UMN
UMN
PENDAHULUAN
Menurut perkiraan sekitar 93 juta anak atau 1 dari 20 anak usia 14 tahun
atau kurang hidup dalam keadaan disabilitas yang sedang atau parah, salah satu
penyebab disabilitas tersebut berupa kelumpuhan pada anak. Untuk penyebab
kelumpuhan tipe LMN terbanyak di dunia disebabkan oleh infeksi dari virus polio
terutama di Negara-negara seperti Afrika dan India dengan kasus terbanyak,
namun angka kejadian polio dapat di kendalikan dengan penggunaan vaksin,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Berdasarkan letak anatomis, motoneuron pada sistem saraf somatis terbagi
menjadi dua, yakni Upper Motor neurons dan Lower Motor neurons. Upper
motor neurons (UMN) merupakan kumpulan saraf-saraf motorik yang
menyalurkan impuls dan area motorik di korteks motorik sampai inti-inti motorik
di saraf kranial di batang otak atau kornu anterior medula spinalis. Berdasarkan
perbedaan anatomik dan fisiologik kelompok UMN dibagi dalam susunan
piramidal dan susunan ekstrapiramidal. Susunan piramidal terdiri dari traktus
kortikospinal dan traktus kortikobulbar.1,2
Tulang belakang atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk
punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 7
tulang cervical, 12 tulang thorax, 5 tulang lumbal, 5 tulang sacral, dan 4 tulang
membentuk tulang ekor (coccyx). Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian
yakni bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan
bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae.1,2,6
Medula spinalis diperdarahi oleh dua susunan arteri yaitu arteri spinalis
dan arteri radikularis. Arteri spinalis dibagi menjadi arteri spinalis anterior dan
posterior yang berasal dari arteri vertebralis, sedangkan arteri radikularis dibagi
menjadi arteri radikularis posterior dan anterior yang dikenal juga ramus
vertebromedularis arteria interkostalis.1 Medula Spinalis disuplai oleh arteri
spinalis anterior dan arteri spinalis posterior. Ujung akhir dari medula spinalis
disebut conus medularis yang letaknya di L1 dan L2. Setelah akhir medula
spinalis, nervus spinalis selanjutnya bergabung membentuk cauda equina. 1,2,6,7
2.2 Fisilogi
Saraf Pusat terbagi menjadi Sistem Saraf Somatis (SSS) dan Sistem Saraf
Otonom (SSO). Sistem saraf somatis mengontrol kontraksi otot skelet secara
sadar (volunter). Sedangkan Sistem saraf otonom mengontrol gerak organ visceral
secara tidak sadar (involunter). Upper motor neuron adalah semua neuron yang
menyalurkan impuls motorik ke lower motor neuron dan terbagi menjadi susunan
piramidalis dan extrapiramidalis. Upper motor neuron berjalan dari korteks serebri
sampai dengan medulla spinalis sehingga kerja dari upper motor neuron akan
mempengaruhi aktifitas dari lower motor neuron.1,7
Lower motor neuron adalah neuron-neuron yang menyalurkan impuls
motorik pada bagian perjalanan terakhir ke sel otot skeletal, hal ini,
yang
Traktus Corticospinal
.
Gambar 4. Traktus Piramidalis
Traktus Corticobulbar
traktus
corticobulbar
pun
mengalami
persilangan
namun
Opticus
(N. II)
Occulomotorius
(N. III)
Anatomis
Asal: reseptor di epitel olfaktoris
Melalui:
lamina et foramina cribosa os ethmoidalis
Tujuan:
bulbus olfaktorius
Asal: retina mata
Melalui: kanalis optikus os sphenoidalis
Tujuan: diencephalon via chiasma opticum
Asal: Mesencephalon
Melalui: fissura orbitalis superior os
Sifat
Sensorik
Fungsi
Penghidu
Sensorik
Penglihatan
Motorik
Pergerakan bola
mata, pergerakan
sphenoidalis
Tujuan:
Somatis: otot rectus superior, medial et
pupil
Trochlear
(N. IV)
palpebra superior
Visceral: otot intrinsik bola mata
Asal: Mesencephalon
Melalui: fissura orbitalis superior os
Trigeminus
(N. V)
sphenoidalis
Tujuan: otot obliqus superior
Asal:
Cabang oftalmika (sensori): struktur
orbitalis, nasal cavity, kulit dahi, kelopak
mata atas, alis, hidung
Cabang maxillaris (sensoris): kelopak mata
bawah, bibir atas, gusi dan gigi, pipi,
hidung, palatum dan faring
Cabang mandibularis (mixed):
Melalui:
Motorik
Pergerakan bola
mata
Sensorik
Mengatur refleks
dan
motorik
pengunyah
Abducens
(N. VI)
Facial
(N. VII)
Motorik
mata
Sensorik
Persarafi 2/3
dan
anterior lidah
motorik
(sensoris), otot
otot ekspresi
(N. VIII)
Pergerakan bola
wajah, sekresi
kelenjar ludah
Sensorik
dalam
Melalui: kanalis akustikus internal os
Keseimbangan
dan pendengaran
temporalis
Tujuan: nuclei vestibular dan cochlear
Glossopharyngeal
(N. IX)
Sensorik
Persarafi 1/3
dan
posterior lidah,
motorik
sebagai reseptor
tekanan darah
dan os temporalis
Tujuan:
Sensorik: nuclei sensoris medula oblongata
Gerak somatis: otot faring
Gerak visceral: gland parotidea
Vagus
(N. X)
Asal:
Sensorik: faring sebagian, aurikula, kanalis
akustikus eksternal, diafragma dan organ
viseral torax, abdominopelvic cavity
Motorik: motor nuclei di medula oblongata
Melalui: foramina jugularis antara os
Sensorik
Hearth rate,
dan
sistem digestif
motorik
Acessorius
(N. XI)
Motorik
medula oblongata
Melalui: foramina jugularis di antara os
Musculus
trapezius,
musculus
sternocleidomasto
ideus
laring,
Cabang eksternal: m.
sternocleidomastoideus dan . trapezius
Asal: nuclei motorik di medula oblongata
Hypoglossus
(N. XII)
Motorik
Pergerakan otot
intrinsik lidah
Medial Pathway
Medial Pathway (jalur medial) mempersarafi dan mengendalikan tonus
otot dan pergerakan kasar dari leher, dada dan ekstremitas bagian proksimal.
Upper motor neuron jalur medial berasal dari nukleus vestibularis, colliculus
superior dan formasio retikularis. Nukleus vestibularis menerima informasi dari N
VIII dari reseptor di vestibulum untuk mengontrol posisi dan pergerakan kepala.
Traktus
descendens
yang
berasal
dari
nukleus
tersebut
ialah
traktus
vestibulospinalis. Tujuan akhir dari sistem ini ialah untuk menjaga postur tubuh
dan keseimbangan. Colliculus superior menerima sensasi visual. Traktus
descendens yang berasal dari colliculus superior disebut traktus tectospinal.
Fungsi traktus ini ialah untuk mengatur refleks gerakan postural yang berkaitan
dengan penglihatan.
10
11
ekstremitas bawah.
Paraparese adalah kelemahan pada kedua ekstremitas bawah.
12
ekstremitas atas dan satu ekstremitas bawah pada sisi yang sama.
Tetraparese adalah kelemahan pada keempat ekstremitas.
Tetraparese
Tetraparese juga diistilahkan juga sebagai quadriparese, yang keduanya
merupakan parese dari keempat ekstremitas.Tetra dari bahasa yunani sedangkan
quadra dari bahasa latin. Tetraparese adalah kelumpuhan/kelemahan yang
disebabkan oleh penyakit atau trauma pada manusia
hilangnya sebagian
yang menyebabkan
a. Tetrapares spastik
Tetraparese spastik terjadi karena kerusakan yang mengenai upper motor
neuron (UMN), sehingga menyebabkan peningkatan tonus otot atau
hipertoni.
b. Tetraparese flaksid
Tetraparese flaksid terjadi karena kerusakan yang mengenai lower motor
neuron (LMN), sehingga menyebabkan penurunan tonus atot atau hipotoni.
Lower motor neuron weakness
(LMN)
Flaccid
Decreased tone
Decreased muscle stretch reflexes
Profound muscle atrophy
Fasciculations present
Pathologic reflexes (-)
(UMN)
Spasticity
Increased tone
Increased muscle stretch reflexes
Minimal muscle atrophy
Fasciculations absent
Pathologic reflexes (+)
kepala
dan
transluminasi
dilakukan
belakangan
agar
tidak
membangunkan pasien.7,10,11
2. Pemeriksaan Kesadaran
Pasien dibangunkan dengan memegang dadanya dengan ibu jari dan telunjuk
sambil digoyang-goyang secara lembut. Pasien yang sadar akan membuka mata,
14
15
diusahakan agar tetap bangun selama pemeriksaan saraf otak dengan jalan
memberi kesempatan kepada pasien untuk mengisap.6-8,11
Refleks rooting diperiksa dengan menyentuhkan ujung jari di sudut mulut
pasien, maka pasien akan menengok ke arah rangsangan dan berusaha
memasukkan ujung jari tersebut ke mulutnya, kalau ujung jarinya dimasukkan ke
dalam mulutnya 3 cm akan diisap, dan disebut refleks hisap. Pemeriksaan refleks
rooting dan refleks isap digunakan untuk menentukan kelainan saraf otak V, VII,
XII. Reaksi refleks rooting sempurna terjadi pada bayi dengan umur kehamilan 28
minggu reaksinya lambat dan tidak sempurna. Pemeriksaan refleks rooting
reaksinya tidak selalu konstan, kalau diperiksa satu kali pada hari pertama pasca
lahir hasilnya negatif belum tentu abnormal.6-8
Pemeriksaan refleks menelan dilakukan untuk memeriksa saraf IX dan X.Pada
waktu mengisap mata pasien biasanya terbuka secara spontan, dan pada saat itu
kesempatan untuk memeriksa pergerakan bola mata untuk menilai saraf III, IV,
dan VI. Doll's eye maneuver dilakukan dengan memutar kepala pasien ke kiri dan
kanan untuk menilai gerakan bola mata ke lateral. Pada waktu kepala diputar ke
satu sisi, maka akan terjadi deviasi mata ke kontralateral. Doll's eye maneuver
juga dapat digunakan untuk memeriksa saraf VIII bagian vestibular. Pemeriksaan
saraf VIII bagian pendengaran sukar dilakukan secara obyektif, tetapi pada
bayibayi yang kalau ada suara keras menjadi kaget atua berkedip atau
menghentikan kegiatan motornya agaknya pendengarannya baik. Untuk
pemeriksaan
pendengaran
yang
lebih
teliti
dipergunakan
pemeriksaan
16
tetapi penglihatan sebenarnya sudah ada. Dapat diperiksa dengan cahaya atua
benda-benda berwarna merah yang digerakgerakkan di depannya. Pada waktu ada
cahaya pasien berkedip atau menutup mata. Tes penciuman dan pengecap kurang
berguna, sedangkan pemeriksaan saraf XI sukar dilakukan pada neonatus.8,9,10
4. Pemeriksaan Refleks Primitif
Perkembangan sistem saraf pusat pada bayi dapat dinilai dengan
pemeriksaan otomatisme infantil, biasa disebut refleks primitif. Refleks-refleks ini
berkembang selama dalam kandungan, umumnya muncul setelah lahir, dan
menghilang pada umur tertentu. Kelainan pada refleks-refleks ini menandakan
penyakit neurologis dan mengindikasikan investigasi lebih intensif. 7,11
Uji refleks primitif yang rutin dilakukan pada pemeriksaan neourolgis:
17
18
19
bayi
yang
dipegang
pada
paha.
Tungkai
bawah
bayi
akan
bergoyanggoyang secara luwes jika otot bertonus normal. Tungkai bawah akan
jatuh lunglai dan tetap menjuntai bila tonus rendah, sebaliknya akan bersikap kaku
dan lurus dalam mengikuti gerakan pasif tungkai atasnya bila tonus meningkat.
Hipotonia dapat diteliti pula dengan menempatkan bayi dalam sikap telungkup di
atas tangan pemeriksa. Bila terdapat hipotonia maka lengan dan tungkai bayi jatuh
lunglai, sedangkan pada bayi normal lengan dan tungkainya akan fleksi ringan di
sendi siku dan lutut.7.8,11,12
20
5 = Normal
4 = Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat
dan melawan tahanan secara simultan
21
selalu
dibandingkan
dengan
kekuatan
otot
analognya
yang
kontralateral.9,14,15
2.5 Kelainan yang Dapat Menyebabkan Kelumpuhan UMN
1. Acute Transverse Myelitis (ATM)
Acute Transverse Myelitis (ATM) merupakan penyakit yang jarang terjadi
pada masa anak-anak dan remaja dan insidensinya diperkirakan mencapai 1,34
pada 1.0000.000 orang. Tetapi belum ada evaluasi spesifik dari insidensi pada
anak-anak. Hal ini dikarakteristikan dengan disfungsi medulla spinalis bilateral
dengan menghasilkan kelemahan anggota gerak bawah dengan atau tanpa gejala
sensoris dan disfungsi kandung kemih. Secara tipikal bermanifestasi dari jam
hingga satu minggu.
22
spinalis
dengan
pasien
TM.
Pertukaran
plasma
atau
terapi
23
dapat diartikan sebagai kekakuan yang disebabkan oleh sesuatu yang ada di otak.
Cerebral palsy dapat diklasifikasikan sebagai berikut:18-20
a) Spasticity, yaitu kerusakan pada kortex cerebellum yang menyebabkan
hiperaktive reflex dan strech relex. Spasticity dapat dibedakan menjadi:
o Paraplegia, apabila kelainan menyerang kedua tungkai.
o Quadriplegia, apabila kelainan menyerang kedua tungkai dan kedua
tangan.
o Hemiplegia, apabila kelainan menyerang satu lengan dan satu tungkai
dengan terletak pada belahan tubuh yang sama.
b) Athetosis, yaitu kerusakan pada bangsal banglia yang mengakibatkan
gerakan-gerakan menjadi tidak terkendali dan terarah.
c) Ataxsia, yaitu kerusakan otot pada cerebellum yang mengakibatkan
gagguan pada keseimbangan.
d) Tremor, yaitu kerusakan pada bangsal ganglia yang berakibat timbulnya
getaran-getaran berirama, baik yang bertujuan meupun yang tidak
bertujuan.
e) Rigiditi, yaitu kerusakan pada bangsal ganglia yang mengakibatkan
kekakuan pada otot.
3. Lesi pada otot (Myopathies)
Miopati adalah kelainan otot yang bukan disebabkan oleh gangguan pada
saraf. Ia merupakan sekumpulan penyakit otot dimana fiber otot tidak dapat
berfungsi yang disebabkan oleh berbagai faktor yang menyebabkan kelemahan
otot. Kram otot, kekakuan dan spasme juga dapat dikaitkan dengan miopati.20
BAB III
KESIMPULAN
24
REFERENSI
25
1. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of
Pediatrics. Philadelphia: Elsevier. 2012
2. Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Clinical neurology. 6th ed. New York:
McGraw-Hill; 2010.
3. John TJ. Polar spectrum of problems in polio eradication. Indian J Med Res
2004; 120: 133- 5. 9.
4. Center for Disease Control and Prevention. Progress toward poliomyelitis
eradication - poliomyelitis outbreak in Sudan, 2004. MMWR 2005; 54: 97-9.
10.
5. World Health Organization. Poliomyelitis outbreak spreads across Yemen:
case confirmed in Indonesia. Wkly Epidemiol Rec 2005; 80: 157-64.
6. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Edisi 5. Jakarta: Dian Rakyat;
2008: 26-7.
7. Pedoman Pelayanan Medis. Pneumonia. Jilid I. Jakarta: IDAI; 2010
8. Martin, J. H. 2003. Neuroanatomy Text and Atlas. Edisi ke-3, The Mac Graw
Hill Company. New York
9. Sidharta, P., Pemeriksaan Neurologik Pada Bayi dalam Tata Pemeriksaan
Klinis Dalam Neurologi, Cetakan keempat, Dian Rakyat, Jakarta, 1999.
10. Soetomenggolo TS & Ismael S., Buku Ajar Neurologi Anak. Cetakan ke-3.
Jakarta: IDAI. 2010
11. Staf pengajar Ilmu
26
17. Krishnan C, Kaplin AL, Deshpande DM, Pardo CA, Kerr DA. Transverse
Myelitis: Pathogenesis, Diagnosis and Treatment. Frontiers in Bioscience
2004;9:1483-99
18. Miller &Bachrach. 1995. Cerebal Palsy A Complete Guide for Caregiving.
The Johns Hopkins University Press, Baltimore
19. Soekarno. 2002. Fisioterapi pada Cerebral Palsy modifikasi Metode Bobath
;Seksi fisioterapi Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Soetomo Surabaya
20. Waspada, Edy. 2010. Fisioterapi Pediatri II. Jurusan Fisioterapi Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
27