Anda di halaman 1dari 9

MODUL 12

MATA KULIAH : MANAJEMEN STRATEGI


DOSEN : ABDUL ROSID, SE,MM

MATRIK PERTUMBUHAN PANGSA PASAR (MPPP) atau BCG

Lahir akhir 1960-an


Diperkenalkan oleh Bostin Consulting Group (BCG)
Esensi BCG : UNTUK MENGETAHUI POSISI PASAR PERUSAHAAN
BERDASARKAN KERAGAMAN USAHA (PORTOFORIO)

a. Tanda Tanya (Question Mark)

Memiliki Peluang pasar yang besar (pertumbuhan yang besar) dan pangsa
pasar rendah

Penambahan pangsa pasar lebih mudah dicapai

Perlu dana yang besar

Diperlukan usaha untuk merebut pangsa pasar

b. Bintang (Star)

Merupakan pemimpin pasar

Perusahaan harus mempertahankan posisinya

c. Sapi perah / Rupiah (Cash Cows)

Terjadi bila pertumbuhan turun 10% dari periode sebelumnya.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

ABDUL ROSID,SE,MM
MANAJEMEN STRATEGIK

Adanya aliran kas positif (kas masuk)

Perusahaan tidak perlu melakukan ekspansi karena pertumbuhan yang


berkurang.

d. Anjing (Dog)

Unit usaha yang tidak menjanjikan

Cendrung menghasilkan cash flow negatif

Empat sasaran perusahaan


1.

Membangun

2.

Mempertahankan

3.

Panen

4.

Dihapus

dogs & Question Mark

dogs & Question Mark

POSISI

STRATEGI PANGSA PASAR

BISNIS
Question

Mark

LABA

INVESTASI

ALIRAN KAS

memperbesar pagsa

Nol/negatif

Sangat tinggi

Sangat Negatif

pasar

Rendah/negatif

Nol

Positif

Star

- panen /divestasi
Mempertahankan/

Tinggi/ sangat Tinggi

Tinggi

Hampir Nol

Cash

meningkatkan pangsa pasar


Mempertahankan pangsa

Tinggi

Rendah

Sangat Tinggi

Cows
Dog

pasar
Panen / divestasi

Rendah / Negatif

Disinvestasi

Positif / Negatif

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

ABDUL ROSID,SE,MM
MANAJEMEN STRATEGIK

KELEMAHAN BCG

Lingkungan makro hanya dilihat dari aspek pertumbuhan pasar

Aspek Internal hanya dilihat dari aspek Pangsa Pasar

Apakah terdapat hubungan linier antara Pangsa Pasar dengan Aliran Kas

Hubungan linier antara Pertumbuhan Pasar dengan Aliran Kas

angatlah penting bagi seorang Pimpinan, untuk menilai dan mengevaluasi apakah unit
bisnis yang dibawah kendalinya benar-benar menguntungkan. Ada beberapa cara
menilai sebuah Strategic Business Unit (selanjutnya disingkat SBU). Salah satunya
dan umum digunakan adalah menghitung nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan
bisa dihasilkan dari SBU yang bersangkutan. Nilai sekarang dari arus kas tersebut
merupakan nilai dari SBU.
Di bawah ini tahap-tahap perhitungan dengan model arus kas didiskonto (discounted
cash flow model), yang antara lain saya dapatkan dari bukunya pak Bramantyo,
berjudul Restrukturisasi Perusahaan Berbasis Nilai. Strategi Menuju Keunggulan
Bersaing (2004: 83-105). Tahap penilaian SBU terdiri atas 10 tahap, yang secara garis
besarnya sebagai berikut:

a. Tahap 1: Tetapkan basis FCFE (Free Cash Flow for Equity)


FCFE adalah singkatan dari Free Cash Flow for Equity yang artinya, arus kas yang
menjadi hak pemegang saham, yang secara prinsip dapat ditarik oleh pemegang
saham. Pada tahap ini menghitung FCFE mulai tahun dasar, adalah saat dimana
perusahaan akan menjual SBU yang bersangkutan, atau saat dimana perusahaan
akan membeli suatu perusahaan untuk dijadikan SBU. Atau saat perusahaan ingin
mengetahui nilai SBU, sekalipun perusahaan tidak ada rencana melakukan transaksi
jual beli SBU yang bersangkutan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

ABDUL ROSID,SE,MM
MANAJEMEN STRATEGIK

b. Tahap 2: Hitung FCFE yang disesuaikan.


FCFE perlu disesuaikan supaya mencerminkan FCFE yang benar-benar dihasilkan
dari operasi normal. Sekalipun didasarkan atas laporan keuangan yang telah diaudit
oleh akuntan publik, nilai FCFE tetap perlu diperiksa ulang. Karena, nilai FCFE
akuntansi, yaitu yang sesuai angka dalam laporan keuangan, belum menunjukkan nilai
FCFE ekonomis. Hal ini disebabkan masih banyak ruang bagi perusahaan dan
akuntan publik untuk mempercantik laporan keuangan. Kasus-kasus perusahaan yang
menyajikan laporan keuangan tidak valid, tetapi memperoleh pendapat wajar tanpa
syarat oleh akuntan publik sudah banyak dipublikasikan di koran-koran.
c. Tahap 3: Pertimbangkan tindakan perusahaan yang mungkin
Perusahaan juga perlu mengidentifikasi tindakan yang mungkin dilakukan sebelum
memperjual belikan suatu SBU. Tindakan tersebut bisa jadi berdampak sangat
signifikan terhadap SBU yang bersangkutan, misalnya bila perusahaan melelang
sebagian dari aset perusahaan, tentu nilai perusahaan akan menurun.
d. Tahap 4: Tetapkan tingkat pertumbuhan
Setelah mendapatkan nilai FCFE pada tahun dasar, tahap berikutnya adalah
menetapkan tingkat pertumbuhan FCFE. Bila SBU atau perusahaan yang sedang
dinilai berada pada siklus pengenalan (masuk kuadran tanda tanya) atau pada siklus
awal pertumbuhan (tahun pertama berada pada kuadran bintang), perusahaan dapat
menggunakan dua angka pertumbuhan. Pertumbuhan FCFE pertama dihitung sejak
SBU atau perusahaan akan dihitung nilainya, atau saat basis FCFE, sampai lima tahun
berikutnya. Setelah periode lima tahun ini, FCFE SBU atau perusahaan sudah
mencapai tingkat pertumbuhan yang normal. Pertumbuhan FCFE kedua diterapkan
untuk periode normal tersebut.
Ada juga yang menyatakan agar tingkat pertumbuhan dibuat lebih konservatif, agar
hasilnya tidak over valued, dengan membagi tingkat pertumbuhan ke dalam beberapa
sub periode (tidak hanya dua sub periode).
Cara lain menetapkan pertumbuhan adalah:
Pertumbuhan = Retention Ratio x ROE

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

ABDUL ROSID,SE,MM
MANAJEMEN STRATEGIK

Retention Ratio adalah rasio antara laba ditahan dengan laba bersih yang telah
disesuaikan. Sedangkan ROE (Return on Equity) adalah rasio antara laba bersih yang
telah disesuaikan dengan nilai ekuitas dalam neraca.

e. Tahap 5: Menetapkan tingkat diskonto


Tingkat diskonto atau Cost of Equity (CoE) dapat ditetapkan dengan beberapa cara,
antara lain:
Konsep CAPM. Capital Asset Pricing Model (atau CAPM) nerupakan salah satu cara
populer untuk menetapkan CoE. Cara menetapkan CoE menggunakan CAPM secara
praktis dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Ri = Rf + b(Rm-Rf), dengan

Ri = CoE SBU atau perusahaan

Rf = Tingkat pengembalian investasi bebas risiko

b = beta dari SBU atau perusahaan

Rm= tingkat pengembalian pasar

Konsep APM (Arbitrage Pricing Model)


Konsep ini ada yang menyebutnya sebagai Arbitrage Pricing Theory (APT) .
Perbedaan formula penghitungan CoE menggunakan APM dan CAPM adalah dalam
hal faktor pasar. Pada CAPM, hanya Rm, tingkat pengembalian pasar, yang digunakan
sebagai faktor pasar. Asumsinya, semua variavel sudah tercermin dalam Rm.
Sedangkan pada konsep APM, ada anggapan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi Rs selain Rm. Misalnya, pertumbuhan produk nasional (gPNB),
pertumbuhan harga minyak (Ro), laju inflasi (Rp), pertumbuhan jumlah uang beredar
(Rc) dan sebagainya.
Dengan demikian, semakin banyak menemukan faktor pasar yang relevan, semakin
banyak variabel yang digunakan untuk regresi atau pembuatan model. APM tidak
memberikan petunjuk faktor pasar apa saja yang perlu digunakan untuk menentukan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

ABDUL ROSID,SE,MM
MANAJEMEN STRATEGIK

Rs.f. Analis dituntut untuk mampu bermain-main dengan statistik dan ekonometrik
supaya dapat menghitung Rs.f dengan baik.
Analis juga dituntut dapat menetapkan besarnya premium.
Rs = CoE = Rf + premium
Pengertian premium adalah tambahan biaya yang harus ditanggung dan ditawarkan ke
investor, supaya investor mau menginvestasikan uangnya ke SBU atau perusahaan
yang dianalisis. Adanya tambahan biaya karena investasi di SBU atau perusahaan,
memiliki risiko yang lebih besar dibanding dengan investasi di obligasi pemerintah
dengan tingkat pengembalian sebesar Rf. Semakin besar risiko, semakin besar pula
premium yang perlu diberikan.
Sebagai contoh, SBU untuk perusahaan pengembang, real estat, otomotif, tergolong
SBU berisiko tinggi. SBU untuk perusahaan jasa manajemen, dan industri kebutuhan
dasar, memiliki tingkat risiko yang lebih rendah.

f. Tahap 6: Tetapkan Terminal Value.


Istilah terminal value sering diasosiasikan sebagai salvage value (nilai sisa). Nilai sisa
perlu diprediksi untuk sebuah proyek yang ada masa berakhirnya. Misalkan proyek
pembangkit listrik dengan umur 25 tahun. Sebelum memutuskan investasi dan
menetapkan nilai proyek tersebut, analis perlu menghitung berapa nilai sisa dari proyek
tersebut setelah 25 tahun yang akan datang. Cara menghitung nilai sisa bisa
menggunakan perkiraan nilai likuidasi. Oleh karena itu, asumsi selama kurun waktu
prediksi sangat diperlukan. Semakin baik asumsi dibuat, akan semakin akurat pula
perhitungannya.
Penggunaan terminal value berbeda dengan penggunaan nilai sisa. Terminal value
digunakan untuk perusahaan, yang tidak ada umur akhir atau jatuh temponya. Sesuai
dengan prinsip going concern dari akuntansi, sebuah perusahaan, atau SBU,
diasumsikan akan hidup terus. Oleh karena itu nilai sisa tak dapat dipergunakan, dan
digunakan terminal value sebagai ukuran.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

ABDUL ROSID,SE,MM
MANAJEMEN STRATEGIK

Secara prinsip, terminal value merupakan nilai perusahaan pada suatu titik waktu di
masa depan. Penetapan kurun waktu untuk perhitungan terminal value tidak
tergantung pada umur buku atau umur ekonomis suatu aset, tetapi berdasar pola
pertumbuhan FCFE, yang merupakan hasil analisis pada tahap 4. Titik waktu
penghitungan terminal value adalah saat dimana pertumbuhan atau gt sudah
mencapai tingkat pertumbuhan yang konstan.
Misalnya, setelah enam tahun pertumbuhan diasumsikan stabil, maka terminal value
dihitung pada akhir tahun ke enam. Demikian juga jika pertumbuhan FCFE
diasumsikan stabil pada akhir tahun ke 20, maka terminal value dihitung pada akhir
tahun ke-20.

g. Tahap 7: Menghitung kelebihan kas


Penghitungan pada tahap 1 s/d tahap 6 di atas berdasarkan asumsi bahwa uang tunai
(kas) perusahaan berada pada tingkat normal. Kelebihan kas merupakan kekayaan
terpisah dari segala kekayaan yang telah dihitung dari tahap 1 sampai dengan tahap 6
di atas.
h. Tahap 8: Menghitung nilai perusahaan
Apabila tahap 1 sampai dengan tahap 7 telah dijalankan dengan baik, maka tahap 8
hanya teknis perhitungan. Nilai perusahaan terdiri dari 3 (tiga) komponen. Komponen
pertama, present value dari FCFE selama kurun waktu mulai tahun dasar sampai
tahun ke n, tahun terakhir sebelum pertumbuhan FCFE konstan. Komponen kedua,
present value dari Terminal Value tahun ke n, yang telah dihitung pada tahap 6.
Komponen ketiga, adalah kelebihan kas, yang telah dihitung pada tahap 7.
Nilai perusahaan adalah:
Present Value dari FCFE tahun ke n, ditambah Present Value dari terminal value tahun
ke-n ditambah dengan kelebihan kas.
i. Tahap 9: Menghitung jangkauan nilai perusahaan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

ABDUL ROSID,SE,MM
MANAJEMEN STRATEGIK

Hasil penilaian tahap 1 sampai dengan 8 hanyalah satu nilai perusahaan. Nilai tersebut
merupakan nilai harapan atau ekspektasi, apabila segala asumsi yang digunakan
benar-benar terjadi tanpa adanya penyimpangan. Dalam kenyataan, penyimpangan
sangat mungkin terjadi.
Ketidakpastian variabel-variabel tersebut menyebabkan nilai

perusahaan bisa

bervariasi. Bila variabel makro bergerak ke arah memburuk, nilai perusahaan akan
menurn, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan dalam
berbagai kondisi. Cara yang umum adalah melakukan analisis sensitivitas atau
simulasi. Analis mengulangi tahap 1 sampai dengan tahap 8 dengan berbagai
skenario, dengan mengubah variabel-variabel. Dalam setiap skenario kejadian, bisa
terjadi perubahan variabel makro sekaligus, dan setiap terjadi perubahan skenario,
analis melakukan analisis ulang dari tahap 1 sampai tahap 8. Dengan melakukan
analisis untuk berbagai kemungkinan kejadian, analis akan menemukan berbagai
kemungkinan nilai perusahaan.
Yang dimaksudkan dengan nilai jangkauan (range) disini adalah selisih antara tertinggi
dan terendah dari nilai perusahaan. Pada akhir tahap 9 akan diperoleh dua besaran
angka, yaitu:
1. Ekspektasi nilai perusahaan. Nilai ini diperoleh dari hasil tahap 1 sampai
dengan tahap 8.
2. Kemungkinan naik turunnya nilai perusahaan, disekitar nilai ekspektasi
tersebut. Naik turunnya nilai ekspektasi perusahaan, diperoleh dari tahap 9.

j. Tahap 10: Hitung Price/FCFE multiple.


Price/FCFE multiple merupakan rasio antara nilai perusahaan dibagi dengan nilai
FCFE tahun dasar. Apabila rasio untuk SBU atau perusahaan yang sedang dianalisis
diketahui, analis perlu menghitung rasio yang sama untuk perusahaan atau SBU
sejenis. Tujuannya untuk melihat gambaran tingkat penerimaan pasar. Apabila rasio
untuk SBU yang dianalisis tinggi, dikawatirkan perhitungan dari tahap 1 sampai dengan
tahap 8 kurang akurat. Sebaliknya, jika rasio SBU atau perusahaan yang dianalisis
rendah, jangan-jangan anda akan menjual SBU terlalu murah.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

ABDUL ROSID,SE,MM
MANAJEMEN STRATEGIK

Dari tahap di atas, anda telah siap untuk menjual SBU atau perusahaan, yang tak
sejalan dengan strategi korporat. Bagaimana dengan praktek sehari-hari? Jika anda
sebagai Pimpinan perusahaan, anda harus mempunyai tim analisis yang kuat untuk
membuat penilaian tersebut. Apabila hal ini tak memungkinkan, anda bisa meminta
bantuan konsultan independen, untuk melakukan due dilligence (uji tuntas) guna
menilai SBU atau perusahaan yang akan dijual, atau yang hendak anda beli. Namun
demikian, anda tetap perlu mempunyai tim internal yang handal, sebagai counterpart
dari konsultan tersebut, dan pada akhirnya anda mempunyai tim sendiri bilamana
proses due dilligence telah selesai.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

ABDUL ROSID,SE,MM
MANAJEMEN STRATEGIK

Anda mungkin juga menyukai