Anda di halaman 1dari 42

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

BAB VI
METODE EKSPLORASI LANGSUNG

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa berdasarkan pada sifat


penyelidikan dan pendekatan teknologi yang digunakan, maka kegiatan
eksplorasi secara umum dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu eksplorasi tak
langsung dan eksplorasi langsung.
Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan dapat
dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah
permukaan, terhadap endapan yang dicari, serta dapat dilakukan deskripsi
megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling terhadap objek yang
dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi yang dilakukan, dapat berhubungan
langsung dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan lapangan. Metode
eksplorasi langsung ini dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang kegiatan
eksplorasi (tahap awal s/d detail).
Beberapa metode (aspek) yang akan dipelajari sehubungan dengan Metode
Eksplorasi Langsung ini adalah :

Pemetaan geologi/alterasi.

Tracing float, paritan, dan sumur uji.

Sampling (pengambilan dan preparasi conto).

Pemboran eksplorasi dan sampling pemboran.

6.1

Pemetaan Geologi/Alterasi

Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi


geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta
geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan
batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi
yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut.
Selain pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus
memetakan tanda-tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral.

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 1

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada
informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala
peta tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh
yang diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh
tahapan eksplorasi yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta 1 :
25.000 mungkin sudah cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d
penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1 : 10.000 s/d 1 : 2.500.
Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan) dapat
dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi, serta penentuan
posisi melalui orientasi lapangan atau dengan cara tali-kompas.
Namun dalam tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan singkapan
dapat diperluas dengan menggunakan metode-metode lain seperti uji sumur,
uji parit, maupun bor tangan atau auger, sedangkan penentuan posisi dilakukan
dengan menggunakan alat ukur permukaan seperti pemetaan dengan plane
table atau dengan teodolit.

6.1.1

Singkapan

Informasi-informasi geologi permukaan tersebut pada umumnya diperoleh


melalui pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan batuan. Singkapan dapat
didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang tersingkap
(muncul) di permukaan akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah
penutupnya.
Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian-bagian
permukaan yang diperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang tinggi,
seperti :

Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.

Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup.

Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.

Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur


penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada.
Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara
lain :

Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap.

Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major)


yang ada.

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 2

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifatsifat fisik, tekstur, mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris, fragmenfragmen, serta dimensi endapan.

6.1.2

Lintasan (traverse)

Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan lintasanlintasan pengamatan yang dapat mencakup seluruh daerah pemetaan.
Perencanaan lintasan tersebut sebaiknya dilakukan setelah gambaran umum
seperti kondisi geologi regional dan geomorfologi daerah diketahui, agar
lintasan yang direncanakan tersebut efektif dan representatif.
Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai atau
jalur-jalur kikisan yang memotong arah umum perlapisan, dengan tujuan dapat
memperoleh variasi litologi (batuan). Kadang-kadang juga diperlukan lintasanlintasan yang searah dengan jurus umum perlapisan dengan tujuan dapat
mengetahui kemenerusan lapisan. Secara umum lintasan (traverse) pemetaan
ada 2 (dua), yaitu lintasan terbuka dan lintasan tertutup. Lintasan terbuka
mempunyai titik awal dan titik akhir yang tidak sama, sedangkan lintasan
tertutup bersifat loop (titik awal dan titik akhir sama).
Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasi-informasi yang diperoleh
dari lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar dalam
melakukan korelasi (interpretasi) batas satuan-satuan litologi.
Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan kompas
dan pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan kompas (measured section
atau tali kompas) dilakukan dengan tujuan membuat penampang (topografi
dan litologi) di sepanjang lintasan. Sedangkan pengukuran penampang
stratigrafi dilakukan untuk mengetahui ketebalan, struktur perlapisan, variasi
satuan litologi, atau mineralisasi dengan detail (rinci). Umumnya pengukuran
penampang stratigrafi dilakukan pada salah satu lintasan kompas yang
dianggap paling lengkap memuat informasi litologi keseluruhan wilayah.

6.1.3

Interpretasi dan informasi data

Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan


pemetaan geologi/alterasi antara lain :

Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara).

Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau


batubara.

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 3

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Penyebaran dan pola alterasi yang ada.


Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau
formasi).

Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.

Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi


geoteknik dan hidrologi.

Bangunan-bangunan, dll.
Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar
geologi perlu diperhatikan, antara lain :

Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi.

Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona endapan/bijih,


zona pelapukan, dan zona (penyebaran) alterasi.

Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan,


zona-zona intrusi, dan proses sedimentasi.

Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan,


zona kekar, kelurusan-kelurusan, dll.

Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan


manfaat antara lain :

Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui


(diperkirakan).

Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.

Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat


dihindarkan (efisiensi).

Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui


dengan pasti.
Gambar 6.1 menunjukkan hasil interpretasi pemetaan geologi berupa peta dan
penampang geologi dari data pengamatan singkapan di lapangan.

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 4

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Gambar 6.1 Peta dan penampang geologi suatu daerah vulkanik yang ditandai
dengan munculnya beberapa tubuh intrusi (Graha, 1987)

6.2

Tracing Float, Paritan, dan Sumur Uji

Selain pemetaan geologi melalui pengamatan (pendiskripsian) singkapan,


penyusuran (pencarian) lokasi endapan bijih dapat juga dilakukan dengan
tracing float, paritan atau sumur uji. Secara teoritis, dengan melakukan
kombinasi kegiatan antara pemetaan geologi, tracing float, paritan, dan sumur
uji dengan mengumpulkan petunjuk-petunjuk ke arah bijih, maka lokasi
endapan dapat diketahui (ditemukan).

6.2.1

Tracing float

Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan)


dari badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan
aliran air, maka float ini ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke
arah hilir). Pada umumnya, float ini banyak terdapat pada aliran sungai-sungai
(lihat Gambar 6.2).

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 5

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Fragmen batuan termineralisasi


yang tertransport ke sungai
sebagai FLOAT

Sungai

Gambar 6.2

Sketsa proses terbentuknya float

Tracing (penjejakan perunutan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan


pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran
kerakal s/d boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa
jika terdapat pecahan-pecahan yang mengandung mineralisasi, maka
sumbernya adalah pada suatu tempat di bagian hulu dari sungai tersebut.
Dengan berjalan ke arah hulu, maka diharapkan dapat ditemukan asal dari
pecahan (float) tersebut.
Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung mineralisasi
(termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga jarak float
terhadap sumbernya. Selain itu sifat dan karakteristik sungai seperti kuat arus,
banjir, atau limpasan juga dapat menjadi faktor pendukung.
Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan
(tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan
berukuran kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan
untuk material-material yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara
konseptual tracing dengan pendulangan ini mirip dengan tracing float.
Pada Gambar 6.3 dapat dilihat sketsa pengerjaan metode tracing float atau
tracing with panning tersebut, dimana pengecekan dilakukan untuk semua
cabang (anak) sungai. Oleh sebab itu, informasi (peta) jaringan sungai menjadi
media utama untuk metode ini.

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 6

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

ZONA
MI NERALI SASI

Float (konsentrat dulang)


yang tidak termineralisasi
Float (konsentrat dulang)
yang termineralisasi

Gambar 6.3 Sketsa konseptual pengerjaan metode tracing float dan tracing
with panning

Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah :

Peta jaringan sungai.

Titik-titik (lokasi) pengambilan float.

Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak termineralisasi.

Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float.

Lokasi dimana float mulai hilang.


Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona
sumber float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat
dilakukan pada daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada
daerah dimana float tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan
menggunakan uji paritan (trenching) dan uji sumuran (test pitting).

6.2.2

Trenching (pembuatan paritan)

Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi


singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan.

Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan


cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang
perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh
antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 7

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat


sebagai lokasi sampling.
Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa
series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan
bijih, sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui (lihat Gambar
6.4). Informasi yang dapat diperoleh antara lain ; adanya zona alterasi,
zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat
sebagai lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji
tersebut diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat
diketahui.

Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai


berikut :

Terbatas pada overburden yang tipis,

Kedalaman penggalian umumnya 22,5 m (dapat dengan tenaga manusia


atau dengan menggunakan eksavator/back hoe),

Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah,
sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).

30

TP-6
30

TP-5

HB IV-2
20

HB IV-1

TP-4
TR-D.3
TR-D.2

Garis singkapan
batubara
48

Singkapan

HB I-8

TR-C1

Pemboran dangkal
Paritan uji

HB III-3
30

TR-C.4

HB III-2

HB III-1
TR-C.3
48
TR-C.2
TP-3
TR-C1
TR-B2

Gambar 6.4

6.2.3

30

TR-D.1

HB I-8
HB I-7
48
TR-B1
TR-2

Sketsa lokasi pembuatan paritan pada garis singkapan


batubara

Test pit (sumur uji)

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 8

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau
pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini
dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya
suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan
dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal.
Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang
berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.

Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk


mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi
atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan
secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling (lihat
Gambar 6.5). Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai
menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara
dan mineralisasi berupa urat (vein).

Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau


residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas
zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masingmasing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan
sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.
Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 35 m dengan
kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada
endapan lateritik atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m
atau sampai menembus batuan dasar.

Gambar 6.5

Sketsa pembuatan sumur uji (Chaussier et al., 1987)

Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut
:

ketebalan horizon B (zona laterit/residual),

ketinggian muka airtanah,

kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO 2, H2S),


Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 9

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

kekuatan dinding lubang, dan


kekerasan batuan dasar.

6.3
6.3.1

Metode Sampling
Konsep sampling

Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian
dari keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk
tujuan inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan
sebagian dari populasi stastistik dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk
mendapatkan informasi keseluruhan.
Secara spesifik, conto dapat dikatakan sebagai sekumpulan material yang
dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam arti
kualitatif dan kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan
komposisi dari batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses
pengambilan conto tersebut disebut sampling (pemercontoan).
Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun tahapan
pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).

Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable


thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi
juga pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan
untuk mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona
tersebut.

Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona


endapan, tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan
memperoleh informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan lereng
dan pemilihan metode penambangan.

Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan


tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar
pada front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada
umpan material).
Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan diambil tergantung
pada beberapa faktor, antara lain :

Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.

Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,

Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi, atau barren),

Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan letak dan


kondisi batuan induk.

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 10

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.

Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling, antara lain :

Salting, yaitu peningkatan kadar pada conto yang diambil sebagai


akibat masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.

Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke


dalam conto.

Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam


penentuan posisi (lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi
geologi.

Kesalahan dalam analisis kimia, akibat conto yang diambil kurang


representatif.
Secara umum, dalam pemilihan metode sampling perlu diperhatikan
karakteristik endapan yang akan diambil contonya. Bentuk keterdapatan dan
morfologi endapan akan berpengaruh pada tipe dan kuantitas sampling. Aspek
karakteristik endapan untuk tujuan sampling ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a.

Pada endapan berbentuk urat

Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan


urat.

Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar sehingga


diperlukan sample dengan volume yang besar agar representatif.

Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit (jika dibandingkan


dengan bukaan stope) sehingga rentan dengan dilution.

Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan


zona geser (regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan
terjadinya efek dilution pada batuan samping, sehingga batuan
samping perlu dilakukan sampling.

Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada


umumnya tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan
samping, impregnasi pada batuan samping, serta pola urat yang
menjari (bercabang), sehingga dalam sampling perlu dicari dan
ditentukan batas vein yang jelas.

Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang


yang terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic
(acak/tidak beraturan) dan sulit diprediksi, sehingga diperlukan
sampling dengan interval yang rapat.

Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle, sehingga cukup


sulit untuk mencegah terjadinya bias akibat variabel kuantitas per
unit panjang sulit dikontrol.

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 11

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Sampling lanjutan kadang-kadang terbatas terhadap jarak (interval),


karena pada umumnya harus dilanjutkan melalui pemboran inti.

b.

Pada endapan stratiform


Endapan stratiform disini termasuk endapan-endapan logam dasar yang
terendapkan selaras/sejajar dengan bidang perlapisan satuan litologi
(litofasies), dimana mineral bijih secara lateral dikontrol oleh bidang
perlapisan atau bentuk-bentuk sedimen yang lain (sedimentary hosted).
Karakteristik umum tipe endapan ini yang berhubungan dengan metode
sampling antara lain :

Mempuyai ketebalan yang cukup besar.

Mempunyai penyebaran lateral yang cukup luas.

Kadang-kadang diganggu oleh struktur geologi atau tektonik yang


kuat, sehingga dapat menimbulkan masalah dalam sampling.

Arah kecenderungan kadar relatif seragam dan dapat diprediksi,


namun kadang-kadang dapat terganggu oleh adanya remobilisasi,
metamorfisme, atau berbentuk urat.

Perubahan-perubahan gradual atau sistematis dalam kadar harus


diikuti oleh perubahan dalam interval sampling.

Dalam beberapa kondisi mungkin terdapat mineralisasi yang berbutir


halus dan kemudian berpengaruh pada besar volume material yang
dilakukan sampling.

Pada tipe hosted by meta-sediment, perlu diperhatikan variabel


ukuran conto akibat perubahan ukuran, kekerasan batuan, atau
nugget effect.

Setempat dapat terjadi perubahan kadar yang moderat dan dapat


menyebabkan kesalahan pada sampling yang signifikan.

Cut off kadar dapat gradasional (tidak konstan).

c.

Pada endapan sedimen


Pada tipe endapan ini, termasuk endapan batubara, ironstones, potash,
gipsum, dan garam, yang mempunyai karakteristik :

Mempuyai kontak yang jelas dengan batuan samping.

Mempunyai fluktuasi perubahan indikator kualitas yang bersifat


gradual.

Sampling sering dikontrol oleh keberadaan sisipan atau parting


dalam batubara, sehingga interval sampling lebih bersifat ply per
ply.

Perubahan (variasi) ketebalan lapisan yang cenderung gradual,


sehingga anomali-anomali yang ditemukan dapat diprediksi lebih

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 12

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

d.

awal (washout, sesar, perlipatan, dll.), sehingga pola dan kerapatan


sampling disesuaikan dengan variasi yang ada.
Rekomendasi pola sampling (strategi sampling) adalah dengan
interval teratur secara vertikal, bed by bed (atau ply by ply), atau
jika relatif homogen dapat dilakukan secara komposit.

Pada endapan porfiri


Karakteristik umum dari tipe endapan ini yang perlu diperhatikan adalah :

Mempuyai dimensi yang besar, sehingga sampling lebih


diprioritaskan dengan pemboran inti (diamond atau percussion).

Umumnya berbentuk non-tabular, umumnya mempunyai kadar yang


rendah dan bersifat erratic, sehingga kadang-kadang dibutuhkan
conto dalam jumlah (volume) yang besar, sehingga kadang-kadang
dilakukan sampling melalui winze percobaan, adit eksplorasi, dan
paritan.

Zona-zona mineralisasi mempunyai pola dan variabilitas yang


beragam, seperti tipe disseminated, stockwork, vein, atau fissure,
sehingga perlu mendapat perhatian khusus dalam pemilihan metode
sampling.

Keberadaan zona-zona pelindian atau oksidasi, zona pengkayaan


supergen, dan zona hipogen, juga perlu mendapat perhatian khusus.

Mineralisasi dengan kadar hipogen yang relatif tinggi sering


terkonsentrasi sepanjang sistem kekar sehingga penentuan orientasi
sampling dan pemboran perlu diperhatikan dengan seksama.

Zonasi-zonasi internal (alterasi batuan samping) harus selalu


diperhatikan dan direkam sepanjang proses sampling.

Variasi dari kerapatan pola kekar akan mempengaruhi kekuatan


batuan, sehingga interval (kerapatan) sampling akan sangat
membantu dalam informasi fragmentasi batuan nantinya.

6.3.2

Grab sampling

Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling dengan
cara mengambil bagian (fragmen) yang berukuran besar dari suatu material
(baik di alam maupun dari suatu tumpukan) yang mengandung mineralisasi
secara acak (tanpa seleksi yang khusus). Tingkat ketelitian sampling pada
metode ini relatif mempunyai bias yang cukup besar.
Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab sampling ini antara
lain :

Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan


gambaran umum kadar.

Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada


transportasi material, dengan tujuan pengecekan kualitas.

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 13

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

6.3.3

Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk
memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan, dll.
Bulk Sampling

Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan cara
mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar, dan umum dilakukan
pada semua fase kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan). Pada fase
sebelum operasi penambangan, bulk sampling ini dilakukan untuk mengetahui
kadar pada suatu blok atau bidang kerja. Metode bulk sampling ini juga umum
dilakukan untuk uji metalurgi dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan)
suatu proses pengolahan. Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu
penerapan metode bulk sampling ini adalah dalam pengambilan conto dengan
sumur uji (lihat Gambar 6.5).
6.3.4

Chip sampling

Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan cara
mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu
jalur (dengan lebar 15 cm) yang memotong zona mineralisasi dengan
menggunakan palu atau pahat. Jalur sampling tersebut biasanya bidang
horizontal dan pecahan-pecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam suatu
kantong conto. Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang seragam (baik
ukuran butir, jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada urat-urat
yang keras dan brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat menimbulkan
kesalahan seperti oversampling (salting) jika ukuran fragmen dengan kadar
tinggi relatif lebih banyak daripada fragmen yang low grade.
6.3.5

Channel sampling

Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan


membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih
(mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm,
kedalaman 3-5 cm) secara horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan
lapisan (Gambar 6.6 dan 6.7).

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 14

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Gambar 6.6 Sketsa pembuatan channel sampling pada urat (Chaussier et al.,
1987)

Gambar 6.7 Sketsa pembuatan channel sampling pada endapan yang berlapis
(Chaussier et al., 1987)

Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam


mengumpulkan fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau melakukan
pengelompokan conto (sub-channel) yang tergantung pada tipe (pola)
mineralisasi, antara lain :

Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam,


yang diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya
pada pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan laterit atau
residual (lihat Gambar 6.8, 6.9, dan 6.10).

Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang


diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona mineralisasi.

Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam


satu analisis kadar atau dibuat komposit.

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 15

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel


sampling per tebal seam (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan
pengotor).

Pada urat bijih, dapat dibuat subchannel (1, 2, 3, 4, 5) yang ditujukan


untuk mengetahui lebar bijih (kadar).
Sub-channel 1, 4, & 5 diperkirakan
merupakan zona batas urat (alterasi).
Sub-channel 2 & 3 diperkirakan
merupakan bidang urat high grade.
Dapat
dibuat
kombinasi-kombinasi
untuk analisis, seperti komposit 1 s/d 5,
atau komposit 1,4, & 5, atau komposit 2
& 3, atau dianalisis tunggal untuk
masing-masing sub-channel.

Pada urat bijih, dapat dibuat subchannel (P1, P2, dan P3) yang ditujukan
untuk mengetahui lebar bijih (kadar)
saja.
Dapat dilakukan juga pengambilan
conto pada keseluruhan lebar urat (bijih
dan
pengotornya)
dengan
tujuan
memperoleh kadar keseluruhan badan
bijih.

Gambar 6.8 Sketsa pembuatan sub-channel pada mineralisasi berupa urat


(Dimodifikasi dari Annels, 1991)

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 16

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Terlihat bahwa sub-channel yang dibuat


ada tiga, yaitu A, B, dan C selebar a,
b, dan c.
Sedangkan
ketebalan
urat
yang
sebenarnya adalah a, b, dan c, yang
merupakan proyeksi interval channel
terhadap kemiringan urat.

Gambar 6.9 Sketsa pembuatan channel pada bukaan stope untuk mineralisasi
berupa urat (Annels, 1991)

Channel sampling pada sumur uji

Channel sampling dapat dilakukan


dinding sumur uji.

Channel
sampling
memotong
tegak lurus bidang perlapisan.

Secara vertikal, dapat dibuat subchannel sesuai kebutuhan.

Gambar 6.10 Sketsa pembuatan channel pada sumur uji untuk endapan
berlapis.
Informasi-informasi yang harus direkam dalam pengambilan conto dari setiap
alur adalah sebagai berikut :

Letak lokasi pengambilan conto dari titik ikat terdekat.

Posisi alur (memotong vein, vertikal memotong bidang perlapisan, dll.).

Lebar atau tebal zona bijih/endapan (lebar horizontal, tebal semu, atau
tebal sebenarnya).

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 17

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Penamaan (pemberian kode) kantong conto, sebaiknya mewakili interval


atau lokasi sub-channel.
Tanggal pengambilan dan identitas conto.

Sedangkan informasi-informasi yang sebaiknya juga dicatat (dideskripsikan)


dalam pengambilan conto adalah :

Mineralogi bijih atau deskripsi endapan yang diambil contonya.

Penaksiran visual zona mineralisasi (bijih, waste, pengotor, dll.).

Kemiringan semu atau kemiringan sebenarnya dari badan bijih.

Deskripsi litologi atau batuan samping.

Dan lain-lain yang dianggap perlu dalam penjelasan kondisi endapan.

6.3.6 Preparasi conto


Setelah conto diperoleh, kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan
assay (analisis kadar). Karena yang dianalisis tersebut hanya sebagian kecil
dari conto, maka diperlukan preparasi (persiapan) conto, agar bagian conto
yang dianalisis masih representatif terhadap kondisi yang sebenarnya. Namun
secara umum, ukuran conto dapat berpengaruh terhadap hasil analisis,
sehingga biasanya analisis dilakukan sedikitnya pada 2 (dua) laboratorium yang
berbeda, dan sebagian conto lagi disimpan sebagai dokumentasi (lihat Gambar
6.11).
Pengurangan conto (reduksi sampel) sebaiknya dilakukan setelah pengurangan
ukuran partikel, atau dengan kata lain proses pembagian (split) conto dilakukan
pada fraksi ukuran yang telah seragam. Secara teoritis, pengurangan bobot
conto dapat mengikuti persamaan berikut (Carras op cit. Annels, 1997) :

RW OW x (
dimana :
RW
OW
D1
D2

=
=
=
=

D1 3
)
D2

berat conto yang dikurangi


berat conto awal
diameter partikel yang dikurangi
diameter partikel awal

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 18

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Conto dari lapangan

Quartering & reduksi ukuran

Quartering & reduksi ukuran


dan pengeringan

Quartering & reduksi ukuran

Sample untuk
dokumentasi

Sample untuk
dianalisis

Gambar 6.11 Prosedur umum (coning & quartering) preparasi conto untuk
analisis laboratorium dan dokumentasi (Chaussier et al., 1987)

Formula ini hanya dapat diterapkan pada conto yang telah mempunyai ukuran
relatif seragam. Jika distribusi tidak homogen, maka ukuran conto harus
dikurangi sampai dengan didapatkan ukuran yang paling ekonomis (secara
kadar). Sebagai ilustrasi dapat dilihat contoh hasil assay pada beberapa kondisi
ukuran (Tabel 6.1). Prosedur umum dalam proses reduksi ukuran conto dapat
dilihat pada Gambar 6.12.

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 19

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Tabel 6.1 Hasil analisis pada masing-masing tahapan reduksi ukuran conto
(Chaussier et al., 1987)
Bagian
kasar
yang
dihancurkan
Rentang hasil analisis
Kadar rata-rata
Simpangan baku
Koefisien Variansi
Bagian
halus
yang
dihancurkan
Rentang hasil analisis
Kadar rata-rata
Simpangan baku
Koefisien Variansi
Bagian yang dihaluskan
Rentang hasil analisis
Kadar rata-rata
Simpangan baku
Koefisien Variansi

Conto-1

Conto-2

551 ppm
21,90 ppm
10,10 ppm
0,46

24106 ppm
61,2 0ppm
21,30 ppm
0,35

1031
ppm
21,80 ppm
3,90 ppm
0,18

3169 ppm

2026
ppm
23,80 ppm
1,00 ppm
0,04

4453 ppm

49,50 ppm
8,90 ppm
0,18

49,90 ppm
1,90 ppm
0,04

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 20

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Gambar 6.12 Prosedur umum proses pengecilan ukuran (Chaussier et al., 1987)

Setelah ukuran dari conto terdistribusi pada fraksi yang seragam, kemudian
dilakukan pengurangan (reduksi) bobot/jumlah conto. Metode reduksi yang
umum digunakan adalah splitting dan quartering. Metode reduksi splitting
dapat dilihat pada Gambar 6.13 dan metode quartering dapat dilihat pada
Gambar 6.14.

Gambar 6.13 Reduksi jumlah conto dengan metode splitting (Chaussier et al.,
1987)

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 21

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Gambar 6.14 Reduksi jumlah conto dengan metode quartering (Chaussier et al.,
1987)

6.3.7

Penentuan kadar conto

Pada suatu kegiatan pengambilan conto (sampling) dan penentuan kadar ratarata dari lokasi pengambilan conto, dilakukan penentuan kadar dengan
menggunakan pembobotan kadar. Secara umum ada 2 (dua) metode
pembobotan dalam penentuan kadar, yaitu :

Pembobotan aritmetik sederhana, yang digunakan jika interval


pengambilan conto seragam dan homogenitas dari masing-masing
interval diasumsikan tinggi (besar).

Pembobotan oleh lebar (tebal), panjang, luas, volume, dan SG (specific


gravity), jika interval pengambilan conto tidak seragam dan diasumsikan
bahwa karakteristik material pada masing-masing interval tidak sama
(bervariasi).
Pembobotan aritmetik sederhana

hitungan kadar rata-rata yang sederhana,

endapan homogen (variasi kecil), dan

ukuran blok dan interval sampling seragam,


n k
k1 k 2 k 3 ..... k n
i
Persamaan : k
n
i 1 n

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 22

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Pembobotan tebal-lebar-panjang
Jika semua blok mempunyai luas dan SG relatif sama (seragam)
n t .k
t1.k 1 t 2 .k 2 t 3 .k 3 ..... t n k n
i i
Persamaan : k

t1 t 2 t 3 .... t n

i 1

ti

Pembobotan luas
Jika semua blok mempunyai ketebalan dan SG relatif sama (seragam)
n A .k
t1.A 1 t 2 .A 2 t 3 .A 3 ..... t n A n
i i
Persamaan : k

A 1 A 2 A 3 .... A n

Ai

i 1

Pembobotan volume
Jika semua blok mempunyai SG relatif sama (seragam)
n V .k
t1.V1 t 2 .V2 t 3 .V3 ..... t n Vn
i i
Persamaan : k

V1 V2 V3 .... Vn

i 1

Vi

Pembobotan tonase
Jika semua blok mempunyai tonase yang berbeda-beda
n T .k
t1.T1 t 2 .T2 t 3 .T3 ..... t n Tn
i i
Persamaan : k

T1 T2 T3 .... Tn

i 1

Ti

Untuk penyederhanaan, masing-masing pembobotan (weighting) dapat


ditentukan terlebih dahulu, sehingga membentuk persamaan linier dalam
penentuan kadar rata-rata.
Contoh :
Pembobotan dengan tebal dan SG
Interval Tebal
SG
Kadar
1
t1
SG1
k1
2
t2
SG2
k2
3
t3
SG3
k3
Maka :

t .SG1.k1 t 2 .SG 2 .k 2 t 3 .SG3 .k 3


k 1
t1.SG1 t 2 .SG 2 t 3 .SG3
Dapat ditulis kembali :
k W1.k 1 W2 .k 2 W3 .k 3

Disini Wi disebut sebagai faktor pembobot.

6.4

Pemboran Eksplorasi

Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan


kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 23

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

penting jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari
permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi
dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat
dihentikan jika telah dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan
mineralisasi bawah permukaan secara menyeluruh.
Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu diperhatikan dan
direncanakan dengan baik adalah :

kondisi geologi dan topografi,

tipe pemboran yang akan digunakan,

spasi pemboran,

waktu pemboran, dan

pelaksana (kontraktor) pemboran.


Selain itu aspek logistik juga harus dipikirkan dengan cermat, antara lain :

juru bor,

peralatan dan onderdil yang dibutuhkan,

alat transportasi,

konstruksi peralatan pemboran, dll.


Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat pemboran :

tujuan (open hole coring),

topografi dan geografi (keadaan medan, sumber air),

litologi dan struktur geologi (kedalaman pemboran, pemilihan mata bor),

biaya dan waktu yang tersedia, serta

peralatan dan keterampilan.


Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi, antara lain :

identifikasi struktur geologi,

sifat fisik batuan samping dan badan bijih,

mineralogi batuan samping dan badan bijih,

geometri endapan,

sampling, dll.
Umumnya mekanisme pemboran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu rotary drilling,
percussive drilling, dan rotary-percussive drilling. Pada mekanisme rotary
drilling terdapat tiga macam penggerak atau pemutar stang bor yaitu spindle,
rotary table, dan top drive. Mesin penggerak yang digunakan dapat bekerja
secara mekanik (dengan bahan bakar) maupun elektrik. Mata bor yang sering
digunakan umumnya berupa tricone bit untuk pemboran open hole (non coring)
ataupun diamond bit untuk pemboran inti (coring).

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 24

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Fluida bor yang sering digunakan dalam suatu operasi pemboran dapat berupa
udara, air, lumpur atau campuran air dan lumpur. Fluida bor pada umumnya
berfungsi untuk : (a) pendingin mata bor, (b) pelumas, (c) mengangkat sludge
ke atas, (d) melindungi dinding lubang bor dari runtuhan.

6.4.1

Perencanaan dan pola pemboran

Metode pemboran yang digunakan bergantung kepada asumsi letak dan


ketebalan target yang akan dibor berdasarkan pada informasi/data permukaan
yang diperoleh. Dengan melakukan pemboran, maka dapat dievaluasi kembali
konsep dan prediksi geologi (interpretasi) yang telah ada sebelumnya.
Pembuatan lubang bor secara vertikal digunakan untuk kondisi dimana zona
mineralisasi diperkirakan pada kedalaman yang dangkal atau pada endapan
disseminated. Namun demikian kondisi lubang bor yang cenderung miring atau
curam biasanya digunakan untuk target endapan yang mempunyai kemiringan
yang besar, dengan tujuan agar dapat menembus zona mineralisasi pada sudut
900 (relatif tegak lurus). Selain itu dari pemboran juga diharapkan dapat
diketahui batas-batas zona pelapukan, zona oksidasi, atau zona bijih (batuan
dasar), lihat Gambar 6.15.

DDH 02

S
Overburden
(tanah penutup)

40
Anomali

Weathered zone
(zona pelapukan)

50

"Fresh" bedrock
(batuan dasar segar)

EOH

Gambar 6.15 Lay out penampang pemboran (Annels, 1991)

a. Pola pemboran
Pemboran dilakukan untuk dapat menentukan batas (outline) dari beberapa
endapan dan juga kemenerusan dari endapan tersebut yang berfungsi untuk
perhitungan cadangan. Metode pemboran yang akan digunakan bergantung

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 25

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

kepada akses permukaan. Pada daerah yang tidak mengalami kendala akses
pola pemboran yang digunakan adalah persegi panjang dengan bentuk teratur.
Lubang bor pertama digunakan untuk proyeksi dip dari anomali bawah
permukaan atau interpretasi pusat anomali geofisika (atau anomali geokimia)
di bawah permukaan.
Program berikutnya direncanakan setelah melihat hasil dari sejumlah lubang
bor pada daerah target. Spasi lubang bor didasarkan pada antisipasi ukuran
target, atau pengalaman sebelumnya terhadap endapan yang sejenis dan dari
sejumlah kegiatan pemboran di lokasi tersebut. Lokasi pemboran dan orientasi
titik bor selanjutnya didasarkan pada sukses pemboran pada lubang pertama.
Jika pemboran pada lubang pertama tidak memberikan keyakinan geologi yang
pasti maka daerah target lain harus dicoba.
Suatu endapan paling tidak sudah didefinisikan arah kemenerusan dan zona
mineralisasinya. Spasi antar lubang bor bergantung pada tipe mineralisasi dan
kemenerusannya. Contoh kasus seperti endapan urat, lubang bor pertama
digunakan untuk mengidentifikasikan struktur, dan tidak banyak digunakan
untuk penentuan kadar karena hal tersebut biasanya ditaksir secara akurat
dengan sampel bawah permukaan. Tipe spasi untuk endapan urat adalah 25
50 m sedangkan untuk endapan stratiform spasinya antara 100 m sampai
beberapa ratus meter.
Pola pemboran dalam kegiatan eksplorasi bergantung dari data yang diperoleh.
Pada tahap pengenalan dimana seorang geologist belum mengetahui secara
jelas lokasi tsb maka lubang bor pertama dapat digunakan untuk orientasi.
Untuk eksplorasi endapan uranium, batubara dan borat lubang pengamatan
dapat dibuat pada jarak 10 km dari formasi sedimen yang diamati. Lubang
berikutnya terletak beberapa km dari target dengan spasi 100200 m. Namun
demikian spasi pemboran dapat juga ditentukan dari peta geologi, geokimia,
geofisika dan hasil geostatistik.
Penentuan pola pemboran secara normal dilakukan dengan grid yang teratur
pada suatu zona mineralisasi. Hal ini akan memberikan data statistik yang baik
dan penampang geologi dengan proyeksi minimum. Pagaran sangat baik dibuat
pada jarak 200400 m dengan interval lubang antara 100200 m sehingga
memberikan ruang untuk pengisian kembali. Letak lubang khusus sangat
penting dan biasanya dibor dengan sudut siku-siku terhadap arah kemiringan
rata-rata.
Sebelum membor sebuah lubang, disarankan untuk membuat penampang
memanjang hal ini bertujuan untuk deviasi lubang jika memungkinkan.
Pemboran sangat mahal dan memerlukan waktu yang banyak dalam kegiatan

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 26

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

eksplorasi karena obyeknya adalah jumlah lubang yang pasti dan dilengkapi
dengan data kadar dan tonase tiap level dari zona mineralisasi. Permasalahan
utama yang dihadapi dalam perhitungan cadangan adalah zona pengaruh tiap
conto belum dapat diketahui sampai setengah perkerjaan selesai.
Sebagai contoh, pada Gambar 6.16 dapat dilihat beberapa tahapan pemboran
berdasarkan anamoli geokimia :

Titik bor ke-1 dan ke-2 ditujukan untuk memastikan (membuktikan)


adanya zona mineralisasi (secara vertikal) pada pusat anomali.

Selanjutnya pemboran pada titik bor ke-3 bersifat memastikan


kemenerusan zona mineralisasi tersebut (ke arah kemiringan).

Sedangkan titik bor ke-4 dan ke-5 merupakan titik bor yang ditujukan
untuk melihat kemenerusan zona mineralisasi ke arah jurus dari hasil
pemboran pada titik ke-1 dan ke-2.

Begitu juga dengan titik bor ke-6 dan ke-7, ditujukan untuk mengetahui
kemenerusan searah jurus hasil pemboran pada titik bor ke-3.

Dan selanjutnya dilanjutkan dengan titik bor ke-8 dan ke-9, yang ditujukan
untuk mengetahui kemenerusan titik bor sebelumnya, dan seterusnya
dengan pola yang sama sampai diperkirakan zona mineralisasi telah
tercakup secara keseluruhan.

N
Anomali

5
7

Drill lines

Titik bor
tambahan
(In fill drilling)

S
Gambar 6.16 Lay out pemboran berdasarkan anomali permukaan (Annels,
1991)
Sedangkan pada Gambar 6.17 dapat dilihat penampang hasil interpretasi suatu
series pemboran dalam penentuan zona bijih, dimana pemboran yang
dilakukan merupakan kombinasi antara bor tegak dan pemboran miring.
Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 27

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Gambar 6.17 Sketsa suatu hasil pemboran dalam penentuan badan bijih suatu
endapan (Evans, 1995)
b. Monitoring kegiatan pemboran
Monitoring geologi dan mineralisasi yang dipotong selama pemboran sangat
penting dalam rangka pengontrolan harga/biaya. Pada tahap awal dari
pemboran dibutuhkan seorang engineer disamping alat bor sehingga kegiatan
pemboran dapat berjalan dengan cepat.
Contoh :

Jika menggunakan percussive drilling maka ahli geologi bertugas untuk


melakukan observasi atau pengamatan material yang keluar dari lubang
bor.

Pada pemboran dengan diamond drilling maka pengamatan dilakukan dua


kali sehari untuk menganalisis inti bor, membuat log awal, dan
memutuskan lokasi lubang bor berikutnya.
Disamping penggunaan core log secara detail, logging geofisika juga sering
digunakan.
Data mineralisasi, litologi, dan struktur dapat direkam dan diplot pada grafik log
sesegera mungkin setelah data diperoleh. Data ini umumnya diperoleh dari
kepingan material yang dibor yang biasanya menyatu dengan permukaan alat
bor. Informasi mengenai assay dapat diperoleh beberapa hari kemudian tetapi
lokasi dan kedudukan mineralisasi harus segera diplot pada log litologi.

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 28

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Dengan pemboran dapat diketahui kontrol struktur dan stratigrafi dari suatu
zona mineralisasi. Adanya pengambilan asumsi pada saat interpretasi
pemboran sering tidak dapat dilokalisasi sampai adanya data yang valid
tentang kondisi bawah permukaan. Contoh dapat dilihat pada Gambar 6.18
dimana terdapat tiga interpretasi yang berbeda dari data yang ada.

Gambar 6.18 Kemungkinan perbedaan interpretasi dari hasil pemboran (Evans,


1995)
Beberapa metode yang digunakan untuk memplot atau mengekspresikan data
lubang bor, antara lain :

Kontur struktur.

Peta isopach.

Kontur kadar.

Peta ketebalan.

Peta kombinasi antara kadar dan ketebalan.


Peta-peta tersebut biasanya digunakan untuk memperkirakan letak bijih dan
juga membantu dalam pemboran lanjut. Salah satu kunci dalam kegiatan
pemboran adalah kemenerusan zona mineralisasi, hal ini menentukan spasi
lubang bor serta ketelitian dalam perhitungan cadangan. Dalam beberapa
kegiatan eksplorasi kemenerusan ini dapat dilihat dengan membandingkan
endapan tersebut dengan endapan yang sejenis, uji kemenerusan ini dilakukan
dengan jalan menguji titik-titik terdekat atau pengujian terhadap suatu lokasi
kecil dengan spasi rapat.

c. Keputusan pemboran diakhiri

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 29

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Salah satu keputusan yang paling sulit dalam kegiatan pemboran adalah
memutuskan kapan pemboran tersebut diakhiri. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam mengambil keputusan adalah :

Tidak adanya mineralisasi yang dijumpai.

Mineralisasinya dapat dilokalisasi tetapi tidak ekonomis atau terlalu


dalam.

Pemboran yang dilakukan menghasilkan beberapa zona mineralisasi yang


ekonomis tetapi penyebaran kadarnya terbatas atau perhitungan
cadangan menunjukkan bahwa endapan tersebut terlalu kecil dibanding
yang diinginkan.

Tubuh kadar yang ekonomis sudah diketahui pasti.

Biaya pemboran sudah habis.


Keputusan pada langkah pertama relatif lebih mudah, namun demikian
penyebab anomali permukaan atau bawah permukaan yang menentukan letak
lubang bor tidak dapat dihindari. Langkah kedua lebih sulit dan dalam hal ini
kemungkinan mineralisasi kadar tinggi harus dapat dieliminasi. Adanya
beberapa perpotongan pada saat prospeksi memberikan gambaran bahwa
proses penentuan kadar yang ekonomis berlaku tetapi tidak pada skala yang
memungkinkan dalam suatu endapan yang besar. Adanya kadar mineralisasi
yang tinggi sering menghasilkan beberapa tahap pemboran untuk menguji
semua hipotesis dan lokasi di sekitarnya.

d. Kontrak pemboran
Pemboran dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan sendiri atau
dengan
mengontrak
perusahaan/konsultan
pemboran.
Permasalahan
menyangkut kondisi pemboran, jumlah lubang yang diminta, dan harga akan
dijelaskan dalam surat kontrak.
Tujuan pemboran adalah untuk memperoleh data yang representatif dari target
yang ada dengan biaya yang tersedia. Konsekuensinya pemilihan alat bor
sangat penting dan bergantung kepada pemimpin proyek. Disamping kondisi
pemboran yang harus diperhatikan kita juga harus dapat membandingkan
beberapa metode pemboran yang berbeda sebelum kegiatan lain dilakukan.
Beberapa hal penting dari kontrak pemboran adalah :

Mobilisasi dan transportasi peralatan ke lokasi bor.

Tatanan lokasi dan pergerakan antar tiap lubang bor.

Harga satuan tiap meter lubang yang akan dibor.

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 30

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Perolehan inti bor (%) jika digunakan pemboran inti.


Biaya konstruksi lubang (penyemenan, casing dan survei).
Pengangkutan dan mobilisasi kembali peralatan bor.

Setiap hal tersebut harus dapat dideskripsikan secara detail didalam kontrak.
Dalam hal pembayaran tenaga kerja juru bor biasanya dibayar per shift dan
sesuai dengan kedalaman lubang yang dibor, sedangkan wellsite geologist
dibayar sesuai dengan perjanjian mulai dari kegiatan eksplorasi sampai target
tercapai.

6.4.2 Beberapa jenis metode pemboran


Beranekaragam metode pemboran memiliki tujuan tertentu dalam eksplorasi,
jika kondisi dimana dana tidak mencukupi maka kita dapat menggunakan
metode pemboran yang agak murah seperti auger, rotary atau percussive
drilling, namun kekurangannya adalah kualitas samplingnya kurang baik
dengan kemungkinan terjadinya percampuran material pada level yang
berbeda dapat terjadi. Untuk pemboran yang lebih mahal biasanya
menggunakan metode sirkulasi balik atau dengan diamond drilling.
Pada prinsipnya pemboran adalah suatu kegiatan pembuatan lubang
berdiameter kecil pada suatu target eksplorasi dengan kedalaman mencakup
ratusan meter untuk memperoleh data yang representatif.

a. Pemboran auger
Auger adalah bor tangan dengan tangkai yang dilengkapi spiral untuk
membawa material halus ke permukaan, biasanya digunakan untuk endapan
plaser. Kelebihan alat bor ini adalah dapat digunakan untuk sampling dalam jika
sumuran uji tidak praktis. Dengan auger kita dapat mencapai kedalaman 60 m
tapi biasanya cukup sampai 30 m. Pada tanah yang halus pemboran dengan
auger biasanya cepat sehingga conto yang keluar harus dapat diorganisasikan
dengan baik. Auger adalah bor ringan dan tidak cocok digunakan untuk tanah
atau material yang keras dan berbongkah.

c. Rotary drilling

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 31

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Rotary drilling adalah metode pemboran non-coring dan tidak sebanding jika
pemboran dilakukan pada batuan dengan kekerasan halus-sedang seperti
batugamping atau batulumpur. Tipe mata bor (bit) pada jenis pemboran ini
menggunakan tricone atau roller rock bit yang ditutupi oleh tungsten karbida.
Potongan atau kepingan batuan akan ditekan keluar oleh fluida bor yang ratarata kecepatannya 100 m/jam. Tipe alat bor ini biasanya digunakan oleh
industri minyak dengan diameter lubang besar (>20 cm) dan kedalaman
ratusan sampai ribuan meter dengan fluida bor berupa lumpur.

d. Percussive drilling
Pada dasarnya alat ini menggunakan kompresor udara dan ukurannya
bervariasi dari kecil (bor tangan) sampai alat bor besar dengan rata-rata
kedalaman pemboran ratusan meter.
Secara umum alat ini dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu :
Down-the-hole hammer drills
Alat bor jenis ini biasanya diletakkan lebih rendah dari lubang sampai
batas akhir dari stang bor dan digunakan untuk pemboran non-coring.
Lubang dengan diameter sampai 20 cm dan tekanan kedalaman sampai
200 m masih mungkin, tetapi biasanya kedalaman yang efisien antara
100150 m. Cutting bor ditekan keluar oleh kompresor udara. Pada tanah
yang basah daya angkat yang dihasilkan oleh kompresor dapat menjadi
tidak teratur.
Top hammer drills
Sesuai dengan namanya jenis bor ini memiliki alat tumbuk yang
diletakkan di bagian atas dari stang bor. Energi untuk pemboran noncoring ini dialirkan lewat stang bor, alat ini lebih baik dari Down-the-hole
hammer drills dan biasanya digunakan untuk lubang dengan diameter 10
cm dan kedalaman lebih dari 100 m, tapi biasanya 20 m. Percussive
drilling adalah metode yang paling cepat dan murah namun sering terjadi
data tidak lengkap dibanding dengan diamond drilling.

e. Reverse circulation
Reverse circulation (RC) drilling mulai digunakan pada pertengahan tahun 70an dan biasanya digunakan untuk material sedimen yang tidak terkonsolidasi
seperti pada endapan aluvial. Air atau udara dapat digunakan sebagai fluida
bor dan inti bor atau sludge dapat diperoleh semua. Media fluida dialirkan ke

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 32

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

sludge lewat dua dinding pada stang bor dan kembali ke permukaan lewat
pusat stang bor. Pada percussive drilling kepingan batuan juga tertransport ke
permukaan lewat tengah stang bor kemudian menuju ke cyclon dimana disana
ditampung conto bor (lihat Gambar 6.19). Kegunaan alat bor ini adalah untuk
mengumpulkan kepingan batuan lebih dari auger, rotary atau percussive
drilling. Conto dapat dikumpulkan dengan cepat dan kadar kontaminasinya
sedikit.
Skema dari beberapa metode pemboran yaitu diamond
circulation, dan rotary drlling ditunjukkan pada Gambar 6.20.

core,

reverse

Gambar 6.19 Pemboran dengan reverse circulation (Evans, 1995)

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 33

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Gambar 6.20 Skema beberapa metode pemboran (dari Australian Drilling


Industry, 1996)

6.4.3 Pemboran inti


Pada pemboran dengan metode ini sampel diambil dari target dengan diamond
bit atau impregnated bit. Hal ini mengakibatkan conto yang diperoleh pada
tabung dalam (inner tube) dari core barrel berbentuk silinder. Mata bor dan
core barrel dihubungkan ke permukaan dengan tali baja yang juga digunakan
untuk menurunkan mata bor dan core barrel ke dalam lubang.

a. Drill bit
Bentuk mata bor ini terdiri dari butiran sintetik halus dengan kadar intan tanpa
semen metalik yang memiliki karatan tertentu. Pada umumnya keseluruhan
mata bor ini digunakan untuk batuan yang sangat keras seperti rijang,
sedangkan mata bor intan tunggal digunakan untuk batuan yang lebih halus
seperti batugamping. Diamond bit dapat digunakan untuk batuan tertentu
tetapi karena harganya yang sangat mahal maka perlu pengalaman dan
pemilihan lokasi yang tepat dalam penggunaannya.

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 34

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

b. Core barrel
Inti bor diperoleh dari perputaran mata bor dan kemudian didorong ke core
barrel oleh perputaran tabung. Core barrel dapat diklasifikasikan sesuai
panjang inti bor yang ditampung biasanya 1,53 m namun dapat pula
mencapai 6 m. Umumnya terdapat dua tabung dimana tabung luar untuk
menangkap inti bor dan tabung dalam dalam posisi tidak berputar. Triple-tube
dapat digunakan untuk tanah yang kurang baik selanjutnya inti bor dapat
diangkat dengan menggunakan tali pada stang bor ke permukaan.

c. Sirkulasi
Air disirkulasikan pada bagian dalam dari stang bor dengan tujuan untuk
mencuci sludge, permukaan mata bor dan kemudian dikeluarkan lewat celah
antara antara dinding lubang bor dan stang bor. Tujuan sirkulasi ini juga untuk
memberi pelumasan pada mata bor, mendinginkannya dan melepaskan
hancuran batuan yang menempel pada permukaan mata bor. Air dapat
dikombinasikan dengan lempung atau bahan aditif lainnya untuk memberikan
daya angkat bagi material yang dibor.

d. Casing
Casing digunakan untuk menutupi atau menguatkan permukaan lubang bor.
Casing dilengkapi dengan tabung baja sehingga tali baja dapat dioperasikan
dengan aman. Casing dan mata bor telah seukuran sehingga ukuran yang lebih
kecil dari itu (diameter kecil) akan melewati ukuran besar pada lubang yang
akan dibor.

e. Kecepatan dan biaya pemboran


Mesin bor yang digunakan dalam eksplorasi mineral biasanya memiliki
kapasitas sampai 2000 m dan dapat diletakan horisontal atau vertikal. Ratarata penggunaannya bergantung kepada tipe alat bor, mata bor, diameter
lubang, tipe batuan, kedalaman dan keahlian juru bor. Seorang juru bor harus
mempertimbangkan berapa besar volume fluida yang akan digunakan, besar
tekanan yang akan dipakai, besarnya perubahan putaran dan pemilihan mata
bor yang benar. Sampai sekarang belum ada kondisi baku untuk menentukan
faktor kritis penggunaan mata bor jika kita menginginkan optimasi pemboran
yang efisien. Pemboran sampai kedalaman 10 m/jam mungkin saja terjadi

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 35

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

bergantung kepada kemampuan juru bor yang menanganinya dan juga kondisi
batuan yang dibor. Beberapa permasalahan (kendala) yang muncul dalam
pemboran dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2

Beberapa permasalahan dalam pemboran dan perkiraan solusinya


(dimodifikasi dari Australian Drilling Industry, 1996)
Lokasi
- jalan transportasi
- alat transportasi
- mesin yang sesuai
Biaya dan waktu
- efisiensi kerja
- logistik
- pemanfaatan tenaga dan waktu
Batuan keras
- mata bor yang cocok
- RPM
- WOB
Runtuhan dinding
casing
fluida bor : - kecepatan <<
- viskositas
- BJ >>
- bentuk mud cake
Kehilangan air (water - casing
loss)
- penambahan lumpur bor
Mata bor leleh
- RPM <<
- WOB <<
- fluida >
Kedalaman
- tenaga cukup
- rod cukup
- casing cukup
- debit dan tekanan pompa cukup
- fluida bor tersedia
Benda jatuh (rod putus) fishing tools
Stang bor terjepit (stuck) - viskositas fluida bor diperbesar
- tekanan fluida >>
- tarik memakai hoist
- putaran rendah dan kuat
- dibantu dengan dongkrak

Pada Tabel 6.3 dan 6.4 berikut ini secara berurutan diberikan ukuran wireline
drill rod dan wireline core barrel untuk seri Q.

Tabel 6.3 Ukuran wireline drill rod seri Q (dari Australian Drilling Industry, 1996)
Ukuran
O.D. mm (inci)
I.D. mm (inci)
AQ
44,5 (1 )
34,9 (1 3/8)
BQ
55,6 (2 3/16)
46,0 (1 13/16)
NQ
69,9 (2 )
60,3 (2 3/8)
HQ
88,9 (3 )
77,8 (3 1/16)
PQ
117,5 (4 5/8)
103,2 (4 1/16)

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 36

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Keterangan : O.D. = Outside Diametre, I.D. = Inside Diametre

Tabel 6.4 Ukuran wireline core barrel seri Q/Q-3 (dari Australian Drilling
Industry, 1996)
Ukuran
Diamater lubang mm
Diameter inti mm (inci)
(inci)
AQ
48,0 (1 57/64)
27,0 (1 1/16)
BQ
59,9 (2 23/64)
35,4 (1 7/16)
BQ-3
59,9 (2 23/64)
33,5 (1 5/16)
NQ
75,7 (2 63/64)
47,6 (1 7/8)
NQ-3
75,7 (2 63/64)
45,1 (1 25/32)
HQ
96,0 (3 25/32)
63,5 (2 )
HQ-3
96,0 (3 25/32)
61,1 (2 13/32)

6.4.4 Sampling dan informasi dari pemboran


Informasi dari lubang bor dapat diperoleh dari beberapa sumber : batuan, inti
bor atau sludge, geofisika bawah permukaan; dan informasi dari hasil
pemboran. Pada bagian ini akan lebih ditekankan pada pengamatan geologi.

a. Pemboran inti (coring)


Core recovery (CR) atau perolehan inti sangat penting, biasanya dinyatakan
dalam persen volume. Jika CR kurang dari 8590% maka inti bor tersebut masih
diragukan nilainya, hal ini berarti terjadi loss selama pemboran dan inti bor
tersebut tidak menunjukkan conto yang sebenarnya.
Logging (pengamatan) inti bor biasanya dilakukan di samping lokasi bor untuk
menentukan apakah pemboran dilanjutkan atau dihentikan. Beberapa
organisasi memiliki prosedur standar dalam logging inti bor dan terminologi
standar untuk mendeskripsikan sifat geologi. Logging awal pada lokasi bor
biasanya dilengkapi dengan hasil analisis inti bor. Dari logging awal ini biasanya
diperoleh data tentang gambaran umum struktur (rekahan dan orientasi) juga
litologi (warna, tekstur, mineralogi, alterasi dan nama batuan) serta core
recovery. Deskripsi harus dilakukan secara sistematis menyangkut kualitas dan
kuantitasnya.
Inti bor biasanya disimpan dalam boks kayu, plastik atau logam yang dapat
memudahkan orang memindahkannya. Inti bor dikumpulkan untuk berbagai
tujuan, bukan untuk sekedar deskripsi geologi saja biasanya digunakan juga
untuk analisis metalurgi dan assay. Untuk kedua tujuan tersebut inti bor

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 37

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

biasanya dibagi dalam dua bagian dengan gergaji intan, setengah untuk assay
dan investigasi lain, setengahnya lagi disimpan dalam core box untuk tujuan
lain.
Potongan batuan dari sludge dapat dikumpulkan selama pemboran; keduanya
menggambarkan batuan yang dipotong oleh mata bor intan. Pemboran dengan
menggunakan sirkulasi udara pada lubang dangkal biasanya menghasilkan
cutting atau sludge yang sangat cepat ke permukaan. Namun demikian dengan
pemboran inti sirkulasi air untuk lubang yang dalam sering terjadi cutting
lambat naik ke permukaan, hal ini dapat dilihat bahwa untuk kedalaman 1000
m cutting dapat diambil dalam waktu 2030 menit ke permukaan sehingga
biasanya sludge yang dianalisis dahulu selama pemboran.

b.

Pemboran non-corring

Dalam pemboran non-coring kepingan (chips) batuan dapat diperoleh pada


selang 12 m dalam keadaan kering dan dikumpulkan pada sisi lokasi bor,
setelah dicuci conto tersebut lebih mudah untuk dianalisis secara mikroskopi.
Conto tersebut dapat juga didulang untuk memperoleh mineral berat dan
kemudian diberi perekat dan disusun sesuai interval untuk memberikan
gambaran lubang bor tersebut.

c. Kombinasi core dan sludge


Core adalah inti bor yang ditampung dalam core barrel dimana ukuran inti
sangat tergantung dengan ukuran mata bor. Sedangkan sludge adalah
hancuran batuan yang diangkat (terbawa) oleh fluida bor, dan biasanya sludge
ditampung dalam sludge tank. Gambar 6.21 menunjukkan sketsa pendefinisian
antara core dan sludge.

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 38

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

100 - i

Gambar 6.21 Sketsa pendifinisian core dan sludge


Dalam pengambilan conto dari inti bor (core recovery), harus diperhatikan
reabilitas dari conto. Seperti terlihat pada Gambar 6.22, conto 1, 2, dan 3 harus
dipisahkan, karena segmen conto dipisahkan oleh bagian yang hancur (conto
2).

Gambar 6.22 Reabilitas sample (conto)

Berikut ini dapat dilihat beberapa rumus yang dapat digunakan dalam
penentuan kadar sampling dengan penggabungan core dan sludge.
Rumus Long Year :

(C x vol.C) (S x vol.S)
vol.C vol.S

Rumus Proportional Weight :


(C x Weight. C) (S x Weight. S)
k
Weight.C Weight.S

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 39

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Direct Proportion Core :


(C x Weight. C) (S x Weight. S)
k
Weight.C Weight.S
Rumus I2 :

i 2 i2

.C
S. 100 100 100

k
100
Jika sludge recovery > 100%, maka :

6.5

100
x Weight S teoritis x Assay S
Sludge Re c.

100
( Weight C
x Weight S teoritis )
Sludge Re c.

(C x Weight C)

Interpretasi dan Kompilasi Data

Interpretasi dan kompilasi data hasil eksplorasi langsung secara umum dapat
berupa peta-peta atau penampang (profil). Hasil kompilasi data pemetaan
geologi atau alterasi tentu saja berupa peta penyebaran batuan/struktur atau
alterasi, serta penampang geologi/struktur atau alterasi (lihat contoh Gambar
6.23). Sementara kompilasi data tracing float berupa peta penyebaran
mineralisasi yang mengarah ke sumber primernya. Data-data dari uji sumuran
dan paritan umumnya digunakan untuk melengkapi data penyebaran
singkapan, misalnya pada endapan batubara.
Sedangkan dari kompilasi data bawah permukaan hasil pemboran dapat dibuat
penampang melintang untuk menggambarkan penyebaran dan model suatu
endapan atau badan bijih, baik model 2-D maupun 3-D. Sebagai contoh
interpretasi dan kompilasi data pemboran ditunjukkan pada Gambar 6.24
berupa model blok dan Gambar 6.25 berupa diagram Fence. Dari kedua

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 40

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

gambar tersebut terlihat dengan jelas pola dan arah penyebaran suatu
endapan bahan galian.
Gambar 6.23 Penampang melintang diagramatik dari potongan jalan raya di
Kentucky timur menunjukkan zona urutan transisi yang terbentuk
antara lingkungan dataran bawah dan atas hasil interpretasi

observasi singkapan (Peters, 1978)


Gambar 6.24 Diagram blok yang menunjukkan kenampakan 3D dari beberapa
perlapisan batubara di daerah Alaska. Beberapa lubang bor
menjadi kontrol struktur dan stratigrafi (Peters, 1978)

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 41

Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI

Gambar 6.25 Diagram Fence yang menunjukkan korelasi dan ketebalan seam
batubara utama di Campbell County, Wyoming ( Peters, 1978)

Metode Eksplorasi Langsung :

VI - 42

Anda mungkin juga menyukai