A. Definisi
Melanoma maligna adalah sebuah kanker dari sel yang
menghasilkan melanin. Oleh karena itu, bisa timbul pada kulit, mukosa,
retina, dan leptomeninges. Melanoma maligna merupakan sebuah
keganasan dari sel yang menghasilkan pigmen (melanosit), biasanya
berada di kulit tapi juga ditemukan di telinga, saluran pencernaan, mata,
mulut, mukosa genital, dan leptomeninges.
B. Epidemiologi
Meskipun melanoma maligna terhitung hanya 4% dari semua
kanker kulit, melanoma maligna menyebabkan 80% kematian dari kanker
kulit .
Melanoma maligna terhitung 3% dari semua keganasan di seluruh
dunia. Melanoma maligna kanker yang paling banyak pada dewasa muda
(20-39 tahun) dan paling banyak menyebabkan kematian karena kanker .
Secara geografis, insiden dan mortalitas bervariasi di seluruh
dunia. Kejadian melanoma maligna tertinggi dimana Negara yang
populasinya didominasi oleh Caucasian (kulit putih) dan rendah pada
Negara yang berpenduduk asli Asian atau African (de Vries et al., 2006).
Semua Negara Eropa melaporkan insiden melanoma maligna tinggi pada
perempuan daripada laki-laki. Sebaliknya, di Australia dan Amerika Utara
laki-laki lebih tinggi daripada perempuan,sedangkan untuk bagian tubuh
yang sering ditemukan pada laki-laki adalah trunkus dan pada perempuan
sering pada daerah tungkai dan trunkus. Jarang ditemukan pada bagian
tubuh yang tertutup pakaian .
Penyebab utama terjadi peningkatan insiden melanoma maligna
secara umum adalah paparan radiasi ultraviolet (UV). Terpapar sinar
matahari yang membakar kulit dalam waktu singkat tapi berulang-ulang
diketahui sebagai faktor risiko utama.
C. Faktor Resiko
1. Faktor Genetik
Berdasarkan hasil penelitian 25-40% dari anggota keluarga yang
menderita melanoma maligna diidentifikasi terdapat germline mutation
pada cyclin-dependent kinase inhibitor 2A (CDKN2A) dan juga sedikit
didapatkan mutasi pada cyclin-dependent kinase 4 (CDK4). Terdapat
dasar rasional untuk hubungan antara kejadian melanoma dan mutasi
pada CDKN2A dan CDK4 karena kedua tersebut adalah
tumorsuppresor genes.
Lima sampai sepuluh persen dari semua melanoma maligna adalah
dari pasien dengan familial atypical multiple mole melanoma
syndrome (FAMMM). Pasien dengan FAMMM mempunyai risiko
70% selama hidup untuk berkembangnya sebuah melanoma maligna.
Mutasi pada tumor-suppressor genes seperti c-kit, p53, dan BRAF
dilaporkan meningkatkan risiko melanoma maligna.
2.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ditemukan pada melanoma maligna sudah dikenal
dengan Melanoma Maligna ABCDEF, sebagai berikut:
A-Asymetry, yaitu bentuk tumor yang asimetris
B-Border irregularity, yaitu garis batas yang tidak teratur
C-Color variegation, yaitu memiliki lebih dari satu warna seperti cokelat
atau hitam. Bisa juga merah, biru, abu-abu, hipopigmentasi atau
depigmentasi
D-Diameter, yaitu diameter tumor lebih dari 6 mm
E-Evolution atau change, yaitu ada perubahan dari warna, ukuran,simetris,
dan gejala
F-Funny-looking lesions
F. Diagnosis
1. Anamnesis
Memberikan pertanyaan riwayat terpapar sinar matahari yang
lama, riwayat kulit terbakar yang berulang akibat paparan sinar
matahari, riwayat menderita melanoma maligna sebelumnya ataupun
keluarga yang pernah menderita melanoma maligna, riwayat
immunosuppressant diseases, dan jika memang ada lesi ditanyakan
sesuai Glasgow 7-point checklist dimana jika ada 2 poin dari kriteria
mayor seperti perubahan ukuran, perubahan warna, dan perubahan
bentuk dengan 1 poin dari kriteria minor seperti mengeluarkan darah,
perubahan sensasi, inflamasi atau diameter lebih dari 7 mm. jika
didapatkan 3 poin maka dicurigai terdapat keganasan kulit.
2. Pemeriksaan Fisik Ada 4 jenis melanoma maligna yang berbeda
terlihat dari gambaran klinis:
Superficial Spreading Melanoma (SSM) merupakan 70% jenis
melanoma maligna, biasanya berkembang pada tempat yang
sebelumnya ada naevus, mengalami perubahan yang lambat hingga
membutuhkan beberapa tahun, kemudian tumbuh secara vertikal dan
berkembang menjadi nodula biru kehitaman. Berupa plak berukuran
0,5 3 cm dengan tepi meninggi dan ireguler. Terdapat bermacammacam warna, seperti abu-abu, biru, hitam, dan kemerahan.
Nodular melanoma (NM), terhitung 15% dari semua melanoma
maligna dan bisa menjadi lebih agresif daripada SSM dengan
permulaan klinis yang pendek. Lesi ini berasal dari de novo di kulit
dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan, biasanya di
badan, kepala, atau leher. Biasanya berupa papula berwarna biru atau
hitam, diameternya 1-2 cm, dan berbatas tegas .
Lentigo Maligna Melanoma (LMM), jenis ini jarang ditemukan di
Indonesia, di Negara barat lokasi yang tersering pada wajah sekitar 410% dan umumnya pada usia tua, pertumbuhannya vertikal dan sangat
lambat, berupa makula kecokelatan. LMM berhubungan dengan
paparan sinar matahari yang panjang dan intens, lebih sering terkena
perempuan daripada laki-laki .
Acral Lentigo Melanoma (ALM), ini biasanya banyak ditemukan
pada orang kulit berwarna. Biasa pada orang Asia terutama Jepang,
terhitung insiden 70% di Jepang. Lesi ini berwarna dan sering
ditemukan pada telapak tangan, telapak kaki, atau di bawah nail bed.
Jenis ini dinyatakan paling agresif dibanding jenis yang lain.
3. Pemeriksaan dermoskopi Pemeriksaan ini dilakukan sesuai dengan
manifestasi klinis Melanoma Maligna ADCDEF.
4. Pemeriksaan Histopatologi dengan Biopsi Pemeriksaan histopatologi
dengan biopsi ini merupakan standar diagnosis melanoma maligna.
Apabila ditemukan lesi pigmentasi yang diduga melanoma maligna
setelah lesi pigmentasi memenuhi 2 kriteria mayor dan 1 kriteria minor
maka selanjutnya dilakukan biopsi eksisi luas.
Semua lesi yang diduga melanoma maligna seharusnya
dihilangkan sempurna vertikal dan horizontal. Prinsip biopsi harus
sempurna, jenis biopsi tergantung pada ukuran dan lokasi anatomi lesi.
Bila kurang dari 2 cm dilakukan eksisi tumor dengan batas tumor 2-5
mm sedangkan insisi tumor dilakukan ketika diameter lesi lebih dari 2
cm dan secara anatomi letak lesi sulit seperti di daerah wajah.
Tindakan lymph node dissection dan terapi adjuvan dipengaruhi
oleh kedalaman lesi. Untuk 5-6 mm punch biopsy dilakukan untuk
mengambil lesi yang mencapai subcutaneous fat.
Laporan histopatologi setidaknya memuat sesuai NIH Consensus
Conference of 1992 dan the French Consensus Conference of 1995,
sebagai berikut:
Diagnosis lesi memang berasal dari sel melanosit dan konfirmasi
keganasan Ketebalan tumor dalam milimeter (berdasarkan metode
Breslow)
1. Penilaian kesempurnaan eksisi
2. Tingkat invasi (Clark)
3. Ada dan luas regresi
4. Ada dan luas ulkus
5. Tambahan parameter, yaitu:
Jenis histologi
Bertempat di lesi sebelumnya
Mitotic index
Invasi ke vaskular
Tipe sel
Tumor infiltrating lymphocytes (TILs)
Fase pertumbuhan; vertikal atau radial
Ketentuan metode Breslow ,sebagai berikut:
Golongan I : Ketebalan tumor < 0,76 mm
Golongan II : Ketebalan tumor 0,76-1,5 mm
Golongan III : Ketebalan tumor > 1,5 mm
Tingkat invasi berdasarkan Clark (Herbst, 2014):
tipis (6% untuk melanoma maligna < 1 mm) dan banyak pada
melanoma maligna yang tebal (63% untuk melanoma maligna > 4
mm). pada penyakit stage III, ulkus berpengaruh yang signifikan pada
overall survival.
6. Mitotic Index
Pada beberapa pustaka dan penelitian memperlihatkan hasil yang
mendukung hubungan yang signifikan antara tumor mitotic index
dengan prognosis pada melanoma maligna. Mitotic index dihitung
sebagai jumlah mitosis per millimeter kuadrat, ini biasanya dihitung
jumlah mitosis yang nampak pada 5 lapangan pandang mikroskop
daya kuat (x40), dimulai dari lapangan pandang yang paling banyak
mitosis. Pada AJCC 7 th edition tahun 2009 sudah dicantumkan
mitotic index sebagai salah satu penentu staging. Pada pasien dengan
mitotic index 0/mm memiliki hasil yang signifikan untuk survival rate
yang baik daripada pasien dengan mitotic index 1/mm.
7. Faktor histologi lain
Faktor lain yang mungkin berpengaruh pada prognosis melanoma
maligna seperti terdapat microsatellitosis, tumor infiltrating
lymphocytes (TILs), regresi, tumor lymphamgiogenesis, dan radial
versus vertical growth phase.
Daftar Pustaka
Indriatami, dkk. (2016). Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Ed. 7. FKUI. Jakarta
Tanto, Chris, dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Ed. IV. Jilid 1. Media
Aesculaps. Jakarta