Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah


Pada saat ini sistem pemerintahan yang dinilai efektif dan dapat

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat

adalah

sistem

pemerintahan

desentralisasi yang tidak hanya berpusat pada pemerintahan pusat namun juga
menitikberatkan pada pemerintahan daerah. Azlim et al. (2012) menyatakan
bahwa dengan adanya otonomi daerah, pengelolaan sepenuhnya berada ditangan
pemerintahan daerah. Otonomi daerah lahir sejak berakhirnya masa orde baru
tahun 1998 karena sistem sentralisasi yang dinilai buruk yang juga menyebabkan
krisis ekonomi pada masa itu. Penyebab lain dari krisis ekonomi tahun 1998 ialah
tata kelola yang buruk (bad governance) pada sebagian besar pelaku ekonomi
baik publik maupun swasta (Sunarsip, 2001).
Penerapan sistem pemerintahan yang desentralisasi atau yang biasa disebut
otonomi daerah telah membuat pemerintah daerah terus mengembangkan
kinerjanya termasuk dalam hal keuangan daerah. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa setiap
daerah memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk menyusun Laporan
Keuangan Daerah yang merupakan pertanggungjawaban APBD. Laporan
Keuangan yang dimaksud adalah Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus
Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Pembuatan laporan keuangan
merupakan kebutuhan transparansi dan merupakan syarat pendukung adanya
akuntabilitas yang berupa keterbukaan atau transparansi pemerintah atas

pengelolaan sumber daya dan keuangan sehingga dapat menciptakan tata kelola
pemerintahan yang baik yang disebut sebagai Good Governance. Perwujudan
transparansi

keuangan

dapat

dilakukan

dengan

penyampaian

laporan

pertanggungjawaban keuangan yang disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi


Pemerintahan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 Pasal 32. Laporan keuangan yang dihasilkan diharapkan dapat
berguna untuk pengambilan keputusan. Sukmaningrum (2012) mengatakan bahwa
apabila laporan keuangan tidak sesuai dengan perundang-undangan, maka akan
mengakibatkan kerugian daerah, potensi kekurangan daerah, kekurangan
penerimaan, kelemahan administrasi, ketidakhematan, ketidakefesienan, dan
ketidakefektifan.
Government Accounting Standard Board (1987), Concept Statement No.1
tentang Objective the Financial Reporting menyatakan bahwa laporan keuangan
juga harus menunjukkan apakah sumber daya yang diperoleh digunakan dengan
menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan pemerintah dan juga memberikan
informasi untuk membantu pengguna dalam menilai upaya pelayanan dan prestasi
dari badan pemerintah. Laporan keuangan harus memberikan informasi yang
berkualitas bagi pengguna laporan keuangan demi tercapainya transparansi suatu
daerah.
Untuk mewujudkan laporan keuangan yang baik di setiap daerah, maka
dibutuhkan

sumber

daya

manusia

yang

kompeten

dibidang

akuntansi

pemerintahan dan memiliki pengalaman dibidang keuangan. Tingkat pendidikan


sering kali menjadi indikator yang menunjukkan derajat intelektualitas seseorang,

semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pengetahuan dan tingkat
intelektualitas seseorang (Windiastuti, 2013).
Selain sumber daya manusia yang memadai, harus diseimbangkan pula
dengan penerapan struktur pengendalian internal yang baik. Menurut COSO
(Sawyer, 2005) struktur pengendalian internal satuan usaha terdiri atas lima
komponen, yaitu: (1) lingkungan pengendalian, (2) penaksiran risiko, (3)
informasi dan komunikasi, (4) aktivitas pengendalian, dan (5) pemantauan.
Menurut Nuryani (2011), agar struktur pengendalian intern berfungsi dengan baik,
diperlukan penerapan kelima komponen pengendalian intern sehingga mendorong
terlaksananya struktur pengendalian intern yang memadai.
Dalam Standar Akuntansi Pemerintah yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, terdapat kriteria-kriteria laporan keuangan
pemerintahan yang tertuang dalam karakteristik kualitatif laporan keuangan,
diantaranya adalah:
1. Relevan,

yaitu

informasi

yang

dimuat

didalamnya

dapat

mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mengevaluasi


peristiwa masa lalu atau masa kini, memprediksi masa depan, dan
mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu. Informasi yang relevan terdiri
dari unsur-unsur berikut:
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), yang berarti
informasi memungkinkan pengguna untuk mengoreksi ekspektasi
di masa lalu.

b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value), yang berarti


informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa
yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan masa kini.
c. Tepat waktu (Timeliness)
Informasi disajikan secara tepat waktu yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan.
d. Lengkap, yaitu informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan
selengkap mungkin.
2. Andal, yaitu informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian
yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta
secara jujur, dan dapat diverifikasi. Ada tiga unsur dalam karakteristik
andal, yaitu:
a. Penyajian jujur, yaitu menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan secara wajar.
b. Dapat diverifikasi (verifiability), yaitu informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan dapat diuji.
c. Netralitas, yaitu informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan
tidak berpihak pada kebutuhan tertentu.
3. Dapat dibandingkan, yaitu informasi yang termuat dalam laporan
keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya.
4. Dapat dipahami, yaitu informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk
serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.
Dengan mengikuti karakteristik kualitatif yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 maka dapat dikatakan bahwa Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) telah memenuhi kriteria dan standar yang
berlaku. Dengan penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, maka dapat

diwujudkan pula transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi yang merupakan pilar


utama terwujudnya Good Governance yang juga dapat meningkatkan kualitas
LKPD.
Namun pada kenyataannya, laporan keuangan pemerintahan daerah
banyak yang belum memenuhi standar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal
ini dibuktikan dengan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang
dilaporkan dalam IHPS tahun 2015 semester II menemukan bahwa pengungkapan
hasil pemeriksaan atas 539 LKPD, BPK memberikan opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) sebanyak 247 LKPD, opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) sebanyak 252 LKPD, opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP) sebanyak
35 LKPD, opini Tidak Wajar (TW) sebanyak 5 LKPD.
Tabel 1.1
Perkembangan Opini LKPD tahun 2010-2014
OPINI
Tahun WTP
WDP
TW TMP
2008
13
323
31
118
2009
15
330
48
106
2010
32
271
12
43
2011
67
349
8
100
2012
120
319
6
107
2013
156
311
11
46
2014
251
230
19
52
(Sumber: www.bpk.go.id)

JUMLA
H
485
499
358
524
552
524
552

Hasil evaluasi BPK menunjukkan bahwa penurunan opini disebabkan oleh


entitas tidak merapkan SAP seperti tahun sebelumnya. Ketidaksesuaian dengan
SAP tersebut antara lain meliputi penyajian aset dan belanja yang tidak didukung
dengan bukti. Selain itu hasil evaluasi BPK yang dikutip dalam Ikhtisar Hasil

Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2015 juga menungkapkan hasil


pemeriksaan atas 504 LKPD tahun 2014 terjadi 5.978 kasus permasalahan SPI.
Permasalahan SPI tersebut meliputi 2.222 (37,17%) kelemahan sistem
pengendalian akuntansi dan pelaporan, 2.598 (43,46%) kelemahan sistem
pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, dan sebanyak 1.158
(19,37%) atas kelemahan struktur pengendalian internal.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Untari (2015)
dengan menambahkan satu variabel yang mungkin memiliki pengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah yaitu penerapan Good Governance
serta mengurangi salah satu variabel moderasi dari penelitian sebelumnya yaitu
variabel faktor eksternal. Penelitian ini menggunakan data primer dengan
menyebarkan kuesioner kepada beberapa SKPD di Kota Malang.
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL, KOMPETENSI
SUMBER DAYA MANUSIA, PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DAN
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN TERHADAP KUALITAS
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada
SKPD Kota Malang)

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap kualitas


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?
2. Apakah kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap
kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?
3. Apakah penerapan Good Governance berpengaruh terhadap kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?
4. Apakah penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berpengaruh
1.3.

terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?


Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian internal terhadap
kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
2. Untuk mengetahui pengaruh sumber daya manusia terhadap kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Good Governance terhadap
kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
4. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Standar

Akuntansi

Pemerintahan terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah


1.4.

Daerah.
Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang

membacanya. Adapun kegunaan penelitian ini adalah:


1. Bagi Praktisi
Sebagai sumber informasi dan wawasan bagi pihak SKPD dalam
mengembangkan sumber daya, penerapan good governance, penerapan

standar akuntansi pemerintahan, dan sistem pengendalian intern dalam


rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah.
2. Bagi Akademisi
Hasil penelitian diharapkan dapat membantu akademisi untuk
mengembangkan ilmu akuntansi khususnya pada sektor pemerintahan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Kegunaan Keputusan (Decision-Usefulness Theory)
Penelitian ini menggunakan teori kegunaan informasi (DecisionUsefulness Theory). Orang pertama yang menggunakan paradigma kegunaan
keputusan (decision usefulnessl) adalah Chambers. Ia mengatakan sebagai
berikut:
Oleh karenanya, akibat yang wajar dari asumsi manajemen rasional adalah
bahwa seharusnya ada sistem yang menyajikan suatu informasi; seperti
sistem yang diperlukan baik untuk dasar pembuatan keputusan atau dasar
untuk memperoleh kembali konsekuensi keputusan Sistem yang
menyajikan informasi secara formal akan menyesuaikan dengan dua dalil
umum. Pertama adalah kondisi dari setiap wacana ilmiah, sistem
seharusnya secara logika konsisten; tidak ada aturan atau proses yang
dapat bertentangan dengan setiap aturan atau proses lainnya. Kedua
muncul dari pemakai laporan akuntansi sebagai dasar pembuatan
keputusan dari konsekuensi praktik, informasi yang dihasilkan oleh setiap
sistem seharusnya relevan dengan berbagai bentuk pembuatan keputusan
yang diharapkan dapat digunakan (dalam Belkoui, 2001:14).
Staubus (2000) dalam Kiswara (2011) mengemukakan bahwa teori ini
telah dikenal sejak tahun 1954 dan menjadi referensi dari penyusunan kerangka

konseptual Financial Accounting Standard Boards (FASB), yaitu Statement of


Financial Accounting Concept (SFAC) yang berlaku di Amerika Serikat. Kiswara
(2011) juga menyatakan bahwa kegunaan keputusan informasi akuntansi
mengandung komponen-komponen yang perlu dipertimbangkan oleh para penyaji
informasi akuntansi agar cakupan yang ada dapat memenuhi kebutuhan para
pengambil keputusan yang akan menggunakannya.
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan pendekatan
teori kegunaan keputusan yaitu siapa pengguna laporan keuangan dan keputusan
apa yang dihadapi pengguna (Scott, 2009). Pengguna laporan keuangan sudah
jelas adalah pihak internal maupun eksternal. Sedangkan faktor keputusan yang
dihadapi pengguna adalah kualitas laporan keuangan. Semakin baik kualitas
laporan keuangan maka para pengguna akan diberi petunjuk untuk memperbaiki
keputusan. SFAC No. 2 tentang Qualitative Characteristics of Accounting
Information menjelaskan hirarki dari kualitas informasi akuntansi dalam bentuk
kualitas primer dan kualitas sekunder. Kualitas primer dari informasi akuntansi
yang berguna dalam pengambilan keputusan adalah relevan (relevance) dan
reliabel (reliability).
FASB menyatakan bahwa informasi akuntansi dikatakan relevan apabila
informasi tersebut dapat membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Nilai
relevan dibagi menjadi dua unsur, yaitu: (1) memiliki predictive value atau dapat
mengoreksi ekspektasi dan harapan di masa lalu, dan (2) tepat waktu yaitu
informasi akuntansi harus disajikan secara tepat waktu. Sedangkan reliabel terdiri
dari tiga unsur yaitu: (1) dapat diuji kebenarannya (verifiability), (2) tepat dan
jujur (representational faithfulness), dan (3) informasi tidak dipilih untuk
10

kepentingan kelompok tertentu (neutrality). Selain kualitas primer terdapat


kualitas sekunder yang terdiri dari: (1) Komparabilitas, yaitu informasi dari
berbagai perusahaan diukur dengan cara yang sama, dan (2) konsistensi, yaitu
sebuah entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang sama untuk periodeperiode selanjutnya.
Dalam akuntansi pemerintahan, menteri keuangan telah mengeluarkan
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 84 Tahun 2004 menggantikan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 308/KMK.012/2002 tentang penetapan Komite Standar
Akuntansi Pemerintah (KSAP). Komite ini dibentuk untuk menetapkan Standar
Akuntansi Pemerintah dan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP)
yang diharapkan pemerintah dapat menyajikan laporan keuangan pemerintah
dengan baik dan sesuai standar.
2.1.2. Laporan Keuangan
PSAK No. 1 menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan suatu
penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja suatu entitas. Laporan
keuangan juga merupakan laporan yang terstruktur mengenai transaksi-transaksi
yang dilakukan entitas. Standar dalam laporan keuangan pemerintah dituangkan
dalam Peraturan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP). Tujuan umum laporan
keuangan dalam PSAP No. 1 adalah dalam rangka meningkatkan keterbandingan
laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas.
Menurut Untary (2015) menyatakan bahwa laporan keuangan untuk tujuan
umum juga mempunyai peranan prediktif dan prospektif, menyediakan informasi

11

yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dihasilkan dari dan
untuk operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan ketidakpastian yang terkait.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tidak hanya
memberikan informasi tentang posisi keuangan, melainkan juga dapat menjadi
bahan pertimbangan pemerintah tentang apakah sumber daya yang ada di daerah
sudah digunakan dan dipertanggungjawabkan sesuai anggaran dengan baik, juga
untuk melihat apakah pemerintah sudah menggunakan anggaran dengan efisien
dan efektif. Untuk memenuhi tujuan tersebut, pemerintah menyusun laporan
keuangan pemerintah yang terdiri atas:
1.
2.
3.
4.
5.

Laporan Realisasi Anggaran


Laporan Operasional
Laporan Arus Kas
Neraca
Catatan atas Laporan Keuangan
Informasi dalam laporan keuangan tersebut relevan untuk memenuhi

tujuan laporan keuangan pemerintah, namun tidak dapat sepenuhnya memenuhi


tujuan tersebut. Informasi tambahan berupa laporan non keuangan dapat
dilaporkan bersama-sama dengan laporan keuangan untuk membrikan gambaran
yang lebih komprehensif mengenai aktivitas suatu entitas satu periode.

2.1.3. Standar Pengendalian Internal

12

IAPI (2011) dalam Agoes (2012) mendefinisikan pengendalian intern


sebagai:
suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan
personel lain entitas-yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan laporan
keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku.
Arfianti (2011) menyatakan bahwa pengendalian intern merupakan suatu
cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu
organisasi, serta berperan penting dalam pencegahan dan pendeteksian
penggelapan. Sedangkan PP Nomor 60 Tahun 2008 mendefinisikan pengendalian
intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang
efektif dan efisian, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dilihat dari tujuan tersebut,
maka sistem pengenadalian intern dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pengendalian intern akuntansi
Dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah
menjaga kekayaan organisasi dan memeriksai keakuratan data
akuntansi.
2. Pengendalian administratif
Dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi dan mendorong
dipatuhinya

kebijakan

manajemen.

Contohnya

adalah

adanya

13

pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk


kemudian diambil tindakan.
Menurut COSO, terdapat lima komponen dalam sistem pengendalian
internal, yaitu:
1. Lingkungan pengendalian
Menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran
pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan
dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain,
menyediakan disiplin dan struktur.
2. Penaksiran Risiko
Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa
dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara
negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah,
meringkas, dan melaporkan data keuangangan.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas
pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai
tingkat organisasi dan fungsi.
4. Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan,
yang meliputi sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang
dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan
transaksi entitas dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aset, utang,
dan ekuitas yang bersangkutan.
5. Pemantauan

14

Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian


intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain
dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan
koreksi.
2.1.4. Kompetensi Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan usaha kerja atau jasa yang dapat
diberikan dalam proses produksi, dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas
usaha yang diberikan dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa
(Sumarsono, 2003). Sedangkan menurut Mathin dan Jackos (2006), SDM adalah
rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan
penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan
organisasi. Widodo (2001) dalam Kharis (2010) menjelaskan kompetensi sumber
daya manusia adalah kemampuan sumber daya untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan bekal pendidikan, pelatihan,
dan pengalaman yang cukup memadai. Sedangkan Notoadmojo dalam de Jesus
(2006) menyatakan bahwa kualitas SDM menyangkut dua aspek, yaitu kualitas
fisik dan aspek kualitas nonfisik, yang menyangkut kemampuan bekerja, berpikir,
dan keteerampilan-keterampilan lain.
Sumber daya manusia dibidang akuntansi sangat penting untuk
ditingkatkan karena tidak hanya berdampak positif pada kinerja, melainkan juga
akan meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Sumber daya
manusia yang kompeten tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan saja, namun
juga harus memahami implementasi ilmu pengetahuan tersebut dalam praktiknya.

15

Kompetensi sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan pada tingkat


yang memuaskan di tempat kerja, termasuk diantaranya kemampuan sesorang
untuk mentransfer dan mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan tersebut
dalam situasi yang baru dan meningkatkan manfaat yang disepakati (Andini dan
Yusrawati, 2015). Menurut Hutapea dan Thoha (2008) mengungkapkan bahwa
ada tiga komponen utama pembentukan kompetensi, yaitu pengetahuan yang
dimiliki seseorang, kemampuan, dan perilaku individu.
Dalam pengelolaan keuangan daerah, SKPD harus memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas, yang didukung dengan latar belakang pendidikan
akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan memiliki pengalaman
dibidang keuangan. Sehingga untuk menerapkan sistem akuntansi, sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas akan mampu memahami logika akuntansi
dengan baik. Kegagalan sumber daya manusia pemerintah daerah dalam
memahami dan menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan
laporan keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian laporan dengan standar yang
ditetapkan pemerintah (Warisno, 2008).
2.2.5. Penerapan Good Governance
Good

Governance

menurut

Sumodiningrat

(1999)

pemerintahan yang amanah dan untuk menciptakan

ialah

upaya

good governance

pemerintahan perlu didesentralisasi dan sejalan dengan kaidah penyelenggaraan


pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. World Bank
merupakan pencetus gagasan pertama yang memperkenalkan good governance
sebagai program pengelolaan sektor publik, dalam rangka penciptaan

16

ketatapemerintahan yang baik dalam kerangka persyaratan bantuan pembangunan.


(Kharisma, 2014). World Bank mendefinisikan good governance sebagai suatu
penyelenggaraan manajemen pembangunan yang bertanggung jawab, sejalan
dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana
investasi, dan pencegahan korupsi, baik secara politik mapupun administrasi,
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework
bagi tumbuhnya aktivitas usaha (World Bank, 1992a). Oleh karena good
governance meliputi sistem administrasi negara/daerah, maka upaya mewujudkan
good governance juga merupakan upaya melakukan penyempurnaan pada sistem
administrasi negara/daerah secara menyeluruh.
Terdapat karakteristik good governance menurut UNDP, yaitu:
1. Participation. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga masyarakat
dapat menyalurkan aspirasinya terhadap pemerintah.
2. Rule of law. Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa
memandang bulu.
3. Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus
informasi. Informasi yang didapat harus dapat dipahami dan dimonitor.
4. Responsiveness. Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap
dalam melayani stakeholders.
5. Consensus orientation. Berorientasi kepada kepentingan masyarakat
yang lebih luas.
6. Equity. Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk
memperoleh kesejahteraan dan keadilan.
7. Efficiency and Effectiviness. Pengelolaan sumber daya publik
dilakukan secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).

17

8. Accountability. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan harus


bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders.
Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang
dibuat.
9. Strategic vision. Penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus
memiliki visi jauh ke depan atau dalam jangka panjang.
2.2.6. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah
Akuntansi pemerintahan sudah distandarkan dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Menurut PP No. 71 Tahun 2010, Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. SAP dibentuk
oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) yang tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Standar
Akuntansi Pemerintahan dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintah (PSAP).
Laporan keuangan pemerintah daerah sudah seharusnya menyusun laporan
keuangan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang sudah ditetapkan
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan landasan hukum bagi aparatur
pemerintah pusat/daerah dalam mengelola penerimaan dan penggunaan dana
secara transparan, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga tujuan
untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dapat tercapai (Azlim et al,
2012).

18

2.2 Penelitian Terdahulu


Ada beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang kualitas laporan
pemerintahan daerah. Penelitian Nurendah Untary (2015) memiliki hasil sistem
informasi akuntansi, sistem pengendalian internal, dan kompetensi sumber daya
manusia berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Penelitian
Tantriani Sukmaningrum dan Puji Harto (2011) memiliki hasil sistem
pengendalian internal berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan sedangkan
kompetensi SDM tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Faktor
eksternal tidak memoderasi pengaruh kompetensi SDM dan SPI.
Penelitian Rury Windiastuty (2013) memiliki hasil bahwa secara parsial
sumber daya manusia dan sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap
kualitas laporan pemerintahan daerah. Penelitian Dyah Puri dan Bestari (2015)
memiliki hasil kualitas sumber daya manusia dan sistem pengendalian internal
sama-sama memiliki pengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah. Penelitian Dewi Andini dan Yusrawati (2015) menemukan
bahwa sumber daya manusia dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah
memiliki pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Penelitian Azlim et al. (2012) menemukan bahwa penerapan good governance dan
penerapan standar akuntansi pemerintahan berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No

Peneliti
(Tahun)

Judul

Variabel

Hasil Penelitian

19

Nurendah

Pengaruh

Sistem

Utary

Akuntansi,

(2015)

Pengendalian

Intern

dan Sistem

Sumber

Manusia

Terhadap

Laporan

Keuangan

Dengan

Faktor

Kasus

independen
terhadap kualitas

Kualitas intern, sistem laporan keuangan


Daerah informasi

daerah.

Eksternal akuntansi, dan

Pemoderasi
Pada

variabel

berpengaruh

Daya pengendalian

(Studi kompetensi

Pemerintahan sumber

Daerah Kabupaten Magelang)


2

Semua

Sistem Independen:

Kompetensi

Sebagai

Informasi Variabel

daya

Tantriani

Analisis Faktor-Faktor Yang

manusia.
Kompetensi

Suknmanin

Mempengaruhi Kualitas

SDM, Sistem pengendalian

grum

dan Informasi Laporan Keuangan

Puji Harto
(2011)

Pemerintah Daerah (Studi


Empiris pada Pemerintah
Kabupaten dan Kota
Semarang)

Sistem

Pengendalian

intern

Intern,

berpengaruh

Faktor
eksternal
sebagai

dan

terhadap
kualitas

laporan

keuangan
sedangkan

variabel

kompetensi

moderasi

SDM

tidak

berpengaruh
terhadap

kualitas

laporan
keuangan.

Faktor

eksternal
tidak

memoderasi

pengaruh
kompetensi

SDM

dan SPI
terhadap

kualitas

laporan
keuangan.

Rury

Pengaruh

Sumber

Daya Sumber Daya Sumber

Windiastuti

Mnausia Bidang Akuntansi dan Manusia


Sistem Pengendalian Internal Sistem

daya

dan manusia
sistem
20

dan

Terhadap

Kualitas

Laporan Pengendalian

Pemerintahan Daerah

Internal

pengendalian
internal
berpengaruh pada
kualitas

Dyah Puri Analisis

Faktor-faktor

dan Bestari Mempengaruhi


(2015)

laporan

keuangan daerah.
yang Sumber daya Sumber
daya

Kualitas manusia,

Laporan Pemerintahan Daerah

manusia

dan

sistem

sistem

pengendalian

pengendalian

intern,

dan intern

pemanfaatan

berpengaruh

teknologi.

terhadap kualitas
laporan keuangan
daerah,
sedangkan
pemanfaatan
teknologi

berpengaruh.
Pengaruh Kompetensi Sumber Sumber daya Keduanya

Dewi

Andini dan Daya Manusia dan Penerapan Manusia

dan memiliki

Yusrawati

Sistem Akuntansi Keuangan penerapan

pengaruh

(2015)

Daerah

terhadap kualitas

Terhadap

Kualitas sistem

Laporan Keuangan Daerah

tidak

Azlim

et Pengaruh

al. (2012)

Penerapan

Governance

dan

Standar
Pemerintahan

akuntansi

laporan keuangan

keuangan

daerah.

daerah
Good Penerapan

Keduanya

penerapan Good

memiliki

Akuntansi Governance

pengaruh

Terhadap dan Penerapan terhadap kualitas

Kualitas Informasi Keuangan Standar

informasi

SKPD di Kota Banda Aceh

keuangan daerah.

Akuntansi
Pemerintahan

Sumber : Berbagai data sekunder, 2016.

21

2.3. Kerangka Penelitian


Dalam penelitian ini akan diteliti mengenai pengaruh antara sistem
pengendalian internal, kompetensi sumber daya manusia, penerapan good
governance, dan penerapan standar akuntansi pemerintah terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah. Kerangka penelitian dapat digambarkan
dalam skema berikut:
Sistem Pengendalian
Internal

X1
)

Kompetensi Sumber
Daya Manusia

X2
)

Penerapan Good
X3
)
Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan
Governance

X1

Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah
Daerah

Y
)
22

2.4. Hubungan Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis


2.4.1. Hubungan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah
Sesuai dengan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I oleh BPK, banyak
ditemukan penyimpangan di dalam laporan keuangan. Hal ini membuktikan
bahwa laporan keuangan pemerintah masih belum memenuhi kriteria dan
karakteristik yang disyaratkan. Hasil pemeriksaan atas 504 LKPD Tahun 2014
mengungkapkan 5.978 pemeriksaan SPI dan juga masih banyaknya opini Wajar
Dengan Pengecualian, Tidak Memberikan Pendapat, dan Tidak Wajar yang
menunjukkan kualitas LKPD yang masih buruk (Badan Pemeriksaan Keuangan,
2015).
Tantriani (2011) menyatakan bahwa pengendalian intern merupakan
bagian dari manajemen resiko yang harus dilaksanakan oleh setiap lembaga atau
organisasi untuk mencapai tujuan lembaga atau organisasi. Dengan demikian,
penerapan standar pengendalian internal yang baik akan mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik dan juga akan berpengaruh pada LKPD. Sistem
pengendalian intern sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan dan pegawai
diharapkan dapat memberikan keyakinan, menjamin akurasi, keamanan, andal,
23

dan efektif serta efisien dalam kegiatan pelaporan keuangan, pengamanan aset,
dan ketaatan terhadap perundang-undangan yang berlaku (Nurendah, 2015).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 = Sistem Pengendalian Internal berpengaruh posistif terhadap kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
2.4.2. Hubungan Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Sumber daya manusia (SDM) merupakan human capital di dalam
organisasi. Menurut Izzaty (2011), SDM juga merupakan komponen penting
dalam penyusunan dan pelaksanaan anggaran karena SDM selalu terkait mulai
dari penetapan sasaran hingga evaluasi. Menurut Nogi dalam De Jesus (2006)
menyatakan bahwa kualitas SDM adalah unsur yang sangat penting dalam
meningkatkan pelayananan organisasi terhadap kebutuhan publik. SDM memiliki
fungsi penting dalam penentuan indikator kinerja yang merupakan bagian dari
penetapan sasaran anggaran (Mardiasmo, 2002). Kualitas SDM untuk ikut serta
dalam pencapaian tujuan organisasi ditentukan oleh faktor pendidikan dan
pengalaman kerja. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin terampil
dia dalam melakukan pekerjaan. Pengalaman kerja menunjukkan jenis-jenis
pekerjaan yang telah dilakukan sesorang dan memberikan peluang yang besar
bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik (Izzaty, 2011).
Indriasari

(2008)

menyatakan

bahwa

dalam

penelitian

kapasitas

sumberdaya berpengaruh terhadap keterpautan dan keterandalan informasi laporan


keuangan pemerintah daerah di Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Hilir

24

provinis Sumatera Selatan. Namun dalam penelitian Tantriani dan Puji Harto
(2011) menyatakan bahwa kompetensi sumber daya manusia tidak berpengaruh
terhadap kualitas laporan keuangan daerah.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji
kembali hubungan antara kompetensi sumber daya manusia dengan kualitas
LKPD.
H2 = Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh positif terhadap
kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

2.4.3. Hubungan Penerapan Good Governance Terhadap Kualitas Laporan


Keuangan Pemerintahan Daerah
Pembuatan laporan keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi
yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas yang berupa keterbukaan
pemerintah atas aktivitas sumber daya publik. Pemerintah daerah dalam
melaksanakan amanah dari masyarakat dalam bentuk pengelolaan keuangan
daerah

dituntut

untuk

dapat

transparan

dan

akuntabel

dalam

pertanggungjawabannya (Zeyn, 2011).


Jika pemerintah menerapkan good governance maka pemerintah wajib
melaksanakan kesembilan pilar dalam penerapan good governance sehingga akan
menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik dan juga memperbaiki tata kelola
keuangan pemerintah. Tata kelola keuangan pemerintah berhubungan erat dengan

25

penyusunan laporan keuangan pemerintahan. Berdasarkan rumusan diatas maka


dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H3 = Penerapan good governance berpengaruh positif terhadap kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
2.4.4. Hubungan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
yang menyatakan bahwa bentuk dan isi pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD disusun dan disajikan dengan standar akuntansi pemerintahan.
Standar

akuntansi

pemerintahan

sendiri

sudah

diatur

dalam

Peraturan

Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010.


Setiap semester, BPK memeriksa laporan keuangan daerah dan
menentukan

opini

kewajaran

menurut

standar

akuntansi

pemerintahan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK dalam IHPS I Tahun 2015, terdapat 1.355
kasus dari 2.535 permasalahan yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap
ketentuan perundang-undangan. Ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan
akan menyebabkan turunnya kualitas laporan keuangan pemerintahan. Hal
tersebut menyebabkan opini BPK terhadap laporan keuangan di beberapa daerah
menjadi Wajar Dengan Pengecualian, Tidak Memberikan Pendapat, atau bahkan
Tidak Wajar.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

26

H3 = Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berpengaruh positif


terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

27

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.1.1. Variabel Penelitian
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi
pada suatu nilai (Sekaran, 2006). Variabel penelitian adalah sesuatu yang
menghubungkan antara konsep-konsep khusus yang akan diteliti dan merupakan
suatu yang bersifat abstrak dari gejala tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh sistem pengendalian internal, kompetensi sumber daya
manusia, penerapan good governance, dan penerapan standar akuntansi
pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintahan daerah. Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel
dependen. Menurut Sugiyono (2011) variabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi suatu yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen. Sedangkan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat adanya variabel independen.
Variabel independen terdiri atas sistem pengendalian internal, kompetensi
sumber daya manusia, penerapan good governance, dan penerapan standar
akuntansi pemerintahan. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD).

28

3.1.2. Defiuisi Operasional Variabel


1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Standar pengendalian internal (X1) merupakan proses yang integral
pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang
efektif yang efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
b. Kompetensi sumber daya manusia (X 2) merupakan kemampuan
seseorang dalam sebuah organisasi dalam melaksanakan fungsifungsinya untuk mencapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia
adalah orang-orang yang siap, mempunyai keinginan dan mampu
untuk berkontribusi dalam tujuan organsisasi (Izzaty, 2011).
Variabel ini membuktikan apakah SDM yang terkait berpengaruh
terhadap kualitas laporan keuangan daerah.
c. Penerapan Good Governance (X3) merupakan penerapan tata
kelola pemerintahan yang baik. Tata kelola pemerintahan yang baik
berarti dapat mewujudkan sembilan pilar dalam unsur-unsur good
governance. Dari sembilan unsur, ada tiga unsur yang merupakan
unsur

penting

dalam

penerapan

good

governance

yaitu

transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi.


d. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (X4) merupakan
kewajiban bagi pemerintah dalam menyajikan laporan keuangan
pemerintah. Hal ini tentu sudah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Penerapan

29

Standar Akuntansi Pemerintahan diharapkan dapat meningkatkan


kualitas laporan keuangan pemerintah karena didalamnya terdapat
karakteristik kualitatif.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah. Kualitas laporan keuangan pemerintah
(LKP) adalah asersi dari pihak manajemen pemerintah yang
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan
untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya
yang dipercayakan (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010).
3.1.3. Ringkasan Variabel Dan Indikator Pengukuran
Berikut ini disajikan ringkasan dari variabel penelitian dan indikator yang
akan digunakan untuk pembuatan kuesioner.
Tabel 3.1
Ringkasan Variabel dan Indikator Pengukuran
No
.

Nama
Variabel

Sistem
Pengendalian
Internal

Indikator
-

Skala
Pengukuran

Sumber
Indikator

Integritas Data
Skala Likert 1-5 Sukmaningrum
Ketepatan input
dan
Harto
dan posting data
(2011)
Prosedur otorisasi
dokumentasi
Tersimpannya
dokumen
dan
sumber data
Pembagian
tanggung jawab

30

Kompetensi
Sumber Daya
Manusia

Penerapan
good
governance

Penerapan
Standar
Akuntansi
Pemerintaha
n

Kualitas
Laporan
Keuangan
Pemerintah
Daerah

Kompetensi
Skala Ordinal
bidang keuangan
dan akuntansi
Pelatihan
dan
Pendidikan
Pengalaman kerja
Pendidikan

Windiastuti
(2013)

Penyediaan
Skala Likert 1-5 Rosdiani (2011)
informasi yang
relevan
(Transparansi)
Menetapkan
tugas
dan
tanggung jawab
masing-masing
bagian
Partisipasi
masyarakat
Pengetahuan
tentang PSAP
Implementasi
PSAP

Skala Likert 1-5 Azlim


(2011)

et

al

Manfaat
dari Skala Likert 1-5 Sukmaningrum
laporan keuangan
dan
Harto
yang dihasilkan
(2011)
Ketepatan
pelaporan laporan
keuangan
Kelengkapan
informasi yang
disajikan
Penyajian Secara
Jujur
Isi
laporan
keuangan dapat
diverifikasi
Keakuratan
informasi yang
disajikan
Isi
laporan
31

keuangan dapat
dibandingkan
dengan periode
sebelumnya
Kejelasan
penyajian
informasi dalam
laporan keuangan

Sumber : Berbagai data sekunder, 2016


3.2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan / individuindividu) yang karakteristiknya hendak diduga (Sugiyono, 2007). Adapun
populasi dari penelitian ini adalah pegawai negeri sipil pemerintaha daerah Kota
Malang.
Sampel adalah sejumlah individu yang merupakan perwakilan dari
populasi (Sekaran, 2010). Untuk lebih memberikan arahan atau lebih
memfokuskan pemilihan sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi, maka
digunakan teknik pengambilan sampel dengan proportional stratified random
sampling. Proportional stratified random sampling adalah metode pengambilan
sampel dengan cara mengambil sampel dari populasi secara acak dan proporsional
(Sugiyono, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah staf keuangan dan
akuntansi di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Malang.

32

3.3. Jenis dan Sumber Data


Data merupakan keterangan yang dapat memberikan gambaran atas suatu
keadaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada instansi pemerintah yang
terkait. Sumber data bersumber pada informasi yang diberikan oleh bagian Satuan
Kerja Perangkat Daerah Kota Malang.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode

pengumpulan

data

menggunakan

kuesioner

agar

dapat

memperoleh data yang relevan, dapat dipercayam obyektif, dan dapat dijadikan
landasan dalam proses analisis. Prosedur pengumpulan data melalui metode
kuesioner

digunakan

untuk

memperoleh

informasi

mengenai

Standar

Pengendalian Intern (SPI), kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), penerapan


good governance, dan penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
sehingga dapat dianalisis pengaruhnya terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah.

33

3.5. Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif
dilakukan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan
kuantitatif (Tantriani, 2011). Berikut adalah metode analisis data yang digunakan
peneliti:
3.5.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi deskripsi
mengenai karakteristik variabel penelitian dan demografi responden. Statistik
deskriptif menjelaskan skala jawaban responden pada setiap variabel yang diukur.
3.5.2. Uji Kualitas Data
Metode analisis yang digunakan di penelitian ini adalah metode analisis
yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16.0.
a. Uji Validitas
Validitas dilakukan untuk melihat kecermatan alat ukur yaitu
mengukur apa yang akan diukur. Kuesioner dinyatakan valid, jika
pertanyaan maupun pernyataan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Pengujian

validitas

dalam

penelitian

ini

dilakukan

dengan

menggunakan Person Correlation yang terdapat dalam program SPSS


16.0. Suatu pertanyaan dikatakan valid jika tingkat signifikansinya
dibawah 0,05. (Ghozali, 2006). Skala yang digunakan dalam kuesioner
adalah skala likert atau skala lima tingkatan.

34

b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan keterandalan suatu indikator. Uji
reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah jawaban dari reponden
konsisten atau stabil. Suatu angket dikatakan reliabel jika jawaban
seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu.
3.5.3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
a. Uji Multikolimiaritas
Uji Multikolimiaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak ada korelasi antara variabel independen.
b. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dalam sebuah
model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Menurut
Santoso (2002), jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti atau garis diagonal, maka regresi memenuhi asumsi
normalitas.

3.5.4

Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan empat variabel independen dan satu variabel

dependen. Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah


metode regresi berganda, yaitu regresi yang digunakan untuk mengetahui
35

seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +e
Dimana:
Y

= Kualitas Laporan Keuangan

= Konstanta

b1, b2, b3, b4

= Koefisien regresi berganda

X1

= Sistem Pengendalian Internal

X2

= Kompetensi Sumber Daya Manusia

X3

= Penerapan Good Governance

X4

= Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan

36

Anda mungkin juga menyukai