Anda di halaman 1dari 5

Tugas 1

Tia Widya Puteri/15312054



Potensi Bahaya Larutan dan Prosedur Aman Larutan

1. Toksisitas
Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan atau senyawa kimia untuk
menimbulkan kerusakan jika dipaparkan pada organisme. Toksisitas selalu
berhubungan dengan konsentrasi masing-masing bahan atau senyawa kimia
tersebut. Sebagai contoh, larutan senyawa X yang memiliki konsentrasi lebih
rendah bisa saja menjadi lebih toksik dibanding larutan senyawa Z yang
memiliki konsentrasi lebih tinggi karena kandungan senyawa kimia didalam
larutan tersebut lebih berbahaya. Informasi zat-zat toksik dicatat dalam
ambang batas paparannya diudara dengan mengasumsikan bahwa besaran
ambang batas paparan berhubungan dengan tingkat paparan inhalasi yang
menyebabkan risiko pada organisme yang terpapar. Umumnya potensi
senyawa xenobiotik menyebabkan efek kesehatan yang merugikan pada
sistem biologis.

2. Tekanan uap
Tekanan uap adalah tekanan suatu uap pada kesetimbangan yang
berhubungan dengan kemampuan suatu larutan untuk menguap. Hal ini juga
setara dengan konsentrasi uap pelarut di permukaan cairan. Rasio antara
konsentrasi ini pada sumber dan konsentrasi yang dapat diterima pada
sistem pernapasan bergantung pada masing-masing kandungan senyawa
kimia dalam pelarut tersebut. Vapor Hazard Ratio (VHR) adalah
perbandingan antara Vapor Pressure Concentration dengan Occupational
Exposure Limit. Vapor Pressure menunjukkan kemampuan suatu senyawa
untuk menguap sedangkan OEL menunjukkan toksisitas senyawa tersebut.
Untuk digunakan dengan aman dan/atau diterima di tempat kerja, uap harus
diencerkan dengan konsentrasi pada sumber dengan rasio sama dengan
atau lebih besar dari rasio Vapor Hazard, baik oleh umum atau ventilasi
pembuangan lokal. Pengenceran uap dilakukan untuk mengantisipasi
tingkat kepatuhan larutan dengan kontrol ventilasi.
Tabel di atas menunjukkan nilai OEL/TLV, VHR dari beberapa jenis
pelarut. Pada prinsipnya, bahwa semakin besar nilai TLV maka solvent akan
semakin aman digunakan pada lingkungan kerja karena. Hal ini berbanding
terbalik pada rasio vapor concentration, semakin kecil VHR suatu solvent
maka semakin aman solvent yang digunakan.

3. Keadaan Ventilasi
Pada lingkungan kerja, seperti industri yang menggunakan berbagai
solvent, lubang ventilasi harus sangat diperhatikan sebagai sirkulasi udara
didalam ruangan dengan lingkungan terbuka. Keadaan ventilasi juga harus
mempertimbangkan tekanan uap larutan yang disimpan sehingga tidak
menyebabkan ledakan atau kebakaran.

4. Konsentrasi di Udara
Banyaknya konsentrasi di udara dari suatu senyawa/larutan
sebaiknya rendah dan tidak melebihi ambang batas masing-masing senyawa
tersebut. Hal ini bertujuan agar senyawa tersebut tidak terpapar pada
organisme lain.

5. Lower Explosive Limit/Lower Flammable Limit
Ambang ledakan adalah batas-batas konsentrasi suatu gas di udara,
yang diperlukan untuk terpicu dan meledak. Setiap gas memiliki dua ambang
ledakan, yaitu ambang ledakan bawah (lower explosive limit, LEL) dan
ambang ledakan atas (upper explosive limit, UEL). Jika konsentrasi gas
tersebut berada dibawah LEL, maka ledakan tidak akan terjadi karena
kurangnya bahan bakar; jika konsentrasi berada di atas UEL, maka tidak
tersedia cukup oksigen untuk memulai reaksi. Untuk tujuan tertentu,
konsentrasi suatu gas yang mudah meledak sering dinyatakan dalam %LEL
(persentase dari ambang ledakan bawah).

6. Auto Ignition Temperature
Adalah suhu dimana dengan adanya oksigen yang cukup, gas atau uap
akan memicu untuk membakar sendiri.

7. Flash Point
Flash point biasa digunakan untuk mengklasifikasikan suatu bahan
mudah terbakar. Suhu minimum di mana cairan mengeluarkan uap dalam
konsentrasi yang cukup untuk membentuk campuran mudah terbakar
dengan udara di dekat permukaan cairan. Penerapan sumber pengapian
menyebabkan uap untuk menyalakan pada kondisi tertentu.
Flammability Range









Dalam Flammability Range, tiga komponen harus hadir untuk terjadinya
kebakaran atau ledakan. Komponen tersebut adalah uap yang mudah terbakar
(dalam konteks ini, uap pelarut), oksigen (dari udara, atau sumber lain) dan
sumber api. Ketika uap pelarut cairan yang mudah terbakar dicampur dengan
udara dalam konsentrasi tertentu, dan dengan adanya sumber pengapian,
pembakaran cepat atau ledakan dapat terjadi. Konsentrasi uap/udara tertentu
disebut "Flammability range" dan mungkin juga disebut sebagai "Explosive
range". Dalam rentang mudah terbakar, flash akan terjadi atau nyala api akan
menyebar jika campuran dinyalakan.



Dari diagram di atas dapat dilihat adanya 3 daerah yaitu daerah di bawah
LFL/LEL (C), antara LFL dan UFL (B), dan di atas UFL (A). Daerah di atas UFL
menunjukkan bahwa konsentrasi uap terlalu banyak. Konsentrasi uap yang
terlalu banyak ini tidak diimbangi dengan adanya udara (O2) sehingga api atau
ledakan tidak dapat terjadi. Jika kita ingin membuat adanya api di daerah di atas
UFL, kita harus menambahkan oksigen. Daerah di bawah LFL menunjukkan
bahwa konsentrasi uap yang ada kurang banyak untuk membentuk api atau
bahkan ledakan. Agar api dapat terbentuk di daerah di bawah LFL, kita harus
menambahkan bahan bakar tambahan.

Prosedur aman dari flammable solvent terdiri dari portable safety container,
bonding dan grounding, waste disposal, container, pengendalian
kebakaran/eksplosif, dan hot work permit.

Grounding dan Bounding
Bonding dan Grounding adalah teknik yang digunakan dalam
penyimpanan atau pemindahan solvent. Bonding dan Grounding digunakan
untuk menghindari terjadinya ledakan yang disebabkan oleh listrik statis.
Sebuah sistem bonding menghubungkan beberapa peralatan yang bersifat
konduktif untuk menjaga peralatan-peralatan tersebut memiliki potensial yang
sama. Percikan listrik statis tidak akan terjadi antara objek yang memiliki
potensial yang sama.
Bonding adalah proses menghubungkan dua atau lebih solvent yang
bersifat konduktif bersama-sama dengan cara konduktor sehingga mereka
berada pada potensial yang sama satu sama lain tetapi belum tentu pada
potensial yang sama. Sedangkan, grounding adalah bentuk spesifik dari bonding
di mana satu atau lebih terikat, benda konduktif juga terhubung ke tanah
sehingga masing-masing berada pada potensial yang sama. Contoh penggunaan
bonding/grounding adalah dalam pemindahan solvent atau liquid lainnya ke
dalam suatu kontainer.

Sumber:
Luttrel, W. E., Jedeberg, W. W., & Still, K. R. (2008). Toxicology Principles for the
Industrial Hygienist. Fairfax: American Industrial Hygiene Association.
http://s00.static-
shell.com/content/dam/shell/static/chemicals/downloads/products-
services/solvents-flammabilityguide.pdf

Anda mungkin juga menyukai