Anda di halaman 1dari 4

Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut

dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel
pigmen masih melekat erat dengan membran Brunch. Sesungguhnya antara sel
kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlengketan struktural dengan
koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk
lepas secara embriologis.
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan
mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila
berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan yang
menetap.
Ablasio retina regmatogenosa
Pada ablasio retina regmatogenosa dimana ablasio terjadi akibat adanya robekan
pada retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan
retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk
melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga
mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.
Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang
kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup. Terdapatnya riwayat adanya
pijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan.
Ablasio retina yang berlokalisasi di daerah supratemporal sangat berbahaya karena
dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut pada ablasio retina
bila dilepasnya retina mengenai makula lutea.
Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat
dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna
merah.
Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasio) bergoyang.
Kadang-kadang terdapat pigmen di dalam badan kaca. Pada pupil terlihat adanya
defek aferen pupil akibat penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan
dapat meninggi bila telah terjadi neovaskular glaukoma pada ablasio yang telah
lama.

2. Ablasio retina tarikan atau traksi

Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut pada
badan kaca yang akan mengakibatkan ablasio retina dan penglihatan turun tanpa
rasa sakit.

Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes mellitus
proliferatif, trauma dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi.
3. Ablasio retina eksudatif
Ablasio retina eksudatif adalah ablasio yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di
bawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat
keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi). Hal ini
disebabkan penyakit koroid. Pada ablasio tipe ini penglihatan dapat berkurang dari
ringan sampai berat. Ablasio ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah
penyebabnya berkurang atau hilang
(Ilyas S, dkk. Ablasio retina. In: Sari ilmu penyakit mata. Cetakan ke-4. Gaya Baru
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004: 9,10,183-6)
Gejala dan tanda :
Gejala :
- photopsia
- defek lapang pandang
- floaters
Tanyakan juga riwayat :
- trauma
- riwayat bedah oftalmologi
- riwayat penyakit mata sebelumnya
- durasi mulainya gejala dan penurunan penglihatan

Pada pemeriksaan fisik


- periksa ketajaman penglihatan
- periksa tanda2 trauma dan lapang pandang
- menilai reaksi pupil
- periksa TIO kedua mata
- biomikroskopi slit lamp
- periksa vitreus apakah ada pigmen atau tobacco dust

- pemeriksaan oftalmoskopi fundus dilatasi


http://emedicine.medscape.com/article/798501-overview#a1

Salah satu komplikasi yang dapat timbul dari operasi katarak adalah abalsio retina
(retinal detachment [RD]).2,3 Insidensi RD setelah operasi fakoemulsifikasi
berkisar antara 03,6% dan rata-rata adalah 0,7% di literatur, sedangkan setelah
operasi EKEK adalah sekitar 1%.2,4 Teknik fakoemulsifikasi memang menimbulkan
komplikasi operasi katarak yang lebih sedikit dibandingkan EKEK, namun tidak
menurunkan insidensi RD secara signifikan.5 Sebagai perbandingan, insidensi RD
pada populasi umum adalah 0,010,05%.2 Diperkirakan bahwa 94% dari RD yang
terjadi dalam satu tahun setelah operasi katarak adalah akibat dari operasi
tersebut.3,5 Dalam penelitian kami, terlihat gambaran yang sama, bahwa RD
terjadi dengan rata-rata 49 minggu setelah operasi katarak, dengan variasi yang
besar 1306 minggu. Beberapa faktor risiko yang berperan dalam timbulnya RD
setelah operasi katarak adalah 1)Vitreous loss. Risiko RD setelah vitreus ke luar
dibandingkan tanpa komplikasi adalah 4,5 (5% dalam 4 tahun dengan vitrektomi
anterior dibandingkan 1,1% tanpa vitrektomi).2,4 2) Nd-YAG Capsulotomy.
Neodymium YAG laser capsulotomy juga meningkatkan risiko robekan retina dan
RD sekitar 3,9 kali.2 Laporan insiden RD dalam 4 tahun setelah prosedur ini
bervariasi antara 04,1%.4,6 Nd-YAG Capsulotomy meningkatkan terjadinya
lepasnya vitreus posterior (PVD). Pada orang dengan perlekatan vitreoretinal yang
kuat, PVD dapat menyebabkan robekan pada retina yang kemudian menimbulkan
Ablasio retina dengan robekan (rhegmatogenous retinal detachment) (RRD). 3)
Miopia. Katarak pada pasien dengan miopi tinggi (mata dengan panjang axis lebih
dari 26 mm) cenderung terjadi pada posterior subkapsular atau nuklear, usia dini,
dan prosesnya lebih cepat.7,8 Akibatnya pasien sering memerlukan operasi katarak
pada usia muda dibanding populasi nonmiopi. Insidensi dari RD pada pasien dengan
miopi setelah coaxial phacoemulsification adalah 2,7%.7 Miopi dengan tingkat
demikian sering kali berhubungan dengan perubahan degeneratif yang melibatkan
sklera, koroid, retina, dan vitreus.7,9 Beberapa penulis melaporkan bahwa
perubahan retina pada miopi tinggi meningkatkan risiko RD setelah operasi
katarak.10-12 4) Teknik pembedahan. Insidensi adanya materi lensa yang
tertinggal setelah operasi katarak diperkirakan sebesar 0,1% dan lebih tinggi lagi
jika dilakukan oleh dokter mata yang belum berpengalaman dengan
phacoemulsifikasi.13 Berbagai usaha agresif untuk mengangkat sisa materi lensa
selama operasi dapat menimbulkan bahaya yang berhubungan dengan RD (545%)
walaupun dilakukan dengan manajemen pembedahan standar.13 5) Usia muda
Insiden terjadinya RD setelah operasi katarak pada pasien usia < 50 tahun adalah
5,2% sedangkan pada usia >70 tahun adalah 0,64%.5,14 6) Ruptur kapsul posterior.
Analisis multivariat dengan penyesuaian usia dan jenis kelamin memperlihatkan
bahwa pasien dengan ruptur kapsul posterior mempunyai risiko RD 5,3 kali lebih
tinggi daripada pasien dengan kapsul lensa yang utuh.15 7) Jenis kelamin. Insidensi

RD setelah operasi katarak lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita.5,15 8) Ras
kulit putih2 9) Operasi ablasio retina sebelumnya2,5 10) Ablasio RRD di mata
sebelahnya.
Simanjutak, G.W.S.Surgical Result of Pseudophakic Retinal Detachment in Cikini
Hospital-School of Medicine Christian University of Indonesia Jakarta. JOI. 2009.
Feltgen N. and Walter P., Rhegmatogenous Retinal Detachmentan Ophthalmologic
Emergency. sumber : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3948016/

Anda mungkin juga menyukai