Anda di halaman 1dari 7

PENANGANAN PENCEMARAN MINYAK DI TELUK MEKSIKO

Pesatnya perkembangan aktivitas industri perminyakan akhir-akhir ini telah


menyebabkan permasalahan lingkungan, salah satunya akibat pencemaran yang
dihasilkan dari minyak bumi yang tertumpah ke permukaan. Minyak adalah
pencemar utama di lautan. Tumpahan minyak baik yang berasal dari kegiatan
penambangan lepas pantai, kebocoran, kecelakaan kapal tanker dan lain
sebagainya menyebabkan minyak masuk ke dalam laut. Meski hanya terjadi dalam
jangka waktu yang pendek, hal ini dapat menimbulkan efek lokal yang serius
terhadap hewan dan tumbuhan yang berada di dalam laut. Selain itu Menurut
Peraturan Pemerintah No.19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau
Perusakan Laut, Pencemaran Laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan atau fungsinya.
Beberapa pencemaran yang menjadi perhatian masyarakat sekarang ini
diantaranya adalah pencemaran di daerah pantai yang diakibatkan oleh
tersemburnya minyak bumi ke permukaan laut. Pada umumnya, pengeboran
minyak bumi di laut dapat menyebabkan terjadinya peledakan di sumur minyak.
Ledakan ini mengakibatkan semburan minyak menyebar ke lokasi sekitar laut,
sehingga menimbulkan pencemaran.

Gambar 1. Kejadian tumpahan dan


ledakan di teluk Meksiko (April 2010)

Tumpahan minyak di Teluk Meksiko


diakui
sebagai
tumpahan
minyak
terburuk dalam sejarah AS. Kejadian
ledakan dan tenggelamnya rig minyak
Deepwater Horizon di Teluk Meksiko
yang menewaskan 11 orang pada April
2010.
Hasil
kamera
bawah
air
mengungkapkan bahwa kebocoran pipa
di dasar laut yang terletak 42 mil dari
lepas
pantai
Lousiana
menjadi
penyebab utama. Kebocoran ini baru
ditanggulangi dengan menutup sumur
minyak tersebut pada tanggal 15 Juli
2010
(87
hari
kemudian)
dan
diperkirakan 3,19 juta barel minyak
telah mencemari lingkungan.

Secara umum cara menanggulangi tumpahan minyak di laut akan tergantung pada
kondisi tertentu sehingga berpengaruh pada tingkat efektifitasnya. Teknik yang
dimaksud ini diantaranya adalahi:
1. In-situ burning
2. Penyisihan secara mekanis,
3. Bioremediasi,

ITB/PB3/Group 3.2/25316025

4. Penggunaan sorbent dan


5. Penggunaan bahan kimia dispersan
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penangannan tumpahan minyak (oil
spill) di laut adalah dengan cara melokalisasi tumpahan minyak menggunakan
pelampung pembatas minyak (oil booms), yang kemudian akan ditransfer dengan
perangkat pemompa (oil skimmers) ke sebuah fasilitas penerima
(reservoar) baik dalam bentuk tangki ataupun balon. Langkah penanggulangan ini
akan sangat efektif apabila dilakukan di perairan yang memiliki hidrodinamika air
yang rendah (seperti arus, pasang-surut dan ombak) dan cuaca yang tidak ekstrem.
In-situ Burning
In-situ burning adalah metode penanggulangan tumpahan minyak dengan cara
pembakaran pada permukaan air. Proses ini dianggap mampu mengatasi kesulitan
pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak
serta air laut yang terasosiasi dan metode ini dijumpai dalam teknik penyisihan
secara fisik. Beberapa kendala dari cara ini adalah membutuhkan ketersediaan
booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan
api. Kemudian jika terjadi pada peristiwa tumpahan besar yang memunculkan
kesulitan untuk mengumpulkan minyak dan mempertahankan pada ketebalan yang
cukup untuk dibakar serta evaporasi pada komponen minyak yang mudah terbakar.
Selain itu, residu pembakaran yang tenggelam di dasar laut akan memberikan efek
buruk bagi ekologi serta kemungkinan penyebaran api yang tidak terkontrol.
Penyisihan Secara Mekanis
Penyisihan minyak secara mekanis melalui dua tahap yaitu melokalisir tumpahan
dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah
dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer. Upaya ini
terhitung sulit dan mahal meskipun disebut sebagai pemecahan ideal terutama
untuk mereduksi minyak pada area sensitif, seperti pantai dan daerah yang sulit
dibersihkan dan pada jam-jam awal tumpahan. Sayangnya, keberadaan angin, arus
dan gelombang mengakibatkan cara ini menemui banyak kendala.
Bioremediasi
Bioremediasi yaitu metode yang digunakan untuk menangani tumpahan minyak
secara alami dengan menggunakan bantuan mikroorganise dalam mempercepat
proses pemulihan lingkungan. Pada proses ini biasanya dilakukan dengan
menambahkan nutrien, sehingga terjadi konversi sejumlah komponen minyak
menjadi produk yang kurang berbahaya seperti CO2 , air dan biomass. Metode ini
dianggap memiliki dampak lingkungan yang kecil dan dapat mengurangi dampak
tumpahan secara signifikan. Disisi lain metode ini memiliki kendala, yaitu hanya
bisa diterapkan pada pantai jenis tertentu, seperti pantai berpasir dan berkerikil
serta tidak efektif untuk diterapkan di lautan.

ITB/PB3/Group 3.2/25316025

Gambar 2. Contoh metode penanganan tumpahan minyak, (a) In-situ Burning, (b)
Penyisihan secara mekanik dan (c) Bioremediasi.

ITB/PB3/Group 3.2/25316025

Penggunaan Sorbent
Cara lain penanganan tumpahan minyak adalah menggunakan sorbent yang bisa
menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada
permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent
ini berfungsi untuk mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat sehingga mudah
dikumpulkan dan disisihkan. Pada dasarnya sorbent harus memiliki karakteristik
hidrofobik, oleofobik dan mudah disebarkan di permukaan minyak, sehingga mudah
diambil kembali dan digunakan ulang.
Pada umumnya terdapat 3 jenis sorbent yaitu:
1. Sorbent organik alami (seperti; kapas, jerami, rumput kering dan serbuk
gergaji),
2. Sorbent anorganik alami (seperti: lempung, vermiculite dan pasir) dan
3. Sorbent sintetis (seperti; busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat
nilon).
Penggunaan Bahan Kimia Dispersan
Penggunaan dispersan kimiawi yang dimaksud adalah proses penanggulangan
tumpahan minyak dengan menggunakan bahan kimia guna memecah lapisan
minyak menjadi tetesan kecil (droplet) sehingga mengurangi kemungkinan
terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan. Dispersan kimiawi adalah bahan
kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan (berasal dari kata : surfactants =
surface-active agents atau zat aktif permukaan).

Gambar 3. Contoh metode penanganan tumpahan minyak, (a) Penggunaan


Sorbent,
(b) Penggunaan Bahan Kimia Dispersan.

ITB/PB3/Group 3.2/25316025

Berdasarkan informasi yang didapat dalam situs resmi dari museum nasional
Smithsonian penanganan tumpahan minyak di Teluk Meksiko menggunakan dua
metode. Metode pertama adalah penanganan secara fisika yaitu menggunakan
penghalang (barriers), kemudian menggunakan peralatan mekanis lain (skimmer)
guna mengambil tumpahan minyak yang sudah terkumpul seperti penanganan
mekanis. Kemudian menggunakan Sorbent untuk sisa tumpahan minyak.

Gambar 4. Burung Pelican Coklat pada alat penanganan tumpahan minyak


(booms) sepanjang Quess Bess Island, beberapa mil dari utara Grand Isle, La.
Pada Agustus 25, 2010.
(sumber gambar: Petty Officer 3rd Class Cory J. Mendenhall, U.S. Coast Guard)

Penanganan tumpahan minyak dari lingkungkan adalah pekerjaan yang sangat sulit
mengingat minyak bersifat hydrophobic (tidak tercampur dengan air), ketika mintak
akan mengapung pada permukaan air laut dan akan menyebar luas dan
membentuk lapisan tipis di atas permukaan air tersebut sehingga mencemari
ecosystem dan lingkungan yang hidup disekitarnya.
Penanganan lain yang dilakukan adalah dengan menggunakan dispersant. bahan
kimia dispersant ini digunakan untuk memecah minyak menjadi partikel-partikel
kecil yang bercampur dengan air sehingga akan lebih mudah dalam proses
penguapan dan pemanfaatan oleh mikroorganisme. Metode ini biasa digunakan
untuk mencegah tumpahan minyak menyebar ke kawasan lindung seperti
pelabuhan atau rawa. Di sisi lain dispersant juga dapat memasuki rantai makanan
dan berpotensi membahayakan satwa liar.
Dalam kasus tumpahan minyak di teluk Meksiko, jumlah dispersant yang digunakan
dalam penanganan kasus ini sebanyak lebih dari 1,4 juta galon dari berbagai
dispersan kimia. Metode ini dilakukan menggunakan pesawat terbang atau
helikopter untuk menyemprotkan sejumlah dispersant ke atas permukaan laut yang
tercemar. Selain itu metode ini pun dilakukan pada sumber tumpahan minyak
(sumur) di Macondo dengan tujuan untuk mengurangi jumlah minyak yang
mencapai permukaan laut. Metode ini mengupayakan minyak yang telah dipecah
menggunkan dispersant akan dengan mudah dipecah oleh mikroorganisme dan
setiap campuran yang tidak dapat dipecah akan tenggelam ke arah bawah dan
akan terkubur dalam sedimen air laut.

ITB/PB3/Group 3.2/25316025

Lima tahun setelah tumpahan beberapa ilmuwan percaya bahwa menyuntikkan


langsung dispersant di kepala sumur mungkin tidak akan berbuat banyak untuk
membantu mengurangi ukuran tetesan minyak. Alasan ini didasarkan pada
kemungkinan bahwa minyak dan dispersant membentuk kombinasi senyawa yang
lebih membahayakan bagi lingkungan.Sebuah studi yang dilakukan pada tahun
2012 menunjukkan bahwa kombinasi minyak dan Corexit dispersant adalah 3
sampai 52 kali lebih beracun untuk rotifera (hewan mikroskopis) dari minyak itu
sendiri. Selain itu, sebuah usaha pemodelan yang dilakukan Mexico Research
Initiative di Teluk memberikan bukti bahwa dispersan disuntikkan ke dalam sumur
Macondo mungkin tidak membantu banyak untuk mengurangi jumlah minyak
mencapai permukaan air laut. Banyak penelitian masih diperlukan untuk memahami
sepenuhnya efek jangka panjang dari penggunaan dispersan untuk penanganan
tumpahan minyak ini seperti pengaruhnya terhadap rantai makanan dan berharap
dapat menemukan bahan kimia lain yang lebih ramah lingkungan.

Gambar 5. Pesawat Hercules A C-130 dari Air Force Reserve Command


melakukan proses penebaran dispersant di teluk Meksiko pada bulan Mei 5, 2010
sebagai cara penanganan kejadian tumpahan minyak yang terjadi. (sumber
gambar: U.S. Air Force, Tech. Sgt. Adrian Cadiz

Sumber Pustaka:
Sanjaya, Riki. 2003. Metode Penanggulangan Tumpahan Minyak. http://navaleengineering.blogspot.com/2012/02/1-metode-penanggulangan-tumpahanminyak.html. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2016.
The Ocean Portal Team. 2016. Gulf Oil Spill. http://ocean.si.edu/gulf-oil-spill. Diakses
pada tanggal 30 Oktober 2016.
Nobel, Justin. 2010. 5 Wild Technologies Being Used Now to Clean Up The BP Oil
Spill.
http://www.popularmechanics.com/science/energy/a5974/wild-technologiesclean-bp-oil-spill/. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2016.
Committee on the Effects of the Deepwater Horizon Mississippi Canyon. 2013. An
Ecosystem Services Approach to Assessing the Impacts of the Deepwater Horizon
Oil Spill in the Gulf of Mexico. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK201628/.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2016.

ITB/PB3/Group 3.2/25316025

ITB/PB3/Group 3.2/25316025

Anda mungkin juga menyukai