Anda di halaman 1dari 6

Nama

:Fatkhur Rozak

Kelas

: 3D3 ELIN B

NRP

:1303121036

PROSES PENGOLAHAN TREATED WATER SEBAGAI


BAHAN BAKU CARBONATED SOFT DRINK
PROSES PENGOLAHAN TREATED WATER SEBAGAI BAHAN BAKU
CARBONATED SOFT DRINK
Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan
manusia karena air diperlukan untuk berbagai macam kegiatan seperti minum,
pertanian, industri, perikanan dan rekreasi. Air yang dapat diminum dapat diartikan
sebagai air yang bebas dari bakteri yang berbahaya dari ketidakmurnian secara
kimiawi. Air yang kita minum dapat dijadikan sebagai minuman yang berkarbonasi atau
lainya. Masalah air baku untuk industri air minum menjadi sangat penting karena
kualitas air minum yang dipengaruhi oleh kualitas air baku tersebut akan berpengaruh
kepada kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya. Air minum memerlukan
persyaratan yang ketat karena air minum itu langsung berhubungan dengan proses
biologis tubuh yang dapat menentukan kualitas kehidupan manusia. Lebih dari 70%
tubuh terdiri dari air dan lebih dari 90% proses biokimiawi tubuh memerlukan air
sebagai mediumnya. Bila air minum manusia itu tidak berkualitas baik, maka jelas akan
menganggu proses biokimiawi tubuh dan mengakibatkan gangguan fungsional.
Dalam pengolahan air tersebut mempunyai berbagai cara dalam pengolahannya , baik
dari limbah hasil produksi yang di olah kembali melalui WWTP ( Waste Water Treatment
Plant ) dimana air dari limbah MCK atau air yang berasal dari produksi yang tidak
sesuai dengan standart dari perusahaan di buang dan akan menuju tempat pengolahan
limbah tersebut atau juga dari WTP (Water Treatment Plant ) dimana air yang berasal
dari sumur bor yang mempunyai kedalaman 125-220 meter diolah terlebih dahulu di
dalam WTP tersebut. Di dalam proses pengolahan air ini banyak di pakai reagen
reagen kimia yang mempunyai pengaruh yang baik terhadap pemakaian nya. Dalam
pembuatan CSD ini menggunakan treated water sebagai bahan baku yang perlu diolah
dahulu sbelum digunakan.
Air merupakan bahan baku utama dalam industri ini sehingga kualitasnya harus tetap
dijaga agar menghasilkan produk-produk yang bagus. Kebutuhan air diperoleh dari air
tanah yang diambil dari sumur bor
( deep well ) yang kedalamannya kurang lebih

100 meter mempunyai Surat Izin Pengambilan Air ( SIPA ) yang sah menurut hukum
untuk mengambil air dengan kedalaman 80-100 meter dari permukaan tanah.
Macam-macam air yang digunakan:

Raw water

Raw water merupakan air baku yang diperoleh langsung dari sumur yang ditampung
dalam
reservoir
tank untuk dilakukan proses selanjutnya.

Treated water

Treated water merupakan air hasil dari proses pengolahan air yang siap digunakan
untuk produksi dan pembuatan minuman ringan.

Soft water

Soft water merupakan air yang mengalami pelunakan dengan cara menghilangkan atau
mengurangi kadar Mg2+ dan Ca2+. Soft water ini dibedakan menjadi dua yaitu:
a.

Chlorined soft water

Soft water yang ditambahkan klorin 1-5 ppm yang digunakan dalam proses pencucian
atau pembilasan kemasan di bottle washer.
b.

Non-chlorined soft water

Soft water yang tidak ditambahkan klorin yang digunakan dalam proses boiler,
conveyer, lubricant, evacond, dan cooling tower frestea.

Soft treated water

Soft treated water merupakan treated water yang telah dilunakkan dengan cara
menghilangkan atau mengurangi kadar Mg2+ dan Ca2+ dalam air.
TREATED WATER
Tahap tahap proses pengolahan treated water adalah sebagai berikut :
a. Pengambilan air dari Deep Well (sumur)
Air dari Deep Well selalu diuji kualitasnya (Water Flow Rate liter/menit dan Full
Analysis External Laboratory). Pengambilan air dari Deep Well melalui proses Blending
(Buffer Tank) dari berbagai sumber air yang kemudian dimasukkan dalam satu tempat.
Adapun tujuannya adalah agar raw water yang terambil dari berbagai sumur dapat

homogen. Kemudian dilanjutkan dengan proses aerasi (Cooling Tower). Hal ini
bertujuan untuk mengoksidasi ferro menjadi ferri sehingga dapat mengendap. Hasil
aerasi yang mengendap kemudian ditampung di reservoir tank supaya aliran stabil.
b. Reservoir Tank
Air di reservoir tank ditambah dengan Ca(OCl)2 sebanyak 1-3 mg/liter. Penambahan
Free-chlorine Ca(OCl)2 ini bertujuan mengoksidasi mineral yang ada pada raw water
(air baku) dan untuk mencegah perkembangan mikroorganisme. Selain itu dapat
mengendapkan kotoran-kotoran yang terdapat di dalam air.
c. Floculator
Air yang telah ditampung di reservoir tank kemudian dialirkan ke floculator. Di dalam
floculator dilakukan penambahan bahan-bahan kimia seperti :

Penambahan lime (Ca(OH)2) 8%

Proses penambahan lime berfungsi sebagai penstabil dan dapat mengubah kalsium
bikarbonat dan magnesium bikarbonat atau garam lain yang larut dalam air menjadi
kalsium karbonat dan magnesium karbonat yang tidak larut dalam air. Garam-garam
tersebut dapat menimbulkan kesadahan air, sehingga dapat mempercepat
pembentukan flok yang lebih besar.
Reaksi:
Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2
Mg(HCO3)2 +Ca(OH)2

2CaCO3 + 2H2O
MgCO3

+ CaCO3 + 2H2O

Penambahan Ferro Sulfat (FeSO4)20%

Merupakan senyawa floculant, yaitu senyawa yang dapat membantu pembentukan


kalsium karbonat dan magnesium karbonat. Penambahan bahan floculant ini untuk
mempercepat pembentukan flock (kotoran yang ada di dalam air) yang lebih besar.
FeSO4 mempunyai pH > 7,7 sehingga berfungsi sebagai koagulan bersama lime dan
dapat menurunkan kesadahan.
Reaksi :
Penambahan FeSO4 dalam air sadah:
Ca(HCO3)2 + FeSO4

Fe(OH)2 + CaSO4 + 2CO2

FeSO4 bereaksi dengan lime


FeSO4 + Ca(OH)2

Fe(OH)2 + CaSO4

4 Fe(OH)2 + 2H2O + O2

4 Fe(OH)3

Penambahan Chlorine Ca(OCl)2 5%.

Penambahan Ca(OCl)2 sebagai desinfektan untuk menjaga agar mikroorganisme tidak


dapat berkembang. Konsentrasi chemical (chemical dose rate) floculant disesuaikan
dengan kondisi raw water dengan tujuan supaya proses flokulasi berjalan sempurna.
Reaksi :
Ca(OCl)2 + H2O

2HOCl + Ca

Pada pH netral (pH=7) HOCl mengalami disosiasi menjadi bentuk ion-ionnya


HOCl

H+ + OCl-

Ion hipoklorit (OCl-) ini yang menjadi racun bagi mikroorganisme patogen. Didalam
tangki reaktor ditambahkan bahan-bahan kimia kemudian dicampur sehingga reaksi
berjalan sempurna. Bahan-bahan yang ditambahkan adalah Lime (Ca(OH)2) 8%, Ferro
sulfate (FeSO4) 20%, dan Chlorine (Ca(OCl)2) 5%. Pencampuran bahan-bahan tersebut
dipercepat dengan bantuan mixer dengan kecepatan 24 rpm/menit. Jika kecepatan
pengadukan terlalu cepat maka partikel-partikel pembentuk flok akan pecah, sedangkan
apabila terlalu lambat maka proses pembentukan flok akan terlalu lama.
Reaksi-reaksi yang terjadi didalam floculator adalah :
1.

Koagulasi

Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid yang halus dan


membentuk endapan menjadi partikel yang lebih besar sehingga mudah dipisahkan.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik atau secara kimia. Secara fisik yaitu dengan
pengadukan dan secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang
berbeda muatan dengan penambahan tawas (Al(SO 4)3), ferro sulfat (FeSO4), natrium
aluminat (NaAlO2), dan ferri klorida (FeCl3).
Proses koagulasi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java
menggunakan
ferro
sulfat
sebagai koagulan. Penambahan Ferro sulfat ini membantu mengubah kalsium
bikarbonat yang larut dalam air menjadi kalsium karbonat yang tidak dapat larut dalam
air sehingga mengendap dan mudah dipisahkan.

Faktor yang mempengaruhi proses koagulasi adalah pH dari sistem, flowrate chemical
dan proses pencampuran (mixing).

Air mempunyai alkalinitas dalam Ca(HCO3)2 yang dapat bereaksi dengan


koagulan, sehingga FeSO4 akan bereaksi dengan Ca(HCO3)2 didalam air
namun reaksinya lambat

Ca(HCO3)2 + FeSO4
2.

Fe(OH)2

+ CaSO4 + 2CO2

Desinfektan

Penambahan
chlorine
Ca(OCl)2
berfungsi sebagai desinfektan (untuk membasmi mikroorganisme). Keuntungan dari
penggunaan chlorine /kaporit yaitu: murah, mudah didapat dan mudah dalam
penanganannya. Reaksi air yang efektif yaitu pada pH=7 mengalami disosiasi dari
HOCl :
HOCl H+ + OClIon hipoklorit inilah yang menjadi racun bagi mikroorganisme patogen. Banyaknya air,
ferrosulfate, lime, dan chlorine diukur dengan flowrate water dan Chemical Dose Rate
(ml/mnt). Air dari flokulator mengalir ke settling tank secara over flow.
3.

Alkalinity Reduction

Alkalinity Reduction diperlukan jika alkalinitas dari air baku adalah 85 ppm atau
lebih. Alkalinitas ditunjukkan oleh adanya bikarbonat, karbonat, dan hydroxid terlarut
dalam air. Alkalinity Reduction adalah merubah alkalinitas yang terlarut menjadi bentuk
alkalinitas yang tidak terlarut (endapan) dengan menambahkan senyawa alkali.
Senyawa alkali yang ditambahkan adalah lime Ca(OH)2.
Reaksi :

Calsium Alkalinity

Ca(HCO3)2 +

Ca(OH)2

Calsium bicarbonat Calsium hydroxid

Calsium

MgCO3

+ CaCO3 + 2H2O

Magnesium

2H2O

Calsium carbonat Air

Magnesium Alkalinity

Mg(HCO3)2 + Ca(OH)2
Magnesium

2CaCO3

Calsium

Air

bicarbonat
MgCO3

hydroxid
+ Ca(OH)2

carbonat

carbonat

Mg (OH)2 + CaCO3

Magnesium

Calsium

Magnesium

carbonat

hydroxid

hydroxid

Calsium
carbonat

d. Settling Tank
Settling tank bertujuan memisahkan dan mengendapkan padatan yang terbentuk
dalam proses flokulasi. Settling tank dilengkapi dengan Lamella yang berbentuk seperti
sarang lebah yang berfungsi sebagai penangkap partikel-partikel padat sehingga
proses pemisahan antara endapan dengan air menjadi sempurna. Dari settling tank air
mengalir ke break tank, yang mempunyai tujuan mengendapkan sisa flock yang masih
ada dengan sempurna, dan menambah waktu kontak dengan chlorine. Di dalam
settling tank setiap 4 jam atau saat operasional dilakukan pemeriksaan yang meliputi
apperance/odor (normal), turbidity < 0,5 NTU, P-alkalinity, M-alkalinity < 85 ppm, Aalkalinity (A=2P-M) 5-27 ppm, TH (total hardness) < 100 ppm, Fe < 0,1 ppm , Free
chlorine 1-3 ppm, filtrat jernih. Air yang jernih akan meluap ke atas (over flow) dan
mengalir ke break tank kemudian menu

Anda mungkin juga menyukai