Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Aquatik
Dosen Pengampu
Dr. Tri Retnaningsih Soeprobowati, M.AppSc.
Drs. Sapto Purnomo Putro, M.si, Ph.D.
Oleh:
Muhamad Fikri Zulfikar
24020113140121
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
BABI .PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekosistem sungai merupakan habitat bagi biota air yang keberadaannya
sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Sungai juga merupakan sumber
air bagi masyarakat yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan kegiatan,
seperti kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri, sumber mineral, dan
pemanfaatan lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut bila tidak dikelola dengan
baik akan berdampak negatif terhadap sumberdaya air, diantaranya adalah
menurunnya kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan,
dan bahaya bagi mahkluk hidup yang bergantung pada sumberdaya air.
Pencemaran air sungai sangat ditentukan oleh kegiatan serta manfaat
sumber daya air oleh manusia yang berada di perairan tersebut. Pasal 1 ayat 11
PP. No 82 Tahun 2001 mendefinisikan Pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Pendugaan pencemaran sungai dapat dilakukan dengan melihat pengaruh
polutan terhadap kehidupan organisme perairan dan lingkungan. Unit penduga
adanya pencemaran tersebut diklasifikasikan dalam parameter fisika, kimia dan
biologi.
Salah satu masalah pencemaran perairan sungai yaitu pencemaran kimia
limbah detergen sebagai pemicu terjadinya eutrofikasi perairan sungai.
Eutrofikasi merupakan problem lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
limbah fosfat (PO3-), khususnya dalam ekosistem air tawar. Air dikatakan
eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang
35-100 g/L. Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana
danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi
tumbuhnya biomassa. Senyawa fosfat yang berfungsi sebagai bahan pengisi
hidup,
karena
permasalahannya
yang
bersamaan.
Inti
dari
berinteraksi
dengan
lingkungan
hidupnya,
yang
dapat
air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Pasal 1, angka 2). Definisi
pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai makna pokoknya menjadi 3 (tga)
aspek, yaitu aspek kejadian, aspek penyebab atau pelaku dan aspek akibat
(Setiawan, 2001).
Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran
dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air
sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut
dengan istilah unsur pencemar, yang pada prakteknya masukan tersebut berupa
buangan
yang
bersifat
rutin,
misalnya
buangan
limbah
cair.
Aspek
PERMENKES 416/1990
(Achmadi, 2001).
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat
dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak
langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah,
rumah tangga dan sebagainya.
Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari
tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan. Pada dasarnya sumber pencemaran air
berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air
tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida.
Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran
udara yang menghasilkan hujan asam
3. Hubungan limbah detergen terhadap terjadinya eutrofikasi
Detergen merupakan suatu senyawa sintetis zat aktif muka (surface active
agent) yang dipakai sebagai zat pencuci yang baik untuk keperluan rumah tangga,
industri tekstil, kosmetik, obat-obatan, logam, kertas, dan karet. Detergen memiliki
sifat pendispersi, pencucian dan pengemulsi. Penyusun utama senyawa ini adalah
Dodecyl Benzena Sulfonat (DBS) yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan
busa (Ginting, 2007).
Limbah yang dihasilkan oleh detergen mengandung pospat yang tinggi.
Pospat ini berasal dari Sodium Tripolyphospate (STPP) yang merupakan salah satu
bahan yang kadarnya besar dalam detergen (HERA, 2003). Dalam detergen, STPP
ini berfungsi sebagai builder yang merupakan unsur terpenting kedua setelah
surfaktan karena kemampuannya menonaktifkan mineral kesadahan dalam air
sehingga detergen dapat bekerja secara optimal. STPP ini akan terhidrolisa
menjadi PO4 dan P2O7 yang selanjutnya juga terhidrolisa menjasi PO4 (HERA,
2003).
Definisi dasar dari eutrofikasi adalah pencemaran air yang disebabkan oleh
munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Nitrogen dan fosfor
bersama-sama mendukung pertumbuhan ganggang dan tanaman air, yang
menyediakan makanan dan habitat ikan, kerang dan organisme lain yang hidup di
air. Kelebihan N dan P dalam sistem perairan dapat merangsang produksi tanaman
(termasuk ganggang dan tumbuhan vaskular) dan biomassa mikroba, yang
mengarah ke penipisan oksigen terlarut, mengurangi transparansi, dan perubahan
komposisi komunitas biotik - ini disebut sebagai eutrofikasi (EPA, 2015)
Eutrofikasi merupakan problem lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
limbah fosfat (PO3-), khususnya dalam ekosistem air tawar. Air dikatakan eutrofik
jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100
g/L. Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana danau
mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya
biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofik.
Proses alamiah ini, oleh manusia dengan segala aktivitas modernnya, secara tidak
disadari dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan
beberapa tahun saja. Maka tidaklah mengherankan jika eutrofikasi menjadi
masalah di hampir ribuan danau di muka Bumi, sebagaimana dikenal lewat
fenomena algal bloom. Contoh danau yang mengalami eutrofikasi adalah
Chesapake Bay di Amerika Serikat.
Melalui penelitian jangka panjang pada berbagai danau kecil dan besar,
para peneliti akhirnya bisa menyimpulkan bahwa fosfor merupakan elemen kunci
di antara nutrient utama tanaman (karbon (C), nitrogen (N), dan fosfor (P)) di
dalam proses eutrofikasi. Sebuah percobaan berskala besar yang pernah dilakukan
pada tahun 1968 terhadap Danau Erie (ELA Lake 226) di Amerika Serikat
membuktikan bahwa bagian danau yang hanya ditambahkan karbon dan nitrogen
tidak mengalami fenomena alga bloom selama delapan tahun pengamatan.
Sebaliknya, bagian danau lainnya yang ditambahkan fosfor (dalam bentuk
senyawa fosfat)-di samping karbon dan nitrogen-terbukti nyata mengalami alga
bloom.
4. Dampak yang ditimbulkan
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air
minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan
ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dan
sebagainya. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan
pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali yang
disebut eutrofikasi (eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan
oksigen yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air,
menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot
lebih banyak oksigen. Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan
menurun.
Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori :
1. dampak terhadap kehidupan biota air
2. dampak terhadap kualitas air tanah
3. dampak terhadap kesehatan
4. dampak terhadap estetika lingkungan
Berikut penjelsan singkat tentang 4 kategori dampak pencemaran air
tersebut :
1. Dampak terhadap kehidupan biota air
Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya
kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan
kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi
perkembangannya. Selain itu kematian dapat pula disebabkan adanya zat
beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air.
Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah
yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah
menjadi sulit terurai. Panas dari industri juga akan membawa dampak bagi
kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan dahulu.
survey
sumur
dangkal
di
Jakarta.
Banyak
penelitian
yang
perairan
sebagai
penyumbang
nutrient
fosfat
yang
dapat
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, Ir. Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri,
Cetakan pertama. Bandung: Yrama Widya. Hal 37-200.
Hera, 2003, Sodium Tripolyphosphate, Human & Environmental Risk Assessment on
Ingredients of European Household Cleaning Products, London.
Setiawan H. 2001 Pengertian Pencemaran Air dari Perspektif Hukum Pengendalian
Pusat Pengendalian Pencemaran http://www.bplhdjabar.go.id/document.cfm
Schindler, D.W. 2012. The dilemma of controlling cultural eutrophication of lakes.
Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences.
Epa 2015. Preventing Eutrophication: Scientific Support for Dual Nutrient Criteria
United States Environmental Protection Agency.