Anda di halaman 1dari 5

Hukum Perpajakan

Kematian Prada, Panama Papers, Pengampunan Pajak

Oleh:
Melani Rahmayanti
156020301111028

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSIAS BRAWIJAYA
2016

Nama Lengkap

: Tjipta Lesmana

Alias

: Tjipta/Lesmana

Agama

: Katolik

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Juni 1949

PENDIDIKAN

Perguruan Tinggi Publisistik yang sekarang dikenal dengan nama IISIP (1974)
Universitas Katolik Atma Jaya (1976)
University of Chicago (1977)
Doktor bidang komunikasi Universitas Indonesia (2001)

KARIR

Wartawan lepas di majalah Swasembada dan Telstra (1970-1972)

Konsultan bidang komunikasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN)
Dosen (sampai sekarang)

Prof. Tjipta Lesmana merupakan pakar komunikasi dan pengamat politik Indonesia
yang juga berprofesi sebagai dosen dan kolumnis. Ia dikenal sebagai sosok yang tegas dan
keras dalam bersikap.
Baru-baru ini Prof. Tjipta Lesmana membuat sebuah artikel yang dimuat di sebuah
media cetak. Dalam artikel yang berjudul Kematian Prada, Panama Papers, Pengampunan
Pajak ini mempunyai berbagai macam komentar dari para nitizen dan semua komentar
tentang artikel ini sangat beragam.
Artikel ini memiliki pandangan yang menurut banyak orang dan saya juga memang
agak ganjil dan banyak orang juga mencoba meluruskan isi dari artikel dari Prof. Tjipta
Lesmana ini. Dimulai dari Kematian Prada dan temannya seorang PNS yang terbunuh
ditikam, Prada seorang pegawai pajak dia menjalankan tugasnya sebagai juru sita dan
melakukan kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak.
Dari yang saya baca nama pegawai pajak ini bukan Prada tetapi Parada dengan nama
lengkapnya Parada Toga Fransriano S, dan pegawai PNS yang dimaksud sebenanya bukan
PNS melaikan masih pegawai Honorer yang bernama Soza Nolo Lase.
Prof. Tjipta Lesmana juga menyebutkan kalau Parada Toga Fransriano S dan Soza Nolo
Lase,mereka tewas sebagai korban dari sistem perpajakan yang tidak beres di Republik
Indonesia. Pendapat yang beliau sebutkan ini maka disimpulkan bahwa dari sistem yang
salah maka akan menimbulkan pelaksanaan yang salah juga.
Didalam artikel ini juga Prof. Tjipta Lesmana menggunakan kata Pasti yang meyakini
bahwa pengusaha itu yang telah menikam Parada Toga Fransriano S dan Soza Nolo Lase,
mereka mendatangi pengusaha ini sudah berkali-kali namun lolos karena berhasil menyuap
petugas pajak dari isi artikel ini Prof. Tjipta Lesmana seperti meyakini bahwa ada seorang

petugas pajak yang telah menerima suap dari pengusaha tersebut. Namun dari keyakinan
beliau ini beliau tidak memiliki bukti hitam diatas putih.
Mengenai kronologis ini Prof. Tjipta Lesmana juga hanya menduga-duga tentang apa
yang terjadi dengan menuliskan bias jadi pegawai pajak yang bicaranya terlalu keras atau
pengusahanya yang sedang sewot, namun ini hanya dugaan sementara dan informasi ini
belum sepenuhnya benar.
Petama, dalam artikel ini Prof. Tjipta Lesmana menyebukan salah satu buruknya sistem
perpajakan di Indonesia karena adanya pengenaan pajak kita berlipat-lipat yang beliau
contohkan pada sebuah transaksi jual-beli rumah yang dimana penjual dan pembeli
diharuskan membayar pajak, namun beliau menyebutkan bahwa si penjual akan membayar
pajak lagi ketika hasil penjualan rumah tersebut dilaporkan dalam SPT Tahunan dan
perhitungannya dikenakan tarif progresif. Dapat disimpulkan penjual harus membayar
pajak dua kali dalam objek yang sama juga. Penghasilan yang didapatkan penjual dari
penjualan rumah dikenakan pajak final yang tertulis dalam UU KUP Pasal 4 ayat (2),
penghasilan dikenakan pajak final tetap harus dilaporkan dalam SPT Tahunan dan dalam
formulir yang berbeda dengan penghasilan tidak fina, jadi penjual tidak akan dikenakan
pajak sebanyak dua kali dalam objek yang sama.
Kedua, Prof. Tjipta Lesmana juga mengatakan banyak pengusaha selalu memeras otak
untuk melarikan diri kewajiban membayar pajak sesuai peraturan yang berlaku. Ini
kemudian banyak pengusaha melarikan uangnya ke luar negeri atau bertransaksi dengan
pihak luar karena PPh-nya lebih rendah dibandingkan PPh di Indonesia, semua yang
pengusaha lakukan yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang besar dengan pembayaran
pajak yang kecil demi mendapatkan keuntungan, prakter Transfer Pricing menjadi
pedoman mereka karna ini sangat menguntungkan bagi perusahaan. Dengan ruwet, ribet
dan tidak adilnya sistem perpajakan di Indonesia maka para pengusaha ini tidak mau
membayar pajak yang tinggi.

Kemudian diakhir artikel ini Prof. Tjipta Lesmana membahas tentang Parada Toga
Fransriano S , Panama Papers dan pengampunan pajak. Di akhir tulisan ini Beliau meminta
agar pembahasan RUU Tax Amnesty ditunda karna beliau takut ini akan menjadi
keuntungan bagi para penggelapan pajak, di bagian akhir juga beliau kembali menegaskan
dengan sebuah pernyataan Berapa hasil yang diperoleh negara dan berapa kerugian yang
diderita negara akibat pelaksanaan UU Tax Amnesty jika disahkan.

Anda mungkin juga menyukai