LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian
Menurut UUD No. 38 Tahun 2004 dan PP No. 34 Tahun 2006 tentang
jalan. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi bagi
lalu-lintas, yang berada pada permukaan atau diatas tanah dan air. Jalan berfungsi
sebagai sarana transportasi darat yang menghubungkan antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain dalam menunjang pembangunan terutama pertumbuhan
ekonomi, persatuan, dan kesatuan serta membantu dalam pelayanan pemerataan
dan penyebaran pembangunan. Untuk mengoptimalkan fungsi jalan, maka jalan
harus berada pada keadaan baik dalam hal ini, yang memenuhi kriteria konstruksi
perkerasan.
Menurut Sukirman, (2003). Perkerasan jalan merupakan lapisan
perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kenderaan, yang
berfungsi memberikan pelayanan kepada pengguna transportasi dan selama masa
pelayanannya diharapkan tidak kerusakan yang berarti. Perkerasan mempunyai
daya dukung dan keawetan yang memadai, tetapi juga ekonomis, maka perkerasan
jalan dibuat berlapis- lapis. Lapisan paling atas (Lapen) disebut sebagai lapisan
permukaan yang paling baik mutunya karena lapisan ini yang langsung
berhubungan dengan beban lalulintas, dibawahnya terdapat lapisan berupa batu
pecah yaitu sebagai lapisan pengikat yang terletak dibawah lapisan aus lapen, dan
juga lapisan berupa sirtu sebagai lapis pondasi yang diletakan diatas tanah dasar
yang telah dipadatkan. Material utama pembentuk perkerasan jalan adalah
agregat. Dimana bahan pengikat yang digunakan berupa aspal. Bahan pengikat ini
berfungsi sebagai bahan pengikat agregat berbentuk perkerasan jalan yang kedap
air dan tahan aus.
nasional
dengan
pusat
kegiatan
lokal
antar
kegiatan
wilayah.dimana kecepatan rencana > 40 km/ jam dan lebar badan jalan > 9
M
c. Jalan lokal primer merupakan jalan yang menghubungkan pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, antar pusat kegiatan lokal.
Dimana kecepatan rencana > 20 km/jam dan lebar badan jalan 7,5 M.
d. Jalan lingkungan primer merupakan jalan yang menghubungkan antara
pusat kegiatan didalan kawasan pedesaan dan jalan didalam lingkungan
kawasan pedesaan. Dimana kecepatan rencana > 15 km/ jam dan lebar
badan jalan > 6,5 M.
2. Sistem Jaringan Sekunder
Sistem jaringan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat diwilaya kawasan
perkotaan.
Sistem jaringan sekunder terdiri dari :
a. Jalan arteri sekunder merupakan jalan yang menghubungkan kawasan
primer dengan kawasan sekunder kesatuan dan sebaliknya. Dimana
kecepatan rencana >30 km/ jam dan lebar badan jalan > 11 M.
b. Jalan kolektor sekunder merupakan jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder pertama dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder
ketiga. Dimana kecepatan rencana >20 km/ jam dan lebar badan jalan 9 M.
c. Jalan lokal sekunder merupakan jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan
seterusnya sampai perumahan. Dimana kecepatan rencana > 10 km/ jam
dan lebar badan jalan >7,5 M.
d. Jalan lingkungan sekunder merupakan jalan yang menghubungkan antara
persil dalam kawasan perkotaan. Dimana kecepatan rencana > 10 km/ jam
dan lebar badan jalan > 6,5 M.
komponen konstruksi
perkerasan itu sendiri (sumber: Sukirman, 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya),
antara lain :
a. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexiblepavement),
Konstruksi perkerasan lentur yaitu perkerasan yang mengunakan aspal
sebagai bahan pengikat dimana lapisan- lapisan perkerasannya bersifat
memikul dan menyebarkan beban lalu-lintas ketanah dasar.
b. Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid pavement),
Konstruksi perkerasan kaku yaitu perkerasan yang mengunakan semen
(portland cement),sebagai bahan penggikat dimana pelat beton dengan
atau tanpa tulangan diletakan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapis
pondasi bawah sehingga beban lalulintas sebagian besar dipikul oleh pelat
beton.
c. Konstruksi Perkerasan Komposit ( Compositepavement),
Konstruksi perkerasan komposit yaitu perkerasan kaku yang dikobinasikan
dengan perkerasan lentur dapat beruba perkerasan lentur diatas perkerasan
kaku, atau perkerasan kaku diatas perkerasan lentur.
d. Konstruksi yang banyak digunakan dalam pembangunan jalan di indonesia
yaitu konstruksi perkerasan lentur (flexibel pavement). Dimana bahan
pengikat yang digunakan adalah aspal
2.4. Fungsi Lapisan Perkerasan
Konstruksi perkerasan terdiri dari lapisan lapisan yang diletakan diatas
tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk
menerima beban lalu lintas dan menyebarkan kelapisan dibawahnya.
Konstruksi perkerasan terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
Konstruksi perkerasan dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah Gambar : 2.1.
Beban lalu lintas yang bekerja diatas konstruksi perkerasan dapat dibedakan atas:
a. Muatan kenderaan berupa gaya vertikal.
b. Gaya rem kenderaan berupa gaya horisontal.
c. Pukulan roda kenderaan berupa getaran- getaran.
Karna bersifat penyebaran gaya maka muatan yang diterima oleh masingmasing lapisan berbeda. Lapisan permukaan harus mampu menerima seluruh jenis
gaya yang bekerja. Lapisan pondasi atas menerima gaya vertikal dan getar,
sedangkan tanah dasar dianggap hanya menerima gaya fertikal saja.
10
11
jika dilakukan pada kadar air optimum dan diusahkan agar kadar air tersebut
konstan selama umur rencana, hal ini dapat dicapai dengan kelengkapan drainase
yang memenuhi syarat.
Kekuatan atau keawetan konstruksi pekerjaan jalan sangat ditentukan oleh
sifat-sifat daya dukung tanah dasar, Masalah masalah yang sering ditemukan
menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut:
a. Perubahan bentuk dari tiap jenis tanah tertentu akibat lalu lintas,
b. sifat mengembung dan menyusut dari tanah tersebut akibat perubahan
kadar air,
c. Daya dukung tanah dasar yang tidak merata pada daerah-daerah dengan
macam- macam tanah yang sangat berbeda.
d. Daya dukung tanah yang tidak merata akibat pelaksanaan yang kurang
baik,
e. Perbedaan penurunan akibat terdapat lapisan-lapisan tanah lunak dibawah
tanah dasar yang menggakibatkan terjadinya perubahan bentuk tetap.Hal
ini dapat dibatasi dengan melakukan penyelidikan tanah dengan teliti,
f. Pemeriksaan dengan menggunakan alat bor,dapat memberikan gambaran
yang jelas tentang lapisan tanah dasar,
g. Kondisi geologis dari lokasi jalan perlu dipelajari dengan teliti, jika ada
kemungkinan lokasi jalan berada pada daerah patahan, dan lain
sebagainya.
12
(mm)
7-10
5-8
4-5
Agegat Pokok :
3
75
100
63
90100
100
50
3570
95100
100
38
015
3570
95100
25
05
015
19
05
05
Agregat Pengunci :
1
25
100
100
05
19
95100
95100
95100
3/8
9,5
05
05
100
Cara
pemeriksaan
pemeriksaan
Pen. 40
Min
Penetrasi
PA.
(25C,5detik)
0301 76
Titik
PA.
lembek
Maks
Min
SATUAN
Pen. 80
Maks
Min
Maks
0,1 mm
40
59
60
79
80
99
51
63
48
58
46
54
(ring& ball)
0302 76
Titiknyala
PA.
(dev.Open cup)
Pen. 60
C
0303 76
200
200
225
13
Kehilangan
berat (163C, 5
jam)
PA.
0304 76
Kelarutan
(CCL4
Atau
CS2)
0,4
0,4
0,6
PA.
0305 76
Daktilisasi
% berat
% berat
99
99
99
PA.
(25C,5
cm/menit)
0306 76
Cm
75
100
100
Penetrasi
setelah
kehilangan
berat
0301 76
Berat
(25C)
Jenis
%semula
PA.
75
75
75
PA.
0307 76
gr/cc
1
14
Penetrasi makadam (Lapen) akan dipasang diatas pondasi yang telah dibangun
diatas permukaan dengan lapis penutup meliputi :
a. Diletakan diatas permukaan lapis penutup yang ada permukaan tersebut
harus dilapisi aspal pelekat pada suatu tingkat pemakaian tidak melebihi
0,51/m2,
b. Permukaan perkerasan harus kering dan bebas dari batu-batu lepasatau
suatu bahan lain yang harus dibuang.
c. Sebelum pemasangan agregat kasar dan agregat kunci, harus ditumpuk
secara terpisah dilapangan untuk mencegah pencampuran dan harus selalu
bersih,
d. Penghamparan dan pemadatan.
Ada 2 metode yang digunakan dalam proses pekerjaan ini yaitu :
a) Metode Mekanis
1) Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok
Truk penebar agregat harus dijalankan dengan kecepatan
sedemikian sehingga kuantitas agregat adalah seperti yang disyaratkan
dan
diperoleh
permukaan
yang
rata.
Pemadatan
15
awal
harus
Jenis Aspal
60/70 Pen
165-175
80/100 Pen
155-165
Emulsi
80-90
105-115
diratakan
secara
perlahan-lahan
diatas
permukaan
16
selama
asing.
Penyiapan aspal dalam drum harus dengan cara tertentu agar tidak
17
a.
b.
c.
d.
Gradasi dibedakan :
-
Ukuran butir maksimum agregat pokok adalah K.1 2/3 tebal lapisan yang
direncanakan.
Gradasi agregat pokok, agregat pengunci dan agregat penutup adalah
sebagaimana tertera pada tabel 2.4.
Tabel.2.4. : Ukuran Agregat
Tebal
Tipe Lapisan
Batu
Agregat pokok
(7 10 cm)
(5 8 cm)
(4 5 cm)
Melewati :
75 mm
100
60 mm
90 100
100
50 mm
35 70
95 100
100
40 mm
0 15
35 70
95 100
25 mm
05
0 15
18 mm
05
0 15
Agregat
Pengunci
Melewati :
25 mm
18 mm
9 mm
Agregat
Penutup
Melewati :
12 mm
9 mm
4 mm
2 mm
100
95 100
05
100
95 100
05
100
85 100
10 30
0 10
100
85 100
10 30
0 10
100
95 100
05
100
85 100
10 30
0 10
18
Bahan pengisi (filler) adalah butir-butir yang ukuran lebih kecil dari 0,075 mm
yang merupakan bagian butiran yang lolos saringan No. 200. Bahan pengisi yang
ditambahkan harus dari semen portland, debu, atau kapuratau abu terbang. Bahan
tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki. Semua campuran
beraspal harus mengandung bahan pengisi yang ditambahkan tidak kurang dari 1
% dan maksimum 2% dari berat total agregat.
2.7.3. Bahan Pengikat
Bahan pengikat yang digunakan adalah aspal. Aspal merupakan material yang
berwarna hitam kecoklatan yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan
mencair bilah mendapat cukup pemanasan dan sebaliknya. Aspal yang digunakan
pada umumnya aspal dengan angka penetrasi 60 -70. Aspal yang digunakan
sebagai material perkerasan jalan berfungsi sebagai :
a. Bahan pengikat memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat,
b. Bahan pengikat sebagai pengisi rongga antara butir agregat dan pori pori
yang ada didalam butir agregat itu sendiri.
Tabel 2.5. ketntuan- ketentuan untuk aspal keras
No. Jenis Pengujian
0
Penetrasi pada25 C
0
Visikositas 135 C
0
TitiLembek ( C)
0
Duktilitas pada25 C
0
Titik Nyala( C)
Kelarutan dalamTouene(%)
6
7
1
2
3
4
MetodePengujian
SNI06-2456-1991
SNI06-6441-2000
385
SNI06-2434-1991
48
SNI06-2432-1991
100
SNI06-2433-1991
232
ASTM D5546
99
Berat Jenis
SNI06-2441-1991
1,0
SNI06-2441-1991
0,8
8
Sumber
: Spesifikasi umum 2010
19
2)
Bahan aditif harus ditambahkan kedalam bahan aspal dalam bentuk cairan
dengan menggunakan pompa penakar. Bahan aditif anti pengelupasan
ditambahkan bertujuan agar tidak terjadinya pengelupasan antara aspal dan
agregat. Kuantitas pemakai aditif anti pengelupasan dalam rentang 0,2 % - 0,3 %
terhadap berat aspal. Jenis aditif yang digunakan haruslah yang disetujui Direksi
pekerjaan.
2.7.5. Rekayasa peningkatan kapasaitas jalan
Kapasitas Jalan Indonesia ini dapat diterapkan sebagai sarana dalam
perancangan, perencanaan dan analisa operasional fasilitas lalu-lintas. Pengguna
manual akan meliputi para perancang transportasi, para Akhli Teknik Lalu-lintas
dan Teknik Jalan Raya yang bertugas dalam Badan Pembina Jalan dan
Transportasi, juga Perusahaan-perusahaan pribadi dan Konsultan. Manual
direncanakan terutama agar pengguna dapat memperkirakan perilaku lalu-lintas
dari suatu fasilitas pada kondisi lalu-lintas.
Rekayasa Lalu-lintas dengan perhitungan bersambung yang menggunakan
data yang disesuaikan, untuk keadaan lalu- lintas dan lingkungan tertentu dapat
ditentukan suatu rencana geometrik yang menghasilkan perilaku lalu-lintas yang
dapat diterima. Dengan cara yang sama, penurunan kinerja dari suatu fasilitas
lalu- lintas sebagai akibat dari pertumbuhan lalu-lintas dapat dianalisa, sehingga
waktu yang diperlukan untuk tindakan turun tanain seperti peningkatan kapasitas
dapat juga ditentukan.
Banyak persoalan lain yang berhubungan dengan Akhli Teknik Lalu-lintas
dan Teknik Jalan Raya dapat diselesaikan dengan cara "coba-coba" yang sama
dengan menggunakan sejumlah kumpulan data yang berbeda.
20