Anda di halaman 1dari 2

Kemelut "Kopi Maut" Jessica vs Mirna

Kematian Wayan Mirna Salihin menjadi perhatian publik sejak 6 Januari


lalu. Mirna dinyatakan keracunan senyawa sianida tak lama setelah meminum
es kopi vietnam bersama kedua temannya di Restoran Oliver. Dan membawa
Jessica sebagai terdakwa atas kematian Mirna. Sudah tiga puluh dua
persidangan yang dilalui tak satupun persidangan yang dapat menyelesaikan
masalah tersebut dan mengungkap secara pasti siapa pelaku pembunuhan
Mirna.
Sejak awal kasus ini diusut Jessica sudah dua kali dipanggil Polda Metro
Jaya untuk melakukan pemeriksaan, Jessica membantah telah membunuh
Mirna tetapi ditemukan petunjuk penting berupa celana panjang yang
digunakan Jessica saat membawa Mirna ke rumah sakit dibuang oleh asisten
rumah tangganya dengan alasan celana tersebut robek.
Pada saat itu Jessica yang awalnya berstatus sebagai saksi berubah menjadi
tersangka dan dicekal saat akan pergi keluar negri. Jesica ditangkap di Neo
Hotel bersama kedua orang tuanya di dalam kamar hotel. Tanpaa ada
perlawanan Jessica berhasil dibawa pihak kepolisisan dikarenakan Jessica
dianggap tidak konsisten saat memberikan saksi dan polisi memiliki empat
bukti lain yang dapat menetapkan Jessica sebagai tersangka. Antara lain bukti
itu adalah dua puluh keterangan saksi, dokumen, serta petunjuk yang saling
terkait.
Tiga hari setelah penangkapan pihak Polda Metro Jaya mendapatkan
informasi penting dan alat bukti terkait kasus tersebut. Selain itu telah
dilakukan penggeledahan di rumah Jessica dan menemukan sebuah laptop
yang kemudian dijadikan salah satu barang bukti.
Sebulan lebih sehari setelah kematian Mirna dilakukan reka ulang kasus.
Tersangka melakukan 56 adegan sepanjang proses reka ulang. Namun Jessica
dan pengacaranya menolak reka ulang kedua dengan alasan Jessica merasa
terintimidasi dan merasa ada paksaan agar Jesisica mengaku sebagai lelaku
pembunuhan Mirna.
Melalui berkas perkara kasus kematian Mirna yang diberikan kepada Jaksa
Peneliti di Kejaksaan Tinggi yang sebelumnya sempat ditolak karena tidak
lengkap terkuak ada empat belas riwayat kejahatan yang dilakukan Jessica
selama sepuluh tahun di Australia. Namun hanya dua kasus yang dibocorkan,
yaitu percobaan bunuh diri dan menjalani pemulihan kejiwaan.
Setiap ada berkas yang muncul proses penahan Jessica semakin
diperpanjang. Hingga hampir 3 bulan. Hal ini menyebabkan kesehatan Jessica
menurun dan mengalami stres, namun Jessica harus tetap melanjutkan proses
hukum karena tidak ada yang perlu dikhaawatirkan daro kesehatannya.
Setelah empat kali berkas ditolak akhirnya berkas yang diajukan terpenuhi
dan layak untuk disidangkan dengan 5 bukti jelas. Pada sidamg perdananya
Jaksa Penuntut Umum yakin Jessica yang membunuh Mirna dari pembacaan

kronologi kasus dengan motif Mirna penyebab Jessica dan pacarnya putus.
Namun menurut pengacara Jessica dakwaan tersebu sangat lemah dan tidak
dapat dijadikan alasan penjatuhan hukuman Jessica.
Pada sidang sidang berikutnya didatangkan saksi saksi serta mencari
kebenaran bukti bukti yang ada. Hingga pada tanggal 5 Oktober 2016 jaksa
membacakan tuntutan. Jaksa menuntut hukuman 20 tahun penjara dengan
alasan pembunuhan berencana disusul dengan pembacaan nota pembelaan
Jessica yang menyatakan bahwa kuasa hukum Jessica merasa Jaksa mengada
ada dan tidak berdasar dalam menjatuhkan tuntutan. Namun pada akhirnya
Hakim Pengadilan Negri menvonis jessica 20 tahun penjara.
Setelah keputusan terakhir, masih saja terjadi perdebatan dikarenakan
hakim masih belum yakin dengan keputusan yang diambilnya. Hingga saat ini,
penikmat berita masih terus bertanya tanya mengrnai keputusan yang
sebenarnya dan masalah semakin terasa berbelit belit tanpa ada penyelesaian
yang tegas. Harusnya pihak berwajib lebih tegas dalam menyelesaikan
masalah ini serta memberikan hukuman sesuai dengan perbuatan agar
meberikan efek jera.

Edita Meliana
XII IPA 10
13

Anda mungkin juga menyukai