STATUTA KEPERAWATAN
BAB I
NAMA, KETENTUAN UMUM, RUANG LINGKUP, TUJUAN
Pasal 1
NAMA
Nama dokumen ini adalah STATUTA KEPERAWATAN RUMAH SAKIT ...........................,
yang selanjutnya disingkat sebagai STATUTA KEPERAWATAN.
Pasal 2
KETENTUAN UMUM
Dalam Statuta ini, yang dimaksud dengan :
(1)
RUMAH SAKIT adalah RUMAH SAKIT .., Yang terletak di Jalan.., yang
dalam hal ini diwakili oleh .
(2)
DIREKSI terdiri dari Direktur, Wakil Direktur Pelayanan, Wakil Direktur administrasi dan
keuangan Rumah Sakit ..........................., yang selanjutnya disebut DIREKSI.
(3)
yang diambil direksi Rumah Sakit ........................... dalam penyelengaraan rumah sakit yang
selanjutnya disebut BADAN PENGAWAS.
(4)
STATUTA KEPERAWATAN adalah aturan dasar yang mengatur tata cara penyelenggaraan
Asuhan
Keperawatan/Kebidanan
yang
ditetapkan
oleh
Komite
Keperawatan
Rumah
Sakit ............................
(5)
(6)
PERAWAT dan BIDAN adalah setiap orang yang mempunyai kewenangan profesi (clinical
privilege) untuk melakukan Asuhan Keperawatan/Kebidanan di Rumah Sakit ...........................,
berdasarkan jenis keahlian yang sesuai dengan disiplin ilmu keperawatan.
(7)
Pasal 3
RUANG LINGKUP
(1)
Statuta Keperawatan ini berlaku bagi seluruh Perawat dan Bidan yang melakukan Asuhan
Keperawatan/Kebidanan di dalam maupun di luar Rumah Sakit dalam rangka menjalankan tugas
Direksi.
(2)
Perawat dan Bidan yang bekerja di Rumah Sakit, tergabung dalam suatu Komunitas Profesi
Keperawatan Rumah Sakit ..........................., yang disebut dengan Komite Keperawatan, yang
disahkan oleh Direksi Rumah Sakit ............................
Pasal 4
TUJUAN
Tujuan Statuta ini adalah:
(1) Memberi wahana bagi Perawat dan Bidan Rumah Sakit untuk ikut berpartisipasi meningkatkan
dan mengembangkan kompetensi, profesionalisme serta perilaku Perawat dan Bidan Rumah
Sakit.
(2)
Sarana bagi Komite Keperawatan dan Direksi untuk menyelesaikan pelbagai masalah yang
terkait dengan Asuhan Keperawatan/Kebidanan, baik yang menyangkut Perawat dan Bidan
maupun pasien atau pengguna jasa.
BAB II
KOMITE KEPERAWATAN
Pasal 5
Di lingkungan Rumah Sakit, dibentuk suatu wadah non struktural, yang disebut sebagai Komite
Keperawatan Rumah Sakit ..........................., sebagai wahana bagi Perawat dan Bidan untuk
berpartisipasi dalam memberikan masukan perihal masalah profesi dan teknis keperawatan.
(2)
(3)
Komite Keperawatan berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Rumah Sakit.
(4)
Ketua Komite Keperawatan diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit.
(5)
Hubungan kerja Komite Keperawatan dengan kepala bidang keperawatan adalah hubungan
kerjasama dan bukan komando.
Pasal 6
TUGAS KOMITE KEPERAWATAN
Komite Keperawatan bertugas:
(1)
Menyusun Standar Asuhan Keperawatan/Kebidanan (SAK) sesuai dengan Visi dan Misi
Bidang Keperawatan Rumah Sakit serta memantau pelaksanaannya.
(2)
Menyusun sistem pelayanan keperawatan yang profesional seiring dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Direksi Rumah Sakit.
(3)
Bekerja sama dengan bidang Perawatan memantau dan membina perilaku etik dan
profesionalisme Perawat dan Bidan.
(4)
Memantau dan meningkatkan profesionalisme Perawat dan Bidan, yang meliputi kompetensi,
yaitu pengetahuan dan ketrampilan serta sikap yang relevan dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi keperawatan.
(5)
(6) Memberikan
bagi Perawat dan Bidan yang akan melakukan tindakan Asuhan Keperawatan/Kebidanan di
Rumah Sakit.
(7) Mengkoordinir
Komite Keperawatan secara berkala kepada seluruh Perawat dan Bidan Rumah Sakit , serta
memberikan tembusan kepada Direktur.
Pasal 7
KEPENGURUSAN KOMITE KEPERAWATAN
(1)
Komite Keperawatan merupakan kelompok Perawat dan Bidan, yang terpilih dari seluruh
Perawat dan Bidan di Rumah Sakit untuk menjadi anggota Komite Keperawatan.
(2)
Keanggotaan dalam Komite Keperawatan adalah Perawat dan Bidan, tidak harus kepala ruangan
atau Perawat dan Bidan dalam struktural manajemen Rumah Sakit, dengan susunan keanggotaan
sebagai berikut :
i.
ii.
iii.
iv.
Anggota : tergantung banyaknya seksi, masing-masing seksi terdiri dari 6 (enam) sampai dengan
8 (delapan) anggota.
(3)
Ketua Komite Keperawatan dipilih melalui surat suara dari Perawat dan Bidan Rumah Sakit.
(4)
Ketua dipilih dari 3 (tiga) calon pada pemilihan secara periodik, yang diselenggarakan setiap
tiga tahun sesuai dengan ketentuan dalam Statuta ini, yang selanjutnya diajukan dan disetujui
oleh Direktur.
(2)
Ketua Komite Keperawatan adalah seorang Perawat atau Bidan Rumah Sakit.
(3)
Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua Komite Keperawatan, sebelum masa jabatannya
berakhir, maka kekosongan jabatan tersebut diisi oleh Wakil Ketua.
(4)
i.
ii. Menyelenggarakan dan memimpin rapat serta bertanggungjawab atas semua risalah rapat yang
diselenggarakan Komite Keperawatan.
iii. Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Direksi serta kepanitiaan profesi lainnya.
iv. Menunjuk dan menetapkan Pengurus Komite Keperawatan, untuk kemudian diajukan dan
disetujui oleh Direktur.
v. Menentukan agenda rapat Komite Keperawatan.
vi.
Menunjuk Wakil Ketua Komite Keperawatan dalam setiap kepanitiaan di Rumah Sakit, yang
memerlukan perwakilan dari Perawat dan atau Bidan.
Pasal 9
(2)
(3)
i.
ii.
Pasal 10
SEKRETARIS KOMITE KEPERAWATAN
(1)
(2)
(3)
(4)
i.
ii. Mempersiapkan risalah rapat yang lengkap untuk dibacakan pada rapat yang akan datang.
iii. Menyusun dan menyimpan risalah rapat dan surat menyurat.
iv. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua Komite Keperawatan.
Pasal 11
RAPAT KOMITE KEPERAWATAN
(1)
Rapat Komite Keperawatan terdiri atas Rapat Rutin, Rapat Khusus dan Rapat Pleno.
(2)
Setiap rapat Komite Keperawatan dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan secara
pantas, kecuali seluruh anggota Komite Keperawatan yang berhak memberikan suara menolak
undangan tersebut.
Pasal 12
RAPAT RUTIN KOMITE KEPERAWATAN
(1)
Komite Keperawatan menyelenggarakan rapat rutin 1 (satu) bulan sekali pada waktu dan
tempat yang ditetapkan oleh Komite Keperawatan.
(2)
Sekretaris Komite Keperawatan menyampaikan pemberitahuan rapat rutin beserta agenda rapat
kepada para anggota yang berhak hadir, paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sebelum rapat
tersebut dilaksanakan.
(3)
(4)
Pasal 13
RAPAT KHUSUS KOMITE KEPERAWATAN
(1)
i.
ii.
iii. Permintaan Ketua Komite Keperawatan untuk hal-hal yang memerlukan penetapan kebijakan
Komite Keperawatan dengan segera
(2)
Sekretaris Kom.ite Keperawatan menyelenggarakan rapat khusus dalam waktu 48 (empat puluh
delapan) jam setelah diterimanya permintaan tertulis rapat, yang ditanda-tangani oleh seperempat
dari jumlah anggota Komite Keperawatan yang berhak untuk hadir dan memberikan suara dalam
rapat tersebut.
(3)
(4)
Pemberitahuan rapat khusus akan menyebutkan secara spesifik hal-hal yang akan dibicarakan
dalam rapat tersebut, dan rapat hanya akan membicarakan hal-hal yang tercantum dalam
pemberitahuan tersebut.
Pasal 14
(2)
Rapat Pleno dihadiri oleh seluruh Perawat dan Bidan Rumah Sakit.
(3)
KUORUM
(1)
Kuorum tercapai bila rapat dihadiri oleh paling sedikit (setengah) dari jumlah
Komite Keperawatan ditambah satu, dari yang berhak hadir dan memberikan suara.
(2)
Pengurus
(1)
Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil melalui pemungutan suara
Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama, maka Ketua berwenang membuat
keputusan hasil rapat.
Pasal 17
Setiap rapat Komite Keperawatan berhak dihadiri oleh seluruh Pengurus Komite Keperawatan.
(2)
Rapat dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan atau yang ditunjuk oleh Ketua Komite
Keperawatan.
(3)
Sebelum rapat dimulai, agenda rapat dan notulen dibacakan oleh Sekretaris Komite
Keperawatan.
(4)
Setiap peserta rapat hanya dapat meninggalkan rapat dengan seijin Pimpinan Rapat.
(5)
Hal-hal yang menyangkut teknis tata-tertib rapat akan ditetapkan oleh Ketua Komite
Keperawatan sebelum rapat dimulai.
Pasal 18
NOTULEN RAPAT
(1)
Semua notulen rapat Komite Keperawatan dicatat oleh Sekretaris Komite Keperawatan
Notulen rapat ditanda-tangani oleh Ketua Komite Keperawatan dan Sekretaris Komite
Keperawatan pada rapat berikutnya dan notulen tersebut diberlakukan sebagai dokumen yang
sah.
(5)
lambat satu minggu setelah ditanda-tangani oleh Ketua dan Sekretaris Komite Keperawatan.
Pasal 19
SUB KOMITE DI BAWAH KOMITE KEPERAWATAN
(1)
i.
Di bawah Komite Keperawatan, dibentuk beberapa Sub Komite yang terdiri dari:
Sub-Komite Kredensial
BAB III
Perawat dan Bidan yang dapat melakukan tindakan keperawatan di Rumah Sakit adalah Perawat
dan Bidan Rumah Sakit, yang telah dinyatakan memenuhi syarat kredensial oleh Komite
Keperawatan dan telah memperoleh kewenangan profesi (clinical privilege) untuk melakukan
Asuhan Keperawatan/Kebidanan di Rumah Sakit.
(2)
Perawat dan Bidan Tamu atau Perawat dan Bidan Konsultan yang diundang (invited nursing
consultant), yang diijinkan untuk melakukan Asuhan Keperawatan/Kebidanan dalam batas-batas
clinical privilege tertentu, dengan persetujuan Direksi Rumah Sakit.
(3)
Pasal 21
SYARAT PENERIMAAN PERAWAT DAN BIDAN
(1) Setiap Perawat dan Bidan yang akan melakukan Asuhan Keperawatan /Kebidanan di
Rumah Sakit, harus telah memenuhi kualifikasi tertentu sebagaimana dipersyaratkan oleh
Komite Keperawatan melalui Sub-Komite Kredensial dengan suatu sistem atau tata cara yang
ditetapkan oleh Komite Keperawatan.
(2)
Hanya Perawat dan Bidan yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana di maksud dalam ayat
(1) pasal ini, yang dapat diusulkan/direkomendasikan untuk diberi kewenangan (clinical
privilege) menangani pasien di Rumah Sakit sesuai dengan kompetensi dan persyaratan lain,
yang ditentukan oleh Komite Keperawatan.
(3) Perawat dan Bidan yang telah memperoleh kewenangan (clinical privilege) sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) pasal ini, setuju untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan/Kebidanan dalam
batas-batas standar profesi yang ditetapkan oleh Komite Keperawatan.
(4)
Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini, akan dinilai kembali oleh Komite
Keperawatan melalui Sub-Komite Kredensial dengan suatu tata cara yang ditetapkan oleh
Komite Keperawatan.
Pasal 22
Setiap Perawat dan Bidan sebagaimana dimaksud dalam pasal 20, harus:
i.
Lolos uji kompetensi, integritas dan perilaku oleh Komite Keperawatan melalui Sub-Komite
Kredensial.
ii.
iii.
iv.
Bebas dari keadaan yang dapat mendiskualifikasi kemampuannya dalam melakukan pelayanan,
akibat adanya kendala fisik, mental, maupun perilaku yang dapat berpengaruh pada ketrampilan,
sikap atau kemampuannya dalam pengambilan keputusan.
v.
Menunjukkan kemampuan untuk bekerjasama dengan sesama Perawat dan Bidan, tenaga
kesehatan lainnya serta keluarga besar Rumah Sakit umumnya.
(2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, didasarkan pada pendidikan yang
pernah dijalani dan pendidikan berkelanjutan, pelatihan, pengalaman, kompetensi klinis
mutakhir, pengambilan keputusan klinis serta pengamatan kinerja, yang ditunjukkan dalam
dokumen yang dimiliki oleh masing-masing tenaga keperawatan.
Pasal 23
KEWENANGAN MELAKUKAN ASUHAN KEPERAWATAN
(1)
Perawat dan Bidan hanya dapat melakukan Asuhan Keperawatan sesuai dengan kemampuannya,
kecuali dalam keadaan darurat, setelah mendapatkan penugasan klinis (clinical privilege) dari
Direksi, yang ditetapkan dengan suatu surat keputusan.
(2)
Penugasan klinis sebagaimana tercantum dalam (ayat 1) pasal ini terdiri dari :
a.
b.
c.
Penugasan klinis sementara sebagai mahasiswa yang praktek lapangan atau magang.
(3)
Penugasan klinis sebagaimana tercantum dalam ayat (1) pasal ini hanya diberikan pada Perawat
dan Bidan yang telah memenuhi kualifikasi dan persyaratan untuk mendapatkan kewenangan
profesi (clinical privilege).
(4)
Penilaian persyaratan dan jenis Asuhan Keperawatan untuk setiap Perawat dan Bidan,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini, ditetapkan oleh Komite Keperawatan melalui
Sub-Komite Kredensial.
(5)
Hasil Penilaian oleh Sub-Komite Kredensial sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) pasal ini
diserahkan kepada Komite Keperawatan untuk memperoleh pengesahannya.
(6)
Pasal 24
ASUHAN KEPERAWATAN/KEBIDANAN
(1)
(2)
Dalam hal hubungan hukum ketenagakerjaan antara Perawat dan Bidan dengan Rumah Sakit
berakhir, maka secara otomatis berakhir pula kewenangan yang bersangkutan untuk melakukan
Asuhan Keperawatan/Kebidanan, dan Direksi memberikan Surat Pemberitahuan tentang hal itu
kepada Komite Keperawatan.
(3)
Dalam hal seorang Perawat dan Bidan dikenai sanksi disiplin maka setelah melalui rapat khusus
Komite Keperawatan, Ketua Komite Keperawatan memberikan Surat Pemberitahuan tentang hal
itu kepada Direksi dengan tembusan kepada yang bersangkutan.
Pasal 26
PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN
(1)
Untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan, dilakukan audit keperawatan secara berkala dan
pendidikan keperawatan yang berkelanjutan dengan tata cara yang lazim, yang ditentukan oleh
Sub-Komite Peningkatan Mutu Pelayanan.
(2)
Topik, jangka waktu dan tata cara audit keperawatan ditetapkan oleh Sub Komite Peningkatan
Mutu Pelayanan.
(3)
Sub-Komite Peningkatan Mutu Pelayanan melaporkan hasil audit keperawatan dan analisisnya
secara berkala kepada Komite Keperawatan untuk ditindak-lanjuti.
(4)
Komite Keperawatan wajib melakukan tindakan korektif yang dianggap perlu untuk menindaklanjuti hasil audit keperawatan sebagaimana diatur dalam ayat (3) pasal ini.
(5)
Setiap Perawat dan Bidan wajib menjalani pendidikan keperawatan berkelanjutan yang substansi
dan tata caranya diatur oleh Sub-Komite Peningkatan Mutu Pelayanan.
(6)
BAB V
Pasal 27
DASAR TINDAKAN DISIPLIN KEPERAWATAN
(1)
Keadaan dan situasi yang dapat digunakan sebagai dasar dugaan pelanggaran disiplin profesi
keperawatan oleh Perawat dan Bidan adalah hal-hal yang menyangkut:
a.
Kompetensi Klinis
b.
c.
d.
e.
Penggunaan obat dan alat kesehatan atas delegasi Dokter sesuai dengan standar profesi,
berdasarkan ketetapan Komite Keperawatan
f.
Hal-hal lain yang oleh Komite Keperawatan sepatutnya dianggap menyangkut disiplin profesi
keperawatan
(2)
Setiap Perawat dan Bidan wajib memberitahukan adanya dugaan pelanggaran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) pasal ini kepada Ketua Komite Keperawatan secara tertulis dalam suatu
formulir yang disediakan untuk itu, dan menyampaikan formulir pemberitahuan tersebut kepada
atasan yang bersangkutan untuk selanjutnya disampaikan kepada Ketua Komite Keperawatan
melalui Direksi.
(3)
serta keputusan atas setiap laporan yang disampaikan oleh Perawat dan Bidan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) pasal ini.
(4)
Keperawatan untuk meneliti dan menindak-lanjuti setiap laporan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) pasal ini.
(5) Ketua Komite Keperawatan memberikan kesimpulan dan keputusan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3), berdasarkan hasil penelitian dan rekomendasi Sub Komite terkait yang dapat
berbentuk:
a. Saran kepada Perawat dan Bidan terkait serta manajemen Rumah Sakit.
b. Keputusan untuk melakukan penelitian lanjutan guna menentukan adanya pelanggaran disiplin
profesi dan kode etik.
(6) Semua keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal
ini
didokumentasikan secara lengkap oleh Staf Sekretariat Komite Keperawatan dan diperlakukan
secara konfidensial.
(7)
Pengungkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini kepada pihak
manapun, hanya dapat ditentukan oleh Direksi setelah memperoleh persetujuan dari Ketua
Komite Keperawatan.
Pasal 28
Penelitian dugaan pelanggaran disiplin profesi keperawatan dan etika keperawatan dimulai
berdasarkan keputusan Ketua Komite Keperawatan untuk melakukan penelitian lanjutan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (5.b) Statuta ini dan dilaksanakan oleh Sub-Komite
terkait.
(2)
Sub Komite Disiplin melaksanakan penelitian berdasarkan tata cara yang telah ditetapkan dalam
Statuta ini.
(3)
Ketua Sub-Komite Disiplin menyampaikan hasil penelitian dan rekomendasinya kepada Ketua
Komite Keperawatan untuk ditetapkan sebagai keputusan Komite Keperawatan yang memuat:
a.
b.
c.
(4)
Ketua Komite Keperawatan wajib menetapkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
dengan memperhatikan masukan dari Sub-Komite lain dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari
kerja setelah diterimanya keputusan Sub-Komite Disiplin.
(5)
Keputusan Komite Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) pasal ini disampaikan
kepada Direksi dengan tembusan kepada yang bersangkutan dalam waktu paling lama 3 (tiga)
hari kerja setelah ditetapkannya keputusan tersebut untuk segera ditindak-lanjuti oleh Direksi.
Pasal 29
TIM AD-HOC PENELITIAN DUGAAN PELANGGARAN
Dalam hal Ketua Komite Keperawatan menyampaikan putusan untuk melakukan penelitian
lanjutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (5.b) Statuta ini, maka Ketua Sub-Komite
Disiplin atau yang mewakilinya mengusulkan kepada Ketua Komite Keperawatan untuk
menetapkan Tim Ad-Hoc dengan suatu Surat Keputusan.
(2)
Penetapan Tim Ad-Hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan setelah dilakukan
penelitian pendahuluan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Komite Keperawatan
Sub-Komite Disiplin.
(3)
Tim Ad-Hoc menyelenggarakan sidang dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
diterbitkannya Surat Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini.
(4)
Ketua Komite Keperawatan atau Staf lain yang ditunjuk, didampingi Ketua Sub-Komite Disiplin
atau Staf lain yang ditunjuk, memimpin sidang pertama Tim Ad-Hoc untuk menentukan Ketua
dan Wakil Ketua Tim Ad-Hoc dan menjelaskan tata cara persidangan kepada anggota Tim AdHoc.
(5)
Kepada Tim Ad-Hoc diperbantukan Sekretaris yang ditunjuk oleh Komite Keperawatan untuk
melancarkan persidangan.
(6)
Tim Ad-Hoc bertugas melakukan pengkajian dan penelitian atas kasus yang diterimanya dan
melaksanakan persidangan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan dalam Satuta ini.
(7)
Dalam rangka melakukan pengkajian, Tim Ad-Hoc berwenang meminta informasi kepada yang
teradu dan semua pihak di Rumah sakit, termasuk meneliti rekam keperawatan dan bila
diperlukan, meminta bantuan pihak lain di luar Rumah Sakit dengan peretujuan Komite
Keperawatan.
(8)
a.
b.
c.
(9)
(10)
Ketua Sub-Komite Disiplin menyerahkan hasil rapat Tim Ad-Hoc kepada Ketua Komite
Keperawatan untuk ditindaklanjuti.
(11)
Ketua Tim Ad-Hoc membuka persidangan dan menyatakan sidang tersebut sah setelah kuorum
tercapai dan setiap yang hadir menandatangani daftar hadir.
(2)
Kuorum sebagaimaan dimaksud dalam ayat (1) tercapai bila rapat dihadiri oleh paling sedikit
setengah ditambah satu dari jumlah Tim Ad-Hoc dan seluruh anggota yang berasal dari luar
Rumah Sakit yang hadir.
(3)
Tim Ad-Hoc melaksanakan persidangan dengan melakukan pemeriksaan atas kasus tersebut,
meminta keterangan dari berbagai pihak yang dianggap perlu.
(4)
(5)
Perekaman semua informasi dalam persidangan hanya dilakukan oleh tenaga yang ditunjuk oleh
Komite Keperawatan.
(6)
(7)
Tenaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini adalah seorang Staf Keperawatan.
Pada setiap akhir persidangan, tenaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini,
membacakan hasil rekaman sidang kepada seluruh anggota yang hadir, untuk selanjutnya
dibuatkan risalah rapatnya.
(8)
Semua informasi, catatan dan dokumen dalam bentuk apapun, diperlakukan secara konfidensial,
dan catatan pemusnahan dokumen tersebut akan ditentukan oleh Komite Keperawatan dari
waktu ke waktu.
(9)
Pengungkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) pasal ini kepada pihak manapun
hanya dapat dilakukan oleh Direksi.
BAB VI
PEMAPARAN STATUTA, PERUBAHAN STATUTA
DAN KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
PEMAPARAN STATUTA
Pengurus Komite Keperawatan dapat memperlihatkan Statuta ini kepada pihak tertentu yang
dinilai berkepentingan.
Pasal 32
PERUBAHAN STATUTA
(1)
Komite Keperawatan berhak mengubah Statuta ini dengan persetujuan Direksi, melalui rapat
khusus yang diselenggarakan untuk itu.
(2)
Usulan untuk mengubah Statuta ini hanya dapat dilaksanakan melalui Rapat Pleno Khusus, yang
diselenggarakan untuk keperrluan tersebut.
(3)
Untuk setiap perubahan yang dibuat, seperti yang dimaksudkan dalam ayat (1) pasal ini, harus
mendapat persetujuan Direksi.
Pasal 33
KETENTUAN PENUTUP
(1)
(2)
Semua peraturan Rumah Sakit yang ditetapkan sebelum berlakunya Statuta ini
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Statuta ini.
Ditetapkan di Bogor
Pada tanggal 20 Juni 2006
KOMITE KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT ...........................
Wakil Ketua
Ketua
DIREKSI