:Fatkhur Rozak
Kelas
: 3D3 ELIN B
NRP
:1303121036
100 meter mempunyai Surat Izin Pengambilan Air ( SIPA ) yang sah menurut hukum
untuk mengambil air dengan kedalaman 80-100 meter dari permukaan tanah.
Macam-macam air yang digunakan:
Raw water
Raw water merupakan air baku yang diperoleh langsung dari sumur yang ditampung
dalam
reservoir
tank untuk dilakukan proses selanjutnya.
Treated water
Treated water merupakan air hasil dari proses pengolahan air yang siap digunakan
untuk produksi dan pembuatan minuman ringan.
Soft water
Soft water merupakan air yang mengalami pelunakan dengan cara menghilangkan atau
mengurangi kadar Mg2+ dan Ca2+. Soft water ini dibedakan menjadi dua yaitu:
a.
Soft water yang ditambahkan klorin 1-5 ppm yang digunakan dalam proses pencucian
atau pembilasan kemasan di bottle washer.
b.
Soft water yang tidak ditambahkan klorin yang digunakan dalam proses boiler,
conveyer, lubricant, evacond, dan cooling tower frestea.
Soft treated water merupakan treated water yang telah dilunakkan dengan cara
menghilangkan atau mengurangi kadar Mg2+ dan Ca2+ dalam air.
TREATED WATER
Tahap tahap proses pengolahan treated water adalah sebagai berikut :
a. Pengambilan air dari Deep Well (sumur)
Air dari Deep Well selalu diuji kualitasnya (Water Flow Rate liter/menit dan Full
Analysis External Laboratory). Pengambilan air dari Deep Well melalui proses Blending
(Buffer Tank) dari berbagai sumber air yang kemudian dimasukkan dalam satu tempat.
Adapun tujuannya adalah agar raw water yang terambil dari berbagai sumur dapat
homogen. Kemudian dilanjutkan dengan proses aerasi (Cooling Tower). Hal ini
bertujuan untuk mengoksidasi ferro menjadi ferri sehingga dapat mengendap. Hasil
aerasi yang mengendap kemudian ditampung di reservoir tank supaya aliran stabil.
b. Reservoir Tank
Air di reservoir tank ditambah dengan Ca(OCl)2 sebanyak 1-3 mg/liter. Penambahan
Free-chlorine Ca(OCl)2 ini bertujuan mengoksidasi mineral yang ada pada raw water
(air baku) dan untuk mencegah perkembangan mikroorganisme. Selain itu dapat
mengendapkan kotoran-kotoran yang terdapat di dalam air.
c. Floculator
Air yang telah ditampung di reservoir tank kemudian dialirkan ke floculator. Di dalam
floculator dilakukan penambahan bahan-bahan kimia seperti :
Proses penambahan lime berfungsi sebagai penstabil dan dapat mengubah kalsium
bikarbonat dan magnesium bikarbonat atau garam lain yang larut dalam air menjadi
kalsium karbonat dan magnesium karbonat yang tidak larut dalam air. Garam-garam
tersebut dapat menimbulkan kesadahan air, sehingga dapat mempercepat
pembentukan flok yang lebih besar.
Reaksi:
Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2
Mg(HCO3)2 +Ca(OH)2
2CaCO3 + 2H2O
MgCO3
+ CaCO3 + 2H2O
Fe(OH)2 + CaSO4
4 Fe(OH)2 + 2H2O + O2
4 Fe(OH)3
2HOCl + Ca
H+ + OCl-
Ion hipoklorit (OCl-) ini yang menjadi racun bagi mikroorganisme patogen. Didalam
tangki reaktor ditambahkan bahan-bahan kimia kemudian dicampur sehingga reaksi
berjalan sempurna. Bahan-bahan yang ditambahkan adalah Lime (Ca(OH)2) 8%, Ferro
sulfate (FeSO4) 20%, dan Chlorine (Ca(OCl)2) 5%. Pencampuran bahan-bahan tersebut
dipercepat dengan bantuan mixer dengan kecepatan 24 rpm/menit. Jika kecepatan
pengadukan terlalu cepat maka partikel-partikel pembentuk flok akan pecah, sedangkan
apabila terlalu lambat maka proses pembentukan flok akan terlalu lama.
Reaksi-reaksi yang terjadi didalam floculator adalah :
1.
Koagulasi
Faktor yang mempengaruhi proses koagulasi adalah pH dari sistem, flowrate chemical
dan proses pencampuran (mixing).
Ca(HCO3)2 + FeSO4
2.
Fe(OH)2
+ CaSO4 + 2CO2
Desinfektan
Penambahan
chlorine
Ca(OCl)2
berfungsi sebagai desinfektan (untuk membasmi mikroorganisme). Keuntungan dari
penggunaan chlorine /kaporit yaitu: murah, mudah didapat dan mudah dalam
penanganannya. Reaksi air yang efektif yaitu pada pH=7 mengalami disosiasi dari
HOCl :
HOCl H+ + OClIon hipoklorit inilah yang menjadi racun bagi mikroorganisme patogen. Banyaknya air,
ferrosulfate, lime, dan chlorine diukur dengan flowrate water dan Chemical Dose Rate
(ml/mnt). Air dari flokulator mengalir ke settling tank secara over flow.
3.
Alkalinity Reduction
Alkalinity Reduction diperlukan jika alkalinitas dari air baku adalah 85 ppm atau
lebih. Alkalinitas ditunjukkan oleh adanya bikarbonat, karbonat, dan hydroxid terlarut
dalam air. Alkalinity Reduction adalah merubah alkalinitas yang terlarut menjadi bentuk
alkalinitas yang tidak terlarut (endapan) dengan menambahkan senyawa alkali.
Senyawa alkali yang ditambahkan adalah lime Ca(OH)2.
Reaksi :
Calsium Alkalinity
Ca(HCO3)2 +
Ca(OH)2
Calsium
MgCO3
+ CaCO3 + 2H2O
Magnesium
2H2O
Magnesium Alkalinity
Mg(HCO3)2 + Ca(OH)2
Magnesium
2CaCO3
Calsium
Air
bicarbonat
MgCO3
hydroxid
+ Ca(OH)2
carbonat
carbonat
Mg (OH)2 + CaCO3
Magnesium
Calsium
Magnesium
carbonat
hydroxid
hydroxid
Calsium
carbonat
d. Settling Tank
Settling tank bertujuan memisahkan dan mengendapkan padatan yang terbentuk
dalam proses flokulasi. Settling tank dilengkapi dengan Lamella yang berbentuk seperti
sarang lebah yang berfungsi sebagai penangkap partikel-partikel padat sehingga
proses pemisahan antara endapan dengan air menjadi sempurna. Dari settling tank air
mengalir ke break tank, yang mempunyai tujuan mengendapkan sisa flock yang masih
ada dengan sempurna, dan menambah waktu kontak dengan chlorine. Di dalam
settling tank setiap 4 jam atau saat operasional dilakukan pemeriksaan yang meliputi
apperance/odor (normal), turbidity < 0,5 NTU, P-alkalinity, M-alkalinity < 85 ppm, Aalkalinity (A=2P-M) 5-27 ppm, TH (total hardness) < 100 ppm, Fe < 0,1 ppm , Free
chlorine 1-3 ppm, filtrat jernih. Air yang jernih akan meluap ke atas (over flow) dan
mengalir ke break tank kemudian menu