Anda di halaman 1dari 16

Rizky Vania Oka

04011381419152
Gamma
Analisis Masalah
1. Kalimat 1 (***)
a. Struktur apa yang terganggu pada kasus? (keken, eddy)
Pada kasus ini, Ny. N memiliki riwayat penyakit hipertensi yang merupakan
faktor resiko terjadinya stroke sehingga bermanifestasi pada kelemahan separuh
tubuh. Tekanan darah tinggi dapat merusak sel-sel yang melapisi dinding dalam arteri,
sehingga tidak halus lagi. Lemak biasanya akan menumpuk pada dinding arteri yang
rusak ini, sehingga menimbulkan plak dan mengeraskan dinding arteri, disebut
dengan arterosklerosis. Suatu saat akibat aliran darah yang kencang, trombus tersebut
dapat terlepas mengikuti aliran darah dan akan menyumbat lumen pembuluh darah
yang sesuai dengan besarnya trombus. Kejadian ini menyebabkan terhambatnya
suplai darah ke otak sehingga lama-kelamaan akan menyebabkan infark pada area
otak bila tidak cepat ditangani.

Beberapa penelitian telah berhasil menunjukkan lokasi dari kecenderungan


lesi patologis, yaitu bilateral dan melibatkan pembuluh-pembuluh darah besar (arteri
serebri anterior dan arteri serebri posterior). Penelitian-penelitian lain menunjukan
keberadaan lakuna-lakuna di otak misalnya di bagian anterolateral dan medial
thalamus, yang dihubungkan dengan defisit neuropsikologi yang berat. Pada demensia
vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus pada otak dan
menyebabkan penurunan kognitif.
Area otak yang berhubungan dengan penurunan kognitif adalah substansia
alba dari hemisfera serebral dan nuklei abu-abu dalam, terutama striatum
dan thalamus.

2. Kalimat 4, 5, 7 (**)
a. Mengapa bisa terjadi perubahan emosi pada kasus? (keken, eddy)
Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta
gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung
dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme
iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron
menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal. Di
samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses
konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi
kognitif salah satunya adalah perubahan emosi.
b. Bagaimana derajat gangguan memori? (keken, eddy)
Menurut International Classification of Diseases 10 (ICD 10) Penurunan memori
yang paling jelas terjadi pada saat belajar informasi baru, meskipun dalam. Pada
kasus yang lebih parah memori tentang informasi yang pernah dipelajari juga
mengalami penurun. Penurunan terjadi pada materi verbal dan non verbal.
Penurunan ini juga harus didapatkan secara objektif dengan mendapatkan
informasi dari orang orang yang sering bersamanya, atau pun dari tes
neuropsikologi atau pengukuran status kognitif. Tingkat keparahan penurunan
dinilai sebagai berikut:

a) Mild, tingkat kehilangan memori yang cukup mengganggu aktivitas seharihari, meskipun tidak begitu parah, tapi tidak dapat hidup mandiri. Fungsi
utama yang terkena adalah sulit untuk mempelajari hal baru
b) Moderat, derajat kehilangan memori merupakan hambatan serius untuk hidup
mandiri. Hanya hal hal yang sangat penting yang masih dapat diingat.
Informasi baru disimpan hanya sesekali dan sangat singkat. Individu tidak
dapat mengingat informasi dasar tentang di mana dia tinggal, apa telah
dilakukan belakangan ini, atau nama-nama orang yang akrab
c) Severe, derajat kehilangan memori ditandai oleh ketidakmampuan lengkap
untuk menyimpan informasi baru. Hanya beberapa informasi yang dipelajari
sebelumnya yang menetetap. Individu tersebut gagal untuk mengenali bahkan
kerabat dekatnya
Penurunan kemampuan kognitif lain ditandai dengan penurunan penilaian dan
berpikir, seperti perencanaan dan pengorganisasian, dan dalam pengolahan
informasi secara umum. Tingkat keparahan penurunan, harus dinilai sebagai
berikut.
a) Mild, penurunan kemampuan kognitif menyebabkan penurunan kinerja dalam
kehidupan sehari-hari, tetapi tidak pada tingkat ketergantungan individu
tersebut pada orang lain. Tidak dapat melakukan tugas sehari-hari yang lebih
rumit atau kegiatan rekreasi
b) Moderat, penurunan kemampuan kognitif membuat individu tidak dapat
melakukan aktivitasnya tanpa bantuan orang lain dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk belanja dan penanganan kebutuhan sehari - hari. Dalam rumah,
hanya tugas tugas sederhana yang dipertahankan. Kegiatan semakin terbatas
dan keadaan buruk dipertahankan.
c) Severe, penurunan ini ditandai dengan ada atau tidak adanya pemikiran yang
dapat dimenerti.
Hal hal tersebut tadi ada minimal 6 bulan baru dapat dikatakan dementia.
Tingkat keparahan keseluruhan demensia dinyatakan melalui tingkat penurunan
memori atau kemampuan kognitif lainnya, dan bagian mana yang mengalami
penurunan yang lebih parah (misalnya ringan pada memori dan penurunan
moderat dalam kemampuan kognitif menunjukkan demensia keparahan moderat).
Pada dementia harus tidak didapatkan delirium. Selain itu, pada demensia
terjadi penurunan pengendalian emosi atau motivasi, atau perubahan perilaku
sosial, bermanifestasi sebagai berikut (setidaknya ada salah satu)
1. Emosi yang labil

2. Lekas marah
3. Apatis
4. perilaku sosial yang kasar
a. Bagaimana derajat kekuatan lengan dan tungkai? (keken, eddy)

I.

Hipotesis
Ny. N, usia 56 tahun diduga menderita Demensia Vaskular ec Stroke Iskemik

a. Etiologi (keken, eddy)


Penyebab demensia yang reversibel sangat penting untuk diketahui,
karena dengan pengobatan yang baik penderita dapat kembali menjalankan hidup
sehari-hari yang normal. Keadaan yang secara potensial reversibel atau bisa
dihentikan yaitu:
- Intoksikasi (Obat, termasuk alkohol dan lain-lain)
- Infeksi susunan saraf pusat
- Gangguan metabolik:
a) Endokrinopati (penyakit Addison, sindroma Cushing, Hiperinsulinisme,
Hipotiroid, Hipopituitari, Hipoparatiroid, Hiperparatiroid)
b) Gagal hepar, gagal ginjal, dialisis, gagal nafas, hipoksia, uremia kronis,
gangguan keseimbangan elektrolit kronis, hipo dan hiperkalsemia, hipo dan
hipernatremia, hiperkalemia.

c) Remote efek dari kanker atau limfoma.


-

Gangguan nutrisi :
a) Kekurangan vitamin B12 (anemia pernisiosa)
b) Kekurangan Niasin (pellagra)
c) Kekurangan Thiamine (sindroma Wernicke-Korsakoff)
d) Intoksikasi vitamin A, vitamin D. Penyakit Paget
Gangguan vaskuler
a) Demensia multi infark
b) Sumbatan arteri carotis
c)Stroke
d) Hipertensi
e) Arthritis Kranial
Lesi desak ruang

Hirdosefalus bertekanan normal


Depresi (pseudo-demensia depresif)
Penyakit degeneratif progresif :
Tanpa gejala neurologik penting lain :
o Penyakit Alzheimer
o Penyakit Pick
b. Dengan gangguan neurologik lain yang prominen :
o Penyakit Parkinson
o Penyakit Huntington
o Kelumpuhan supranuklear progresif
o Penyakit degeneratif lain yang jarang didapat
a.

Penyakit yang Menyebabkan Demensia


a) Penyakit parenkim SSP
1. Penyakit Alzheimer (demensia degeneratif primer)
2. Penyakit Pick (demensia degeneratif primer)
3. Korea Huntington
4. Penyakit Parkinson
5. Sklerosis multiple
b) Gangguan sistemik
1) gangguan endokrin dan metabolic (penyakit tiroid, penyakit paratiroid,
gangguan pituitariaadrenal, keadaan pascahipoglikemia)
2) Penyakit hati (ensefalopati hepatik kronik progesif)
3) Penyakit saluran kemih (Ensefalopati uremik kronik), Ensefalopati
uremik progesif (demesia dialisis)
4) Penyakit kardiovaskuler (Hipoksia atau anoksia srebral, demensia multi

c)
d)
e)
f)

infark, aritmia kardiak, penyakit radang pembuluh darah


5) Penyakit paru paru Ensefalopati respiratorik
Keadaan defisiensi
1) Defisiensi sianokobalamin
2) Defisiensi asam folat
Obat dan toksin
Tumor intrakranial dan trauma serebri
Proses infeksi
1) Penyakit CreutzfeldtJakob
2) Maningitis kriptokok
3) Neurisifilis
4) Tuberkulosis dan meningitis fungi
5) Ensefalitis virus
6) Gangguan terkait dengan virus imunodefisiensi human (HIV) {seperti
SIDA dan Kelompok penyakit terkait dengan SIDA [AIDS related

kompleks ( ARCI ) ] }
g) Gangguan aneka ragam
1) Degenerasi hepatolentikular
2) Demensia hidrosefalik
3) Sarkoidosis
4) Hidrosefalus bertekanan normal

Ket : keadaan diperlukan untuk pemberian terapeutik spesifik.


b. Komplikasi (keken, eddy)
a) Ingatan makin lemah
b) Perubahan personality
c) Gangguan pertuturan atau percakapan menjadi sukar difahami
d) Kemurungan
e) Kebimbangan
f) Gangguan psikosis
g) Sawan
h) Gangguan saraf seperti lemah sebelah badan, otot-otot keras, (muscles
rigidity) dan terketar (tremor)
i) Hilang kawalan buang air kecil dan besar
j) Hilang upaya menjaga diri sendiri
II. Learning Issue
a. Demensia
Definisi
Demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya
kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai dengan gangguan fungsi luhur multiple
seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan. Kesadaran pada
demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan
kontrol emosi, perilaku, dan motivasi.
Menurut International Classification of Diseases 10 (ICD 10) penurunan memori yang
paling jelas terjadi pada saat belajar informasi baru, meskipun dalam. Pada kasus yang lebih
parah memori tentang informasi yang pernah dipelajari juga mengalami penurun. Penurunan
terjadi pada materi verbal dan non verbal. Penurunan ini juga harus didapatkan secara
objektif dengan mendapatkan informasi dari orang orang yang sering bersamanya, atau pun
dari tes neuropsikologi atau pengukuran status kognitif.
Menurut PPDGJ III, Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit / gangguan
otak yang biasanya bersifat kronik progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur
kortikal yang multiple (multiple higher cortical function), termasuk di dalamnya: daya ingat,
daya pikir, orientasi, daya tangkap (comprehension), berhitung, kemampuan belajar,
berbahasa, dan daya nilai (judgement). Umumnya disertai dan ada kalanya diawali dengan
kemrosotan (deterioration) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup.
Pedoman diagnostik demensia menurut PPDGJ III:

Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai mengganggu
kegiatan harian seseorang (personal activities of daily living) seperti : mandi, berpakaian,

makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil.


Tidak ada gangguan kesadaran (clear consiousness).
Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.
Demensia juga dapat muncul pada individu yang mengalami delirium, dan hal ini sering

bertumpang tindih dengan demensia. Delirium adalah sindrom otak organik karena gangguan
fungsi atau metabolisme otak secara umum atau karena keracunan yang menghambat
metabolisme otak. Gejala utama ialah kesadaran yang menurun.
Gejala gejala lain ialah: penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi
dengan baik, ada yang bingung atau cemas, gelisah dan panik, ada pasien yang terutama
berhalusinasi dan ada yang hanya berbicara komat kamit dan inkoheren. Onset biasanya
mendadak, sering dalam beberapa jam atau hari. Delirium sering dapat ditelusuri ke salah
satu atau lebih faktor yang berkontribusi, seperti penyakit medis yang parah atau kronis, obatobatan, infeksi, trauma kepala, operasi, obat atau alcohol.
Sebuah sindrom di mana timbul gejala seperti demensia pada penyakit jiwa fungsional
disebut psudodementia. Depresi adalah salah satu penyakit jiwa fungsional yang harus
disingkirkan dalam mendiagnosis demensia.
KLASIFIKASI DEMENSIA
Demensia dapat dibagi dalam 3 tipe yaitu:
1) Demensia Kortikal dan Sub Kortikal
a. Demensia Kortikal
Merupakan demensia yang muncul dari kelainan yang terjadi pada korteks serebri
substansia grisea yang berperan penting terhadap proses kognitif seperti daya ingat dan
bahasa. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal adalah Penyakit
Alzheimer, Penyakit Vaskular, Penyakit Lewy Bodies, sindroma Korsakoff, ensefalopati
Wernicke, Penyakit Pick, Penyakit Creutzfelt-Jakob.
b. Demensia Subkortikal
Merupakan demensia yang termasuk non-Alzheimer, muncul dari kelainan yang
terjadi pada korteks serebri substansia alba. Biasanya tidak didapatkan gangguan daya
ingat dan bahasa. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal adalah
penyakit Huntington, hipotiroid, Parkinson, kekurangan vitamin B1, B12, Folate, sifilis,
hematoma subdural, hiperkalsemia, hipoglikemia, penyakit Coeliac, AIDS, gagal hepar,
ginjal, nafas, dll.

2) Demensia Reversibel dan Non reversible


a. Demensia Reversibel
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang dapat diobati. Yang termasuk
faktor penyebab yang dapat bersifat reversibel adalah keadaan/penyakit yang muncul dari
proses inflamasi (ensefalopati SLE, sifilis), atau dari proses keracunan (intoksikasi
alkohol, bahan kimia lainnya), gangguan metabolik dan nutrisi (hipo atau hipertiroid,
defisiensi vitamin B1, B12, dll).
b. Demensia Non Reversibel
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang tidak dapat diobati dan bersifat
kronik progresif. Beberapa penyakit dasar yang dapat menimbulkan demensia ini adalah
penyakit Alzheimer, Parkinson, Huntington, Pick, Creutzfelt-Jakob, serta vaskular.
3) Demensia Pre Senilis dan Senilis
a. Demensia Pre Senilis
Merupakan demensia yang dapat terjadi pada golongan umur lebih muda (onset dini)
yaitu umur 40-50 tahun dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis yang dapat
mempengaruhi fungsi jaringan otak (penyakit degeneratif pada sistem saraf pusat,
penyebab intra kranial, penyebab vaskular, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan
nutrisi, penyebab trauma, infeksi dan kondisi lain yang berhubungan, penyebab toksik
(keracunan), anoksia).
b. Demensia Senilis
Merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun. Biasanya terjadi akibat
perubahan dan degenerasi jaringan otak yang diikuti dengan adanya gambaran deteriorasi
mental.
DEMENSIA BERDASAKAN ETIOLOGI YANG MENDASARI :
a.

Demensia pada Penyakit Alzheimer


Merupakan penyebab demensia yang paling sering ditemukan pada sekitar 50% kasus
demensia. Penyakit Alzheimer merupakan penyakit degeneratif primer pada otak tanpa
penyebab yang pasti. Dapat terjadi pada umur kurang dari 65 tahun (onset dini) dengan
perkembangan gejala yang cepat dan progresif, atau pada umur di atas 65 tahun (onset
lambat) dengan perjalanan penyakit yang lebih lambat. Pada penyakit ini terjadi deposit
protein abnormal yang menyebabkan kerusakan sel otak dan penurunan jumlah neuron
hippokampus yang mengatur fungsi daya ingat dan mental. Kadar neurotransmiter juga
ditemukan lebih rendah dari normal. Gejala yang ditemukan pada penyakit Alzheimer
adalah 4A yaitu:

Amnesia : Ketidakmampuan untuk belajar dan mengingat kembali informasi baru

yang didapat sebelumnya.


Agnosia : Gagal mengenali atau mengidentifikasi objek walaupun fungsi sensorisnya

masih baik.
Aphasia : Gangguan berbahasa yaitu gangguan dalam mengerti dan mengutarakan

kata kata yang akan diucapkan.


Apraxia : Ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas motorik walaupun fungsi
motorik masih baik (contohnya mampu memegang gagang pintu tapi tak tahu apa

b.

yang harus dilakukannya).


Demensia Vaskular
Merupakan penyebab kedua demensia yang terjadi pada hampir 40 % kasus.
Demensia ini berhubungan dengan penyakit serebro dan kardiovaskuler seperti
hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit jantung, diabetes, dll. Biasanya terdapat riwayat
TIA sebelumnya dengan perubahan kesadaran. Demensia ini terjadi pada umur 50-60
tahun tetapi lebih sering pada umur 60-70 tahun. Gambaran klinis dapat berupa
gangguan fungsi kognitif, gangguan daya ingat, defisit intelektual, adanya tanda
gangguan neurologis fokal, aphasia, disarthria, disphagia, sakit kepala, pusing,

c.

kelemahan, perubahan kepribadian, tetapi daya tilik diri dan daya nilai masih baik.
Demensia pada penyakit lain
Adalah demensia yang terjadi akibat penyakit lain selain Alzheimer dan
vaskuler yaitu :
- Demensia pada penyakit Pick
- Demensia pada penyakit Huntington
- Demensia pada penyakit Creutzfelt-Jakob
- Demensia pada penyakit Parkinson
- Demensia pada penyakit HIV-AIDS
- Demensia pada alkoholisme
PATOFISIOLOGI TERKAIT DENGAN PROSES PENUAAN
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu
berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70
tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-kondisi yang
dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri. Penyakit degeneratif pada otak,
gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas
secara langsung maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan
melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah
neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal. Di samping

itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses konduksi saraf juga akan
berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan
belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood.
Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau
subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari
hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut demensia.
Demensia pada Lanjut
Usia Semakin bertambahnya usia, energi pelan pelan berkurang, reaksi terhadap
kejadian di sekitarnya lambat, daya kreatif dan inisiatif berangsur angsur menyempit,
penurunan memori dan penurunan fungsi kognitif dapat mengganggu rutinitas sehari-hari.
Bentuk paling ringan, terkait usia adalah gangguan memori ditandai dengan pengakuan
tentang dirinya sendiri telah kehilangan memori dan pada test memori menunjukan
penurunan objektif dibanding dengan dewasa muda. 10,16 Sekitar 10 % dari orang berusia 65
tahun atau lebih mengalami penurunan kognitif, dan hampir 15 % menjadi Alzheimer pada
setiap tahun. Pada proses penuaan memori yang mengalami penurunan terutama pada memori
jangka pendek dan memori tentang masa lalunya.
Penelitian The cognitive neuroscience of human aging, yang mengandalkan
sebagian besar pada teknik neuroimaging, berkaitan dengan perubahan kognitif pada saraf,
termasuk perubahan struktural dan fungsional di korteks prefrontal, daerah lobus
mediotemporal dan traktus saraf telah menemukan beberapa hal tentang proses penuaan pada
anatomi otak. Perubahan saraf terkait usia dalam post-mortem dan in vivo, otak dewasa yang
lebih tua cenderung memiliki volume substansia grisea yang lebih rendah dari daripada otak
dewasa muda usia 21, 22 tahun. Penurunan volume ini tampaknya bukan dari kematian sel,
tetapi lebih karena kepadatan sinaptik yang lebih rendah, pada dewasa usia lebih dari 23
tahun. Kepadatan synaps neokortikal terus menurun antara usia 20 dan 100, dan terus meluas.
Densitas sinaptik pada orang tua yang tidak demensia suatu saat akan mencapai penurunan
densitas, seperti yang terlihat pada penyakit Alzheimer saat usia 130.
Semakin bertambahnya usia volume otak pada usia lanjut mengalami perubahan.
Namun, perubahan volume pada regio yang satu dengan yang lain tidak seragam, seperti
prefrontal korteks (PFC) dan struktur medial temporal, yang terutama dipengaruhi oleh
proses penuaan normal atau patologis, dan daerah lainnya, seperti korteks oksipital, masih
tersisa dan relatif tidak terpengaruhi. Atrofi hippocampus dan neokorteks sangat terkait
dengan demensia pada segala usia. Plak neuritik dan penipisan neurofibrillary sangat terkait

dengan demensia pada usia 75 tahun, tetapi hubungan itu kurang kuat di 95 tahun. Perbedaan
antara lansia muda dan lansia tua diamati pada kedua hippocampus dan neokorteks, meskipun
efeknya kurang mencolok pada penipisan neurofibrillary neokorteks.
Demensia dan Hipertensi
Hipertensi sendiri merupakan faktor risiko untuk terjadinya demensia tipe vaskular.
Tekanan darah sistolik yang tinggi dari usia pertengahan hingga usia lanjut sangat beresiko
terjadi demensia di usia lanjut nanti. Dan kemudian diperkuat dengan ditemukannya
demensia pada hipertensi yang tidak diobati. Demikian pula, pengobatan antihipertensi di
usia pertengahan akan memiliki resiko demensia lebih kecil dibandingkan pengobatan pada
lanjut usia.
Hipertensi Usia Lanjut dengan Demensia Vaskular
Demensia vaskular ialah sindrom demensia yang disebabkan oleh disfungsi otak yang
diakibatkan oleh penyakit serebrovaskular atau stroke. Penyakit aterosklerosis merupakan
penyebab umum timbulnya stroke dan juga penyebab demensia vaskular. Berbagai penyakit
vaskular otak dapat muncul dengan berbagai bentuk, dan yang paling sering adalah stroke.
Pada lanjut usia sendiri sering terjadi gangguan pembuluh darah yang berkaitan
dengan penuaan, kemudian menyebabkan berbagai jenis lesi vaskular yang dapat
menimbulkan lesi pada parenkim otak seperti iskemia, infark, perdarahan, edema, sklerosis
hipokampus dan lesi pada substansia alba. Pada lanjut usia faktor risiko terjadinya demensia
vaskular sering juga mengakibatkan risiko timbulnya demensia alzheimer, sehingga saling
tumpang tindih.
Demensia pada orang tua sendiri terjadi bukan karena sebab tunggal. Berbagai faktor
seperti, obesitas abdominal, resistensi insulin, hipertensi, dislipidemia, dan beberapa
komponen sindroma metabolik, merupakan faktor risiko timbulnya penyakit pembuluh darah
dan menyebabkan demensia vaskular. Pada usia pertengahan yang telah terpapar oleh fakor
risiko tersebut akan memiliki risiko yang lebih besar terkena demensia di lanjut usia nanti.
Hubungan Lesi Vaskular dengan Penurunan Fungsi Kognitif
Pada pembuluh darah besar sampai sedang pada usia lanjut terjadi aterosklerosis yang
merupakan bagian dari penuaan. The circle of Willis adalah pembuluh darah yang sering
terkena pada lanjut usia hipertensi. Studi cross sectional mendapatkan ada hubungan antara
penurunan fungsi kognitif dengan lesi pada pembuluh darah tersebut.

Pada gangguan pembuluh darah kecil yang dikenal dengan Small Vessel Disease
(SVD). SVD bukan merupakan satu kesatuan tersendiri. Hal ini berkaitan dengan infark
lakunar pada kedua substansia alba dan grisea regio subkortikal yang menyebar secara merata
dan memberikan gambaran yang buruk. SVD terdiri dari perubahan intraserebral yaitu
iskemik yang berhubungan dengan penuaan, dan diperparah dengan hipertensi kronis.
Perubahan ini termasuk fibrosis mikrovaskuler dan penebalan membrana basement, yang
kemudian menyebabkan penyempitan lumen arteri karena hilangnya sel sel otot polos.
Selain itu juga terjadi pelebaran ruang perivaskular dan terjadi kebocoran protein plasma.
Perubahan ini dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah, mikroaneurisma, dan nekrosis
fibrinoid dari dinding pembuluh darah.
Infark besar (melebihi 10 mm) sering terjadi karena iskemik, dan merupakan
konsekuensi karena adanya oklusi arteri. Stroke tunggal yang besar atau stroke di lokasi
strategis meberikan gambaran klinis paling jelas dan mudah untuk mendiagnosa. Memang,
pada stroke hemisfer akut, baik pada korteks atau thalamus, iskemik atau hemoragik,
mengakibatkan penurunan kognitif dengan proporsi yang signifikan pada pasien. Analisis
terbaru menunjukkan bahwa 10 % dari pasien mengalami demensia sebelum stroke pertama
mereka. Sementara yang lainnya berkembang menjadi demensia segera setelah stroke
pertama, dan lebih dari sepertiga berkembang menjadi demensia setelah stroke berulang.
Penurunan kognitif dapat muncul diam-diam dalam beberapa bulan setelah stroke. Istilah
demensia multi - infark (MID) menggambarkan efek kumulatif dari beberapa stroke. Ini
berarti bahwa lesi kecil, bahkan lesi yang belum menuimbulkan gejala klinis dapat berujung
pada penurunan kognitif.
Infark lakunar (cavitating anemic infarcts), berukuran sampai 10 mm, terlihat pada
pemeriksaan radiologis dan setelah pemeriksaan menyeluruh (gross examintion). Infark
tersebut sebagian besar terbatas pada substansia alba pada serebral dan struktur subkortikal.
Inti subkortikal merupakan bagian yang paling rentan karena hanya mendapat aliran darah
dari end arteries, yang hampir tanpa anastomosis. Infark lakunar berhubungan dengan
hipertensi yang telah terbukti juga berhubungan dengan penurunan kognitif. Meskipun istilah
khusus yang digunakan untuk menunjukkan bagian besar lakunar pada kawasan yang sama,
seperti etat lacunaire atau status lacunaris (bila dilihat di substansia grisea) dan crible etat
atau status cribrosus (jika dilihat di substansia alba), namun istilah-istilah ini hanyalah istilah
deskriptif dan tidak mencerminkan pathogenesis.
Nekrosis kortikal laminar atau nekrosis pseudolaminar ditandai dengan hilangnya
neuron dan gliosis di neokorteks yang disebabkan oleh hipotensi secara menyeluruh atau

hipoksemia. Hal tersebut sering dikaitkan dengan lesi materi putih (white matter lesion
(WMLs)).
Hippocampal sclerosis (HS), sebuah temuan neuropatologis (10%) pada individu di
atas usia 85, ditandai dengan hilangnya sel dan gliosis. Keadaan tersebut disebabkan oleh
iskemik, hipoksia pada lanjut usia dengan gagal jantung dan hipoperfusi serebral, dan hal
tersebut sering dikaitkan dengan demensia.
WMLs 65 % ditemukan pada lebih usia lanjut dari 65 tahun, dan frekuensi tersebut
meningkat pada pasien dengan penyakit serebrovaskular atau dengan resiko kardiovaskular.
WMLs telah diakui sejak ditemukan oleh Binswanger, sebagai penyebab demensia. Sehingga
tentu tidak mengherankan bahwa kerusakan konektivitas antar neuron akan mengakibatkan
gangguan kognitif. WMLs biasanya terdiri dari beberapa derajat variabel, demielinasi,
kerusakan aksonal, astrocytosis reaktif ringan, edema, reaksi makrofag, dan microangiopathy
yang menembus arteri. Penyebab patologi yang mendasari WMLs mencakup berbagai lesi,
termasuk microangiopathy, vena collagenosis, iskemia kronis dan Wallerian degenerasi.
Perdarahan mikro (Microbleed) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
ekstravasasi darah ke perivaskular, atau pendarahan intraserebral yang kecil (kurang dari 10
mm). Prevalensi ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Biasanya, perdarahan
mikro ini berhubungan dengan cerebral amyloid angiopathy (CAA) dan hipertensi.
Patogenesis yang berkaitan dengan efek kognitif yang tepat masih harus dikaji ulang, namun
sampai sekarang perdarahan cerebral yang kecil ini (Cerebral Microbleeds) ini masih
dikelompokan sebagai penyebab demensia yang termasuk hemorrhagic demensia.
Hubungan Terapi Hipertensi dengan Demensia
Semua kelainan diatas menyebabkan demensia. Walaupun semua kelainan tersebut
tidak mutlak karena hipertensi, namun dengan mengendalikan faktor risiko seperti hipertensi
salah satunya diyakini memberikan manfaat dalam mencegah timbulnya demensia.
b. Neuroanatomi otak (erik, nisa, alif, ying, veji, keken)
SSP (Sistem Saraf Pusat)
(1) Otak, Otak dilapisi oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput meninges
terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan durameter, lapusan araknoid, dan lapisan piameter.
(a)

Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan bersifat tidak

kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk melindungi
jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medula spinalis.

(b) Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri dari lapisan yang
berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut dengan ruang subaraknoid dan
memiliki cairan yang disebut cairan serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi
otak dan medulla spinalis dari guncangan.
(c)

Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan melekat

langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah. Berfungsi untuk
melindungi otak secara langsung.

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala
kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari
berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan
batang otak. Otak dibagi menjadi beberapa bagian, di antaranya adalah cerebrum,
mesenchepalon, dienchephalaon, dan cerebellum. Adapun penjelasan dari masing-masing
bagian yaitu:
(a) Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang memenuhi sebagian besar dari otak kita yaitu 7/8 dari
otak. Cerebrum mempunyai 2 bagian belahan otak yaitu otak besar belahan kiri yang
berfungsi mengatur kegiatan organ tubuh bagian kanan. Kemudian otak besar belahan kanan
yang berfungsi mengatur kegiatan organ tubuh bagian kiri. Bagian kortex cerebrum berwarna
kelabu yang banyak mengandung badan sel saraf. Sedangkan bagian medulla berwarna putih
yang bayak mengandung dendrit dan neurit. Bagian kortex dibagi menjadi 3 area yaitu area
sensorik yang menerjemahkan impuls menjadi sensasi. Kedua adalah area motorik yang
berfungsi mengendalikan koordinasi kegiatan otot rangka. Ketiga adalah area asosiasi yang
berkaitasn dengan ingatan, memori, kecedasan, nalar/logika, kemauan.
Cerebrum mempunyai 4 macam lobus yaitu :
(a)

Lobus frontal berfungsi sebagai pusat penciuman, indera peraba.

(b) Lobus temporal berungsi sebagai pusat pendengaran


(c)

Lobus oxsipetal berfungsi sebagai pusat pengliihatan.

(d) Lobus parietal berfungsi sebagai pusat ingatan, kecerdasan, memori, kemauan, nalar,
sikap.
(2) Mesencephalon
Mesencephalon merupakan bagian otak yang terletak di depan cerebellum dan jembatan
varol. Mesencephalon berfungsi sebagai pusat pengaturanan refleks mata, refleks
penyempitan pupil mata dan pendengaran.
(3) Diencephalaon
Diencephalaon merupakan bagian otak yang terletak di bagian atas dari batang otak dan di
depan mesencephalon. Diencephalaon terdiri dari talamus yang berfungsi untuk stasiun
pemancar bagi impuls yang sampai di otak dan medulla spinalis. Bagian yang kedua adalah
hipotalamus yang berfungsi sebagai pusat pengaturan suhu tubuh, selera makan dan
keseimbangan cairan tubuh, rasa lapar, sexualitas, watak, dan emosi.
(4) Cerebellum
Cerebellum merupakan bagian otak yang terletak di bagian belakang otak besar, berfungsi
sebagai pusat pengaturan koordinasi gerakan yang disadari dan keseimbangan tubuh serta
posisi tubuh. Cerebellum memiliki 2 bagian belahan yaitu belahan cerebellum bagian kiri dan
belahan cerebellum bagian kanan yang dihubungkan dengan jembatan varoli yang berfungsi
untuk menghantarkan impuls dari otot-otot belahan kiri dan kanan.
(5) Medulla oblongata
Medulla oblongata disebut juga dengan sumsum lanjutan atau penghubung atau batang otak.
Terletak langsung setelah otak dan menghubungkana dengan medulla spinalis, di depan
cerebellum. Susunan kortexmya terdiri dari neeurit dan dendrite dengan warna putih dan
bagian medulla terdiri dari bdan sel saraf dengan warna kelabu. Medulla oblongata berfungsi
sebagai pusat pengaturan ritme respirasi, denyut jantung, penyempitan dan pelebaran
pembuluh darah, tekanan darah, gerak alat pencernaan, menelan, batuk, bersin, sendawa.
(6) Medulla spinalis
Medulla spinalis disebut dengan sumsum tulang belakang dan terletak di dalam ruas-ruas
tulang belakang yaitu ruas tulang leher sampaia dengan tulang pinggang yang kedua.
Medulla spinalis berfungsi sebagai pusat gerak refleks dan menghantarkan impuls dari organ
ke otak dan dari otak ke organ tubuh

Source:
Anonim. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53248/4/Chapter%20II.pdf. Access
on October 24th 2016
Anonim. http://eprints.undip.ac.id/44525/3/Danu_Kamajaya_22010110110028_BAB_II.pdf.
Access on October 24th 2016
Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: FKAtmajaya.
Sadock, Benjamin J, Sadock, Virginia A. 2014. Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri
Klinis, Ed.2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai