Disusun Oleh:
Kelas B1 - Kelompok 3
JUMAIDIL KHAIRAD
JURAIDDIN
1620313322
1620313323
A. PENDAHULUAN
Menstruasi yang normal didefinisikan sebagai perdarahan dari endometrium
sekretori yang terkait dengan siklus ovulasi, tidak lebih dari lima hari. Pendarahan
yang tidak memenuhi kriteria ini disebut sebagai perdarahan uterus abnormal.
Pendarahan uterus abnormaldianggap salah satu yang masalah paling umum. Hal ini
dapat disebabkan oleh berbagai sistemikpenyakit, gangguan endokrin atau obatobatan. Di sisi lain, mungkin berhubungan dengan kehamilan, anovulasi,fibroid,
polip, adenomiosis atau neoplasia (Khare et al, 2012).
Perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah diagnosis eksklusi. Pendarahan
uterus disfungsional mungkin merupakan kondisi fisiologis normal atau dapat menjadi
tanda dari kondisi yang mendasarinya serius (Khare et al, 2012).
Perdarahan uterus disfungsional menggambarkan spektrum pola perdarahan
abnormal dalamabscence dari penyakit medis atau patologi pelvis. Hal ini
bertanggung jawab untuk sekitar setengah dari wanita dengan perdarahan uterus
abnormal pada usia reproduksi. Tanda umumnya yaitu menorrhagia, adalah sebuah
gangguan baik secara medis dan sosial. Selain itu, merupakan penyebab tersering
daridefisiensi besi di negara maju dan penyakit kronis di negara berkembang
(Corbacioglu, 2011).
B. DEFINISI
Perdarahan uterus disfungsional merupakan perdarahan uterus abnormal yang
terjadi tanpa kelainan pada saluran reproduksi, penyakit medis tertentu atau
kehamilan. Diagnosis perdarahan uterus disfungsional (PUD) ditegakkan per
ekslusionam. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan akut dan banyak, perdarahan
ireguler, menoragia dan perdarahan akibat penggunaan kontrasepsi.
C. PATOFISIOLOGI
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus ovulasi ataupun
anovulasi yang sebagian besar disebabkan oleh gangguan fungsi mekanisme kerja
pors hipotalamus hipofisis ovarium endometrium.
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu:
1) Perdarahan uterus disfungsional tipe anovulasi
Pada tipe ini ditandai oleh produksi estradiol-17 secara terus-menerus tanpa
pembentukan korpus luteum dan pelepasan progeseteron. Estrogen yang tidak
diimbangi mengarah pada proliferasi endometrium terus-menerus yang pada
akhirnya menghasilkan suplai darah berlebih dan dikeluarkan dengan mengikuti
pola irregular dan tidak dapat diprediksi. Pada perdarahan uterus disfungsional tipe
anovulasi, tidak terdapat pembentukan progesteron sehingga hanya terdapat satu
enometrium
mengalami
atrofi.
Kedua
kondisi
ini
dapat
USG
transvaginal
adalahlini
pertama
alat
diagnostik
untuk
untuk
diagnosis
fibroid,
polip
endometrium,
intrauterin
dan
b. Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan Pap
smear dan harus disingkirkan kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia
endometrium atau keganasan.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan penunjang/laboratorium diperlukakan untuk menyingkirkan
kelainan-kelainan lain yang menyebabkan pendarahan uterus abnormal, antara lain
adalah :
Tes kehamilan
Laboratorium darah dan fungsi homeostasis : Complete Blood cell Count
(CBC), Protrhrombin Time (PT), activated Partial Thromboplastin Time
(aPPT).
Pemeriksaan hormonal/endokrin (T2, T4, testosteron, DHEAS, uji glukosa)
Ultrasonografi (USG)
Biopsi endometrium (pada wanita yang sudah menikah)
Tes fungsi hati
Sonohisterografi : NaCl fisiologis dimasukkan ke dalam kavum uteri melalui
kateter sambil dilakukan USG transvaginal, digunakan untuk menilai kavum
uteri dan lapisan endometrium, serta dapat mempertajam diagnostik sebelum
H. TERAPI FARMAKOLOGI
Pada dasarnya tujuan penatalaksanaan PUD adalah untuk memperbaiki keadaan
umum, menghentikan perdarahan, mengembalikan fungsi hormon reproduksi serta
menghilangkan ancaman keganasan. Pertimbangan penatalaksanaan terapi antara lain
umur,status, fertilitas, berat,jenis dan lama perdarahan. Keadaan umum pasien ynag
harus diperbaiki meliputi pengatasan terhadap syok dengan resusitasi cairan serta HB
< 7 g/L dengan transfusi darah.
Progesteron
Penghambat sintesis prostaglandin/anti cox
Asam mefenamat 3x500 mg / hari selam 5 hari
Naproxen 3 x 500 mg/hari
Asam salisilat
Anti fibrinolitik:
a) Asam traneksamat 3 x 1 gr
b) Hematinik
Tujuan terapi adalah mengontrol perdarahan, mencegah perdarahan berulang,
mencegah komplikasi, mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh, dan menjaga
kesuburan. Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi
hemodinamik dari ibu. Pemberian estrogen dosis tinggi adalah tatalaksana yang sering
dilakukan. Regimen estrogen tersebut efektif di dalam menghentikan episode
perdarahan. Bagaimanapun juga penyebab perdarahan harus dicari dan dihentikan.
Apabila pasien memiliki kontraindikasi untuk terapi estrogen, maka penggunaan
progesteron dianjurkan.
Untuk perdarahan disfungsional yang berlangsung dalam jangka waktu lama,
terapi yanmg diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan,
dan pilihan kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya.
Pasien yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi
diberikan , dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi.Terapi operasi
dapat disarankan untuk kasus yang resisten terhadap terapi obat-obatan.
1. Non Hormonal
a. Asam Traneksamat
Obat ini bersifat inhibitor kompetitif pada aktivasi plasminogen. Plasminogen
akan diubah menjadi plasmin yang berfungsi untuk memecah fibrin menjadi fibrin
degradation products (FDPs). Oleh karena itu obat ini berfungsi sebagai agen anti
fibrinolitik. Obat ini akan menghambat faktor-faktor yang memicu terjadinya
pembekuan darah, namun tidak akan menimbulkan kejadian trombosis.
b. Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
Kadar prostaglandin pada endometrium penderita gangguan haid akan meningkat.
AINS ditujukan untuk menekan pembentukan siklooksigenase, dan akan
menurunkan kadar prostaglandin pada endometrium. AINS dapat mengurangi
jumlah darah haid hingga 25-50 persen. Pemberian AINS dapat dimulai sejak haid
pertama dan dapat diberikan untuk 5 hari atau hingga haid berhenti.
2. Hormonal
a. Estrogen
Sediaan inidigunakan pada kejadian perdarahan akut yang banyak. Sediaan yang
digunakan adalah EEK (Estrogen ekuin konyugasi), dengan dosis 2.5 mg per oral
4x1 dalam waktu 48 jam. Pemberian EEK dosis tinggi tersebut dapat disertai
dengan pemberian obat anti-emetik seperti promethazine 25 mg per oral atau intra
muskular setiap 4 - 6 jam sesuai dengan kebutuhan. Mekanisme kerja obat ini
belum
jelas,
kemungkinan
aktivitasnya
tidak
terkait
langsung
dengan
faktor
IV, faktor
X,
proses
diberikan
secara
kontinyu, namun dianjurkan setiap 3-4 bulan dapat dibuat perdarahan lucut. Efek
samping dapat berupa perubahan mood, sakit kepala, mual, retensi cairan,
payudara tegang, deep vein thrombosis, stroke dan serangan jantung.
c. Progestin
Obat ini akan bekerja menghambat penambahan reseptor estrogen serta akan
mengaktifkan enzim 17-hidroksi steroid dehidrogenase pada sel-sel endometrium,
sehingga estradiol akan dikonversi menjadi estron yang efek biologisnya lebih
rendah dibandingkan estradiol. Meski demikian penggunaan progestin yang lama
dapat memicu efek anti mitotik yang mengakibatkan terjadinya atrofi
endometrium. Progestin dapat diberikan secara siklik maupun kontinyu.
Pemberian siklik diberikan selama 14 hari kemudian stop selama 14 hari, begitu
berulang-ulang tanpa memperhatikan pola perdarahannya.
Apabila perdarahan terjadi pada saat sedang mengkonsumsi progestin, maka dosis
progestin dapat dinaikkan. Selanjutnya hitung hari pertama perdarahan tadi
sebagai hari pertama, dan selanjutnya progestin diminum sampai hari ke 14.
Pemberian progestin secara siklik dapat menggantikan pemberian pil kontrasepsi
kombinasi apabila terdapat kontraindikasi. Sediaan progestin yang diberikan
antara lain MPA 1x10 mg, noretisteron asetat dengan dosis 2-3 x 5
mg,
d. Androgen
Danazol adalah suatu sintetik isoxazol yang berasal dari turunan 17a-etinil
testosteron. Obat tersebut memiliki efek androgenik yang berfungsi untuk
menekan produksi estradiol dari ovarium, serta memiliki efek langsung terhadap
reseptor estrogen di endometrium dan di luar endometrium. Pemberian dosis
tinggi 200 mg atau lebih per hari dapat digunakan untuk mengobati PUD. Efek
samping: peningkatan berat badan, kulit berminyak, jerawat, perubahan suara.
e. Gonadotropine Releasing Hormone (GnRH) agonist
Obat ini bekerja dengan cara mengurangi konsentrasi reseptor GnRH pada
hipofisis melalui mekanisme down regulation terhadap reseptor dan efek pasca
reseptor, yang akan mengakibatkan hambatan pada pelepasan hormon
gonadotropin. Pemberian obat ini biasanya ditujukan untuk membuat penderita
menjadi amenorea. Dapat diberikan leuprolide acetate 3,75 mg intra muskular
setiap 4 minggu, namun pemberiannya dianjurkan tidak lebih dari 6 bulan.
Apabila pemberiannya melebihi 6 bulan, maka dapat diberikan tambahan terapi
estrogen dan progestin dosis rendah (add back therapy).
Gambar 1. Terapi farmakologi PUD (Corbacioglu, 2011)
ANALISIS SOAP
KASUS 3. Menstruation Related Disorders
Dysfunctional uterine bleeding
Seorang wanita overweight (39 tahun) mengeluhkan perdarahan menstruasi yang sangat berat.
Wanita ini telah mengalami 3 kali operasi caesar dan telah melakukan sterilisasi laparoskopi.
Pemeriksaan ultra-sonografi menjelaskan bahwa ukuran uterus normal dan mengalami
penebalan endometrium. Ovarium juga terlihat normal. Dilakukan hysteroscopy atau saline
infusion sonog-raphy untuk mengetahui adanya submucous fibroids atau polyp yang besar yang
mungkin berkontribusi terhadap munculnya perdarahan dan ternyata didapati bahwa dinding
uterine normal .
Data Pemeriksaan Pasien
TTV
TD (mmHg)
HR (x/menit)
RR (x/menit)
Suhu (oC)
Keluhan
Nyeri Perut
Demam
Perdarahan
Lemas
Mual/Muntah
Tanggal
1/6
2/6
100/7 110/70
0
74
78
18
18
37
37
+
+
+
+
Parameter
+
+
+
+
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Hasil
(1/6/15)
6,9 low
26 low
40000 low
Hasil
(2/6/15)
6,9 low
28 low
50000 low
Eritrosit
2,9 low
3,4 low
Management Terapi :
Obat
luteal-phase progestins 1x1
Nilai Normal
12-16 gr/dL
37-47 %
150000-450000
/uL
4,2-5,4 6 / -UL
1/6
2/6
Levonorgestrel (20g/24 j)
Sangobion 1x1
: Ny.
No Rek Medik
:-
Tempt/tgl lahir
: 39th
Dokter yg merawat : -
Alamat
:-
Ras
:-
Pekerjaan
:-
Sosial
:-
Tanggal
1/6
2/6
100/7 110/70
0
74
78
18
18
37
37
+
+
+
+
+
+
+
+
Hasil
(1/6/15)
6,9 low
26 low
40000 low
2,9 low
Hasil
(2/6/15)
6,9 low
28 low
50000 low
3,4 low
Nilai Normal
12-16 gr/dL
37-47 %
150000-450000 /Ul
4,2-5,4 6 / -UL
Nama obat
Indikasi
Dosis
Interaksi
pemberian
luteal-phase
Mencegah hyperplasia
1x1
progestins
IM
endometrium
S
Fenitoin,
barbiturate,
primidon,
karbamezapine,
rifampisin
Kontrasepsi
2
Levonorgestrel
20 g/24 jam
PO
m
(Antispasmodik)
Nyeri paroksismal
Gitas plus
(Hyoscine-N3
butylbromide 10 mg,
empedu, saluran
1x1
PO
genital wanita
4
Asam tranexamat
1x1
PO
Anti inhibitor
coagulant
Perdarahan
(Gol. Antifibrinolitik)
complex: Anti
fibrinolitik dapat
meningkatkan
efek trombogenik
dari anti inhibitor
coagulant
complex.
Sangobion
(Elemental Fe 30 mg,
manganese sulfat 0.2
5
M
i
makrositik
(Suplemen zat besi)
1x1
PO
p
Asupan nutrisi
p
6
IV
ASESSMENT
No
1.
Problem
Medik
Anovulatory
bleeding
Anemia
Subyektif
Obyektif
Terapi
Perdarahan
menstruasi,
Penebalan endometrium
luteal-phase
progestins
DRP
Plan
-
Diteruskan
Levonorgestrel
Asam traneksamat
Diteruskan,
Dosis dinaikkan 3 x
1 gr secara IV
Mual muntah
Diberikan
Promethazine 2,5mg
PO 2 kali sehari
Nyeri perut
Gitas plus
Lemas
Dihentikan dan
diganti dengan Asam
mefenamat 3 x 500
mg
Diteruskan dan
direkomendasikan
oksigen 2
Liter/menit, untuk
Dihentikan dan
diganti dengan
pemberian transfusi
PRC
CARE PLAN
1. Kadar Hb < 7,5 gr/L sehingga perlu dilakukan infus RL dan pemberian oksigen
sebesar 2 liter/menit serta tranfusi darah PRC untuk meningkatkan kadar Hb pasien
dengan cepat serta memperbaiki hemodinamik.
2. Penggunaan obat sangobion dihentikan karena telah dilakukan transfusi darah PRC
untuk mempercepat peningkatan kadar Hb.
3. Penggunaan levonogestrel sebagai PKK (pil kontrasepsi kombinasi) dihentikan
karena terjadi kontraindikasi (efek samping nyeri perut dan dapat meningkatkan
perdarahan). Mekanisme kerja levonogestrel mencegah resiko stimulasi estrogen
tanpa menurunkan produksinya terhadap endometrium, dimana tujuan terapi adalah
untuk meningkatkan produksi progesterone. Terapi digantikan dengan pemberian
Luteal-phase progestins selama 14 hari, kemudian dihentikan setelah 14 hari. Hal
ini diulang selama 3 bulan. Setelah 3 bulan dilakukan evaluasi pengobatan.
4. Gitas plus belum mencapai efek terapi sehingga diganti dengan Asam mefenamat 3
x 500 mg karena pasien masih merasakan nyeri.
5. Promethazine 25 mg diberikan peroral 2x sehari untuk mengatasi mual muntah.
6. Asam traneksamat diganti penggunaannya secara intravena dengan dosis 3 x 1 gr.
7. Tambahkan antiemetik seperti promethazine 25 mg peroral 2x sehari untuk
menghilangkan keluhan mual muntah.
MONITORING
DAFTAR PUSTAKA
b. Hematokrit
Nilai normal:
Pria : 40% - 50 %
SI unit : 0,4 - 0,5
Wanita : 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0,45
Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume darah total.
hingga parah.
Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan
paru-paru kronik, polisitemia dan syok.
c. Trombosit
Nilai normal : 170 380. 103/mm3
SI : 170 380. 109/L
Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia vera,
jangka
waktu
yang
lama,
peningkatan
waktu
perdarahan
petekia/ekimosis.
d. Eritrosit
Nilai normal: Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3
SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L
6
3
Wanita: 3,8-5,0 x 10 sel/mm
SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L
Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia, penurunan