terhadap
cabai
selalu
meningkat
setiap
tahunnya
seiiring
Produksi
(Ton)
Konsumsi
Penduduk (1000 x Orang)
Per kapita
Total/tahun
(kg/tahun)
(Ton)
2002
635.089
210.736
2.760
581.631
2003
1.066.722
213.550
2.780
593.669
2004
1.100.514
216.381
2.740
592.884
2.760
589.395
rata-rata
Keterangan
934.108
Permintaan terhadap cabai tidak hanya dari konsumen rumah tangga tetapi
juga dari industri (Soetiarso & Ameriana 1996). Tabel 2 menunjukkan total
permintaan cabai dari tahun 1999-2003 meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya
permintaan terhadap cabai ini dikarenakan semakin meningkatnya industriindustri yang menggunakan bahan baku cabai. Industri kecap merupakan
konsumen industri yang membutuh cabai terbesar diantara yang lainnya dengan
konsumsi pada tahun 2003 yaitu sebesar 19.112 ton lebih besar dibandingkan
pada tahun 2001 dan 2002 hanya sebesar 9.251 ton dan 9.851 ton.
Permintaan terhadap cabai juga datang dari pasar luar negeri dan
menunjukkan angka yang fluktuatif. BPS (2004) melaporkan ekspor cabai tahun
1999-2001 selalu meningkat dengan nilai ekspor tertinggi pada tahun 2001 yaitu
sebesar 1.001,8 ton dan mengalami penurunan yang drastis pada tahun 2002 yaitu
hanya sebesar 450.5 ton (Tabel 3).
Permintaan (Ton)
1999
2000
2001
2002
2003
46
4. Industri kecap
9251
6. Industri Kerupuk
16
18
93
110
50
12
28
27
22
45
91
76
1858
9470
Total
Keterangan
1760
11
273
469
59
60
108
108
9851 19112
-
10398 19871
: BPS 2004a
Keterangan
Tahun
1999
604.4
2000
612.7
2001
1001.8
2002
450.5
2003
466.9
2004
: BPS 2004b
916.6
berbentuk jorong dengan ujung membulat dan dasar sempit terpancung, hialin,
tidak bersekat, bersel satu, berukuran 9-24 x 3-6 m, terbentuk pada konidiofor
yang tidak bersekat, bersel satu, hialin atau cokelat pucat. Cendawan yang
termasuk ke dalam kelas Deuteromycetes ini memiliki miselium yang
berkembang sempurna dan bercabang. Reproduksi struktur seksual jarang terjadi,
bila diketahui dapat bereproduksi seksual maka dimasukkaan kedalam kelas
Ascomycetes atau Basidiomycetes (Semangun 2000).
Colletotrichum sp. menyebabkan dua tipe gejala pada buah yaitu
antraknosa dan bercak cokelat. Pada buah-buah yang menjelang matang terlihat
gejala khas yaitu bercak-bercak hitam pada bagian kulit, yang sedikit demi sedikit
melekuk dan bersatu kemudian daging buah membusuk cekung ke arah dalam
buah (Prabawati et al. 1991).
Infeksi C. capsici pada cabai terdiri dari beberapa tahap, dimulai ketika
buah masih dalam masa perkembangan di pohon. Infeksi diawali dengan adhesi
spora dan hifa pada permukaan buah yang pada umumnya melalui percikan air
hujan (Mercure et al. 1994), selain itu cendawan ini juga dapat menyerang melalui
batang, ranting, daun, dan Bergstrom and Nicholson (1992) melaporkan bahwa
cendawan ini dapat menyerang melalui akar. Setelah melekat, pada umumnya
cendawan akan tetap pada periode laten dan belum menunjukan gejala sampai
buah mencapai masa klimakterik dan dapat memberikan nutrisi untuk
pertumbuhan cendawan selanjutnya (Prabawati et al. 1991), hal ini dikarenakan
pada saat buah masih muda mengandung senyawa anti cendawan salah satunya
enzim esterase yang terdapat pada permukaan buah cabai yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan cendawan (Ardi 2000; Kim et al. 2001). Setelah
buah mengalami pemasakan, spora berkecambah membentuk tabung kecambah
dan menempel sangat kuat pada permukaan jaringan tanaman, kemudian pada
ujung tabung kecambah terbentuk apresorium (Bailey et al. 1992), kemudian
terbentuk hifa penetrasi untuk melakukan penetrasi kedalam jaringan tanaman dan
struktur infeksi primer terbentuk setelah hifa penetrasi masuk (Arroyo et al.
2005). Tahap selanjutnya adalah proses pengenalan, pensinyalan, pengembangan
hifa infeksi dan haustoria dalam jaringan inang, serta patogenesis dan akhirnya
melakukan kolonisasi (Pring et al. 1995).
tingkat tinggi yaitu sebagai penghasil enzim kitinase yang dapat berfungsi sebagai
penghambat pertumbuhan cendawan karena dinding selnya tersusun atas selulosa
dan kitin (Agrios 2005). Getah pepaya merupakan salah satu contoh metabolit
sekunder yang memiliki potensi dalam mengendalikan penyakit antraknosa yang
disebabkan oleh Colletotricum gloeosporioides. Getah pepaya ini mengandung
enzim kitinase (enzim pengurai kitin) yang dapat mendegradasikan dinding sel
cendawan yang tersusun dari kitin (Azarkan 1997).
Getah pepaya berupa cairan kental berwarna putih susu dan lengket
dengan berat jenis 1,038 g/cm3, kadar air 82,02% dan kandungan aktivitas
proteolitiknya 307,8 MCU (Sabari et al. 2001a). Getah pepaya mengandung
berbagai enzim diantaranya adalah peptidase A, peptidase B, papain, cimo
papaine, karikain, glisil hidrolase, glisil endopeptidase (Azarkan et al. 1997),
glutamine cyclotransferase (Zerhouni et al. 1998), lipase (Steinke 2001 &
Dhuique 2001), glutamine cyclase (Azarkan et al. 2002), dan cysteine protease
(Konno 2004).
Peranan getah pepaya terhadap Colletotrichum capsici penyebab penyakit
antraknosa adalah adanya enzim kitinase yang dapat mendegradasi kitin pada
dinding selnya. Dinding hifa Colletotrichum sp. memiliki tekstur mikrofibril yang
terbuat dari kitin (-1,4 N asetilglukosamin). Kitinase dalam getah pepaya
tersusun dari rantai ikatan N-asetil--D-glukosaminidase. Berdasarkan hal
tersebut kitin-glukal yang tersusun dalam dinding sel miselium dan konidia C
capsici mengalami kerusakan setelah diberi getah pepaya (Azarkan 1997 &
Adikaram et al 1998). Lebih lanjut Karunaratne (1996) melaporkan bahwa
dinding sel konidia yang dilarutkan dalam getah pepaya mengalami kerusakan
dalam waktu 60 detik dan selanjutnya mengalami kehancuran dalam waktu 10
menit. Kehilangan bentuk terjadi setelah 30 menit.
Pepaya memiliki tiga jenis buah yaitu jantan, betina, dan hermafrodit. Pada
umumnya buah yang dikonsumsi baik di pasar dalam negeri maupun pasar ekspor
adalah yang hermafrodit karena memiliki daging buah yang tebal, dan rasanya
enak (Chan 1992; Kurnia 2005). Lebih lanjut hasil laporan PKBT (2004)
menunjukkan bahwa sifat-sifat buah yang diinginkan untuk konsumsi segar
adalah buah berasal dari bunga hermafrodit, ukuran buah kecil-medium (0.5-1
kg/buah) dan besar (lebih besar 3 kg), warna daging buah jingga-merah, warna
kulit buah hijau-merah-jingga diselanya, rongga buah kecil (edible portion tinggi),
kulit buah halus, bentuk lonjong, tekstur padat, dan rasa manis dengan aroma
yang khas. Buah pepaya betina kurang disukai karena pepaya jenis ini kulitnya
tebal, buahnya sedikit, rasanya yang tidak enak, dan tidak laku untuk dijual di
supermarket sedangkan jantan tidak menghasilkan buah (Kalie 2000).
Perbedaan sumber benih menghasilkan jenis tanaman yang berbeda pula.
Buah bagian tengah dan ujung menghasilkan tanaman hermafrodit yang lebih
banyak dibandingkan pada bagian pangkal dengan perbandingan 2:1 sampai 3:1
(Arifeni 2002; Maknani 2004). Lebih lanjut Sunarjono (1987) melaporkan bahwa
tanaman hermafrodit dapat dihasilkan dari benih yang berasal dari 1/3 ujung
sebanyak 75%, 1/3 tengah 65%, dan 1/3 pangkal 50%.