aturan yang dibuat pemerintah itu tidak boleh diskriminatif dan seharusnya
justru tidak membuat dunia usaha mandek. Pedagang kecil, menengah, besar, bahkan
perantara ataupun pedagang toko harus mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha.

Anda mungkin juga menyukai