Anda di halaman 1dari 7

RMK TEORI AKUNTANSI

Rerangka Konseptual

Oleh:
Melani Rahmayanti 156020301111028

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

A Pengertian
1 Menurut FASB, kerangka konseptual merupakan suatu konstitusi, suatu sistem yang
koheren dari hubungan antara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar
yang konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi serta keterbatasan akuntansi keuangan
dan laporan keuangan. Tujuan akan mengindentifikasikan sasaran dan maksud akuntansi,
sedangkan fundamental adalah konsep yang mendasari akuntansi, konsep yang
memberikan petunjuk dalam memilih kejadian untuk dicatat, mengukur kejadian tersebut,
meringkas dan mengkomunikasikan pada pihak-pihak yangberkepentingan.
2 Kerangka konseptual dapat dipandang sebagai teori akuntansi yang terstruktur (belkaoui,
1993), karena struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akuntansi yang
didasarkan pada proses penalaran logis yang dapat digambarkan dalam bentuk hierarki
yang memiliki beberapa tingkatan.
B Tujuan Kerangka Konseptual
Untuk memberikan pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan
umum (general purposes financial statements).
C Perlunya Kerangka Konseptual
1 Sebagai pedoman dalam menentukan standar akuntansi
2 Sebagai kerangka referensi untuk memecahkan masalah akuntansi apabila standar yang
sekarang ada, tidak mengatur isu-isu yang baru muncul
3 Sebagai dasar membuat pertimbangan (judgement) dalam menyajikan laporan keuangan
4 Meningkatkan daya banding dengan cara mengurangi berbagi alternatif metode akuntansi
yang ada.
D Elemen Kerangka Konseptual
Menurut Belkaoui (2000: 142) kerangka konseptual memiliki empat tingkatan, yaitu:
1 Tingkat Pertama
Pernyataan konsep akuntansi keuangan mengenai rumusan tujuan pelaporan keuangan
suatu kesatuan bisnis (organisasi bisnis) SFAC nomor 1.
SFAC nomor 4 tujuan pelaporan keuangan perusahaan nonbisnis organisasi nirlaba.
2 Tingkat Kedua
Pernyataan tentang Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi SFAC nomor 2.
Unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan bisnis, SFAC nomor 3, kemudian diganti
SFAC nomor 6, yang mengatur tentang unsure-unsur laporan keuangan baik untuk
perusahaan bisnis maupun organisasi nirlaba (sektor publik).
3

Tingkat Ketiga
Rumusan tentang pengakuan dan pengukuran laporan dan pelaporan keuangan SFAC
nomor 5. SFAC nomor 33, mengatur tentang pelaporan keuangan dengan penyesuaian
tingkat harga (tingkat inflasi).

Tingkat Keempat
Pelaporan posisi keuangan, pelaporan arus kas dan likuiditas, pelaporan earnings (dalam
hal ini adalah laporan laba rugi).

Tujuan Pelaporan Keuangan


Pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan tetapi juga media pelaporan
informasi lainnya, yang berkaitan langsung atau tidak langsung, dengan informasi yang
disediakan oleh sistem akuntansi yaitu informasi tentang sumber-sumber ekonomi, hutang,
laba periodik dan lain-lain
Dalam SFAC no. 1, disebutkan bahwa tujuan pelaporan keuangan (financial
reporting) tidak terbatas pada isi dari laporan keuangan (financial statement) tetapi juga media
pelaporan lainnya. Dengan kata lain, cakupan pelaporan keuangan adalah lebih luas
dibandingkan laporan keuangan.
Tujuan pelaporan keuangan memiliki beberapa tingkat level
TINGKAT PERTAMA: TUJUAN DASAR
Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk menyediakan
informasi:
1 yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis
dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit;
2 untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial, serta
pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan;
3 tentang sumber daya ekonomi, klaimterhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di
dalamnya.
Tujuan(objectives) dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang berguna
bagi para investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu menyempit
pada kepentingan investor dan kreditor atas prospek penerimaan kas dari investasi
mereka dalam, atau dari pinjaman yang telah mereka berikan ke entitas bisnis. Pada
akhirnya, tujuan berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan informasi yang
berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima entitas bisnis yaitu arus kas
yang menjadi harapan investor dan kreditor. Pendekatan ini dikenal sebagai kegunaan
keputusan (decision usefulness).
Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntan
mengandalkan laporan keuangan bertujuan-umum(general-purpose financial statement),
yaitu menyediakan informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal kepada berbagai
kelompok pemakai
TINGKAT KEDUA : KONSEP-KONSEP FUNDAMENTAL
Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

Agar berguna dalam pengambilan keputusan (decision usefulness), informasi akuntansi harus
memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja terdapat beberapa
kendala untuk mencapai dua kualitas tersebut.
Kualitas Primer
Relevansi (relevance) dan keandalan (reliability) harus melekat pada informasi akuntansi.
a. Relevansi. Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam
sebuah keputusan. Informasi itu mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan
berkaitan erat dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut
dikatakan tidak relevan. Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan balik (feed-back
value), yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu. Informasi
juga harus memiliki nilai prediktif (predictive value) yakni dapat digunakan untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
b. Keandalan. Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara tepat
serta bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat diperlukan bagi
individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi
faktual dari informasi.
o Daya Uji (verifiability): ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan
menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa.
o Ketepatan penyajian (representational faithfulness): angka-angka dan penjelasan
dalam laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar ada dan terjadi.
o Netralitas (neutrality): informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok
pemakai tertentu. Info yang disajikan harus faktual, benar dan tidak bias
c. Keberdayaujian (verifiability). Informasi harus dapat diuji kebenarannya. Dapat diujinya
kebenaran informasi akuntansi berdasar pada keobyektifan dan konsensus. Contoh,
keandalan informasi harga perolehan fixed assets harus diuji berdasar data masa lalu yang
terekam pada faktur (keobyektifan). Tetapi keandalan informasi tentang depresiasi aktiva
tetap itu adalah berdasarkan konsensusa mengenai metode depresiasi yang digunakan,
taksiran nilai residu, dan taksiran umur ekonomis.
d. Kenetralan (neutrality). Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi tujuan berbagai
kelompok pemakai. Oleh karena itu harus bebas dari usaha-usaha untuk memberikan
keuntungan lebih kepada kelompok tertentu.
e. Kejujuran penyajian (representational faithfulness). Penyajian yang jujur berarti adanya
kesesuaian antara fakta dan informasi yang disampaikan.

Kualitas Sekunder
Kualitas sekunder yang harus dimiliki informasi akuntansi adalah keberdayabandingan
(comparability) dan konsistensi (consistency).

a. Keberdayabandingan. Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan


antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu industri (perbandingan
horizontal) atau membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda
(perbandingan vertikal). Jadi diperlukan standar dan ukuran tertentu.
b. Konsistensi. Sebuah entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan standar akuntansi
apabila mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang sama untuk kejadiankejadian serupa, dari periode ke periode.
Kendala-kendala.
Terdapat dua kendala yang mempengaruhi tercapainya kualitas informasi seperti yang telah
dijelaskan, yaitu pertimbangan manfaat-biaya dan tingkat materialitas. Dua kendala lainnya yang
kurang dominan tapi merupakan bagian dari lingkungan pelaporan adalah praktek industri dan
konservatisme.
a. Pertimbangan manfaat-biaya (cost-effectiveness). Untuk menghasilkan informasi yang
relevan,andal, berdaya banding, dan konsisten dibutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena
biaya dan terutama manfaat tidak mudah diukur, maka mempertimbangkan hubungan
manfaat-biaya menjadi masalah
b. Materialitas (materiality) berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika
pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang
pemakai laporan keuangan. Baik faktor-faktor kuantitatif maupun kualitatif harus
dipertimbangkan dalam menentukan apakan suatu item material atau tidak.
c. Praktik industri.(industry practices) Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan
terkadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar.
d. Konservatisme (conservatism) berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil
kemungkinannya dalam menghasilkan penetapan laba dan aktiva yang terlalu tinggi. Tujuan
dari konvensi ini, jika diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan pedoman yang paling
rasional dalam situasi sulit : jangan menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang
terlalu tinggi.
Elemen-elemen Laporan Keuangan.
SFAC No. 6 menetapkan sepuluh elemen utama laporan keuangan. Cakupannya bukan hanya
perusahaan yang berorientasi laba, tetapi juga organisasi nirlaba. Elemen-elemen laporan
keuangan bagi organisasi yang berorientasi laba meliputi 10 macam, yaitu : aktiva, kewajiban,
ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi kepada pemilik, laba komprehensif, pendapatan, beban,
keuntungan, dan kerugian. Adapun bagi organisasi nirlaba ada 7 macam, yaitu : aktiva,
kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian.
TINGKAT KETIGA : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Tingkat ketiga kerangka konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk
mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan apa,

kapan, dan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan dilaporkan
oleh sistem akuntansi.

Asumsi-Asumsi Dasar (potsulat)


Asumsi-asumsi menyediakan satu landasan bagi profesi akuntansi. Jadi, asumsi dasar
akuntansi adalah anggapan-anggapan yang digunakan oleh para akuntan agar akuntansi dapat
dipraktikkan.
a. asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption).Akuntansi memandang bahwa
perusahaan merupakan unit yang berdiri sendiri dan terpisah dari pihak-pihak yang memiliki
kepentingan (pemilik, kreditor, karyawan, dan lainnya).
b. Kesinambungan (going concern) Sebagian besar metode akuntansi di dasarkan pada asumsi
kelangsungan hidup yaitu perusahaan bisnis akan memiliki umur yang panjang.pengalaman
mengindikasikan bahwa, meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis, perusahaan dapat
memiliki kelangsungan hidup yang panjang.
Apabila tidak ada tanda-tanda atau rencana yang psati bahwa perusahaan akan dibubarkan, maka
kegiatan perusahaan dianggap akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas.
Implikasi dari asumsi ini adalah :
Kontinuitas usaha memerlukan Laporan Keuangan periodik sebagai evaluasi kinerja
perusahaan jangka pendek
Laporan keuangan periodik bersifat tentatif, yang hanya menyajikan informasi sementara
untuk satu periode tertentu.
Laporan Laba-Rugi hanya menunjukkan hasil usaha dalam jangka pendek
Neraca menunjukkan potensi jasa yang masih dimiliki perusahaan untuk menghasilkan
pendapatan periode-periode berikutnya
Accounting Principles
Dapat diartikan sebagai seperangkat aturan-aturan umum dan universal yang dijadikan
sabeagai objek pengetahuan akuntansi dalam konteks teoritis, dan menjadi landasan
pengembangan teknik akuntansi
The Historical Cost Principle (harga pertukaran)
Ukuran yang biasa digunakan untuk merefleksikan harga pertukaran adalah kas yang
dibayarkan, aktiva lain yang diserahkan, saham yang dikeluarkan, jasa yang dikerjakan, atau
hutang yang di tanggung, sesuai dengan barang atau jasa yang di terima
The Revenue Principles (prinsip pendapatan)
Pengakuan pendapatan berkaitan dengan penentuan kapan pendapatan dapat di catat dalam
laporan keuangan sehingga mempengaruhi hasil usaha/posisi keuangan perusahaan. Dua
kriteria yang dapat digunakan untuk mengakui pendapatan adalah pendapatan telah terbentuk
dan terealisasi atau segera terealisasi. Atas dasar kriteria tersebut, pendapatan dapat diakui
pada saat berikut ini
Selama proses produksi
Setelah proses produksi selesai

Pada saat penjualan kas


Pada saat di terima kas

The Matching Principle (prinsip penandingan)


Agar dapat ditentukan besar laba/rugi, biaya (expenses) harus ditandingkan dengan
pendapatan pada periode yang sama. Ada 3 dasar penandingan yang dapat digunakan :
Hubungan sebab akibat
Alokasi sistematis dan rasional
Pembebanan segera

Constraint
Dalam menyajikan informasi yang berkualitas, akuntansi diharapkan pada dua kendali utama
yaitu hubungan biaya-manfaat dan materialitas. Dua kendala lainnya yang berkaitan dengan
lingkungan adalah praktik industri dan konservatisme
Cost-Benefit Relationship
The Materiality Principle
Industry Practice
The Conservation Principle

Anda mungkin juga menyukai