Disusun Oleh :
Nama
NIM
: 145100301111041
Jurusan
Kelas
:I
Kepras: Sistem pembibitan ini tidak perlu menggunakan bibit tebu. Teknik
pembibitan ini memanfaatkan tunas akar yang masih tertinggal di tanah. Akar tebu
yang masih tertinggal di tanah hasil dari penanaman sebelumnya dikepras (potong)
sehingga dapat tumbuh tunas baru. Pertumbuhan tunas muncul sekitar 2 minggu.
Tebu yang datang dari dari berbagai wilayah diseleksi pada Stasiun Penerimaan
dengan mengukur Brix dan Pol dari tebu tersebut sehingga diketahui nilai Rendemen tebu
tersebut. Brix merupakan nilai kadar kering terlarut dalam tebu. Pol dianggap mewakili
kadar sukrosa dalam nira. Rendemen merupakan jumlah kg gula yang dihasilkan dalam 1
kuintal tebu. Rendemen dibagi menjadi 3, yaitu :
1.
Rendemen Harian: Merupakan rendemen yang dianalisa saat tebu mulai dari kebun
sampai datang di pabrik (gilingan 1).
2.
Rendemen Sementara: Merupakan Rendemen yang didapatkan dari analisa tebu saat
masih di kebun.
3.
Rendemen Kualitatif: Rendemen yang didapatkan dari analisa air tebu (nira) yang
berada di masakan.
Tebu dikatakan layak giling jika memenuhi syarat MBS (Manis, Bersih, Segar).
Dikatakan Manis jika telah tua. Dikatakan Bersih jika tebu berbebas dari daun kering, akar.
Dikatakan Segar jika waktu penebangan tebu dengan waktu penggilingan tidak tarlampau
lama, kurang lebih 36 jam.
Setiap harinya jumlah truk yang masuk di PT. PG Kebon Agung Malang yang
mengangkut tebu untuk digiling sekitar 1000 s/d 1100 truk. Target penggilingan yang akan
dilakukan PT. PG Kebon Agung Malang selama masa gilingan sekitar 18.000 hektar atau
lebih kurang sekitar 15,3 juta kuintal tebu yang akan digiling.
Awal produksi gula terjadi di bagian Stasiun Gilingan. Tebu dari timbangan
selanjutnya diangkut ke meja tebu dengan bantuan crane dan dibongkar untuk dimasukkan
ke dalam cane carrier. Di dalam cane carrier terdapat leveler yang berfungsi untuk
meratakan tebu agar kerja cane carrier tidak terlalu berat. Tebu selanjutnya diangkut ke
cane cutter untuk dipotong menjadi potongan-potongan kecil. Potongan tebu selanjutnya
dibawa ke Heavy Duty Hammer Shredder (HDHS) untuk dicacah dan dihancurkan agar
tebu lebih halus dan mudah diperas saat proses penggilingan. Setelah itu, tebu dibawa oleh
intermediate carrier menuju ke gilingan untuk diperas air tebunya (nira).
Dari penggilingan ini diperoleh hasil berupa nira mentah yang selanjutnya disaring
dan dibawa ke Stasiun Pemurnian dan ampas. Ampas dari proses ini dipisahkan menjadi
ampas halus dan ampas kasar. Ampas halus selanjutnya menjadi bagasilo yang digunakan
untuk bahan tambahan di Stasiun Pemurnian, sedangkan ampas kasar diangkut ke Stasiun
Ketel untuk digunakan sebagai bahan bakar. Nira mentah yang diangkut ke Stasiun
Pemurnian selanjutnya mengalami penambahan asam fosfat (H3PO4) yang tujuannya
adalah untuk menyerap zat warna pada nira, meningkatkan kadar fosfat dalam gula,
menggumpalkan sistem koloid nira, melunakkan kerak, dan memperbaiki kemurnian nira.
Selain itu, nira dipanaskan dan dilakukan juga penambahan susu kapur (Ca(OH) 2) dan gas
SO2 untuk membantu dalam proses pengendapan kotoran dan memutihkan kristal gula
produk sehingga diperoleh hasil yang baik. Nira yang telah ditambah berbagai campuran
tersebut selanjutnya dipanaskan lagi lalu disaring dan ditambah flocullant untuk membantu
penggumpalan dan pemisahan nira dengan pengotornya. Hasil dari penggumpalan dan
pemisahan ini berupa nira jernih/nira encer dan nira kotor. Nira kotor diproses lagi dengan
menambahkan bagasilo. Dari proses ini dihasilkan nira tapis dan limbah padat (blotong).
Nira tapis dialirkan ke penampung nira mentah untuk diproses lagi dari awal, sedangkan
blotong dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik. Nira Jernih selanjutnya dibawa ke
Stasiun Penguapan untuk diuapkan kandungan airnya. Nira hasil penguapan berupa nira
kental dan air kondensat yang dianfaatkan sebagai air umpan pada Stasiun Ketel. Dari
Stasiun Penguapan, nira kental selanjutnya disulfitasi dan dimasak di Stasiun Masakan dan
diperoleh cairan Masecuite dan air kondensat yang dimanfaatkan juga sebagai air umpan
di Stasiun Ketel. Selanjutnya Masecuite diputar di Stasiun Putaran untuk memisahkan
antara kristal gula dan cairannya (tetes) dengan prinsip gaya sentrifugal. Tetes
dimanfaatkan sebagai bahan penyedap rasa pada makanan.
Kristal gula selanjutnya dibawa ke talang goyang dan masuk ke pengering gula
kemudian masuk ke elevator. Dari elevator, Kristal gula selanjutnya masuk ke saringan
getar untuk seleksi ukuran kristal gula. Ada 3 kategori kristal gula, yaitu : gula kasar, gula
normal, dan gula halus. Kristal gula kasar dan gula halus dimasak kembali ke Stasiun
Masakan sedangkan kristal gula normal dikemas di bagian pembungkusan dengan ukuran
50 kg dan kemasan gula tersebut selanjutnya disimpan di gudang penyimpan
Berikut adalah salah satu prodak jadi dari
PG. Kebon Agung
Sebenarnya masih banyak produk hasil dari pengolahan gula berbahan dasar dari
tebu yang dapat dikembangkan lagi, diantaranya bisa dibuat untuk : 1. molase tebu
(Destilasi Alkohol, Fermentasi Cuka, Asam Asetat, Asam Sitrat, Asam laknat,
Butanol, Asam atonik, Asam isatonik, Dekstrose, Monosodium), 2. Bagase Tebu
Industri Pengolahan Puip Putih, Papan serat, Papan partikel Kertas (tulis dan
koran)