Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekian ratus tahun telah berlalu sejak musafir pedagang muslim
mulai menginjakkan kakinya di bumi nusantara, kemudian membangun
komunitas islam pertama (sebagaimana terbukti adanya batu-batu nisan)
sampai akhirnya membentuk pusat-pusat kekuasaannya, yang berbentuk
kerajaan-kerajaan. Sekian ratus tahun sejarah itu telah dalam proses
dinamika waktu. Dan Islam adalah juga konsep sejarah yang terlibat. Islam
adalah impian para pedagang / penyebar islam, kemudian menjadi cita-cita
akhirnya menjadi sebuah kenyataan dengan terbentuknya kerjaan islam.
Meskipun terusik oleh Hegemoni Kolonialisme Barat kenyataan itu makin
menjadi cita-cita sehingga pecah perlawanan terhadap kolonialisme barat
(belanda) yang mengusiknya lalu menjadi kenyataan baru yang melahirkan
cita-cita dan begitu seterusnya sampai sekarang.
Sejarah merupakan catatan yang berusaha merekonstruksi hari
lampau yang harus dibahas secara cermat dan jujur untuk mendapatkan
fakta sejarah yang tersembunyi. Karena dari pengalaman sejarah kita dapat
bercermin dan mendapat I'tibar dalam menata dan mengatur serta
memperjuangkan Islam di masa kini dan mendatang.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana situasi dan kondis kerajaankerjaan islam di Indonesia
ketika Kolonial Belanda datang?
2) Memahami Kedatangan Bangsa Protugis?
3) Mengetahui Kedatangan Bangsa Belanda ?
4) Apa yang melatar belakangi belanda datang ke Indonesia?
5) Bagaimana sistem Politik VOC ?
6) Penetrasi Politik VOC ?
7) Perlawanan Terhadap Penjajahan Belanda ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Situasi dan Kondisi Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara


Sebelum Kedatangan Kolonial
Menjelang kedatangan bangas Barat di Asia Tenggara sedikitnya
terdapat tiga pusat kekuatan Islam yang berbeda-beda kondisi politik,
ekonom sosial maupun budayanya. Ketiga pusat kekuatan Islam
tersebut adalah Sumatera, Semenanjung Malaya, yang terbagi beberapa
kerajaan dengan kondisi yang berbeda-beda baik politik, ekonomi
sosial, ataupun peroses islamisasinya.1
Di Sumatera dan sekitarnya, sejak keruntuhan Sriwijaya muncul
kerajaan islam seperti Pedir, Pasai, Tamiang, Siak, Indargiri, Rokan,
Jambi dan Malaka, diantara kerajaan-kerajaan tersebut Malaka yang
paling terkemuka namun kemudian jatuh ketangan Protugis pada tahun
1521 M. Setelah itu Samudra Pasai dianeksasi oleh Aceh Darussalam.
Adapun di jawa setelah keruntuhan Majapahit berdiri kerajaan Islam
seperti Tuban, Gersik, Panarukan, Demak. Pati, Yuana, Jepara dan
Kudus.2
Kerajaan Aceh mulai mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan
pada masa pemerintahan Muzzafar Syah (1465-1497) kegiataan
perdagangan, Aceh semakin maju sejak Malaka dikuasai oleh Protugis,
karena para pedagang atau saudagar-saudagar muslim memindahkan
kegiatan perdagangannya ke Aceh. Pada masa Sultan Ali Mughayat
Syah, ia berhasil manyatukan lawan-lawan Protugis dengan cara
mengalahkan mereka terlebih dahulu, yaitu Pidie tahun 1521 dan Pasai
1524.3
Dengan dikuasai dua kerajaan tersebut. Aceh dengan mudah
melebarkan sayapnya ke Sumatera Timur, Untuk mengatur daerah
Sumatera Timur, raja Aceh mengirim panglima-panglimanya. Di
1Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam Dari Kelasik Hingga
Modern. (Yogyakarta : LESFI, 2004 ) hlm. 339
2 Ibid, hlm 339
3 Ibid, hlm 339

antaranya adalah Gocah, pahlawan-pahlawan yang menurunkan Deli


dan Serdang selain itu Aceh juga menaklukan wilayah pesisir utara
kerajaan Aceh, yang menjadi pusat persaingan utama pihak Protugis.
Usaha untuk merebut malaka terus-menerus dilancarkan oleh Aceh
Iskandar Muda antara tahun (1529-1587) Kerajaan Aceh mengalami
kejayaan pada saat pemerintahan Iskandar V. Aceh menguasai Deli
pada 1216 . Johor pada 1613 dan bintan pada 1514, kemudian secara
berturut-turut di taklukan Pahang (1618), Kedah (1619) Dan Nias
(1624/1625).4
Pada puncak kemegahan Aceh Hegemoni politik dan ekonominya
mencakup Pidie, Pasai, Deli Aru, Dayah Labu, singkel. Batak,
Pesamaan, Tiku dan Pahang, Parianan dan Tikus sedangkan vasalvasal di semenanjung Malaya

adalah Johor, Kedah, Pahang dan

Perlak. Kecuali untuk memegang hegemoni dan juga dominasi


ekonomi di Sumatera Utara dan Wilayah sekita selat Malaka, menurut
Bustanussalatin. Iskandar muda juga mengembangkan kehidupan
beragama islam di Aceh, antara lain dengan membangun banyak
masjid serta melakukan perang jihad terhadap kaum Kafir. Hanyahanya orang-orang kafir batak yang menentang datangnya kekuatan
kekuatan Islam, bahkan mereka sampai meminta bantuan Protugis,
Sultan Iskandar berkerjasama dengan musuh Protugis yaitu Belanda
dan inggris karena untuk meminta bantuan ke Turki sangat jauh
jaraknya.5
Demikian halnya di Semenanjung Malaya banyak berdiri kesultanan
Muslim.

Diantaranya

tersebar

kesultanan

Johor

(1512-1812).

Kesultanan ini bukan meruapakan sebuah dinasti, melainkan sebuah


wilayah kewenangan kekuasaan yang diperintah oleh beberapa

4 Ibid. Hlm 340


5 Ibid, hlm 340

penguasa yang berlainan. Dalam hal ini Malaka, Johor juga berusahan
menguasainya dengan cara bertempur melawan Aceh dan Protugis.6
Jawa merupakaan pusat kekuatan islam yang ketiga, setelah jatuhnya
kerajaan Majapahit pada tahun 1527. Antar tahun 1513 sampai 1527
sebuah koalisi kerajaan Islam menaklukanya. Dari sini tumbuh dua
kerajaan baru dijawa, kerajaan banten (1568) dan Mataram (1577),
pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) dan Sultan
Mangkurat (1646-1677), Mataram mereduksi kekuasaan raja-raja lokal
dan menjadi kaki tangannyan sehingga menjadi imperium menguasai
jawa.7
B. Kedatangan Bangsa Protugis
Kedatangan bangsa protugis sebagai orang perangai tidak dapat
dipandang terlepas dari konteks perkembangan sistem dunia yang
semakin meluas sebagai akibat ekspensi Barat sejak akhir abad XV.
Hubungan antara raja-raja di Nusantara dengan bangsa Protugis
ditandai pada umumnya oleh sikap bermusuhan, meskipun ada paktor
yang menyebabkan hubungan persahabatan,antara lain
1. Aliansi dengan raja-raja yang belum masuk Islam, seperti raja
sunda (1522/ dan raja Panarukan serta raja Minangkabau;
2. Dalam perebutan Hegemoni diantara kerajaan-kerajaan melayu
adalah salah satu pihak yang mencari hubungan dengan bangsa
Protugis.
3 Kedatangan bangsa barat lainya juga mendorong hubungan
bersahabat dengan bangsa Protugis. 8
Peta politik abad XVI menampilkan kerajaan-kerajaan islam muda
dan hubungan-hubungan antara mereka yang sering kali merupakan
aliansi yang menghadapi penetrasi Protugis. Kehadiran Protugis
6 Ibid hlm 340
7 Ibid hlm 341
8 Sartono Kartodirjo, Pengantara Sejarahm Indonesa Baru 1500-1900
dari imporium Sampai Imperium, (Yogyakarta; PT GRAMEDIA JAKARTA
1987) hlm 37

ternyata mengganggu perkembangan hegemoni, terutama karena


sumber ekonomi khususnya terhadap negeri pelabuhan sabagian jatuh
ke tangan Potugis. Baru dalam abad XVII mulai muncul kerajaankerajaan

yang

berhasil

memusatkan

kekuasaan

serta

mengintegrasikan wilayah yang cukup luas. Antar lain Aceh dan


Mataram. 9
Setelah selat Malaka jatuh ketengan Protugis pada bulan Agustus
1511, sultang Mahnud mengungsi ke Pahang untuk kemudian tinggal
di Muar dan di Pulau bintang. Dari sana Sultan Mahmud tidak hentihentinya melakukan serangan terhadap Malaka. Untuk menghadapi
Sultan Mahmud itu, Albuquerque berusaha membuat persahabatan
dengan raja Kampar san Pasai. Didalam kota Malaka sendiri terdapat
unsur penduduk, antara lain koloni jawa yang besar yang bersikap
bermusuhan terhadap Protugis. Pada 1512 seorang pemukanya Pate
Kadir, bersekongkol dangan laksanamana Mahmud, Hang Nadin
untuk menyerang Malaka. Usaha itu dapat di tahan, akan tetapi
serangan yang datang dengan bala tentara sebesar sepuluh sampai dua
puluh ribu orang. Tepat pada malam tahun baru 1512/1513 dilakukan
serangan terhadap Malaka. Oleh karena bantuan dari bangsa melayu
tidak datang, Pati Unus terpukul mundur,Pada pertangahan 1514
Kampar diserang oleh Lingga yang rupanya dapat mengepungnya.
Albuquerque hendak membantu Kampar, akhirnya dapat dibebaskan10
Dengan pertahanan di Muar, Sultan Mahmud terus menerus
melakukan gangguan terhadap pelayaran ke dan dari Malaka. Pada
akhir 1518 pasukan penduduk Protugis sangat dikurangi, maka sultan
Mahmud melakukan serangan langsung terhadap Malaka tapi tidak
bisa merebutnya kembali.11
9 Ibid, hlm 37
10 Ibid, hlm 38
11 Ibid, hlm 38

Kontak protugis dengan Pasai, Pedir, Aceh dan Baros terjadi karena
perdagangannya untuk memperoleh lada dan emas. Insiden terjadi
pada waktu kapal Protugis kandas didekat pulau Gandir (1519) yang
mati dan ada yang ditawan, hanya dengan tebusan, dari serangan oleh
orang Aceh terjadi, mereka itu dapat dibebaskan. 12
Politik persahabatan Protugis dengan Pasai, antar lain karena hasil
ladanya, menybabkan keterlibatkannya dalam perbutan kekuasaan
pada tahun 1521. Zaenal serorang yang merasa berhak atas tahta
Pasai, telah diusir oleh pamannya raja Aru, untuk merebut tahta itu
Zaenal mencari bantuan Sultan Mahmud dan sementara itu tetap
besahabat dengan Protugis, seorang calon lain ialah putra raja,
dibawah asuhan Maulana, mengharapkan bantuan Protugis. Akhirnya
protugis terpaksa memihak dan membantu yang terakhir karena
hendak membalas jasa ayah calon tersebut sewaktu (tahun 1415)
membantu Protugis dalam membantu lawanya. Dalam pertikaian yang
13

berikut berhasil protuis mengusir lawanya dan menduduki putra raja

tersebut di tahta. Konsensi yang diperoleh ialah; 1. Mendirikan


benteng di tepi Sungai Pasai: 2. Hak dagang lada.14
Untuk mempertahankan kedudukanya yang strategis di Malaka dan
membuka saluran perdagangannya, bangsa protugis menjadi agresif
dan menjalankan praktek sebagai komprador.
Pada tahun 1512 de Brito dikirim ke Aceh untuk mengadakan
hubungan persahabatan, dalam perundingan ada tuntunan agar barangbarang rampasan protugis dikembalikan. Setelah itu ditolak, maka de
Breto dengan pasukanya menyerang, antara lain untuk merampas
kekayaan yang tersimpan di masjid, Pertahanan yang gigih

12 Ibid hlm 95,


13 Ibid, hlm. 95
14 Ibid, hlm. 96

menggagalkan maksud itu dan banyak dari pasukan protugis terbunuh,


antara lain de Breto sendiri.
Serangan terhadap Bintang dipimpin sendiri oleh Albuqueruqe
pada bulan oktober 1512 tetapi karena sangat kuat benteng
pertahanannya, jatulah banyak korban diantara penyerang, Laksamana
Sultan Mahmud malahan berhasil merebut satu kapal Protugis.
Serangan protugis di ulang lagi pada tahun 1523 dibawah henriquez,
dan pada tahun 1524 dibawah de Souza, keduanya gagal pula15
C. Kedatangan Belanda dan Kegiatan VOC
Pada tahun 1595 Perseroan Amsterdam untuk pertama kali mengirim
angkatan kapal daganganya terdiri atas empat kapal ke Indonesia

di

bawa pimpinan Cornelis de Houtman dan pada tanggal 14 Agustus


1597 tiba kembali ke tessel. Menyusul kemudian pada tanggal 1 mei
1598 angkatan kedua dibawah pimpinan van Nede, van Heemskerck.
Dan vanWarwijk. Dalam itu juga ada beberapa kapal ynag dikirim oleh
Perseroan lama berangkat dari Amsterdam dalam bualn April 1599,
dibawah pimpinan van der Hagen, sedang yang keempat dibawah van
Neck berangat dalam bulan Juni 1600.16
Pelayaran pertama mengunjungi Banten dan berlayar kembali lewat
Selat Bali , sedang angkatan kedua dapat mencapai Maluku dan buat
pertama kali melakukan rempah-rempah.
Angkatan ketiga telah melakukan serangan terhadap benteng
Protugis di Ambon tetapi gagal, sehingga terpaksa mendirikan benteng
sendiri, yaitu benten Afar, disamping itu telah dibuat , kontrak dengan
pribumi mengenai jual-beli rempah-rempah, angkatan kelima lebih
berhasil dari angkatan keempat dengan pembukaan perdagangan
dengan Banten, Banda dan Ternate akan tetapi gagal merebut benteng
Protugis di Tidore.
Tujuan VOC untuk menguasai perdagangan di Indonesia dengan
sendirinya membangkitkan perlawanan pedagang pribumi yang merasa
15 Ibid .hlm 39
16. Ibid. Hlm 39

langsung terancam kepentingannya. Sikap bermusuhan bertambah kuat


karena kehadiran belanda mendorong umat Islam lebih memperkokoh
persatuan untuk menghadapinya. Sistem monopoli perdagangan
bertentangan dengan sistem tradisional berlaku lagi pula tindakantindakan dengan paksaan dan kekerasaan menambah kuat sikap
permusuhan tersebut.
Meskipun banyak tantangan, belanda berhasil mendirikan faktoria
di Aceh (1601) Patani (1601). Gersik (1602) Johor (1063). Kontrak
denga monopoli pala di Bandaneira Bandalontor, Rozengain dan Ai
diperoleh pada tahun (1062)17
D. Politik Perdagangan VOC
Dalam jarigan transaksi dan transfortasi komoditi-komoditi tersebut di
atas dengan teknologi navigasi dari pelayaran ternyata mempunyai
fungsi yang sangat strategis sekali, garis Malaka Maluku memang
secara struktural merupakan sistam yang berpungsi secara optimal,
tumbulah dalam sistem itu subsistem-subsistem dengan pusat-pusat
kecil sebagai pendukung dan komplemennya.18
Dalam menguasai sistem itu maka VOC dalam usahanya menguasai
perdagangan rempah-rempah, menduduki kedua basis itu, Maluku
kemudian, telah ditentukan pula alternatif lain sebagai pengganti
Malak ialah Batavia.
Dari semula VOC menghadapi kesulitan dalam usahanya
menerobos sistem perdagangan yang berlaku. Dengan kontrak-kontrak
yang hendak di Monopoli namun selama tidak ada dukungan kekuatan
politik, tidak dapat berjalan pelaksanaannya, dikalangan VOC sendiri
banyak yang menentang penggunaan kekerasaan.
Jalan radikal untuk merebut Monopoli adalah melarang semua
pengangkutan barang dagangan Protugis dengan kapal pribumi : semua
17 Ibid hlm 39
18 Sartono Kartodirjo, Pengantara Sejarahm Indonesa Baru 1500-1900
dari imporium Sampai Imperium, (Yogyakarta; PT GRAMEDIA JAKARTA
1987) hlm 70

ekspor rempah-rempah perlu dihentikan, bahkan yang lebih drastis lagi


yaitu pohon-pohon pala dan cengkeh ditebangi sebaiknya ada saran
untuk mengikuti jejak Protugis, yaitu menukar rempah-rempah dengan
bahan pakaian dan makanan.
Politik radikal lain yang

dipertimbangkan

ialah

untuk

mengendalikan dan membatasi perdagangan Asia dan Protugis sejak


lama, namun hal itu terbentur pada kelemahan angkutan VOC yang
serba kekurangan awak kapal serta tidak dapat mengawasi dan
memberlakukan sanksi.
Langkah lain, seperti memblokir Selat Malaka dan perdagangan
Protugis, akan menguntungkan bangsa Barat lainnya, pedagang Jawa,
Gujarat yang bebas dari persaingan Protugis, dapat bergerak secara
leluasa.
Banten sebagai tetangga terdekat dari basis VOC di Batavia segera
mengalami kemunduran yang di sebabkan oleh politik monopoli VOC,
hubungan perdagangan Banten dan Malaka sebelumnya sangat baik,
rempah-rampah dan lada diambil di Banten dan bahan pakaian dijual
di tempat itu oleh Protugis. Namun waktu Ambon dan Banda
diblokade oleh belanda, perdagangan rempah-rempah menyusut sekali,
sedang permintaan akan bahan pakaian sangat terbatas, sementara itu
Blokade Malaka oleh belanda lebih mendorong perdagangan rempahrempah indonesa bagian barat berpusat di Aceh, sedang monopoli
rempah-rempah yang ngga semakin keta memindahkan pusat
pemasaraan rempah-rempah di Makasar . perdagangan bahan pakaian
dari Gujarat menyusut sekali karena rakyat mulai menenun sendiri.
E. Latar Belakang Kedatangan Belanda, VOC, Hindia Belanda
Tujuan Belanda datang ke Indonesia, untuk mengembangankan
usaha perdangan, yaitu mendapatkan rempah-rempah yang mahal
harganya di Eropa. Dan perseruan Amsterdam mengirim beberapa
armada kapal dagangannya ke Indonesia, dan diikuti banyak perseroan
lain yang juga ingin berdagang dan berlayar ke Indonesia. Kemudian
perseroan-perseroan itu bergabung dan di sahkan oleh Staten General

Republik dengn satu piagam yang memberi hak kusus untuk


berdagang, berlayar dan memegang kekuasaan di kawasan Kepulauan
Nusantara. Perseroan itu bernama VOC.
Dalam usaha mengembangkan usaha perdagangannya. VOC
nampak ingin melakukan Monopoli, karena itu, aktivitas ingin
menguasai

perdagangan

Indonesia

menimbulkan

perlawanan

pedagang-pedagang pribumi karena merasa terancam. Pada tahun


1798 VOC dibubarkan karena sebelumnya pada 1795 izin operasinya
di cabut. Dibubarkannya VOC disebabkan beberapa factor. Dengan
bubarnya VOC pada pergantian abad ke 18 secara resmi Indonesia
berpindah ketangan pemerintahan Belanda, karena pemerintahan
belanda memanfaatkan daerah jajahan untuk memberi keuntungan
sebanyak-banyaknya kepada negri induk, guna menanggulangi
masalah ekonomi Belanda yang sedang mengalami kebangkrutan
akibat

perang.

Pada

tahun

1830

pemerintah

hindia-belanda

menjalankan system tanam paksa. Dan pada tahun 1901 belanda


menerapkan politik etis atau politik balas budi.19
F. Penetrasi Politik Belanda
VOC sejak semula memang diberi izin oleh pemerintah belanda
untuk melakukan kegiatan politik dalam rangka mendapatkan hak
monopoli dagang di Indonesia. Oleh karena itu, VOC dibantu oleh
kekuatan militer dan armada tentara serta hak-hak yang bersifat
kenegaraan mempunyai wilayah mengadakan perjanjian politik, dan
sebagainya. Dengan perlengkapan yang lebih maju VOC, melakukan
politik ekspansi. Dengan kata lain abad ke 17 dan 18 adalah priode
ekspansi dan monopoli dalam sejarah kolonial di Indonesia.
Menjelang akhir abad ke 18 ekspansi di wilayah iniberhasil di jawa. 20
19 Badri. Yatim 1993 . Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada
20 Abdullah, Taufiq dan Hisyam, Muhammad. 2003. Sejarah Umat islam Indonesia. Jakarta: PT
Intermasa

10

Penetrasi politik belanda juga terjadi di kerajaan banjarmasin.


Belanda pertama kali datang ke kerajaan ini pada abad ke 17. untuk
memperkokoh kedudukannya belanda mengangkat seorang gubernur
di daerah itu. Ini berarti secara de facto, belanda sudah menjadi
penguasa politik. Ini pula yang menjadi latar belakang terjadinya
perang banjarmasin yang di pimp/hlin pangeran Antarsari.21
G. Perlawanan Terhadap Penjajahan Belanda
Terdapat beberapa perlawanan-perlawanan dan perlawanan yang
terbesar dan terlama ada empat :22
1. Perang Paderi di Minang Kabau
Pada perang paderi ini Balanda berkali-kali mendapatkan kesulitan
dalam melawan kaum paderi, dan kaum paderi sendiri lolos berkalikali dari tipuan penghianatan Belanda. Akan tetapi pada akhirnya
kaum paderi itu kalah karena Belanda membuat tipuan muslihat
dengan jebakan-jabakannya.
2. Perang Diponegoro
Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dihadapi pemerintah
colonial Belanda di jawa. Pemicu terjadinya perang ini adalah rencana
pemerintah Hindia Belanda untuk membuat jalan yang menerobos
tanah milik pangeran diponegoro dan harus membongkar makam
keramat. Patok-patok yang ditanam oleh pemerintah dicabut oleh
pihak Diponegoro. Pihak Belanda ingin mengadakan perundingan
dengan pangeran Diponegoro, setelah itu pangeran Diponegoro pindah
ke

selarong

untuk

memimpin

perlawanan

Belanda

dengan

menggariskan maksud dan tujuan. Dalam perang Diponegoro di


nobatkan sebagai pemimpin tertinggi jawa dengan gelar Sultan
21 Sartono Kartodirjo Pengantar Sejarah Indonesa Baru 1500-1900 dari
Emporium hingga impErium. Yogyakarta PENERBIT PT GRAMEDIA
JAKARTA 1987 ) hlm 370
22

11

Ngabdulhamid Herucakra Kabiril Mukminin Kholifatullah Ing Tanah


Jawa.
Pada suatu keteka pangeran Diponegoero diundang oleh risiden untuk
melanjutkan rundingan.akan tetapi pada rundingan ini pangeran
Diponegoro malah di tangkap dan diasingkan karena ingin tetap
mempertahankan agar di beri kebebasan untuk mendirikan Negara
yang merdeka berdasarkan islam
3. Perang Banjarmasin
Perang banjarmasin ini dilatar belakangi karma adanya campur
tangan belanda dalam pemilihan sultan muda, karena sultan yang
berkuasa pada masa itu sudah tua. Yang mana jabatan itu akan
diserahkan pada putranya yang bernama Abdurrahman akan tetapi ia
tidak berusia panjang. Dan sebagai penggantinya sultan menunjuk
cucunya yang bernama Hidayat. Akan tetapi belanda kurang setuju
drngan pilihan sultan yang mana belanda lebih berpihak pada
pangeran Tamjid. dari terpilihnya pangeran Tamjid ini rakyat kurang
setuju timbullah kericuan diberbagai wilayah banjarmasin. Ketika
itulah perang banjarmasin di anggap dimulai.
4. Perang Aceh
Pada awal abad ke 19, sebenarnya hegemoni kerajaan aceh di
Sumatra utara sudah sangat menurun, tatapi kedaulatanya masih di
akui oleh Negara-negara barat. Pada tanggal 30 maret 1857 di tanda
tangani kontrak antara aceh dan pemerintah hindia belanda yang berisi
kebebasan perdagangan kontrak itu memberi kedudukan kepada
belanda disana dan di perkuat oleh traktat siak yang di tanda tangani
pada tahun itu juga.
Setelah terusan suez dibuka, pelabuhan aceh menjadi sangat
strategis, karena berada dalam urat nadi pelayaran internasional.
Berdasarkan traktat Sumatra 2 nopember 1871, pihak belanda di beri
kebebasan memperlus daerah kekuasaany di aceh, sedangkan inggris
memperoleh kebebasan berdagang di daerah siak.

12

Itulah awal perang aceh yang menurut waktu dan ruang tdak ada
taranya dalam sejarah perlawanan terhadap kekuasaan colonial perang
ini disebut juga perang rakyat, karena seluruh rakyat aceh terlibat
secara aktiv melawan colonial. Pejuang aceh dipersenjatai oleh
idiologi perang sabil sepanjang berlangsungnya perang yang jelas
mempersulit belanda.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keadaan kerajaan-kerajaan islam menjelang datangnya
Belanda di akhir abad ke 16 dan awal abad ke 17 ke

13

indonesia berbeda-beda bukan hanya berkenaan dengan


kemajuan politik, tetapi juga proses islamisasinya

Tujuan

Belanda

datang

ke

Indonesia,

untuk

mengembangankan usaha perdangan, yaitu mendapatkan


rempah-rempah yang mahal harganya di Eropa, sampai
tujuan itu berubah yaitu menguasai Indonesia.
Penetrasi politik di lakukan VOC dibantu oleh kekuatan
militer dan armada tentara serta hak-hak yang bersifat
kenegaraan

mengadakan

perjanjian

politik

untuk

melakukan politik ekspansi.


Perlawanan terhadap belanda sebagai reaksi kerajaan
yaitu: Perang Paderi di Minang Kabau, Perang Diponegoro,
Perang Banjarmasin, dan perang aceh.
Agam islam dipelajari secara ilmiah di negeri belanda.
Seiring

dengan

itu,

disana

juga

di

selenggarakan

indologie, ilmu untuk mengenal lebih jauh seluk beluk


penduduk Indonesia. Semua itu di maksudkan untuk
mengukuhkan kekuasan belanda di Indonesia.
B. Saran
Kita,

sebagai

generasi

penerus

perjuangan

islam,

tidaklah pantas menelantarkan sejarah, karena dengan


sejarah kita bias belajar dari pejuang-pejuang masa
lampau untuk di jadikan pelajaran dan pengalaman dalam
menghadapi berbagai tantangan zaman sebab experience
is the best teacher. Dan semoga makalh ini bermanfaat
bagi kita semua Amin ya mujibbassailin.

DAFTAR PUSTAKA

14

Yatim, Badri. 1993 . Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Gravindo


Persada
Abdullah, Taufiq dan Hisyam, Muhammad. 2003. Sejarah Umat islam Indonesia.
Jakarta: PT Intermasa
Kartodirdjo, Sartono. Pengantar Sejarah Indonesa Baru 1500-1900 dari
Emporium Hingga Imperium. Yogyakarta PT GRAMEDIA JAKARTA
1987.
Abdurrahman, Dudung, Sejarah Peradaban Islam Dari Kelasik
Hingga Modern.

(Yogyakarta : LESFI, 2004 )

15

Anda mungkin juga menyukai