PENDAHULUAN
Neuropsikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara otak dan
perilaku, disfungsi otak dan perilaku, dan melakukan assesmen dan treatment untuk
perilaku dengan fungsi otak yang terganggu. Sedangkan asesmen neuropsikologis adalah
sebuah metode untuk menggambarkan fungsi otak berdasarkan pada performance pasien
melalui test-test yang distandarisasi, yang telah terbukti memiliki indicator akurat
mengenai hubungan otak perilaku.1,2
Dalam lima tahun terakhir, neuropsikologi berkembang pesat. Ini terlihat dari
jumlah anggota asosiasi Neuropsikologi, program pelatihan, makalah-makalah yang
dipublikasikan, dan posisi-posisi tugas berkaitan dengan Neuropsikologi di Amerika
Serikat yang meningkat.3
Sebagai ilmu, Neuropsikologi dianggap sebagai salah satu bagian dari Biopsikologi.
Bidang lain yang termasuk dalam biopsikologi antara lain; psikologi faal, psikofisiologi,
dan psikologi perbandingan. Neuropsikologi adalah interface neurologi dan neurosains,
yang dipacu oleh kemajuan yang sangat pesat dalam penelitian biokimia, ilmu faal,
histologi susunan syaraf pusat. Neuropsikolog atau neurology berasumsi bahwa perilaku
mausia, kepribadiannya, proses psikopatologi dan strategi kognitif diantarai (mediated)
oleh otak Neuropsikologi klinis yang bertujuan mendeteksi dan mendiagnosis proses
neuropatologi, dan menjembatani gap antara dengan ilmu-ilmu perilaku. Neuropsikologi
klinis melakukan evaluasi kekuatan dan kelemahan aspek kognitif, aspek psikologis, serta
menentukan hubungannya dengan fungsi otak.1,3
Terdapat dua pendekatan utama terhadap pengujiam neuroplsikologik salah satunya
melibatkan pemberian deretan uji komperhensif dimana yang paling luas digunakan
adalah Halstead-Reitan dan Luria Nebraska.1 Tes Luria Nebraska menilai berbagai fungsi
kongnitif: daya ingat, fungsi motorik, irama, fungsi taktil, auditoris, dan visual: bicara
reseptif dan ekspresif, menulis, mengeja, membaca dan aritmatika. 3,4 Makalah berikut
akan membahas lebih jauh tentang neuropsikologi test Luria Nebraska.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Neuropsikologi
Neuropsikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara otak dan
perilaku, disfungsi otak dan perilaku, dan melakukan assesmen dan treatment untuk
perilaku dengan fungsi otak yang terganggu. Sedangkan asesmen neuropsikologis adalah
sebuah metode untuk menggambarkan fungsi otak berdasarkan pada performance pasien
melalui test-test yang distandarisasi, yang telah terbukti memiliki indikator akurat
mengenai hubungan otak perilaku.1 Sebagian ilmu neuro psikologi dianggap salah satu
bagian dari biopsikologi. Bidang lainnya yang juga termasuk biopsikologi, psikologi faal,
psikofarmakologi, psikofisiologi, dan psikologi perbandingan. Neuropsikologi adalah
interface neurologi dan neurosains, yang dipacu oleh kemajuan yang sangat pesat dalam
penelitian biokimia, ilmu faal, histologi susunan syaraf pusat.1,2,4
Tujuan penilaian neuropsikologik adalah untuk menilai gangguan kognitif akibat
penyebab organic, digunakan untuk membantu menegakan diagnosis, membantu dalam
menemukan lokasi perencanaan rehabilitasi, pemantauan kemajuan dan menilai
prognosis. Terdapat dua pendekatan utama terhadap pengujiam neuroplsikologik salah
satunya melibatkan pemberian deretan uji komperhensif dimana yang paling luas
digunakan adalah Halstead-Reitan dan Luria Nebraska.1 Tes Halstead-Reitan terdiri dari
10 tes berupa:1
1. Tes Kategori
2. Tes kinerja tactual
3. Tes irama
4. Tes osilasi jari
5. Tes presepsi kecepatan bicara
6. Tes membuat jejak
7. Frekuensi kedipan kritikal
8. Tes merasakan waktu
9. Tes skrining afasia
10. Tes sensori preseptual
2
Tes Luria Nebraska menilai berbagai fungsi kongnitif: daya ingat, fungsi motorik,
irama, fungsi taktil, auditoris, dan visual: bicara reseptif dan ekspresif, menulis, mengeja,
membaca dan aritmatika.1
Pemeriksaan Neuropsikologi
Tes neuropsikologi tugas-tugas khusus dirancang digunakan untuk mengukur
fungsi psikologis diketahui terkait dengan struktur otak tertentu atau jalur. Tes digunakan
untuk penelitian fungsi otak dan dalam pengaturan klinis untuk diagnosis defisit. Mereka
biasanya melibatkan administrasi sistematis prosedur yang jelas dalam lingkungan
formal. Tes neuropsikologi biasanya diberikan kepada satu orang yang bekerja dengan
pemeriksa di lingkungan kantor yang tenang, bebas dari gangguan. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa tes neuropsikologi di kali menawarkan perkiraan tingkat puncak
seseorang kinerja kognitif. Tes neuropsikologi merupakan komponen inti dari proses
melakukan penilaian neuropsikologis, bersama dengan faktor personal, interpersonal dan
kontekstual.1,4,5
Kebanyakan tes neuropsikologi digunakan saat ini didasarkan pada teori
psikometri tradisional. Dalam model ini, nilai mentah seseorang pada tes dibandingkan
dengan populasi umum sampel normatif besar, yang idealnya harus diambil dari populasi
sebanding dengan orang yang sedang diperiksa. Studi normatif sering menyediakan data
dikelompokkan berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan / atau etnis, di mana faktorfaktor seperti telah ditunjukkan oleh penelitian untuk mempengaruhi kinerja pada tes
tertentu. Hal ini memungkinkan untuk kinerja seseorang akan dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang sesuai, dan dengan demikian memberikan penilaian yang adil
fungsi kognitif mereka saat ini.,5
Analisis berbagai tes neuropsikologi dapat dibagi menjadi empat kategori.
Pertama adalah analisis kinerja secara keseluruhan, atau seberapa baik yang dilakukan
orang dari tes untuk menguji bersama dengan bagaimana mereka melakukan
dibandingkan dengan nilai rata-rata. Kedua kiri-kanan perbandingan: seberapa baik
seseorang melakukan tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan sisi kiri dan kanan
tubuh. Ketiga adalah tanda-tanda pathognomic, atau hasil tes khusus yang langsung
3
berhubungan dengan gangguan yang berbeda. Akhirnya, kategori terakhir adalah pola
diferensial, yang nilai tes aneh yang khas untuk penyakit atau jenis kerusakan tertentu. 5
Tes-tes tersebut terbagi dalam : 1,2,4,6
Intelegensi:
a)
b)
c)
d)
e)
Ingatan:
a) California Verbal Learning Test
b) Cambridge Prospective Memory Test (CAMPROMPT)
c) Memory Assessment Scales (MAS)
d) Rey Auditory Verbal Learning Test
e) Rivermead Behavioural Memory Test
f) Test of Memory and Learning (TOMAL)
g) Wechsler Memory Scale (WMS)
h) Test of Memory Malingering (TOMM)
Bahasa:
a) Boston Diagnostic Aphasia Examination
b) Boston Naming Test
c) Comprehensive Aphasia Test (CAT)
4
Fungsi Eksekutif:
a) Behavioural Assessment of Dysexecutive Syndrome (BADS)
b) CNS Vital Signs (Brief Core Battery)
c) (CPT)
d) Controlled Oral Word Association Test (COWAT)
e) d2 Test of Attention
f) Delis-Kaplan Executive Function System (D-KEFS)
g) Digit Vigilance Test
h) Figural Fluency Test
i) Halstead Category Test
j) Hayling and Brixton tests
k) Kaplan Baycrest Neurocognitive Assessment (KBNA)
l) Kaufman Short Neuropsychological Assessment
m) Paced Auditory Serial Addition Test (PASAT)
n) Rey-Osterrieth Complex Figure
o) Ruff Figural Fluency Test
p) Stroop task
Otak dapat dibagi menjadi beberapa domain kognitif atau sistem fungsional,
yakni, perhatian, memori, bahasa, persepsi, praksis, dan fungsi eksekutif. Berbagai
subdivisi tersebut, keseluruhannya berfungsi dan berkerja dalam keteraturan, tidak
terisolasi, guna menghasilkan keluaran yang kita kenal sebagai kesadaran, selanjutnya
keberadaan hal tersebut mengarahkan para klinisi menuju sebuah pendekatan terstruktur
yang dapat digunakan untuk mengetahui penilaian klinis atas fungsi kognitif. Sekarang
ini, berkembang sebuah model yang menjelaskan terdapatnya jejaring neural yang
didistribusikan dan diperagakan dengan menggunakan titik-titik nodal yang memiliki
kecenderungan untuk membentuk fungsi tertentu otak yang lebih terspesialisasi,
pemikiran tersebut menelurkan gagasan yang menyatakan terdapatnya berbagai pusat
dalam otak yang mengatur fungsi-fungsi tertentu.7,8
Domain-domain neurokognitif tersebut dapat dideskripsikan menjadi domaindomain yang bersifat terlokalisir, dimana hal tersebut mengimplikasikan lateralisasi
menuju salah satu bagian hemisfer yang bersangkutan, terjadinya kerusakan fokal pada
regio/area tersebut dapat mengakibatkan gangguan fungsi spesifik; dan domain-domain
yang bersifat terdistribusi (distributed), dimana hal tersebut mengimplikasikan
keberadaan sebuah fungsi yang tak terlokalisir (non-localized function), yang umumnya
melibatkan keterlibatan dari kedua hemisfer dan/atau berbagai struktur subhemisferik
(ganglia basalis, batang otak), dimana kerusakan yang terjadi secara masif biasanya baru
dapat menimbulkan terjadinya gangguan berbagai fungsi tersebut. Lebih lanjut, domaindomain tersebut akan dibagi menjadi ke dalam subdivisi yang lebih detail, atau terbagi
dalam sejumlah subsistem atau fungsi-fungsi spesifik yang selanjutnya ketika terjadi
kerusakan tertentu dapat mengalami gangguan secara selektif, dimana hal tersebut
menunjukkan keberadaan substrat-substrat neuropsikologis yang dengan eksplisit terbagi
secara fungsional. Terdapat beberapa tes yang dapat digunakan oleh ahli neuropsikolog
dalam mengevaluasi fungsi kognitif pasien, baik fungsinya secara global maupun fungsi
dari berbagai domain secara individual.5,8
Keragaman berbagai tes tersebut mungkin membingungkan bagi para klinisi non
spesialis neurologi. Lebih-lebih, keragaman berbagai pilihan atas instrumen-instrumen tes
yang digunakan dalam studi-studi yang berbeda dapat mengakibatkan terjadinya
8
kesulitan untuk dilakukannya perbandingan langsung. Selain itu, tentu saja, harus
diperhatikan bahwa tes neuropsikologis apapun agar dapat memberikan hasil yang valid
harus disesuaikan dengan kondisi sensori, motorik, perseptual, dan kognitif dari pasien
yang akan diperiksa. Para neuropsikolog menegaskan bahwa diperlukan keberadaan
pelatihan bagi para klinisi umum terkait peresepan dan interpretasi dari berbagai uji
neuropsikologis tersebut. Selain itu, para klinisi neurolog tersebut memiliki dependensi
yang tinggi kepada kolega neuropsikolog lainnya terkait pelaksanaan dan interpretasi dari
berbagai tes formal tersebut.8
Terdapat beberapa bentuk tes neuropsikologis yang sering dikenal sebagai uji
neurolopsikologis
yang
dilakukan
pada
tatanan
rawat
tirah
baring
bedside
neuropsychological tests dimana pelaksanaannya harus dibedakan dengan uji formal dan
dari sini dapat diperoleh manfaat diagnostik. Lebih lanjut, terbagai berbagai test batteries
yang dapat dilakukan dalam jangka waktu 10-30 menit, yang tidak hanya mencakup
penilaian atas fungsi kognitif saja, melainkan juga mencakup penilaian fungsional,
behavioral, dan global. Meskipun keringkasan berbagai uji tersebut membuat mereka
secara klinis dapat diaplikasikan, terdapat beberapa kekurangan yang harus diketahui dan
diperhatikan oleh para klinisi dan neurolog: skor mentah yang diturunkan dari beberapa
uji bukan menunjukkan diagnosis atas suatu kondisi, meskipun keberadaannya dapat
meningkatkan kemungkinan ke arah diagnosis dari penyakit tertentu. Selain itu, juga
diketahui dan ditemukan terjadinya inkongruensi atau anomali dalam bidang medikolegal
dalam pelaksanaan uji-uji tersebut.8
Yang juga perlu diperhatikan bahwa ketika dilakukan evaluasi terhadap kelainan
kognitif, terutama yang melibatkan gangguan memori, berupa keberadaan anamnesis
riwayat kolateral yang adekuat yang diperoleh dari keluarga, teman, atau perawat menjadi
salah satu subyek yang vital dalam evaluasi tersebut bahkan pada stadium awitan
terjadinya penyakit. Bahkan observasi sederhana seperti pasien yang mendatangi klinik
dengan sendirinya padahal telah diinstruksikan untuk diantar dan ditemani oleh seorang
anggota keluarga atau teman memiliki relevansi diagnostik, yang menandakan terjadinya
suatu derajat kelainan kognitif pada pasien.8
IV dan ICD10, meskipun berbagai defisit tersebut terjadi dalam derajat yang lemah dan
tidak dapat diketahui dengan segera pada tatanan tirah baring, sehingga kurang adekuat
untuk mengganggu mekanisme fungsi atensi/perhatian. Defisit atensional tersebut
diperkirakan bertanggung jawab atas gangguan fungsi kognitif yang terjadi yang
kebetulan juga menjadi salah satu varian/fitur diagnosis dari delirium.8,9
Atensi (perhatian), atau konsentrasi merupakan bagian dari fungsi kognitif yang
tak seragam dan terdistribusi pada berbagai regio otak. Atensi sering didefinisikan
sebagai komponen kesadaran yang membangkitkan kewaspadaan tubuh terhadap stimuli
sensorik tertentu. Dari sekian jumlah (ratusan) stimuli yang merangsang domain-domain
sensorik, hanya beberapa stimuli saja yang dapat disadari oleh tubuh manusia, sedangkan
sebgaian besar sisanya direspons oleh tubuh dengan tanpa disadari. Perhatian/atensi
manusia bersifat dipaksakan, selektif dan dihubungkan erat dengan intensi/kesengajaan.
Terdapat beberapa perbedaan antara beberapa tipe mekanisme atensional yang terjadi atas
keberadaan suatu stimuli tertentu; atensi selektif (selective attention) merupakan sumber
atensional yang mengarahkan suatu stimulus tertentu dari berbagai stimuli yang ada
untuk disadari dan direspons oleh tubuh (cocktail party phenomenon); divided attention
mengimplikasikan terjadinya atensi yang diakibatkan oleh keberadaan stimuli yang
berkompetisi. Keberadaan dan peran berbagai struktur neuroanatomi diperkirakan
memiliki peranan penting dalam memediasi terjadinya atensi tubuh terhadap berbagai
stimuli, diantaranya berupa keberadaan reticular activating system dalam batang otak,
thalamus, dan korteks prefrontalis serebri dari multimodal association type, yang
utamanya berlokasi pada hemisfer kanan, karena kerusakan yang terjadi pada area-area
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan atensi. Jaras-jaras dopaminergik dan
kolinergik diperkirakan menjadi neurotransmiter-neurotransmiter yang berperan penting
dalam memediasi terjadinya atensi.3
The Glasgow Coma Scale (GCS) merupakan salah satu instrumen yang paling
umum digunakan untuk memonitor derajat kesadaran. Pertamanya GCS diperkenalkan
untuk menilai derajat keparahan cedera kepala, dimana selanjutnya dapat digunakan
untuk berbagai situasi klinis lainnya (seperti, delirium, stroke, dsb), meskipun validitas
penggunaannya pada beberapa kondisi perlu dikonfirmasi kembali. Pada pasien
11
12
basal otak bagian depan dan yang terjadi pada bagian frontal otak, yang mana lesi-lesi
yang terjadi pada bagian frontal tersebut juga mengakibatkan terjadinya defek pada
memory encoding.6,7
Terdapat beberapa hal yang diperkirakan dapat menyebabkan terjadinya gangguan
memori. Gangguan memori episodik merupakan salah satu keluhan dan gejala yang
paling umum ditemukan terjadi pada pasien-pasien Alzheimer Disease, meskipun kadang
gangguan memori yang terjadi tersebut tidak selalu tampak, selain itu juga terdapat
berbagai defisit lain yang dapat ditemukan melalui penilaian klinis atau neuropsikologis
yang dilakukan. Untuk alasan tersebut, dan karena AD merupakan penyebab paling
umum dari demensia, penggunaan tes-tes neuropsikologis (neuropsychological test
batteries), terutamabedside tests, sering diragukan sebagai salah satu modalitas yang
digunakan untuk penilaian memori karena terdapatnya ekslusi relatif dari berbagai
domain kognitif yang lain, seperti fungsi eksekutif, yang menyebabkan kesulitan dalam
proses identifikasi berbagai gangguan neurokognitif lainnya dimana memori bukan
merupakan domain utama yang mengalami defek. Amnesia anterogade juga dapat terjadi
sebagai konsekuensi atas kejadian baik cedera kepala terbuka maupun tertutup (amnesia
post traumatik), sindroma Wernicke Korsakoff ensefalitis yang disebabkan oleh HSV,
ensefalitis limbik yang disebabkan oleh proses paraneoplastik atau non-paraneoplastik,
infark otak pada area tertentu, dan tindakan pembedahan yang dilakukan untuk
mengangkat lesi-lesi yang terjadi pada lobus temporalis atau ventrikel ketiga. Amnesia
transien dapat disebabkan dari kondisi epileptik atau, pada kasus amnesia global transien
yang diperkirakan terjadi akibat etiologi vaskuler. Amnesia psikogenik juga dapat
dimasukkan sebagai salah satu dari diagnosis diferensial dari amnesia transien. Gradien
temporal dari amnesia retrograde juga dapat dijumpai terjadi pada beberapa kondisikondisi ini, tetapi juga dijumpai sejumlah kecil kasus amnesia retrograde fokal yang
disertai dengan terjadinya gangguan memori berupa amnesia anterograde relatif, kadang
terjadi paska cedera kepala atau ensefalitis.11,12
Proses Intelektual, Intelegensi Umum, IQ
Penilaian neuropsikologis formal yang sering dilakukan seringkali menyertakan
pemeriksaan atas intelegensi umum, yang dilakukan sebelum dilakukannya penilaian
15
spesifik atas domain-domain individual dari fungsi kognitif. Hal tersebut diperlukan
karena faktor intelegensi umum menyumbang proporsi yang signifikan atas perbedaan
individual (individual differences) diantara skor tes yang diperoleh pada sekelompok
orang. Fungsi intelektual umum paling sering dinilai dan diukur dengan menggunakan
salah satu dari beberapa the Wechsler Intelligence Scales, yang paling sering digunakan
adalah the Wechsler Adult Intelligence ScaleRevised atau Wechsler Adult Intelligence
ScaleIII. (Untuk pasien-pasien anak tersedia sebuah skala khusus yang dikenal dengan
the Wechsler Intelligence Scale for Children, WISC.) Penilaian ulang dengan
menggunakan uji ini perlu dilakukan secara periodik karena terdapat perubahan
kemampuan dari kelompok normatif yang berasal dari skor terstandar yang diperoleh.11
Pelaksanaan berbagai tes tersebut dapat berlangsung dalam durasi 2 jam atau
lebih, kadang dapat dilakukan tes yang terbagi dalam beberapa sesi, hal tersebut
dilakukan untuk menghindari kelelahan pada pasien. Subtes yang dilakukan pada uji ini
terbagi dalam 2 kategori, yakni verbal dan aksi (performans), kategori verbal meliputi
pengetahuan umum, perbendaharaan kata, pemahaman, dan pikiran abstrak verbal
(seperti, rentang bilangan, aritmetika, persamaan), sedangkan kategori aksi meliputi uji
yang dilakukan untuk menilai kemampuan organisasi perseptual, fungsi visuospasial
kompleks, dan kecepatan psikomotorik (seperti, simbol angka, melengkapi dan menyusun
gambar, desain kubus dan balok, penyusunan obyek). Subtes-subtes tersebut dapat
memberikan pemeriksa indeks intelegensi verbal, verbal IQ (VIQ), dan intelegensi
performans, performance IQ (PIQ), dan dapat digunakan sebagai indikator atas
keseluruhan IQ/overall full-scale IQ (FSIQ). Berdasarkan data normatif ekstensif yang
diperoleh dari individu-individu sehat yang bertempat tinggal di Amerika Utara dan
Eropa, pengukuran-pengukuran tersebut memiliki skor rerata 100 dengan deviasi standar
sebesar 15, sehingga 95% individu dari populasi akan dapat memperoleh kisaran skor
dalam jangkauan 70-130. Secara umum, terdapat korelasi antara VIQ-PIQ, akan tetapi
kadang-kadang dijumpai diskrepansi yang terjadi pada beberapa individu normal. Teori
yang menyatakan bahwa
patologi yang terjadi pada otak (VIQ seringkali ditemukan lebih buruk pada lesi-lesi yang
terjadi pada hemisfer kiri, sedangkan PIQ lebih sering memburuk pada lesi-lesi yang
terjadi pada hemisfer kanan) harus dikaji ulang dengan penuh kehati-hatian.11
16
memiliki peranan dalam menentukan substrat-substrat neural yang turut berperan dalam
fungsi bahasa, dimana dari studi tersebut diketahui bahwa bahasa merupakan salah satu
fungsi yang terlokalisir. Setiap mahasiswa kedokteran sekarang ini selayaknya
mengetahui bahwa baik pada sebagian besar manusia, baik pada individu-individu yang
kidal maupun tidak kidal memiliki hemisfer yang dominan, meskipun terdapat sekitar
30% individu-individu yang kidal dan < 1 % individu yang tidak kidal memiliki pusat
bahasa yang terletak dalam hemisfer non dominannya.1,2,4
Afasia, merupakan salah satu bentuk gangguan bahasa primer, dan dimana proses
lokalisasi klinis tersebut seringkali hampir serupa dengan beberapa defek lain yang
terjadi, diantaranya dengan defek pada kemampuan membaca (aleksia) dan menulis
(agrafia), dimana semua defek tersebut masih bersifat reversibel, dapat diperbaiki sesuai
dengan batasan tertentu dan derajat kerusakan yang terjadi. Sebagai tambahan atas tipe
afasia Broca (ketidak lancaran, anterior, motorik, ekspresif) dan Wernicke (lancar,
posterior, sensorik, reseptif), terdapat bebarapa perbedaan klinis yang dapat dibedakan
dari afasia konduksi/conduction aphasia dan afasia transkortikal/transcortical aphasias
(preserved repetition). Dalam perkembangannya juga terdapat sebuah klasifikasi afasia
yang membagi afasia ke dalam afasia perisilvian dan ekstrasilvian.Terdapat sejumlah
buku teks dan perorangan yang mempelajari afasia dan klasifikasinya.5
Perlu diperhatikan bahwa sebelum dilakukan pemeriksaan neuropsikologis fungsi
bahasa, pasien sebaiknya menjalani pemeriksaan pendengaran (auditorik) terlebih dahulu,
sebagai contoh dengan menggunakan the Token Test. Penguasaan terhadap kalimat dapat
diketahui dan dinilai dengan menggunakan the Test for the Reception of Grammar. Afasia
Wernicke umumnya ditandai dengan terjadinya gangguan pada penguasaan bahasa,
meskipun pasien umumnya masih dapat dengan lancar berbicara, meskipun dalam
bicaranya tersebut pasien mengalami kemiskinan isi pembicaraan, kadang hanya
mengeluarkan sekumpulan bunyi dan kata dan frase yang tidak memiliki arti. Meskipun
afasia tipe Broca seringkali dicirikan dengan masih terdapatnya penguasaan akan bahasa,
faktanya pada afasia tipe ini tetap terjadi defek sintaks yang kompleks.5
Terdapat beberapa tes bahasa yang tersedia. Diantaranya terdapat sejumlah
Comprehensive Batteries tests, seperti the Boston Diagnostic Aphasia Examination, the
18
19
BAB II
KESIMPULAN
Neuropsikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara otak dan
perilaku, disfungsi otak dan perilaku, dan melakukan assesmen dan treatment untuk
perilaku dengan fungsi otak yang terganggu. Sedangkan asesmen neuropsikologis adalah
sebuah metode untuk menggambarkan fungsi otak berdasarkan pada performance pasien
melalui test-test yang distandarisasi, yang telah terbukti memiliki indicator akurat
mengenai hubungan otak perilaku.
Tujuan penilaian neuropsikologik adalah untuk menilai gangguan kognitif akibat
penyebab organic, digunakan untuk membantu menegakan diagnosis, membantu dalam
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, 2010.p 362-371
2. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, 2010.p 348-361
3. Septia L, Silvia Lumempouw F, Diantri N. Nilai Relata tes skrining
neuropsikologi luria nebraska(ST-LNNB)sebagai pemeriksa fungsi kognitif pada
populitas normal. ISJD. 2011
4. Kurniawan R, Lumempow F, Bustami M. Perbandingan Skrining Tes Luria
Nebraska (ST-LNNB) dan Mini Mental State Examination (MMSE) Sebagai
21
22