Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain-lain
merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia.
Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumber daya tersebut akan berdampak
sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini. Pengelolaan
sumber daya yang baik akan meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
Sebaliknya pengelolaan sumber daya alam yang tidak baik akan berdampak buruk
bagi umat manusia.
Sumber daya alam dan lingkungan tidak pernah lepas dari kepentingan seperti
kepentingan negara, pemilik modal, rakyat maupun kepentingan lingkungan itu
sendiri. Salah satu sumber daya alam tersebut adalah hutan. Hutan adalah suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan.
Hutan berdasarkan fungsinya menurut dibagi menjadi hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Hutan
konservasi terdiri atas Kawasan Suaka Alam (KSA), Kawasan Pelestarian Alam (KPA) dan Taman Buru (TB). KSA
terdiri atas Cagar Alam (CA) dan Suaka Margatsatwa (SM). KPA terdiri atas Taman Nasional (TN), Taman Hutan
Raya (Tahura) dan Taman Wisata Alam (TWA).

Proyek Inventarisasi Hutan Nasional bertugas mendapatkan data dan informasi


keadaan hutan yang meliputi luas, lokasi, taksiran potensi, distribusi jenis,
perubahan penggunaan lahan hutan dan informasi geografis lainnya. Selanjutnya
data dan informasi tersebut digunakan sebagai bahan perumusan kebijaksanaan
dan penyusunan rencana pengelolaan hutan pada tingkat nasional, wilayah dan
provinsi, dalam rangka penyusunan rencana pengelolaan hutan yang optimal dan
lestari.

Semua kekayaan bumi, baik biotik maupun abiotik, yang dapat dimanfaatkan untuk
kesejahteraan manusia merupakan sumber daya alam.Tumbuhan, hewan, manusia,
dan mikroba merupakan sumber daya alam hayati, sedangkan faktor abiotik lainnya
merupakan sumber daya alam nonhayati.Pemanfaatan sumber daya alam harus
diikuti oleh pemeliharaan dan pelestarian karena sumber daya alam bersifat
terbatas.
Di bumi ini, penyebaran sumber daya alam tidak merata letaknya. Ada bagianbagian bumi yang sangat kaya akan mineral, ada pula yang tidak. Ada yang baik
untuk pertanian ada pula yang tidak. Oleh karena itu, agar pemanfaatannya dapat
berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi sumber daya alam harus disertai
dengan tindakan perlindungan.
Persoalan mendasar sehubungan pengelolaan sumber daya alam adalah bagaimana
mengelola sumber daya alam tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesarbesarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian sumber daya alam
itu sendiri. Alam pada dasarnya mempunyai sifat yang beraneka ragam, namun
serasi dan seimbang. Oleh karena itu, perlindungan dan pengawetan alam harus
terus dilakukan untuk mempertahankan keserasian dan keseimbangan itu.
Oleh karena itu, dilaksanakannya kuliah lapangan ini dengan melakukan kegiatan
inventarisasi untuk mengetahui dan menghitung berapa potensi kubikasi kayu yang
ada pada salah satu area di Hutan Lindung Sungai Wain.
1.2

Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan
Kuliah lapangan kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mendukung mata kuliah
Pengelolaan Sumber Daya Alam Program Studi Teknik Lingkungan.
1.2.2 Manfaat
a. Mengetahui cara inventarisasi pohon.
b. Mengetahui berbagai macam keanekaragaman hayati yang ada di Hutan
Lindung Sungai Wain.

c. Mengetahui potensi keanekaragaman hayati yang ada di Hutan Lindung Sungai


Wain.
d. Lebih mendekatkan diri dengan alam, dengan cara tidak menebang pohon
secara sembarangan.
e. Praktikan dapat bekerjasama dalam tim/kelompok.
f. Praktikan dapat mempelajari tentang manajemen waktu.
g. Praktikan dapat belajar lebih mandiri dan disiplin waktu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengenalan Hutan Lindung Sungai Wain Balikpapan

Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) merupakan salah satu obyek wisata alam di
Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. HLSW adalah perpaduan
obyek wisata hutan dan sungai. Luas keseluruhan kawasan HLSW adalah 10.025
hektar dan dilalui sungai Wain yang panjangnya 18.300 m dengan airnya yang
jernih dengan hutan bakau dan habitat burung, ikan , kepiting dan orang hutan.

Gambar 2.1

Peta

Lokasi Hutan

Lindung

Hutan Lindung

Sungai

Wain secara
Administratif
Pemerintahan terletak di Kelurahan Karang Joang Kecamatan Balikpapan Utara dan
Kelurahan Kariangau Kecamatan Balikpapan Barat Kota Balikpapan, Propinsi
Kalimantan Timur. Secara geografis terletak antara 11647 11655 Bujur Timur
dan 0102 0110 Lintang Selatan, dengan batas-batas antara lain:
1. Sebelah Utara: berbatasan dengan HPHTI PT. INHUTANI I Unit Batu Ampar.
2. Sebelah Barat: 1 hingga 2 km. dari Teluk Balikpapan dibatasi oleh hutan
mangrove dan hutan sekunder dataran rendah.

3. Sebelah Selatan dan Timur: dibatasi oleh lahan pertanian berskala kecil.
4. Sebelah Timur Laut: dibatasi oleh jalan raya Balikpapan Samarinda (antara km
20 hingga km 24) dengan jarak lebih kurang 4 km.
2.2

Fungsi dan Potensi

2.2.1 Hidrologis

Gambar 2.2. Waduk


Sungai Wain
Hutan lindung pada
dasarnya mempunyai
fungsi utama sebagai
daerah perlindungan
sistem
kehidupan

penyangga
untuk

mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi dan sedimentasi serta
memelihara kesuburan tanah.
Dengan luas sebesar 9.782 ha dan terdapatnya dua Daerah Aliran Sungai (DAS) di
HLSW, menjadikan kawasan ini sangat potensial untuk di kelola sebagai daerah
tangkapan air bagi Kota Balikpapan. Sejarah pemanfaatan dan pengelolaan air dari
HLSW ini dimulai dengan dengan dibangunnya waduk pada tahun 1947 oleh
perusahaan minyak BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) dengan luas 0,7 ha.
Kemudian pada tahun 1969 pengelolaan waduk dilakukan oleh SHELL dan sejak
tahun 1972 hingga saat ini di kelola oleh PERTAMINA dengan luas waduk 3,1 ha.
Selain waduk, di areal tersebut terdapat instalasi rumah pompa air baku, dimana air
yang ditampung di dalam waduk untuk selanjutnya dialirkan melalui pipa-pipa
menuju kota Balikpapan tempat kilang minyak berada.

2.2.2 Perlindungan Keanekaragaman Hayati


a. Flora

Gambar 2.3 Jahe Balikpapan (Etlingera Balikpapanensis)


HLSW merupakan sebuah contoh unik dan khas dari tipe hutan Dipterocarpa
dataran rendah, yang dulunya menutupi hampir seluruh wilayah antara Balikpapan
Samarinda. Jenis pohon kanopi dominan di hutan tua adalah Bangkirai (Shorea
laevis), Ulin (Eusideroxylon zwageri) dan Gaharu (Aquilaria malaccensis) masih
terdapat banyak di kawasan ini. Selain dari jenis pohon kanopi tersebut, hutan
lindung ini juga mempunyai keragaman jenis yang tinggi untuk jenis-jenis epifit
(anggrek), pakis dan tumbuhan merambat. Selain itu ditemukan juga spesies jahe
raksasa yang diberi nama Jahe Balikpapan (Etlingera Balikpapanensis), salah satu
spesies baru tumbuhan jahe-jahean yang sampai saat ini hanya dapat ditemukan di
HLSW.

b. Fauna
Gambar 2.4 Lutung
Merah (Presbytis
rubicunda), satwa langka
yang masih dapat
dijumpai di HLSW
Pada

umumnya

sebagian

besar

hampir
hewan

dari jenis mamalia yang


hidup

di

Kalimantan

masih dapat dijumpai HLSW. Fauna-fauna yang ada tersebut sebagian besar
termasuk jenis yang langka dan terancam punah seperti Macan Dahan (Neofelis
nebulosa),

Berung

Madu

(Helarctos

malayanus),

Lutung

Merah

(Presbytis

rubicunda), Lutung Dahi Putih (Presbytis frontata), Tarsius (Tarsius bancanus) serta
Kukang (Nycticebus coucang). Uwa-uwa (Hylobates muelleri), Kera Ekor Panjang
(Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestrina) serta satwa endemik Kalimantan
Bekantan (Nasalis larvatus).
HLSW juga digunakan oleh beberapa jenis burung langka pada rute perpindahan
mereka, atau sebagai batu loncatan untuk jenis nomadik (berpindah-pindah) seperti
Enggang Raja (Rhinoplax vigil). Sedangkan untuk keragaman jenis reptil dan
amphibi belum diteliti, tetapi Penyu tanah dan Penyu air tawar (Trionyx sp.) sering
tampak. Binatang reptil lainnya adalah jenis ular seperti Phyton reticulans,
Gonyosoma oxycephala, Dendrelaphis formosus, Macropisthodon rhodomelelas,
Ophiopphagus hannah serta jenis berbagai jenis Katak (Rana spp.).
2.3 Inventarisasi Hutan
Kegiatan pengelolaan dan pengusahaan hutan harus berdasarkan pada prinsip
kelestarian hutan (Sustainable Forest Management). Prinsip kelestarian hutan
yang dimaksud adalah kelestarian fungsi produksi, fungsi ekologis, dan fungsi
sosial. Hal ini berarti bahwa pengelolaan hutan tersebut harus menjamin
keberlanjutan
penyangga

pemanfaatan
kehidupan

hasil

berbagai

hutan,
spesies

fungsi
asli

hutan

beserta

sebagai

sistem

ekosistemnya

dan

kehidupan masyarakat setempat yang tergantung kepada hutan, baik secara


langsung

maupun

tidak

langsung,

Untuk

itu

kegiatan

inventarisasi

hutan

sangat berperan dalam menyajikan informasi yang akurat tentang keadaan


tegakan
areal

hutan,

tempat

baik

keadaan

tumbuh.

pohon-pohon

Informasi

tersebut

maupun

berbagai

digunakan

untuk

karakteristik
menyusun

perencanaan dalam pengelolaan hutan.


Secara umum inventarisasi hutan didefenisiskan sebagai pengumpulan dan
penyusunan data dan fakta mengenai sumberdaya hutan untuk perencanaan

pengelolaan

sumberdaya

tersebut

bagi

kesejahteraan

masyarakat

secara

lestari dan serbaguna.


Inventarisasi

hutan

merupakan

suatu

teknik

mengumpulkan,

mengevaluasi,

dan menyajikan informasi yang terspesifikasi dari suatu areal hutan karena
secara

umum

hutan

merupakan

areal

yang

luas,

maka

data

biasanya

dikumpulkan dengan kegiatan sampling.


Adapun pengertian lain dari inventarisasi
menguraikan
karakteristik

kualitas
arael

dan

tempat

kuantitas

hutan

adalah

pohon-pohon

tumbuhnya.

Suatu

suatu

hutan

usaha
serta

inventarisasi

untuk

berbagai

hutan

lengkap

dipandang dari segi penaksiran kayu harus berisi deskripsi areal berhutan
serta pemilikannya, penaksiran pohon-pohon yang masih berdiri, penaksiran
tempat tumbuh dan pengeluaran hasil.
Inventarisasi hutan dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh data dan
informasi

tentang

sumberdaya

hutan,

potensi

kekayaan

hutan

serta

lingkungannya secara lengkap. Kegiatannya dengan cara melakukan survey


mengenai

status

dan

keadaan

fisik

hutan,

flora

dan

fauna,

sumberdaya

manusia serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Hasil
dari inventarisasi hutan antara lain dipergunakan sebagai dasar pengukuhan
kawasan hutan, penyusunan neraca sumberdaya hutan, penyusunan rencana
kehutanan

dan

sisitem

informasi

kehutanan.

Oleh

karena

itu,

data

hasil

kegiatan inventarisasi hutan harus memiliki tingkat keakuratan yang tinggi


dengan

memperhatikan

efisiensi

dalam

pengambilan

data

baik

dari

segi

waktu, tenaga, dan biaya.


Kegiatan

pengumpulan data penunjang dalam kegiatan

inventarisasi

hutan

terdiri dari data luas dan letak, topografi, bentang alam spesifik, geologi dan
tanah,

iklim,

fungsi

hutan,

pengusahaan

hutan

serta

tipe

hutan,

penduduk,

flora

dan

fauna

kelembagaan

dan

yang

dilindungi,

sarana-prasarana.

Sedangkan kegiatan pengolahan data terdiri penyusunan daftar nama jenis


pohon

dan dominasi,

perhitungan

masa

tegakan,

perhitungan

luas

bidang

dasar pohon serta perhitungan volume pohon.

Dalam kaitannya dengan kegiatan inventarisasi hutan, telah dikembangkan


berbagai
contoh

metode
maupun

baik

teknik

pengelolaan

pengambilan
datanya.

data,

penggunaan

Metode-metode

bentuk

tersebut

unit

digunakan

untuk menduga potensi tegakan yang ada, karena tidak mungkin dilakukan
sensus terhadap tegakan hutan yang sangat luas. Demikian perlu adanya
perbaikan-perbaikan dan penemuan metode baru yang tepat bagi kegiatan
inventarisasi hutan untuk pendugaan potensi tegakan agar lebih praktis dan
juga mempunyai ketelitian yang tinggi.

2.3.1 Plotting

Menetapkan titik awal dengan tanda yang tidak mudah hilang : sebuah patok atau
pohon atau tiang yang ditandai dengan nomor klaster plot dan azimuth serta jarak
kesudut barat daya. Dilanjutkan dengan membuat rintisan dengan membabat dan
menandai / mengecat setiap jarak tertentu sehingga dapat ditemukan / diikuti
dengan mudah walaupun sudah beberapa bulan.
Membuat rintisan menuju pusat klaster, dengan menandai setiap 50 meter dan
mencatat kondisi vegetasi dan kondisi lapangan sepanjang rintisan.
Ada beberapa bentuk Plot yaitu ;
a.

Plot (petak ukur) : Plot lingkaran (circular plot), plot empat persegi panjang
(rectangular plot), bujur sangkar (square plot).

b.

Jalur(line/strip)

Gambar 2.5 Pola Jalur Pengamatan


Bentuk plot contoh akan menentukan analisis / tools SIG yang digunakan dalam
pemetaan.
Cara pengambilan contoh dapat dengan metode pengambilan acak dan metode
pengambilan sistematik.

Gambar 5. Pola Plotting Area


2.3.2 Pengukuran Tegakan Hutan
1.

Diameter dan Tinggi Pohon


Diameter merupakan salah satu parameter pohon yang memiliki peran
penting

dalam

pengumpulan

data

potensi

hutan

untuk

keperluan

pengelolaan hutan. Dalam pengukuran diameter ini yang lazim dilakukan


adalah pengukuran terhadap diameter setinggi dada (D), dengan alasan
paling mudah dilakukan dan memiliki korelasi yang kuat dengan volume
pohon. Pada umumnya, diameter setinggi dada diukur pada ketinggian 1,3
m

di

atas

permukaan

permukaan
tanah

adalah

tanah. Diameter
dasar

dari

pohon

yang

pengukuran

dekat

pohon.

dengan
Diameter

merupakan parameter yang berkorelasi dengan volume pohon dan dapat


diukur secara akurat dan pengukuran dalam areal yang luas memerlukan
biaya yang murah.
10

Tinggi

pohon

merupakan

variabel

yang

dapat

diukur

di

lapangan

dengan ketelitian yang tinggi. Tinggi pohon merupakan parameter lain


setelah diameter yang memiliki arti penting dalam penaksiran hasil
hutan.

Bersama

diameter,

tinggi

pohon

diperlukan

untuk

menaksir

volume pohon. Terdapat beberapa macam tinggi pohon yang dikenal


dalam inventarisasi hutan, yaitu :
a. Tinggi total, yaitu tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai
puncak pohon.
b. Tinggi bebas cabang,
permukaan tanah

yaitu

tinggi

pohon

dari

pangkal

batang

di

sampai cabang pertama untuk jenis daun lebar atau

crow point untuk jenis konifer, yang membentuk tajuk.


c. Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang yang pada saat itu laku
dijual dalam perdagangan.
d. Tinggi tunggak, yaitu tinggi

pangkal

pohon

yang

ditinggalkan

pada

waktu penebangan.
2.

Penentuan Kubikasi Pohon


Cara penentuan kubikasi yang cermat bagi batang pohon yang memiliki
bentuk yang tidak teratur adalah dengan menggunakan alat klinometer,
yaitu

dengan

cara

memasukan

batang pohon

ke

dalam bak

air dan

menghitung kenaikan permukaan air yang kemudian dihitung kubikasiya.


Cara ini tentu saja tidak dapat dipakai untuk mengukur kubikasi pohon
yang masih berdiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui kubikasi pohon
yang masih berdiri adalah dengan menggunakan rumus penaksiran.
Kubikasi dari sebatang pohon dapat ditaksir dengan menggunakan suatu
tabel kubikasi. Tabel kubikasi ini disusun berdasarkan suatu persamaan yang
menggambarkan hubungan antara beberapa dimensi pohon yang mudah
untuk diukur dengan kubikasi pohon tersebut. Dalam penyusunan tabel
volume, diperlukan pengukuran dimensi pohon, perhitungan kubikasi pohon
serta pengembangan persamaan hubungan antara dimensi pohon dengan
kubikasi pohon tersebut.

11

Dalam

penyusunan

tabel

kubikasi

tersebut

perhitungan

kubikasi

pohon

yang masih berdiri perlu dilakukan untuk menentukan hubungan antara


kubikasi pohon

sebenarnya

dengan

dimensi

pohon

lainnya,

antara

lain

diameter dan tinggi pohon. Perhitungan kubikasi pohon yang masih berdiri
ini, dapat dilakukan dengan berbagai cara membagi batang pohon ke
dalam

bagian-bagian

yang

sama

atau

tidak

sama

panjang,

kemudian

masing-masing bagian batang dihitung kubikasinya dengan menggunakan


rumus-rumus geometrik kubikasi. Kubikasi batang pohon merupakan hasil
penjumlahan dari kubikasi bagian-bagian tersebut.

BAB III
METODE PRAKTEK LAPANGAN

3.1 Waktu dan Tempat


12

3.1.1 Waktu Pelaksanaan


Praktek

kuliah

lapangan

Pengelolaan

Sumber

Daya

Alam

dan

Lingkungan

dilaksanakan pada tanggal 16- 19 Mei 2014, dimana pada hari :


Jumat (16 Mei 2014 )

Survey

awal

untuk

menentukan

lokasi

pengamatan
Sabtu (17 Mei 2014)

: Plotting area dengan ukuran 100 m 100 m, 5m 5 m


dan 2 m 2 m

Minggu (18 Mei 2014)

: Inventarisasi Pohon, Semai dan Pancang.

Senin ( 19 Mei 2014)

: Pembersihan Lahan

3.1.2 Tempat Pelaksanaan


Praktek

kuliah

lapangan

Pengelolaan

Sumber

Daya

Alam

dan

Lingkungan

dilaksanakan di Kebun Raya Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia.


3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Klinometer
Kompas
Meteran
GPS
Handphone
Kamera
Patok
Parang

3.2.2 Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Alat Tulis
Tali Rafia 100 meter sebanyak 4
Tali Rafia 5 meter sebanyak 2
Tali Rafia 2 meter sebanyak 2
Kertas label
Paku picik

3.3 Metode Pengukuran Potensi Tegakan


1. Dilakukan pengukuran petak seluas 100 m x 100 m
2. Diplot ke dalam GPS empat titik yang terbentuk dari luas areal yang diukur
3. Dicatat koordinatnya

13

4.
5.
6.
7.
8.

Diukur kembali petak seluas 5 m x 5 m dan 2 m x 2 m di dalam areal plotting


Diplot kedua titik tersebut kedalam GPS
Dilakukan plotting untuk pohon yang telah di inventarisasi
Diukur keliling pada masing-masing pohon
Ditentukan tinggi total pohon dengan cara diukur sudut helling atas dan helling

bawahnya
9. Dicatat hasil pengukuran

14

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
1

No.

Nama

Keliling

Jarak

Diameter

Tinggi

Volume

Label

Pohon

Pohon

Helling Atas

Helling Bawah

Pohon (m)

Pohon

Pohon

(m)

(m)

(%)

(%)

(keliling x )

(m)

(m3)

P 01

2.8

254

25.5

0.891719745

4.57

2.852611465

P 02

0.84

405.1

5.4

0.267515924

11.991

0.673634522

P 03

0.671

2.3

303.5

12.6

0.213694268

7.3807

0.264577528

P 04

0.855

1.4

501.7

56.3

0.272292994

6.2356

0.362928303

P 05

0.746

4.7

471.5

21.3

0.237579618

21.159

0.93752564

P 06

0.64

2.4

364.7

18.2

0.203821656

8.316

0.271196943

P 07

0.751

2.4

585.5

14.7

0.239171975

13.69

0.614743128

P 08

0.8

2.2

309.9

108.2

0.25477707

4.44

0.226242038

P 09

0.704

2.9

467.6

22.9

0.224203822

12.89

0.508637758

10

P 10

0.68

2.5

666.3

-39.3

0.21656051

15.68

0.577263694

11

P 11

0.885

2.5

109.3

93.4

0.281847134

0.3925

0.024475781

Helling

15

12

P 12

0.91

2.5

366

112.3

0.289808917

6.3425

0.418170721

13

P 13

0.825

3.8

190.3

56.4

0.262738854

5.0882

0.275728991

3.1

794.4

43.7

0.207006369

23.2717

0.782825896

14

P 14

0.65

15

P 15

0.945

2.9

402

28.2

0.300955414

10.8402

0.770745988

16

P 16

1.2

166.8

34.7

0.382165605

5.284

0.605808917

17

P 17

0.85

3.8

170.8

54.6

0.270700637

4.4156

0.254002468

18

P 18

1.9

184.8

31

0.605095541

6.152

1.768210191

19

P 19

0.84

4.25

231.9

58

0.267515924

7.39

0.415157962

20

P 20

0.915

3.2

283.1

34.5

0.291401274

7.955

0.530264719

21

P 21

0.674

3.6

422

-28

0.214649682

14.184

0.513013597

22

P 22

1.045

4.5

206.4

-19.3

0.332802548

10.156

0.883010024

23

P 23

0.725

3.2

279.2

11.3

0.23089172

8.5728

0.358764172

24

P 24

0.833

6.1

160.6

21.2

0.265286624

8.5034

0.469778322

25

P 25

1.08

2.9

367

46.2

0.343949045

9.3032

0.863953223

26

P 26

0.833

2.9

220.5

27.9

0.265286624

5.5854

0.30857067

27

P 27

0.65

3.9

210.4

17.2

0.207006369

7.5348

0.253459634

28

P 28

0.985

5.5

284.7

34.8

0.313694268

13.7445

1.061724324

29

P 29

2.05

543.4

49.3

0.652866242

19.764

6.612914809

30

P 30

1.09

6.6

148.3

32.5

0.347133758

7.6428

0.722962634

16

31

P 31

0.765

6.2

201.6

9.3

0.243630573

11.9226

0.555525763

32

P 32

0.742

143.5

8.2

0.236305732

9.471

0.41515857

33

P 33

0.7

5.7

187.1

41.4

0.222929936

8.3049

0.323996895

34

P 34

0.665

5.75

215.4

36.2

0.211783439

10.304

0.362793503

35

P 35

0.98

4.6

915.7

8.2

0.312101911

41. 745

3.189

36

P 36

1.6

2.5

993.3

36.5

0.50955414

23.92

4.875414013

37

P 37

1.65

4.9

905.2

36.8

0.525477707

27.851

6.036970342

38

P 38

1.55

2.85

706.8

51.2

0.493630573

18.68

3.573144904

39

P 39

1.095

3.4

598.6

21.8

0.348726115

19.61

1.872044606

40

P 40

1.15

3.5

679.7

0.366242038

23.54

2.478634554

41

P 41

1.25

9.8

304.4

9.1

0.398089172

20.91

2.601263933

42

P 42

0.79

6.09

224.2

-10

0.251592357

13.045

0.648199403

43

P 43

0.635

217.1

-12.6

0.202229299

10.22

0.328101871

44

P 44

1.075

6.5

341

0.342356688

21.97

2.021423666

45

P 45

0.734

3.2

839

-15.2

0.233757962

26.37

1.131130232

46

P 46

1.321

3.6

437.5

-8.8

0.420700637

15.44

2.14517779

47

P 47

0.765

4.4

360

0.243630573

15.44

0.71941672

48

P 48

0.705

4.55

188.8

-10.8

0.224522293

8.09

0.320137918

49

P 49

0.759

3.85

383.3

-24.2

0.241719745

13.82

0.633872565

17

50

P 50

0.65

2.6

767.7

3.4

0.207006369

19.07

0.641486863

51

P 51

0.67

874

60.1

0.213375796

24.41

0.872424283

52

P 52

0.98

2.3

890

15.4

0.312101911

20.11

1.53771051

53

P 53

0.937

2.2

460.4

25

0.298407643

9.57

0.668962049

54

P 54

0.794

1.8

778.2

10.1

0.252866242

13.82

0.693680376

55

P 55

1.19

3.2

264.2

-11

0.378980892

8.8

0.992171975

56

P 56

1.293

3.8

593.7

-8.6

0.411783439

22.74

3.026898588

57

P 57

0.685

2.1

257.3

4.9

0.218152866

5.3

0.198000995

58

P 58

1.7

22.4

-7.6

0.541401274

1.8

0.414171975

59

P 59

1.125

2.3

670.9

4.8

0.358280255

15.32

1.543740048

60

P 60

0.829

5.6

367.7

0.264012739

20.14

1.101993132

61

P 61

0.816

6.8

102.9

11.5

0.259872611

6.21

0.329217019

62

P 62

1.47

6.5

136.3

16

0.468152866

7.81

1.343680653

63

P 63

1.6

5.2

342.2

36.8

0.50955414

15.88

3.236687898

64

P 64

0.748

5.6

372.5

12.6

0.238216561

25.75

1.147072293

65

P 65

0.795

268.8

9.7

0.253184713

7.92

0.398538057

66

P 66

0.785

3.9

264

10.4

0.25

9.89

0.485228125

67

P 67

1.412

4.8

233.5

20.9

0.449681529

10.2

1.619123312

68

P 68

0.63

377.8

27

0.200636943

17.54

0.554269586

18

69

P 69

1.194

4.05

640.2

5.5

0.380254777

25.7

2.91710551

70

P 70

0.98

3.8

538.1

4.1

0.312101911

20.29

1.551474204

71

P 71

0.729

4.6

209.2

-8.1

0.232165605

9.99

0.422698693

72

P 72

1.65

4.3

944.9

25.2

0.525477707

34.2

7.413176752

73

P 73

0.849

348.3

22.4

0.270382166

9.77

0.560686765

74

P 74

1.44

4.5

903.2

-15.4

0.458598726

41.33

6.823398726

75

P 75

1.405

4.9

207.2

26.1

0.447452229

10.045

1.578748497

76

P 76

0.676

2.9

397.4

5.4

0.215286624

11.356

0.413170339

77

P 77

1.03

3.9

660.5

18.7

0.328025478

25.0302

2.114214903

78

P 78

1.25

3.2

390.4

3.9

0.398089172

12.38

1.540107484

79

P 79

1.008

2.9

355.8

24.1

0.321019108

9.619

0.778146466

80

P 80

0.867

3.6

386.6

28.5

0.27611465

12.892

0.771558486

81

P 81

0.637

3.65

329.4

13.3

0.202866242

11.537

0.372719503

82

P 82

0.662

3.1

627.5

12.3

0.210828025

19.071

0.665426061

83

P 83

0.733

3.2

79.7

7.3

0.23343949

2.317

0.099116132

84

P 84

0.837

3.9

489.6

9.4

0.26656051

18.728

1.044606388

85

P 85

0.7

3.5

883.3

24.2

0.222929936

30.058

1.172644904

86

P 86

0.919

3.4

591.6

15.6

0.292675159

19.584

1.316869636

87

P 87

0.705

3.9

507.4

8.9

0.224522293

19.442

0.769359877

19

88

P 88

0.806

4.4

261

-3.4

0.256687898

11.499

0.594758309

89

P 89

0.821

3.1

485.5

-11.6

0.261464968

15.41

0.826988201

90

P 90

0.65

3.6

225

20.8

0.207006369

7.351

0.247276871

91

P 91

0.66

4.4

538.6

6.7

0.210191083

23.403

0.811651815

92

P 92

0.853

3.2

700

7.8

0.271656051

22.15

1.283163961

93

P 93

0.68

3.1

378.9

10.3

0.21656051

11.426

0.420651465

94

P 94

0.635

3.6

822.2

12.4

0.202229299

29.153

0.935925034

95

P 95

1.77

4.2

771.1

11.8

0.563694268

31.89

7.95447301

96

P 96

0.794

4.6

600.6

8.4

0.252866242

27.241

1.367333366

97

P 97

0.642

3.9

955.6

0.204458599

37.112

1.217852736

98

P 98

0.81

3.2

725.1

4.6

0.257961783

23.056

1.204382293

99

P 99

0.692

2.2

289.2

4.5

0.220382166

6.263

0.238783856

100

P 100

0.981

602.4

4.1

0.312420382

11.966

0.916848067

101

P 101

0.66

3.2

470.6

4.2

0.210191083

14.905

0.516928185

NILAI TERKECIL

0.202

2.317

NILAI TERBESAR

0.89

41.745

RATA-RATA

0.30629059
7

14.65827
6

1.297837778

TOTAL

30.9353503

1465.827

131.0816155

20

21

4.2 Pembahasan
Lokasi kami merupakan daerah yang memiliki beberapa anak sungai. Sungaisungai yang kami lewati ini memiliki lebar dan kedalaman antara 1- 1,5 meter,
dan juga diumbuhi tanaman menyerupai daun pandan tetapi memiliki duri-duri
kecil yang sanagat tajam. Di lokasi kami, terdapat banyak keanekaragaman
hayati yang terdiri dari pohon-pohon dengan ukuran beragam mulai dari semai,
pancang, dan pohon. Terdapat pula area rotan dan bambu di lokasi

pacet,

lebah, kadal, dan beberapa jenis ikan sungai.


Pada hari pertama, untuk menuju lokasi kami melewati embung sungai Wain.
Kira-kira 100 meter dari embung, kami berjalan menuju lokasi pengamatan yag
terletak di sebelah barat dari embung dan menuju patok 1. Rute jalan menuju
patok 1, melewati sebuah anak sungai dan dan berjalan sampai lokasi patok 1
yang telah ditentukan dengan koordinat utm ( X ) 9874098 dan 50 M (Y)
0483359. Kemudian kami berjalan menuju selatan dengan melewati dua buah
anak sungai pada meter ke 49 dan 47. Setelah berjalan 10 meter, kemudian
kami memasang patok 2 pada koordinat utm (X) 9973992 dan 50 M (Y)
0483353. Setelah itu, kami berjalan menuju selata dan melewati 2 buah anak
sungai lagi, dan memasang patok 3 pada koordinat UTM (X) 9873987 dan 50 M
(Y) 0483452. Perjalanan untuk menuju patok 4, mai berjalan ke arah utara, dan
pada meter ke 41 perjalanan kami, kami menemukan anak sungai dan jalan
yang menanjak hingga sampai pada patok ke empat yang terletak pada
kkordinat UTM (X) 9874086 dan 50 M(Y) 483461. Setelah itu, perjalanan kami
kembali ke patok 1 dan kami berjalan melewati hutan rotan dan bambu. Pada
hari pertama, kami juga melakukan plotting area. Pada area 2 m 2 m kami
menemukan 1 semai, dengan diameter batang sebesar 0,95 cm. Kemudian pada
areal plot 5 m 5m kami menemukan 3 pancang dengan diameter 7 cm, 6,91
cm dan 5,41 cm.
Pada hari kedua, kami melakukan plotting untuk areal 100 m 100 m yang
telah di buat sebelumnya. Pada hari kedua, kami menemukan 101 pohon
dengan menghitung kelilingnya di lapangan. Untuk pohon, kami mencari keliling
sebesar 63 cm ( dengan diameter 20 cm). Pada pengamatan ini, diameter
batang pohon paling besar yakni sebesar 0,89 meter dan yang paling kecil 0,202

22

m. Kemudian tinggi pohon yang paling besar adalah 41,745 n dan yang paling
pendek yaitu 2,317 meter. Pada lokasi pengatamatan kami cukup sulit untuk
menentukan pohon karena hutan yang sebagian sudah terbuka dan tanamannya
yang relatif muda. Karena waktu yang tidak tercukupi sehingga terdapat
beberapa areal yang belum diamati.
Keanekaragaman hayati yang ditemui di Hutan Lindung Sungai Wain :
A. Hewan
1.

Laba-laba Merah

Laba-laba, atau disebut juga labah-labah,


adalah
sejenis
hewan
berbuku-buku
(arthropoda) dengan dua segmen tubuh,
empat pasang kaki, tak bersayap dan tak
memiliki mulut pengunyah. Laba-laba
merupakan hewan pemangsa (karnivora),
bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa
utamanya
adalah
serangga. Hampir
semua
jenis
laba-laba,
dengan
perkecualian sekitar 150 spesies dari suku
Uloboridae
dan
Holarchaeidae,
dan
subordo
Mesothelae,
mampu
menginjeksikan bisa melalui sepasang
taringnya kepada musuh atau mangsanya.
Meski demikian, dari puluhan ribu spesies
yang ada, hanya sekitar 200 spesies yang
gigitannya
dapat
membahayakan
manusia.
Tidak semua laba-laba membuat jaring
untuk menangkap mangsa, akan tetapi
semuanya mampu menghasilkan benang
sutera yakni helaian serat protein yang
tipis namun kuat dari kelenjar (disebut
spinneret) yang terletak di bagian
belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat
berguna untuk membantu pergerakan
laba-laba, berayun dari satu tempat ke
tempat lain, menjerat mangsa, membuat
kantung telur, melindungi lubang sarang,
dan lain-lain.

2.

Ulat bulu adalah familia ngengat. Fase


ulat, atau larva, dari spesies ini memiliki
ciri fisik yang khas, yaitu rambut-rambut
yang dapat menimbulkan reaksi yang
membuat gatal apabila bersentuhan
dengan kulit manusia.
Yang

termasuk

ke

dalam

Familia
23

Ulat Bulu

3.

Lymantriidae ada lebih dari 350 genera


dan lebih dari 2.500 spesies di seluruh
dunia di kelima benua. Kebanyakan dari
spesies-spesies Lymantriidae berada di
sub-Sahara Afrika, India, Asia Tenggara,
dan Amerika Selatan.
Pacet adalah hewan yang tergabung
dalam filum Annelida subkelas Hirudinea.
Terdapat jenis lintah yang dapat hidup di
daratan, air tawar, dan laut. Seperti
halnya kerabatnya, Oligochaeta, mereka
memiliki klitelum untuk menyimpan telurtelur pada segmen-segmen tertentu.
Seperti
Oligochaeta,
lintah
juga
hermafrodit (berkelamin ganda). Lintah
obat Eropa, Hirudo medicinalis, telah sejak
lama dimanfaatkan untuk pengeluaran
darah (plebotomi) secara medis.
Lintah dibedakan dari pacet bukan
berdasarkan taksonomi, tetapi lebih pada
habitat kesukaannya. Lintah sehari-hari
hidup di air, sedangkan pacet sehariharinya melekat pada daun atau batang
pohon (di luar air).
Semua spesies lintah adalah karnivora.
Beberapa merupakan predator, mendapat
makanan dari berbagai jenis invertebrata
seperti cacing, siput, atau larva serangga.

Pacet
4.

Kupu-kupu dan ngengat (rama-rama)


merupakan serangga yang tergolong ke
dalam ordo Lepidoptera, atau 'serangga
bersayap sisik' (lepis, sisik dan pteron,
sayap).
Secara sederhana, kupu-kupu dibedakan
dari ngengat alias kupu-kupu malam
berdasarkan waktu aktifnya dan ciri-ciri
fisiknya. Kupu-kupu umumnya aktif di
waktu siang (diurnal), sedangkan ngengat
kebanyakan aktif di waktu malam
(nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau

24

Kupu-kupu
hinggap dengan menegakkan sayapnya,
ngengat hinggap dengan membentangkan
sayapnya. Kupu-kupu biasanya memiliki
warna yang indah cemerlang, ngengat
cenderung gelap, kusam atau kelabu.
Meski demikian, perbedaan-perbedaan ini
selalu ada perkecualiannya, sehingga
secara ilmiah tidak dapat dijadikan
pegangan yang pasti.
Kupu-kupu dan ngengat amat banyak
jenisnya, di Pulau Jawa dan Pulau Bali saja
tercatat lebih dari 600 spesies kupu-kupu.
Jenis ngengatnya sejauh ini belum pernah
dibuatkan daftar lengkapnya, akan tetapi
diduga ada ratusan jenis (Whitten dkk.,
1999). Kupu-kupu pun menjadi salah satu
dari sedikit jenis serangga yang tidak
berbahaya bagi manusia.
5.

Kadal

Kadal adalah hewan bersisik berkaki


empat yang termasuk kelompok reptil.
Secara luas, pengertian kadal atau
kerabat kadal (bahasa Inggris: lizards)
juga mencakup kelompok cecak, tokek,
bunglon, cecak terbang, biawak, iguana
dan lain-lain. Sedangkan secara sempit,
istilah kadal dalam bahasa Indonesia
biasanya merujuk terbatas pada kelompok
kadal yang umumnya bertubuh kecil,
bersisik licin berkilau, dan hidup di atas
tanah (Ingg.: skink, suku Scincidae, atau
umumnya
anggota
infraordo
Scincomorpha).
Jadi, secara umum kadal ini mencakup
jenis-jenis yang bertubuh kecil seperti
kadal pasir Lygosoma, sampai ke biawak
Komodo (Varanus komodoensis) yang bisa
mencapai panjang lebih dari 3 m. Secara
ilmiah, kelompok besar ini dikenal sebagai
subordo atau anak bangsa Lacertilia
(=Sauria), bagian dari bangsa hewan
bersisik (Squamata).
Anak bangsa Lacertilia pada umumnya
memiliki empat kaki, lubang telinga luar,
dan pelupuk mata yang dapat dibuka
tutup.
Meskipun
demikian,
sebagai
kekecualian,
ada
pula
anggotaanggotanya yang tidak memiliki sebagian

25

ciri itu. Contohnya adalah ular kaca


(glass snake atau glass lizard, suku
Anguidae) yang tak berkaki.
6.

Lebah merupakan sekelompok besar


serangga yang dikenal karena hidupnya
berkelompok meskipun sebenarnya tidak
semua lebah bersifat demikian. Semua
lebah masuk dalam suku atau familia
Apidae (ordo Hymenoptera: serangga
bersayap selaput). Di dunia terdapat kirakira 20.000 spesies lebah dan dapat
ditemukan di setiap benua, kecuali
Antartika.
Sebagai serangga, ia mempunyai tiga
pasang kaki dan dua pasang sayap. Lebah
membuat sarangnya di atas bukit, di
pohon kayu dan pada atap rumah.
Sarangnya dibangun dari propolis (perekat
dari getah pohon) dan malam yang
diproduksi oleh kelenjar-kelelenjar lebah
betina yang masih muda terdapat dalam
badannya. Lebah memakan nektar bunga
dan serbuk sari.

Lebah
B. Tumbuhan
1.

Rotan adalah sekelompok palma dari


puak (tribus) Calameae yang memiliki
habitus memanjat, terutama Calamus,
Daemonorops, dan Oncocalamus. Puak
Calameae sendiri terdiri dari sekitar
enam ratus anggota, dengan daerah
persebaran di bagian tropis Afrika, Asia
dan Australasia. Batang rotan biasanya
langsing dengan diameter 25 cm,
beruas-ruas panjang, tidak berongga,
dan banyak yang dilindungi oleh duriduri panjang, keras, dan tajam. Duri ini
berfungsi sebagai alat pertahanan diri
dari herbivora, sekaligus membantu

26

Rotan

2.

pemanjatan,
karena
rotan
tidak
dilengkapi dengan sulur. Suatu batang
rotan dapat mencapai panjang ratusan
meter. Batang rotan mengeluarkan air
jika ditebas dan dapat digunakan
sebagai cara bertahan hidup di alam
bebas
Lumut
dalam
bahasa
sehari-hari
(kolokial) merujuk pada sekelompok
vegetasi kecil yang tumbuh pada
tempat lembap atau perairan dan
biasanya tumbuh meluas menutupi
permukaan. Di perairan lumut dapat
menutupi dasar atau dinding sungai
atau danau

Lumut
3.

Sirih
merupakan
tanaman
asli
Indonesia yang tumbuh merambat atau
bersandar pada batang pohon lain.
Sebagai budaya daun dan buahnya
biasa
dimakan
dengan
cara
mengunyah bersama gambir, pinang
dan kapur. Namun mengunyah sirih
telah dikaitkan dengan penyakit kanker
mulut dan pembentukan squamous cell
carcinoma yang bersifat malignan.
Sirih

4.

Sirih digunakan sebagai tanaman obat


(fitofarmaka); sangat berperan dalam
kehidupan dan berbagai upacara adat
rumpun Melayu
Jamur hitam (Auricularia polytricha,
sinonim Hirneola polytricha) adalah
salah satu spesies jamur dari kelas
Heterobasidiomycetes
(jelly
fungi)
dengan tubuh buah berwarna coklat
tua
setengah
bening,
berbentuk
mangkuk menyerupai daun telinga
manusia

Jamur Hitam

27

5.

Jamur
putih
(Tremella
fuciformis)
adalah salah satu spesies dari kelas
Heterobasidiomycetes
(jelly
fungi)
dengan tubuh buah seperti berbentuk
rumbai-rumbai
tidak
beraturan,
berwarna putih dan sangat bening
seperti agar-agar.

Jamur Putih
6.

Ulin atau disebut juga dengan bulian


atau kayu besi adalah pohon berkayu
dan
merupakan
tanaman
khas
Kalimantan.
Kayu
ulin
terutama
dimanfaatkan
sebagai
bahan
bangunan, seperti konstruksi rumah,
jembatan,
tiang
listrik,
dan
perkapalan.Ulin merupakan salah satu
jenis kayu hutan tropika basah yang
tumbuh secara alami di wilayah
Sumatera
bagian
selatan
dan
Kalimantan.

Ulin

28

7.

Gaharu
adalah
kayu
berwarna
kehitaman dan mengandung resin khas
yang dihasilkan oleh sejumlah spesies
pohon dari marga Aquilaria, terutama
A. malaccensis. Resin ini digunakan
dalam industri wangi-wangian (parfum
dan setanggi) karena berbau harum.
Gaharu sejak awal era modern (2000
tahun yang lalu) telah menjadi komoditi
perdagangan dari Kepulauan Nusantara
ke India, Persia, Jazirah Arab, serta
Afrika Timur

Gaharu
8.

Kayu Bangkirai adalah:


Botani Nama: Shorea spp. dan Hopea
spp.,
famili
Dipterocarpaceae
(terutama S. atrinervosa Sym., S.
elliptica Burck, S. falcifera Dyer ex
Brandis, S. glauca King, S. laevis Ridl.,
S. maxwelliana Raja, S. seminalisnya. V.
SI , H. gregaria V.SI.)..
Bengkirai

Warna : kayu batang adalah cahaya


coklat atau coklat muda kekuningan
secara
bertahap
berubah
coklat
tua. gubal yang lebih ringan dalam
warna dari kayu batang, itu adalah 2
sampai 2 cm, biasanya 4 cm,
tebal. Tekstur: Tekstur kayu bervariasi
dari halus sampai kasar, secara umum
sedikit kasar, atau kasar

Kendala pada saat praktikum diantaranya, yaitu :


1. Banyaknya tanaman rotan sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk
melewati jalan yang ada di GPS.
2. Adanya tanjakan pada patok ke 3 dan 4.
3. Medan yang licin dan struktur tanah yang lempung sehingga terjadi
kecelakaan kcil dan menyebabkan pemegang GPS terjatuh.
4. Banyaknya anak sungai yang kami lewati sehingga mempersulit akses
menuju lokasi.

29

5. Ketika akan melakukan plotting, terjadi beberapa kesalahan seperti tali rafia
yang tiak sesuai dengan ukuran, dan tali rafia yang kusut.
6. Kurangnya alat klinometer dan GPS sehingga.
7. Waktu yang ada terlalu sedikit.
8. Jauhnya jarak antara lokasi survey dan tempat peristirahatan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a. Pengukuran ini menggunakan metode sistematik pada sampling jalurnya,
karena semua pohon yang diamati berada dalam wadah petak ukur
pengamatan. Hal ini merupakan parameter pohon yang berperan penting
dalam pengumpulan data potensi hutan untuk keperluan pengelolaan hutan
seperti misalnya perhitungan jumlah oksigen yang dihasilkan dalam 1 Ha
(Hectare are) hutan karena memiliki korelasi yang kuat dengan volume
pohon dalam 1 Ha.
b. Berdasarkan pengamatan di lokasi inventarisasi Hutan Lindung Sungai Wain
di Kebun Raya Balikpapan dilakukan pengukuran area seluas 100 m 2
berbentuk segiempat atau 1 Ha. Untuk pohon, 5 m 5 m untuk pancang dan
2 m 2 m untuk semai, maka diperoleh tegakan secara keseluruhan
sebanyak 101 pohon dengan kubikasi m3/Ha.
c. Berdasarkan pengamatan di lokasi inventarisasi di Hutan Lindung Sungai
Wain Kebun Raya Balikpapan dilakukan pengukuran area seluas 100 m 2
atau 1 Ha berbentuk segiempat dan area 5 m 5 m dan area 2 m 2 m.
Beberapa jenis pohon yang diperoleh berdasarkan kategori diameter > 5 cm
(semai) sebanyak 1 pohon, diameter 10 cm (pancang) sebanyak 1 pohon,
dan pohon dengan diameter >20 cm sebanyak 101 pohon.

30

5.2 Saran
Sebaiknya untuk kuliah lapangan selanjutnya lebih mempertimbangkan jarak
lokasi dari base camp agar waktu yang tersedia lebih efisien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Davis, L.S. & K.N. Johnson. 1987. Forest Management. Third Edition, McGraw-Hill Book
Company. New York.
2. Hairiah, K. & Rahayu, S. 2007. Pengukuran karbon tersimpan di berbagai macam penggunaan
lahan. World Agroforestry Centre. ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya,
Indonesia.
3. Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

31

LAMPIRAN

Alat yang digunakan pada saat


praktikum, GPS & kompas
Anggota Kelompok 3

Kendala pada saat praktikum

Pengukuran tinggi pohon

Ploting area

Pengukuran keliling pohon

32

Pemberian label pada pohon

Keanekaragaman Hayati pada

Keanekaragaman
Hewani pada Lokasi

33

Anda mungkin juga menyukai