Anda di halaman 1dari 11

REFERAT

DERMATOFITOSIS

Disusun oleh :
PERI HIDAYAT
110.2008.189
Pembimbing :
dr. Yenni, SpKK,M.kes

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD ARJAWINANGUN
AGUSTUS 2014

DERMATOFITOSIS
(TINEA)
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin),
misalnya pada stratum korneum epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur
Dermatofita.
Klasifikasi Tinea:
a. Tinea Kapitis dermatofitosis pada kulit kepala dan rambut.
b. Tinea Barbe dermatofitosis pada dagu dan janggut.
c. Tinea Kruris dermatofitosis pada daerah genikokrural, sekitar anus, bokong, dan
kadang-kadang sampai bawah perut.
d. Tinea Pedis et Manum dermatofitosis pada kaki dan tangan.
e. Tinea Unguinum dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki
f. Tinea Korporis dermatofitosis pada bagian lainnya selain diatas, seperti facialis,
dan pada daerah badan.
Etiologi:
Dermatogita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan
jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kelas fungi
imperfecti yang terbagi dalam tiga genus, yaitu; Microsporum, Trichophyton, dan
Epidermophyton.
Faktor resiko :
- Lembab dan panas dari lingkungan
- Friksi atau trauma minor, misalnya gesekan pada paha orang gemuk
- Keseimbangan flora normal tubuh terganggu karena pemakaian antibiotik atau
hormonal dalam jangka panjang
- Kehamilan dan menstruasi (pada kedua kondisi ini terjadi ketidakseimbangan hormon
dalam tubuh sehingga rentan terhadap jamur)
- Penyakit tertentu seperti HIV/AIDS dan diabetes
- Kebersihan tubuh tidak terjaga
- Kontak langsung/tak langsung dengan penderita atau dermatofita.

Pemeriksaan penunjang pada TINEA:


1

1. Pemeriksaan Lampu Wood


Prinsip:
- Sinar Wood diarahkan ke lesi akan dipantulkan berdasarkan perbedaan
berat molekul metabolit organisme penyebab, sehingga menimbulkan
indeks bias berbeda, dan menghasilkan pendaran warna tertentu.
Alat : Lampu Wood dan ruangan kedap cahaya
Cara :
- Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah
mungkin.
- Obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkan
terlebih dahulu karena dapat memberikan hasil positif palsu.
- Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya agar
perbedaan warna lebih kontras.
- Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa 10-15 cm
- Lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling
besar/jelas.
Interpretasi
Tinea kapitis (M canis, M. audouinii, M.rivalieri, M. distortum, M.
ferrugineum dan M. gypseum) : hijau terang.
Pitiriasis versikolor : putih kekuningan, orange tembaga, kuning
keemasan, atau putih kebiruan (metabolit koproporfirin).
Tinea favosa (Trichophyton schoenleinii ) : biru suram / hijau suram
(akibat metabolit pteridin)
Eritrasma (Corynebacterium minutissimum) : merah koral (metabolit
porfirin).
Infeksi pseudomonas : hijau (metabolit pioverdin atau fluoresein).
Hasil positif palsu :
- salep dan krim di kulit atau eksudat : biru - jingga
- tetrasiklin, asam salisilat dan petrolatum : kuning.
2. Pemeriksaan KOH
Cara pengambilan spesimen :
a) Kulit tidak berambut :
Dari bagian tepi kulit yang mengalami lesi dikerok ke bagian tengah
dengan pisau tumpul steril
Menggunakan larutan KOH 10%
b) Kulit yang berambut :
Rambut yang ada pada daerah lesi dicabut dengan pinset
Kulit di daerah lesi dikerok untuk dikumpulkan sisik kulitnya
Gunakan KOH 20% untuk rambut, KOH 10% untuk kulit.

c) Kuku

Potongan bagian belakang kuku terinfeksi atau kerokan daerah


hiperkeratotik dan penebalan dasar kuku di bagian proksimal
kutikula atau lipatan kuku proksimal
Gunakan larutan KOH 40%
2

Teknik pemeriksaan preparat KOH :


- Teteskan setetes larutan KOH 10-30 % di atas kaca obyek bersih.
- Tambahkan sejumlah spesimen yang akan diperiksa.
- Tutup dengan kaca penutup.
- Panaskan hati-hati dengan melewatkan di atas api bunsen beberapa
-

kali, tetapi jangan sampai mendidih (biasanya 2-4 kali).


Tekan kaca penutup perlahan-lahan agar sediaan yang sudah lisis
menipis dan rata.
Periksa dibawah mikroskop cahaya menggunakan pembesaran 10 kali
lalu dikonfirmasi dengan pembesaran 40 kali.
Jika diperlukan (preparat belum jernih), dapat dipanaskan kembali
sehingga visualisasi menjadi lebih baik

Interpretasi
- Dermatofitosis : hifa panjang bersepta, bercabang-cabang dan
-

artrospora
Pada spesimen rambut terinfeksi dermatofita :
Jamur di sekeliling batang rambut (ektotriks)
Jamur di dalam batang rambut (endotriks)
Pada pemeriksaan, elemen jamur tampak seperti garis dan memiliki
indeks bias berbeda dengan sekitarnya, pada jarak tertentu dipisahkan
oleh sekat dan dijumpai butir butir bersambung seperti rantai
(artrospora).
Pitiriasis versikolor : spora bulat berdinding tebal, berkelompok dengan
miselium kasar dan terputus-putus/ pendek-pendek (sphaghetti and
meatballs)
Kandidosis : tampak sel ragi berbentuk lonjong atau bulat, blastospora
(sel ragi bertunas) dan pseudohifa.

TINEA CAPITIS
Ciri-ciri case:
Botak/allopecia (rambut mudah patah)
Rambut kusam, rapuh, tidak mengkilat
Kulit bersisik abu-abu (gray patch type)
Papul yang eritem
Ada faktor resiko (kontak dengan teman, hewan, dll)

Diagnosis Banding
Gejala

Tinea capitis

Allopecia Areata

Trikotilomania

Allopecia

+
(pd kepala)

Batas

Tegas, eromatous

Rambut
Skuama

Kusam, mudah
patah
+

+
(Pd kepala, alis,
janggut)
Tegas,
bulat/lonjong
patah

Nyeri
Gatal
Papul eritem

-/+
+
+

Tidak tegas

putus tidak tepat


pd kulit kepala
-

Dermatitis
Seboroik
+

Tegas, tidak
erimatous
Tidak patah
Berminyak dan
kekuningan
eritema

1. Allopecia Areata kebotakan rambut yang penyebabnya belum diketahui. Dengan


gejala adanya bercak kerontokan/kebotakan rambut pada daerah kulit kepala, alis,
janggut. Batasnya tegas bulat/lonjong, tapi tidak ada sisik/skuama.
2. Trikotilomania kelainan berupa keinginan atau kesenangan menarik rambut
sendiri sehingga terjadi kebotakan rambut. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor
psikis.
3. Dermatitis Seboroik peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat kelenjar
sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak berwarna
kekuningan, dan batasnya tidak tegas.

Diagnosis Kerja
Tinea Capitis kelainan pada kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh dermatofita.
Etiologi biasanya disebabkan oleh dermatofita jenis Microsporum dan Trichophyton
Epidemiologi paling sering terjadi pada anak-anak umur 3-14 tahun, dan
perempuan lebih banyak menderita penyakit ini.
Faktor resiko:
- Kebersihan/higienis tubuh kurang
- Daerah padat penduduk
- Malnutrisi dan sistem imun menurun
- Penularan, melalui ; kontak langsung dengan penderita, dan kontak tak langsung
(melalui sisir, kursi bioskop, bantal).
Ada 3 bentuk Tinea Capitis berdasarkan manifestasi klinisnya, yaitu:
1. Bentuk Gray patch :
- inflamasi ringan /minimal
- kulit kepala bersisik, rambut mudah putus, warna rambut menjadi abu-abu,
mudah dicabut dari akarnya, kemudian terjadi alopesia.
- Kadang terdapat keluhan adanya papul merah dan gatal
- Biasa disebabkan oleh Microsporum audouinii dan Microsporum canis, yang
bersifat antropofilik ektotrik.
2. Bentuk Black Dot ringworm :
4

tampak alopesia dengan titik-titik hitam di tengahnya, yang terdiri dari batang
rambut yang patah tepat pada permukaan kulit atau di bawah permukaan kulit
kepala.
- Biasa disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trychophyton violaceu,
bersifat antropofilik endotrik
3. Bentuk Kerion Selsi :
- Dimulai dengan ruam eritematosa, skuama, papul, disertai rambut yang putus,
dapat disertai peradangan akut berupa indurasi yang mengeluarkan pus,
keadaan ini disebut sebagai kerion selsi.
- Reaksi peradangan berat, dam pada penyembuhan akan menimbulkan jaringan
parut serta alopecia yang permanen.
- Biasa disebabkan oleh Microsporum canis dan Microsporum cani, bersifat
zoofili atau geofilik.

Tinea Kruris
Ciri-ciri kasus:
- Gatal, dan sensari terbakar pada daerah inguinal, lipatan paha, anus, bawah perut.

Diagnosis Banding
1. Dermatitis Seboroik peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat kelenjar
sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak berwarna
kekuningan, dan batasnya tidak tegas.

2. Erythrasma batas lesi tegas, jarang disertai infeksi, pada fluoresensi berwarna
merah bata yang khas dengan sinar Wood.
3. Candidiasis lesi relativ lebih basah, berbatas jelas disertai lesi-lesi satelit
4. Psoriasis skuama lebih tebal dan berlapis-lapis

Diagnosis Kerja
Tinea Cruris: inflamasi yang disebabkan jamur dermatofita pada superfisial terutama di
daerah inguinal, gluteal, dan suprapubik.
Etiologi T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum
Epidemiologi:
- Pada 10-20% pasien dermatofita
- Laki:perempuan = 3:1
- Lebih sering pada dewasa dan pada daerah yang lembab
Faktor Resiko:
- Orang yang gemuk dan atlet yang banyak berkeringat
- Kontak langsung atau tak lanfsung melalui pakaian
- Orang-orang yang berpakaian ketat
- Riwayat DM atau HIV/AIDS
Manifestasi klinis
- Lesi pada genitokrural saja, atau meluas ke anus, gluteal, atau perut bagian bawah
- Gatal dan rasa terbakar pada lesi
- Biasanya kulit berwarna lebih terang
- Lesi berbatas tegas dan inflamasi pada bagian tepi lebih nyata
- Jika lesi menahun, tampak bercak hitam disertai sisik
- Erosi dan cairan bisa keluar akibat garukan

Tinea Manum
Ciri-ciri case:
-

Telapak tangan gatal


Kulit telapak serta jari mengelupas dan ada lesi putih di sela-sela jari

Diagnosis Banding
1. Psoriasis :
Bercak-bercak eritema berbatas tegas
Skuama kasar berlapis-lapis
Gatal
6

2. Keratoderma palmaris
Pembentukan keratin yang berlebihan pada telapak tangan
3. Dermatitis
Batasnya tidak tegas
Bagian tepi tidak lebih aktif dari bagian tengah
Adanya vesikel-vesikel steril pada jari-jari kaki dan tangan
Diagnosis Kerja
Tinea Manus adalah dermatofitosis pada daerah palmar dan interdigital di tangan.
Etiologi: penyebab tersering adalah Trichophyton rubrum, T. mentagrophytes, dan
Epidermophyton floccosum.
Epidemiologi:
o Merupakan dermatofitosis terbanyak di dunia
o Ditularkan melalui kontak langsung dengan orang atau hewan yang terinfeksi, dari
tanah atau melalui autoinokulasi.
o Hampir selalu bersamaan dengan tinea pedis/unguinum
Faktor resiko:
o Menderita dermatofitosis jenis lainnya seperti tinea pedis
o Higienitas kurang terjaga
o Sanitasi lingkungan yang buruk
o Imunitas yang menurun
Manifestasi Klinis
o Gatal (++)
o Telapak tangan yang hiperkeratotik kalau sudah kronik
o Kulit kering
o Skuama (+)
o Biasanya unilateral
o Inflamasi berupa vesikel atau bullae yang jarang ditemukan
o Bisa dikatakan tinea pedis yang bermanifestasi klinis di tangan

PATOGENESIS

Patogenesis dari tinea ini juga masih belum begitu jelas. Dikatakan bahwa dermatofit
merilis beberapa enzim, termasuk keratinases, yang memungkinkan mereka untuk menyerang
stratum korneum dari epidermis sehingga menyebabkan kerusakan. 6 ada juga teori
patogenesis yang mengungkapkan adanya invasi epidermis oleh dermatofit mengikuti pola
biasa pada infeksi yang diawali dengan pelekatan antara artrokonidia dan keratinosit yang
diikuti dengan penetrasi melalui sel dan antara sel serta perkembangan dari respon penjamu.
Perlekatan : Pada stratum korneum, fase pertama dari invasi dermatofit melibatkan infeksi
artrokonidia ke keratinosit. Secara in vitro, proses ini komplit dalam waktu 2 jam setelah
kontak, dimana stadium germinasi dan penetrasi keratinosit timbul. Berbagai dermatofit
menunjukkan kerja yang sama, yang tidak terpengaruhi oleh sumber keratinosit. Dermatofit
7

ini harus bertahan dari efek sinar ultraviolet, temperatur dan kelembaban yang bervariasi,
kompetisi dengan flora normal, dan dari asam lemak yang bersifat fungistatik
Penetrasi ; Diketahui secara luas dermatofit bersifat keratinofilik. Kerusakan yang
ditimbulkan di sekitar penetrasi hifa diperkirakan berasal dari proses digesti keratin.
Dermatofit akan menghasilkan enzim-enzim tertentu (proteolitik), termasuk enzim keratinase
dan lipase, yang dapat mengakibatkan dermatofit tersebut akan menginvasi stratum korneum
dari epidermis. Proteinase lainnya dan kerja mekanikal akibat pertumbuhan hifa mungkin
memiliki peran. Meskipun demikian, masih sulit untuk membuktikan mekanisme produksi
enzim oleh dermatofit dengan aktivitas keratin- specific proteinase. Trauma dan maserasi
juga memfasilitasi proses penetrasi ini.
Pertahanan tubuh dan imunologi ; Deteksi imun dan kemotaktik dari sel-sel inflamasi
terjadi melalui mekanisme yang umum. Beberapa jamur memproduksi faktor kemotaktik
yang memiliki berat molekul yang rendah, seperti yang diproduksi oleh bakteri. Komplemen
lainnya yang teraktivasi, membuat komplemen yang tergantung oleh faktor kemotaktik.
Keratinosit mungkin dapat menginduksi kemotaktik dengan memproduksi IL-8 sebagai
respon kepada antigen seperti trichophytin. Kandungan serum dapat menghambat
pertumbuhan dermatofit, sebagai contohnya antara lain unsaturated transferrin dan asam
lemak yang diproduksi oleh glandula sebasea (derivat undecenoic acid).

Management umum Tinea


a. Obat Sistemik:
Griseofulvin peroral, dengan dosis Dewasa : 0,5-1,0 gram (4 x sehari), Anakanak 0,25-0,5 gr (4x sehari), selama 2-3 minggu.
Ketokonazol peroral, 200-400 mg/hari, 1 kali setelah makan pagi, selama 1014 hari.
Itrakonazol 2 x 100-200 gr/hari, selama 3 hari
Terbinafin (pengganti griseofulvin) berifat fungisidal. Peroral, 62,5-250 gr
perhari, selama 2-3 minggu.
b. Obat antifungal Topikal
Imidazol:
o Miconazol : 1-2x /hari, selama 2-3 minggu
Sediaan : krim 2%, bedak kocok ataupun bedak
o Klotrimazol : 2x /hari, selama 4 minggu
Sediaan: krim 1%, solusio, atau bedak kocok
o Ketokonazol : 2-4x /hari, selama 2-4 minggu
Sediaan: krim 1%
Allilamin
o Nafritin : 4x /hari selama 4 minggu
Sediaan : krim, gel, atau solusio 1%
o Terbinatin : 4x /hari selama 1-4 minggu
#obat topikal kurang efektif digunakan pada tinea capitis & cruris#
*Untuk tinea capitis*
8

Rehabilitasi : shampoo Selenium menurunkan penyebaran spora dan hifa

Pencegahan
Tinea capitis
- Jaga kebersihan diri, terutama terhadap lembab
- Jaga imun tubuh dengan konsumsi makanan bergizi dan hidup sehat
- Hindari kontak dengan pernderita/hewan piaraan.
Tinea Cruris
- Menjaga berat badan ideal
- Mengeringkan badan setelah mandi
- Hindari memakai pakaian yang terlalu ketat
- Bedak antijamur untuk mengurangi resiko berulang
Tinea Manus
- Menjaga kebersihan tangan dan kaki dengan sering mencucinya
- Menjaga kaki agar tetap kering, dan tidak lembab

Prognosis : DUBIA AD BONAM, bila penatalaksaan dilakukan dengan rutin dan tepat maka
dermatofitosis dapat sembuh total.
Komplikasi
- Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau candida
- Hiperpigmentasi karena infeksi jamur kronik
- Efek samping pemakaian obat steroid topikal dapat mengakibatkan eksaserbasi
penyakit
- Allopecia permanen &kerion (tinea capitis)
- Onychomycosis (tinea manus/pedis)

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI:
Jakarta.
2. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta.
3. Siregar, R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi 2. EGC:
Jakarta.
4. Wollf, Klaus, Richard Allen Johnson. 2009. Fitzpatricks Color Atlas &
Synopsis of Clinical Dermatology sixth edition. Mc Graw Hill: New York.

10

Anda mungkin juga menyukai