Anda di halaman 1dari 3

Berdasarkan asalnya, pathogen penyebab IDO dapat berasal dari:

1) Endogen

Flora normal pasien

Kulit

Membran mukosa

GI tract

Penyebaran dari fokus infeksi lain dari tubuh pasien

2) Eksogen
a. Surgical Personnel (dokter bedah dan tim)

Kotoran pada pakaian

Teknik aseptik tidak tepat

hand hygiene tidak adekuat

b. Lingkungan fisik dan ventilasi OK


c. Alat, perlengkapan, & material yang masuk ke ruang OK

Di antara sekian banyak faktor risiko penyebab IDO, sebagian besar merupakan faktor risiko
yang dapat diubah (Modifiable Risk Factors). Kondisi ini memungkinkan manajemen RS dan
pemberi pelayanan melakukan intervensi yang sesuai. Hal-hal tersebut meliputi:
Penggunaan antibiotik profilaksis yang tidak tepat, meliputi:
Inappropriate choice (procedure spesifik)
Improper timing (pre-insisi)
Dosis in-adekuat berdasarkan BMI, prosedur bedah >3 jam, meningkatnya blood loss
Preparasi kulit/ area yang in-efektif
Mencukur rambut dengan razor (silet cukur manual) > saat ini sudah tidak
dianjurkan
Prosedur Colorectal yang tidak efektif
Preparasi bowel/antibiotik yang in-adekuat
Regulasi temperatur intra-operatif yang tidak tepat
Sulitnya mencegah terjadinya IDO tidak terlepas dari berbagai kendala yang dihadapi RS. RS
perlu mengambil strategi guna mengatasi kendala-kendala tersebut secara serius dan
sistematis. Beberapa kendala mengatasi IDO yang dapat diidentifikasi dari berbagai
penelitian adalah sebagai berikut.
Tantangan dalam mendeteksi IDO

Kurang terstandarnya metode surveilans post-discharge/ outpatient


Meningkatnya jumlah outpatient surgeries
Makin meningkatnya tren hari perawatan post-operatif yang pendek termasuk one day
care
Ketidak-mampuan mendeteksi/ ketidaktauan staf mengenai tanda & gejala IDO/ ILO
Kurangnya pengetahuan dan komitmen staf dalam melakukan tindakan-tindakan
pencegahan seperti hand hygiene, penerapan surgical safety checklist yang benar dan
tepat, tindakan aseptis yang benar, dsb.
Antibiotik Profilaksis
Perbedaan pendapat di kalangan ahli bedah & mikrobiologis tentang pentingnya
penggunaan antibiotik
Peningkatan resistensi antibiotik
Sebagaimana telah diketahui, Infeksi Daerah Operasi (IDO)
merupakan burden yang harus dideteksi dan diatasi RS khususnya di era BPJS
ini. IDO secara langsung meningkatkan pengeluaran RS melalui penambahan
upaya-upaya pelayanan kesehatan seperti operasi ulang, pemanjangan hari
rawat, serta re-admisi.

IDO merupakan salah satu bentuk harm peri-operatif yang harus dicegah dan
diatasi. Harm peri-operatif tersebut diatasi dengan mencegah IDO itu sendiri dan
membentukteamwork operatif yang solid dan komunikasi yang efektif. Beberapa upaya telah
direkomendasikan berbagai institusi kesehatan dunia seperti CDC maupun WHO guna
menurunkan IDO. Penerapan Surgical Safety Checklist dalam banyak penelitian
menunjukkan hasil yang baik, seperti penururunan inpatient complications, dan mortalitas.

Strategi Preventif IDO


Secara praktis, Fry (2008) membagi upaya pencegahan IDO tersebut dalam upaya inti (core)
dan supplemental(tambahan) sesuai evidence based medicine (EBM). Beberapa upaya inti
pencegahan praktis tersebut meliputi hal-hal di bawah ini.
PRE-OPERATIF (CORE)

Antibiotik Profilaksis sesuai guideline/ standar EBM

1 jam sebelum insisi atau 2 jam sebelum insisi bila menggunakan


vancomycin/ fluoroquinolone

Pilih agen antibiotik yg sesuai berdasar: Jenis prosedur pembedahan; Patogen IDO
yang paling umum untuk pembedahan tsb. ; Rekomendasi (SPM/ PPK, jurnal/ EBM,
dll); infeksi tersembunyi

Identifikasi infeksi yang mungkin menyertai pasien & pempebrian treatment adekuat
sebelum bedah elektif

Tunda operasi sedapat mungkin hingga infeksi dapat diatasi

Skin Prep > Agen antiseptik + teknik aseptik benar

Pastikan normothermia post-operatif

Pasien bedah colorectal

Enema, cathartic agents

Berikan antibiotik oral yang non-absorbable dalam dosis terbagi sehari


sebelum operasi

Jangan mencukur rambut, kecuali bila mengganggu prosedur operasi

Jangan menggunakan razors

direkomendasikan menggunakan pencukur elektrik/ clipper

INTRA-OPERATIF (CORE)

Pengaturan traffic ruang operasi > Pastikan pintu OK tertutup selama operasi,
kecuali jika dibutuhkan untuk lewat peralatan, personel, dan pasien.

POST-OPERATIF (CORE)

Dressing > Lindungi insisi dengan sterile dressing selama selama 24-48
jam post-op

Kontrol Gula Darah segera selama periode post-operative (untuk operasi cardiac)

Pastikan gula darah post-operasi < 200mg/ dL

Hentikan penggunaan antibiotik dalam 24 jam setelah akhir pembedahan (48 jam
untuk operasi jantung)

Anda mungkin juga menyukai