Anda di halaman 1dari 4

Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka


pembangunan ekonomi Indonesia baik dalam jangka panjang maupun dalam
rangka pemulihan ekonomi bangsa . Adapun peran penting sektor pertanian bagi
pembangunan ekonomi Indonesia, yaitu sebagai berikut:
(1) penyedia bahan pangan,
(2) sumber devisa negara,
(3) penyedia tenaga kerja bagi sektor lain,
(4) pembentukan modal dan investasi,
(5) stimulus terjadinya industrialisasi.
Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi akan diuraikan sebagai
berikut:
(1) Penyedia bahan pangan.
Pangan utama bagi umat manusia (dan pakan bagi binatang) dihasilkan
dari sektor pertanian. Pertanian menghasilkan produk biji-bijian seperti:
beras, jagung, kedelai, gula, gandum, sorgum, barley, dan lain-lain.
Pertanian menghasilkan minyak nabati, seperti minyak sawit, minyak
kelapa, minyak matahari, minyak kanola, dan lain -lain. Pertanian
menghasilkan minuman dan rempah seperti kopi, kakao, teh, cincau,
cengkeh, lada, kayu manis, kemiri, dan sebagainya. Pertanian
menghasilkan daging dan sumber protein nabati lain dari sapi, kerbau,
ayam, unggas, babi, telur dan sebagainya. Pertanian juga menghasilkan
sandang dan bahan baku industri yang berasal dari serat seperti: kapas,
rami, abasa, dan lain.
Sampai saat ini belum banyak industri yang mampu memproduksi
pangan tiruan menggunakan zat kimia.Namun demikian, sudah cukup
banyak industri yang mampu menghasilkan produk sandang tiruan yang
terbuat dari polyester dan bahan sintesis yang diolah dari minyak bumi.
Oleh karena itu, sampai sekian tahun ke depan, peran penting bagi
sektor pertanian sebagai penyedia bahan pangan masih tidak akan

tergoyahkan. Hal ini juga berimplikasi jika sektor pertanian terganggu,


suplai pangan juga akan terganggu.
(2) Sumber devisa negara.
Pertanian juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan
devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat
ketergantungan Negara tersebut terhadap impor atas komoditi pertanian.
Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari getah
karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam
sayur dan buah.
Komoditas perkebunan banyak digunakan untuk memenuhi tujuan pasar
ekspor dan menghasilkan devisa bagi pembangunan ekonomi makro
Indonesia. Indonesia adalah produsen dan eksportir terbesar untuk
minyak kelapa sawit mentah (CPO=crude palm oil ).Ekspor CPO
Indonesia pada tahun 2011 mencapai hampir 17 juta ton dengan devisa
senilai US$ 16 juta, suatu jumah yang sangat besar. dan mungkin belum
terbayangkan 30 tahun yang lalu, ketika pertama kali kelapa sawit
dikembangkan.
Indonesia adalah eksportir karet nomor dua terbesar setelah Thailand,
eksportir kakao nomor tiga terbesar di dunia setelah Pantai Gading dan
Tanzania, Indonesia adalah eksportir kopi nomor empat terbesar di dunia
setelah Brazil, Kolombia dan Vietnam, Indonesia juga dikenal sebagai
eksportir komoditas perkebunan dan tanaman rempah lain yang sangat
khas tropis, seperti lada kayu manis, minyak atsiri, dan lain-lain yang
nyaris tidak ada tandingannya. Hal yang perlu dicatat adalah bahwa
menggantungkan sepenuhnya pada pasar ekspor juga tidak baik, apalagi
dalam produk mentah atau setengah jadi, karena risiko ekonomi dunia
yang semakin tidak menentu. Indonesia telah saatnya berusaha
meningkatkan nilai tambah dari ekspor komoditas pertanian seperti
disebutkan di atas.
(3) Penyedia tenaga kerja bagi sektor lain.

Sektor pertanian, yang sebenarnya juga berhubungan dengan sektor


perdesaan, juga telah lama dikenal sebagai penyedia tenaga kerja bagi
sektor lain. Sumber tenaga kerja sektor pertanian bagi sektor lain dapat
berupa faktor pendorong (push-factor) dan dapat berupa faktor penarik
(pull-factor).
Push-factor berkonotasi negatif, karena menunjukkan adanya
kemiskinan di sektor pertanian dan pedesaan, sehingga mereka yang
bekerja di sektor industri dan jasa merasa terdorong atau terlempar dari
desanya sendiri. Hal ini juga berimplikasi bahwa sektor pertanian di
desanya tidak mampu menghasilkan produk yang mampu mencukupi
kebutuhannya sendiri. Dalam istilah ekonomi, elastisitas suplai tenaga
kerja sektor pertanian di sini hampir mencapai elastis sempurna, bahwa
berapa pun jumlah tenaga kerja yang ditambah, produksi dan
produktivitas tidak banyak bertambah.
Sebaliknya, pull-factor berkonotasi positif karena sektor non-pertanian
lebih atraktif bagi tenaga kerja pertanian dan perdesaan pertanian yang
memiliki ketrampilan tertentu. Mereka bekerja di sektor industri dan jasa
karena memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan yang lebih tinggi,
sehingga berkontribusi bagi peningkatan produksi dan produktivitas
perekonomian. Disinilah proses pembangunan yang bervisi peningkatan
nilai tambah dan produktivitas itu mulai terjadi.
(4) Sumber pembentukan modal dan investasi.
Produksi pertanian dan hasil samping lain dari penjualan produk
pertanian (setelah dikurangi konsumsi sendiri) dapat dipergunakan untuk
pembentukan modal baru dan investasi pada sektor pertanian dan sektor
lain yang relevan. peningkatan produktivitas di sektor pertanian, mampu
berkontribusi pada pembentukan modal untuk pembangunan
infrastruktur dan pembangunan industri manufaktur. Peningkatan
produktivitas ini dapat juga berimplikasi penggunaan input yang lebih
kecil, harga produk yang semakin terjangkau, dan penerimaan petani
yang semakin besar. Dari sinilah pembentukan modal atau investasi baru

di bidang pertanian dan non-pertanian seperti industri dan jasa dapat


bergulir.
(5) Stimulus terjadinya industrialisasi.
Dengan semakin banyaknya uang yang beredar di sektor pertanian dan
perdesaan, maka kondisi tersebut menjadi salah satu stimulus terjadinya
industrialisasi atau peningkatan nilai tambah sektor pertanian.
Keputusan investasi untuk peningkatan nilai tambah tidak hanya
ditentukan oleh ketersediaan modal di pedesaan, tapi juga oleh kondisi
permintaan dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari
peningkatan kapasitas produksi.
Sebaliknya, dengan semakin banyaknya uang yang beredar di sektor
pertanian dan perdesaan, maka sektor ini akan menjadi salah satu pasar
potensial bagi produk-produk sektor industri dan jasa. Peningkatan daya
beli petani dan penduduk pedesaan menjadi salah satu kunci penting
dalam proses pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang,
tidak terkecuali di Indonesia.
Stimulus terjadinya industrialisasi ini sebenarnya masih tergantung pada
ukuran pasar, yang akan mementukan keputusan investasi untuk
industrialisasi. Dengan kata lain, kontribusi pembentukan modal dan
industrialisasi dalam sektor pertanian ini menjadi salah satu faktor
penting dalam proses transformasi struktural pereknomian suatu negara.
Semakin mulus proses transformasi struktural tersebut, maka perjalanan
pembangunan ekonomi akan memberikan manfaat tambahan efisiensi
dan dampak kesejahteraan bagi segenap pelaku yang terlibat dan warga
negara secara umum.

Anda mungkin juga menyukai