Anda di halaman 1dari 7

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER PENELITIAN:

Validity and reliability of the Cyber-aggression Questionnaire for Adolescents


(CYBA) Analisis questionnaire: David Álvarez-García, Alejandra Barreiro-Collazo,
José Carlos Nú˜nez, Alejandra Dobarro (2016) dalam
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/

Oleh :
Gesha Narulita
Mahasiswa Pascasarjana Bimbingan dan Konseling
Universitas Negeri Semarang
Mata kuliah : Testing dalam konseling
Dosen pengampu : Prof. JT. Lobby Loekmono.,Ph.D.

Email : gesha.narulita4321@gmail.com

Abstrak
In general, the purpose of this article is to examine and find out whether a measuring
instrument or instrument entitled "the Cyber-aggression Questionnaire for Adolescents
(CYBA)" is it appropriate to be used in Indonesia or not. The researcher conducted an
examination of the instruments to 30 respondents, namely the eighth grade students of SMP
N 02 Kotagajah. The results of testing the instrument were declared valid. Scoring testing of
the instrument used a 4-choice, using aLikert-type scale with four options (1 = never, 2 =
rarely, 3 = often,and 4 = always). Item analysed quantitatively using progam 22.00. The
result analysis intended to know item base on criterions bellow; corelation item-total > 0,30.
Reliability Alpha = 0,818. The CYBA offers a valid and reliable measure of cyber-aggression
in adolescents.

Keywords: Questionnaire Cyber-aggression Adolescence Evaluation


PENDAHULUAN

Kebutuhanakan alat untuk assesmen mendorong banyak dikembangkan berbagai alat


ukur psikologis baik berupa tes, self report, skala, maupun inventori. Pengembangan alat
ukur daapat dilakukan dengancara membuat alat ukur baru atau melakukan adaptasi terhadap
alat ukur yang sudah ada di luar negeri.
Terdapat banyak sekali alat ukur yang dibuat di luar negeri. Namun, alat ukut tersebut
tidak dapat langsung dipergunakan di Indonesia, karena terdapat perbedaan budaya dan
bahasa. Karena hal tersebut, adaptasi alat tes sangat perlu dilakukan untuk membantu
mengembangkan alat tes dengan menterjemahkan alat tes tersebut ke dalam bahasa Indonesia
dan menyesuaikannya dengan budaya Indonesia. Menurut Hambleton dan Patsula (1998),
tindakan mengadaptasi atau menterjemahkan tes ke dalam bahasa atau budaya lain, umumnya
disebabkan oleh beberapa alasan-alasan berikut: (1) Seringkali mengadaptasi atau
menerjemahkan tes lebih murah dan mudah daripada membuat tes yang baru dalam bahasa
lokal. (2) Bila tujuan pengetesan adalah mengukur aspek psikologis masyarakat lintas budaya
atau lintas negara, mengadaptasi tes adalah cara paling efektif untuk membuat tes dalam
bahasa lokal. (3) Sedikitnya ahli-ahli dalam negara tersebut yang mampu membuat tes. (4)
Terdapat rasa aman untuk digunakan pada tes yang sudah teradaptasi daripada tes yang baru
dibuat, terutama bila tes yang diadaptasi adalah tes yang sudah terkenal. (5) Biasanya tetap
muncul kesamaan atau kepercayaan yang terhadap hasil pengukuran, meskipun tes itu
berbeda bahasanya.
Instrment yang diadaptasi adalah “Cyber-aggression Questionnaire for Adolescents
(CYBA)” yang diadaptasi dari luar negeri perlu dilakukan uji coba validitas dan
reliabilitasnya di Indonesia untuk mengetahui apakah sesuai jika digunakan di Indonesia.
Para ahli psikometri telah menetapkan kriteria bagi setiap alat ukur psikologi untuk dapat
dinyatakan sebagai alat ukur yang baik, yaitu mampu memberikaninformasi yang dapat
dipercaya. Kriteria yan dimaksud antara lain validitas dan reliabilitas (Azzwar: 2008).
Validitas digunakan sebagai pengembangan dan pengevaluasian suatu tes. Selain itu,
validitas juga diperlukan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu konstruk
pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Validitas menunjukkan keadaan yang
sebenarnya dan mengacu pada kesesuaian antara konstruk, atau cara seorang peneliti
mengkonseptualisasikan ide dalam definisi konseptual dan suatu ukuran. Hal ini mengacu
pada seberapa baik ide tentang realitas “sesuai” dengan realitas aktual. Dalam istilah
sederhana, validitas membahas pertanyaan. Validitas berbicara pada sejauh mana suatu alat
tes mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Edi Purwanto, 2016).(Drummond &
Jones 2006) dalam Edy Purwanto (2016) mengemukakan bahwa terdapat tiga kategori yang
bisa digunakan untuk menentukan tingkat sejauh mana sebuah alat ukur mengukur apa yang
hendak diukur : validitas isi (content validity) dengan artian tingkat sejauh mana item-item
instrument tepat ke wilayah yang hendak di ukur, validitas kriteria (criterion validity), dan
validitas konstruk (construct validity) yang hendak menjawab pertanyaan apa makna dan
pentingnya skor-skor pada tes yang diuji validitasnya. mengenai seberapa baik realitas sosial
yang diukur melalui penelitian sesuai dengan konstruk yang peneliti gunakan untuk
memahaminya (Neuman, 2007). Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan
alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur.
Berdasarkan hal di atas maka dapat disimpulkan bahwa uji validitas adalah uji yang
digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu
pengukuran dapat mengukur apa yang hendak diukur. Suatu instrumen dikatakan valid jika
pernyataan/pertanyaan pada kuesioner atau instrument mampu untuk mengungkapkan sesuatu
hal yang akan diukur oleh kuesioner atau instrument tersebut. Suatu tes dapat dikatakan
memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan
hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu
item pernyataan/pertanyaan suatu instrumen dikatakan valid apabila r hitung (rxy) > r tabel.
Selain uji validitas, Untuk mengetahui apakah alat ukur layak dan dapat digunakan
dalam suatu subyek dan obyek penelitian, maka diperlukan juga uji reliabilitas. Sugiharto dan
Situnjak (2006) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa
instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang digunakan
dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi yang
sebenarnya dilapangan. Menurut Edy Purwanto (2016) reliabilitas didefinisikan sebagai
tingkat sejauh mana skor tes konsisten (consistence), dapat dipercaya (dependable) dan dapat
diulang (reapetable).. Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya
prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran
yang dapat menghasilkan data yang reliabel. Lebih lanjut menurut Sumadi Suryabrata (2004:
28) reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat
dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi
dan kemantapan. Tinggi rendahnya reliabilitas secara empirik ditunjukan oleh suatu angka
yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Suatu instrument dianggap reliabel apabila r hitung (r
11 ) > r tabel. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan nilai r hitung (r 11 ) mendekati angka 1.
Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap sudah cukup tinggi dan memuaskan jika

r 11 ≥ 0.700. Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan Alpha Cronbach karena


instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat.
Dalam artikel ini, berusaha untuk mengkaji dan mengetahui apakah alat ukur atau
instrument yang berjudul “The Cyber-aggression Questionnaire for Adolescents (CYBA)”.
layak digunakan atau tidak digunakan di Indonesia. Untuk mengetahui hal tersebut maka
diperlukan uji validitas dan uji realibilitas terlebih dahulu. Responden dalam penelitian ini
yaitu 30 siswa SMP N 02 Kotagajah. Selanjutnya perolehan data dari responden diolah dan
lakukan uji validitas dan uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS. Program SPSS
ini sangat berguna dan bermanfaat karena memudahkan peneliti agar tidak menghitung hasil
secara manual satu persatu, sehingga menghemat waktu.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pembahasan
Kejahatan dunia maya adalah masalah yang terus tumbuh dan sangat mengkhawatirkan,
terutama ketika melibatkan anak di bawah umur. Siber agresi di antara remaja khususnya
dapat mengakibatkan konsekuensi hukum dan resiko psikologis negative untuk orang
yang terlibat. Karena itu, penting untuk memiliki instrumen untuk mendeteksi insiden ini
lebih dini dan memahami masalah untuk mengusulkan langkah-langkah efektif untuk
pencegahan. Agresi melalui perangkat elektronik bisa menjadi lebih serius dari agresi
tatap muka. Itu dapat terjadi kapan saja dan kapan saja dapat segera menyebar ke banyak
orang dan, karena itu terjadi di kejauhan, para pelaku tidak melihat efek negatif dari
agresi pada korban, menghambat empati dan mempromosikan pengulangan (Álvarez-
García, Dobarro, & Nú˜nez, 2015).

2. Hasil
Berdasarkan hasil penghitungan dengan program SPSS diketahui bahwa instrumen yang
berjudul “The Cyber-aggression Questionnaire for Adolescents (CYBA)” yang di buat
oleh David Álvarez-García, Alejandra Barreiro-Collazo, José Carlos Nú˜nez, Alejandra
Dobarro, 2016. Merupakan alat ukur yang valid dan reliabel, sehingga instrumen
tersebut sangat layak digunakan di Indonesia. Pertama-tama item tersebut diterjemahkan
terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia. dalam quesioner ini menggunakan butir soal
sebanyak 19 soal dengan rentang jawaban 1-4 , never =1, rarely=2, often=3, always=4.
Instrumen disebar kepada 30 responden. Instrument tersebut diberikan kepada 30 orang
responden atau siswa SMP Negeri 02 Kotagajah. Selanjutnya setelah instrument tersebut
diisi oleh para responden, kemudian data yang diperoleh di olah menggunakan program
SPSS untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrument tersebut. Dari hasil
pengolahan SPSS terhadap intrumen yang berjudul “The Cyber-aggression
Questionnaire for Adolescents (CYBA)” diketahui bahwa semua item instrumen tersebut
valid karena r hitung (rxy)> r tabel (0,30). Selain itu, instrumen tersebut juga reliabel
karena r 11 atau nilai koefisien reliabilitas (0,818) ≥ 0.700. Berdasarkan hal tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa instrumen yang berjudul “The Cyber-aggression Questionnaire
for Adolescents (CYBA)” sangat layak dan dapat diterapkan di Indonesia.
Berdasarkan hasil uji validitas dengan SPSS tersebut diketahui bahwa semua item atau
pernyataan dalam instrument tersebut adalah valid karena skor item (r hitung) lebih
besar daripada r tabel.

Item Skor t Skor t valid atau


Hitung Tabel tidak
item 1 5,480 0,30 VALID
item 2 5,530 0,30 VALID
item 3 5,470 0,30 VALID
item 4 5,483 0,30 VALID
item 5 5,463 0,30 VALID
item 6 5,500 0,30 VALID
item 7 5,513 0,30 VALID
item 8 5,440 0,30 VALID
item 9 5,483 0,30 VALID
item 10 5,493 0,30 VALID
item 11 5,497 0,30 VALID
item 12 5,467 0,30 VALID
item 13 5,447 0,30 VALID
item 14 5,490 0,30 VALID
item 15 5,483 0,30 VALID
item 16 5,497 0,30 VALID
item 17 5,493 0,30 VALID
item 18 5,440 0,30 VALID
item 19 5,490 0,30 VALID
Selanjutnya berdasarkan hasil uji validitas dengan SPSS juga diketahui bahwa hasil
instrumen yang telah di ujikan tersebut menunjukkan bahwa instrument tersebut merupakan
instrument yang valid karena t hitung > t tabel (0.30).
Hal tersebut menunjukkan bahwa intrument yang berjudul “The Cyber-aggression
Questionnaire for Adolescents (CYBA)” sangat layak digunakan sebagai instrument atau alat
ukur untuk mengukur suatu hal yang terkait dengan topik intrument tersebut, yaitu terkait
dengan kemajuan pendidikan akuntasi dalam hal inovasi kurikulum. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang berjudul “The Cyber-aggression
Questionnaire for Adolescents (CYBA)” sangat layak dan dapat digunakan untuk mengukur
tingkat agresi cyber pada peserta didik.

SIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
instrumen yang berjudul “The Cyber-aggression Questionnaire for Adolescents (CYBA)”
sangat layak dan dapat digunakan untuk mengukur tingkat agresi cyber remaja di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Álvarez-García, D., Dobarro, A., & Nú˜nez, J. C. (2015). Validez y fiabilidad del
Cuestionario de cibervictimización en estudiantes de Secundaria [Validity and
reliability of the Cybervictimization questionnaire in secondary education stu-dents].
Aula Abierta, 43(1), 32–38.
Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2011). Tes Prestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto,Edy. (2016). Metodologi penelitin kuantitatif. Semarang. Pustaka Pelajar.
Neuman, W. L. (2007). Basic of social research: Qualitative and quantitative qpproaches,
second edition. Pearson Education, Inc.

Anda mungkin juga menyukai