1. Toksisitas Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan atau senyawa kimia untuk menimbulkan kerusakan jika dipaparkan pada organisme. Toksisitas selalu berhubungan dengan konsentrasi masing-masing bahan atau senyawa kimia tersebut. Sebagai contoh, larutan senyawa X yang memiliki konsentrasi lebih rendah bisa saja menjadi lebih toksik dibanding larutan senyawa Z yang memiliki konsentrasi lebih tinggi karena kandungan senyawa kimia didalam larutan tersebut lebih berbahaya. Informasi zat-zat toksik dicatat dalam ambang batas paparannya diudara dengan mengasumsikan bahwa besaran ambang batas paparan berhubungan dengan tingkat paparan inhalasi yang menyebabkan risiko pada organisme yang terpapar. Umumnya potensi senyawa xenobiotik menyebabkan efek kesehatan yang merugikan pada sistem biologis.
2. Tekanan uap Tekanan uap adalah tekanan suatu uap pada kesetimbangan yang berhubungan dengan kemampuan suatu larutan untuk menguap. Hal ini juga setara dengan konsentrasi uap pelarut di permukaan cairan. Rasio antara konsentrasi ini pada sumber dan konsentrasi yang dapat diterima pada sistem pernapasan bergantung pada masing-masing kandungan senyawa kimia dalam pelarut tersebut. Vapor Hazard Ratio (VHR) adalah perbandingan antara Vapor Pressure Concentration dengan Occupational Exposure Limit. Vapor Pressure menunjukkan kemampuan suatu senyawa untuk menguap sedangkan OEL menunjukkan toksisitas senyawa tersebut. Untuk digunakan dengan aman dan/atau diterima di tempat kerja, uap harus diencerkan dengan konsentrasi pada sumber dengan rasio sama dengan atau lebih besar dari rasio Vapor Hazard, baik oleh umum atau ventilasi pembuangan lokal. Pengenceran uap dilakukan untuk mengantisipasi tingkat kepatuhan larutan dengan kontrol ventilasi. Tabel di atas menunjukkan nilai OEL/TLV, VHR dari beberapa jenis pelarut. Pada prinsipnya, bahwa semakin besar nilai TLV maka solvent akan semakin aman digunakan pada lingkungan kerja karena. Hal ini berbanding terbalik pada rasio vapor concentration, semakin kecil VHR suatu solvent maka semakin aman solvent yang digunakan.
3. Keadaan Ventilasi Pada lingkungan kerja, seperti industri yang menggunakan berbagai solvent, lubang ventilasi harus sangat diperhatikan sebagai sirkulasi udara didalam ruangan dengan lingkungan terbuka. Keadaan ventilasi juga harus mempertimbangkan tekanan uap larutan yang disimpan sehingga tidak menyebabkan ledakan atau kebakaran.
4. Konsentrasi di Udara Banyaknya konsentrasi di udara dari suatu senyawa/larutan sebaiknya rendah dan tidak melebihi ambang batas masing-masing senyawa tersebut. Hal ini bertujuan agar senyawa tersebut tidak terpapar pada organisme lain.
5. Lower Explosive Limit/Lower Flammable Limit Ambang ledakan adalah batas-batas konsentrasi suatu gas di udara, yang diperlukan untuk terpicu dan meledak. Setiap gas memiliki dua ambang ledakan, yaitu ambang ledakan bawah (lower explosive limit, LEL) dan ambang ledakan atas (upper explosive limit, UEL). Jika konsentrasi gas tersebut berada dibawah LEL, maka ledakan tidak akan terjadi karena kurangnya bahan bakar; jika konsentrasi berada di atas UEL, maka tidak tersedia cukup oksigen untuk memulai reaksi. Untuk tujuan tertentu, konsentrasi suatu gas yang mudah meledak sering dinyatakan dalam %LEL (persentase dari ambang ledakan bawah).
6. Auto Ignition Temperature Adalah suhu dimana dengan adanya oksigen yang cukup, gas atau uap akan memicu untuk membakar sendiri.
7. Flash Point Flash point biasa digunakan untuk mengklasifikasikan suatu bahan mudah terbakar. Suhu minimum di mana cairan mengeluarkan uap dalam konsentrasi yang cukup untuk membentuk campuran mudah terbakar dengan udara di dekat permukaan cairan. Penerapan sumber pengapian menyebabkan uap untuk menyalakan pada kondisi tertentu. Flammability Range
Dalam Flammability Range, tiga komponen harus hadir untuk terjadinya kebakaran atau ledakan. Komponen tersebut adalah uap yang mudah terbakar (dalam konteks ini, uap pelarut), oksigen (dari udara, atau sumber lain) dan sumber api. Ketika uap pelarut cairan yang mudah terbakar dicampur dengan udara dalam konsentrasi tertentu, dan dengan adanya sumber pengapian, pembakaran cepat atau ledakan dapat terjadi. Konsentrasi uap/udara tertentu disebut "Flammability range" dan mungkin juga disebut sebagai "Explosive range". Dalam rentang mudah terbakar, flash akan terjadi atau nyala api akan menyebar jika campuran dinyalakan.
Dari diagram di atas dapat dilihat adanya 3 daerah yaitu daerah di bawah LFL/LEL (C), antara LFL dan UFL (B), dan di atas UFL (A). Daerah di atas UFL menunjukkan bahwa konsentrasi uap terlalu banyak. Konsentrasi uap yang terlalu banyak ini tidak diimbangi dengan adanya udara (O2) sehingga api atau ledakan tidak dapat terjadi. Jika kita ingin membuat adanya api di daerah di atas UFL, kita harus menambahkan oksigen. Daerah di bawah LFL menunjukkan bahwa konsentrasi uap yang ada kurang banyak untuk membentuk api atau bahkan ledakan. Agar api dapat terbentuk di daerah di bawah LFL, kita harus menambahkan bahan bakar tambahan.
Prosedur aman dari flammable solvent terdiri dari portable safety container, bonding dan grounding, waste disposal, container, pengendalian kebakaran/eksplosif, dan hot work permit.
Grounding dan Bounding Bonding dan Grounding adalah teknik yang digunakan dalam penyimpanan atau pemindahan solvent. Bonding dan Grounding digunakan untuk menghindari terjadinya ledakan yang disebabkan oleh listrik statis. Sebuah sistem bonding menghubungkan beberapa peralatan yang bersifat konduktif untuk menjaga peralatan-peralatan tersebut memiliki potensial yang sama. Percikan listrik statis tidak akan terjadi antara objek yang memiliki potensial yang sama. Bonding adalah proses menghubungkan dua atau lebih solvent yang bersifat konduktif bersama-sama dengan cara konduktor sehingga mereka berada pada potensial yang sama satu sama lain tetapi belum tentu pada potensial yang sama. Sedangkan, grounding adalah bentuk spesifik dari bonding di mana satu atau lebih terikat, benda konduktif juga terhubung ke tanah sehingga masing-masing berada pada potensial yang sama. Contoh penggunaan bonding/grounding adalah dalam pemindahan solvent atau liquid lainnya ke dalam suatu kontainer.
Sumber: Luttrel, W. E., Jedeberg, W. W., & Still, K. R. (2008). Toxicology Principles for the Industrial Hygienist. Fairfax: American Industrial Hygiene Association. http://s00.static- shell.com/content/dam/shell/static/chemicals/downloads/products- services/solvents-flammabilityguide.pdf