Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata`ala, atas rahmat dan karunia-Nya
laporan pertengahan (LAPORAN RENCANA) dalam rangka penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam ini telah selesai. Kegiatan ini kerjasama antara PT. ANIRINDO
MITRA KONSULTAN dengan Pemerintah Kabupaten Agam dalam hal ini kantor Bappeda Kabupaten Agam.
Secara garis besar materi yang terkandung dalam laporan ini adalah proses berpikir konsultan dalam
menangani penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari mulai dari tahap awal
sampai tahap akhir. Adapun materi yang dibahas terdiri dari :
a. Latar Belakang, Pengertian Dasar, Prinsip Dasar, Ruang Lingkup, Metode Pendekatan, dan Sistematika
Penyusunan Laporan.
b. Dasar Pertimbangan dan Konsep Pengembangan Ruang, Arah Perkembangan Ruang, dan Kecenderungan
Pengembangan Ruang.
d. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang, Rencana Blok Pemanfaatan Ruang, dan Pedoman
Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perkotaan.
e. Pengelolaan Pembangunan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian pekerjaan ini serta mengharapkan masukan-masukan bagi penyempurnaan materi laporan.
Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Padang, Desember 2004
RENCANA
II 1
Halaman
KATA PENGANTAR
ii
II 1
DAFTAR TABEL ..
iv
II 4
DAFTAR GAMBAR .
vi
II - 5
II 7
BAB I
PENDAHULUAN
I1
1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
II 7
I1
I2
I3
Kegiatan ..
II 8
II - 9
I3
II 9
I3
II 10
I3
II 10
I3
II - 11
I4
I4
LAPORAN
II - 7
1.4 Ruang Lingkup Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
BAB II
RENCANA
II 1
BAB III
III 1
III 1
3.1.1 Tujuan
III 1
III - 2
ii
III 2
III 66
III 3
III 66
III 3
III 69
III 4
III 72
III 4
III 73
III 7
III - 73
III - 7
III 9
IV 1
III 20
IV 1
III 20
IV 1
III - 21
IV 2
III 24
IV 3
III 24
IV 3
III 28
IV 4
III 31
IV - 4
III 31
IV 4
III 31
IV 9
III 34
IV 10
3.2.4.3 Drainase ..
III 37
IV 10
III 39
IV 11
III 42
IV 11
III 44
IV 12
III 46
IV 12
III 46
IV - 13
BAB IV
LAPORAN
III 48
III 49
III 49
III 60
III 60
III 60
RENCANA
iii
Halaman
Tabel II - 1
Tabel II - 2
II - 8
Tabel III - 8
2010 ...
Tabel III - 4
Tabel III - 5
Tabel III - 6
LAPORAN
Tabel III - 11
III 14
Tabel III 12
III 15
III 16
III - 23
Tabel III - 7
III 14
III 23
III 24
Tabel III - 13
III 33
Tabel III - 14
Kriteria Kecepatan Rencana, Lebar Badan Jalan dan Persyaratan Setiap Fungsi
Jalan Berdasarkan PP 26 Tahun 1985 Tentang Jalan .
III 20
III 12
Tabel III - 10
Tabel III - 3
III 19
III 4
Tabel III 9b
Tabel III - 2
III 19
II 9
Tabel III 9a
Tabel III - 1
III 18
III 37
iv
Tabel III - 15
III 37
Tabel IV - 1
Tabel III - 16
III 39
Tabel III 17
III - 44
Tabel III - 18
Tabel III - 19
III - 46
Tabel III - 20
IV - 6
III - 46
Tabel III - 21
Tabel III - 22
III 71
LAPORAN
III 69
Tabel III - 26
III 69
Tabel III - 25
III - 67
Tabel III - 24
III - 62
Rencana KDB dan KLB di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010 .......................................................................
Tabel III - 23
III - 49
RENCANA
III 73
v
Gambar 3 - 10
III 35
Gambar 3 - 11
III 36
Gambar 3 - 12
III 38
Gambar 3 - 13
III 40
Gambar 3 - 14
III 41
Gambar 3 - 15
III 43
Gambar 3 - 16
III 45
Gambar 3 - 17
III 47
Gambar 3 - 18
III 48
Gambar 3 - 19
III 50
III 52
III 55
III 57
Halaman
Gambar 1 1
Kerangka Pemikiran
I5
Gambar 2 - 1
II 6
Gambar 2 2
II 12
Gambar 3 - 1
III 5
Gambar 3 - 2
III 8
Gambar 3 3
III 10
Gambar 3 - 4
III 25
Gambar 3 - 5
III 26
Gambar 3 - 6
III 27
Gambar 3 - 7
III 29
Gambar 3 - 8
III 30
Gambar 3 - 9
III 32
LAPORAN
RENCANA
vi
III 58
III 61
Gambar 3 - 21
III 63
III 64
III 65
Gambar 3 - 23
III 68
Gambar 3 - 24
III 70
Gambar 3 - 25
III 71
Gambar 3 - 26
III 74
Gambar 3 - 27
III 75
Gambar 4 - 1
IV 4
Gambar 4 - 2
IV 11
Gambar 4 - 3
IV 12
Gambar 4 - 4
IV 13
Gambar 4 - 5
IV 13
Gambar 4 - 6
IV 14
LAPORAN
RENCANA
vii
wilayahnya. Adapun pedoman tersebut yaitu berupa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan
Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang merupakan penjabaran lebih lanjut atau pendalaman materi dari
RTRW Kabupaten Agam tahun 1997 dan hasil revisi tahun 2004. RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari juga merupakan rencana tata ruang kota yang memuat ketentuan mengenai
penetapan fungsi wilayah yang pada hakekatnya menjadi arahan lokasi dari berbagai kegiatan yang
mempunyai kesamaan fungsi maupun lingkungan permukiman/perumahan dengan karakteristik tertentu.
Dengan tersusunnya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari, diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dan acuan pelaksanaan pembangunan yang
mampu menjawab berbagai masalah tuntutan pembangunan diwilayahnya serta rumusan maupun
1.1
Latar Belakang Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari
Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
2004, adalah :
Nagari besar dipengaruhi oleh adanya berbagai faktor, antara lain faktor pendudukan, kegiatan penduduk serta
a. Pembangunan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari merupakan bagian integral dari
adanya interaksi Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dengan kota lainnya dalam lingkup
pembangunan Kabupaten Agam yang bertujuan untuk menciptakan landasan yang kokoh bagi daerahnya
untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini dapat diartikan sebagai perlunya rencana tata ruang yang
Perkembangan faktor di atas (penduduk, kegiatan penduduk dan interaksi Kawasan Perkotaan Ibukota
berkesinambungan.
Kecamatan Ampek Nagari dengan wilayah lain) tersebut, merupakan pemicu tumbuh dan berkembangnya
wilayah yang berdampak terhadap terjadinya perubahan fisik dan penggunaan lahan. Bentuk perubahan
b. Arah pembangunan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang digariskan dalam RTRW,
penggunaan lahan yang ditandai dengan makin meningkatnya lahan terbangun, merupakan phenomena
perlu diantisipasi dan ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) wilayahnya
perkembangan dan pertumbuhan kawasan perkotaan yang mudah terlihat secara fisik, selain itu meningkatnya
yang disesuaikan dengan karakteristik sosial, ekonomi, fisik, dan administrasi wilayahnya.
kebutuhan sarana dan prasarana membuat perkembangan kawasan perkotaan menjadi kebutuhan yang
mendesak.
Gambaran tersebut di atas, merupakan salah satu indikasi dibutuhkannya upaya pengarahan dan
pengendalian terhadap perubahan penggunaan lahan dan perkembangan fisik wilayah kota. Salah satu aspek
c. Melalui Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari,
diharapkan dapat memperkokoh status Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dalam
lingkup Kabupaten Agam maupun dalam lingkup wilayah yang lebih luas.
penting yang diperlukan dalam proses penanganan dan pengelolaan pelaksanaan pembangunan di wilayah
kota adalah tersedianya pedoman pelaksanaan pembangunan yang jelas dan tegas yang dapat berfungsi
d. Adanya beberapa potensi dan permasalahan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari,
sebagai wadah keterpaduan bagi kepentingan dan aspirasi Pemerintah, Swasta serta Masyarakat sebagai
pelaku pembangunan.
1. Adanya potensi lokasi yang strategis, yaitu relatif dekat dengan Pusat Ibukota Kabupaten dan berada
Sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhannya serta untuk menjamin tuntutan perkembangan
dan pembangunan, Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dipandang perlu memiliki pedoman
pada jalur transportasi Padang - Pasaman Barat, hal ini memberikan dukungan terhadap wilayahnya
untuk berkembang pesat.
yang lebih operasional dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik
LAPORAN RENCANA
I- 1
2. Fungsi yang berkembang dan diarahkan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari,
a. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang dataran, ruang lautan dan ruang udara sebagai suatu kesatuan
sebagai salah satu pusat kegiatan perdagangan dan jasa memungkinkan wilayahnya berkembang
wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara
menjadi salah satu wilayah orientasi kegiatan perekonomian Kabupaten Agam bagian barat, maupun
kelangsungan hidupnya.
b. Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak
direncanakan.
3. Kondisi topografi yang relatif landai serta ruang potensial untuk pengembangan fisik terbangun yang
cukup luas, memungkinkan berbagai kegiatan dapat tumbuh dan berkembang cepat.
4. Karena merupakan lintasan utama jaringan jalan yang menghubungkan Padang Pasaman Barat
c. Penataan Ruang adalah proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
Sedangkan
beberapa pengertian tentang RDTR kota secara lebih rinci sehubungan dengan
serta tumbuhnya berbagai kegiatan perdagangan yang kesannya tidak teratur dan tertib, mempunyai
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
a. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) adalah materi pendalaman RTRW agar dapat lebih operasional dalam
sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik wilayah, baik yang dilaksanakan
5. Kemungkinan timbulnya permasalahan klasik dari konsekwensi perkembangan kota yaitu adanya
oleh instansi vertikal Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat sebagai pelaku pembangunan.
kecenderungan pergeseran lahan produktif pertanian yang masih luas ke lahan terbangun
(perumahan, kegiatan perdagangan dan jasa), jika tidak diarahkan dari sekarang akan terjadi
perkembangan penggunaan lahan yang tidak tertib.
b. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) merupakan rencana yang memuat ketentuan mengenai penetapan
fungsi bagian wilayah-wilayah yang pada hakekatnya menjadi arahan lokasi dari berbagai kegiatan yang
mempunyai kesamaan fungsi maupun lingkungan permukiman/perumahan dengan karakteristik tertentu.
Berdasarkan gambaran potensi dan permasalahan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari di atas, sudah saatnya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
c. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) mempunyai ruang lingkup sebagai suatu rencana detail yang
Ampek Nagari yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
mencerminkan strategi pengembangan detail sampai pada tingkat ruang terkecil dan dalam kurun waktu 5
diprioritaskan penggunaannya.
upaya penetapan intensitas penggunaan ruang untuk setiap bagian wilayah kota, sesuai dengan fungsinya
di dalam struktur tata ruang kota secara keseluruhan.
Secara umum pengertian RDTR kota dapat diartikan sebagai konsep pembangunan di masa
mendatang yang merupakan rencana pemanfaatan yang lebih detail, disusun untuk penyiapan perwujudan
ruang dalam pelaksanaan program-program pengendalian pembangunan kota.
Beberapa pengertian yang terkait dan relevan dalam konteks penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
e. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) pada hakekatnya juga merupakan dasar pertimbangan bagi
Penyusunan Rencana Teknik Ruang (RTR) Kota mencakup ketentuan mengenai kerangka materi pokok
bagi penyusunan Rencana Teknik Ruang (RTR) Kota.
LAPORAN RENCANA
I- 2
Dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
kesepakatan bersama.
Ampek Nagari, beberapa prinsip dasar dan ketentuan teknis perencanaan yang digunakan adalah :
a. Dalam penyusunan RDTR pada prinsipnya harus mempertimbangkan 3 (tiga) aspek pokok yakni, aspek
strategis, aspek teknis dan aspek pengelolaan. Ketiga aspek tersebut sangat menentukan di dalam
menetapkan kebijaksanaan dasar pengembangan wilayah yang dapat digambarkan sebagai berikut :
1.4 Ruang Lingkup Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Perkotaan Ibukota
1. Aspek strategis meliputi kebijaksanaan dasar penentuan fungsi kota, pengembangan kegiatan
perwilayahan dan perencanaan tata ruang kota yang merupakan penjabaran atau pengisian dari
Ruang lingkup penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota
rencana-rencana pembangunan Kabupaten Agam dan Propinsi Sumatera Barat dalam jangka
Kecamatan Ampek Nagari, secara umum terbagi menjadi ruang lingkup kawasan perencanaan, dimensi waktu
panjang.
2. Aspek teknis meliputi kebijaksanaan dasar yang ditujukan untuk menyerasikan dan mengoptimalkan
1.4.1
pola tata ruang kota, memberikan fasilitas dan utilitas secara tepat, mendayagunakan pola transportasi
Lingkup wilayah perencanaan secara administrasi berada di Kecamatan Ampek Nagari tepatnya di
dan meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman serta menjaga kelestarian lingkungan sesuai
Nagari III Koto Batu Kambing Jorong Bawan yang berfungsi sebagai Ibukota Kecamatan. Luas berdasarkan
hasil pengukuran adalah 466,64 Ha (lebih besar dari yang ditetapkan dalam Term Of Refference /TOR) dimana
disarankan maksimal 400 Ha.
3. Aspek pengelolaan kota, bahwa kebijaksanaan dasar perencanaan harus mempertimbangkan aspek
Lokasi ini ditetapkan oleh Pemberi Tugas dalam hal ini Pemerintah Agam melalui Badan Perencanaan
hukum dan perundangan agar rencana dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan pembiayaan
Pembangunan Daerah (Bappeda). Sedangkan batasan kawasan perencanaan yang dilakukan pengukuran
pembangunan Daerah.
ditetapkan bersama antara Pemberi Tugas (Bappeda), pihak Kecamatan, Tokoh masyarakat dan Konsultan.
b. Di dalam usaha penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan perlu rumusan
kebijaksanaan pengembangan
1.4.2
Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
keseimbangan dan pertumbuhan serta kelestarian sesuai dengan tingkat perkembangan kota itu dengan
Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari Tahun 2004 yang mengacu pada KEPMENKIMPRASWIL No.
daerah sekitarnya.
327 Tahun 2002 dengan jangka waktu perencanaan ditetapkan 5 tahun. Sedangkan tahun dasar ditetapkan
bersama antara Pemberi Tugas dengan Konsultan yaitu terhitung Tahun 2005 s/d 2010.
c. Suatu hal yang penting adalah bahwa kebijaksanaan dasar perencanaan harus dirumuskan berdasarkan
tipe kemampuan tumbuh dan berkembangnya kota serta fungsi dan peranan kota itu sendiri.
1.4.3
d. Dalam penetapan kawasan perencanaan dapat dibedakan atas kota yang berstatus pemerintahan
Kabupaten Agam mempunyai perencanaan tata ruang yang dapat dijadikan sebagai pedoman pemanfaatan
(administrasi) dan kota yang tidak berstatus pemerintahan. Bagi wilayah yang berstatus pemerintahan,
dan pengendalian ruang dalam pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun
maka kawasan perencanaan ditetapkan sama dengan luas wilayah administrasinya yang telah ditetapkan
masyarakat.
LAPORAN RENCANA
I- 3
Untuk memberikan gambaran wujud penyusunan perencanaan yang dituju, maka penyusunan
1.6
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ini akan meliputi
hal-hal sebagai berikut :
Penyusunan laporan rencana untuk RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
didasarkan pada sistematika pembahasan sebagai berikut :
a. Dasar pertimbangan dan konsep pengembangan ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari. Pada bagian ini akan memuat tinjauan terhadap dasar-dasar pertimbangan penyusunan tata ruang
BAB I
PENDAHULUAN
Berisi latar belakang penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari,
- Kajian terhadap kebijaksanaan tata ruang Kabupaten Agam (RTRW 97 dan hasil revisi 2004).
pengertian dasar RDTR, tujuan dan sasaran penyusunan RDTR, prinsip dasar penyusunan RDTR,
- Potensi dan permasalahan kawasan perencanaan serta kecenderungan perkembangan fisik Kawasan
ruang lingkup penyusunan RDTR, metode pendekatan perencanaan serta sistematika penyusunan
laporan rencana.
- Penentuan fungsi dan peran Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.
BAB II
Atas dasar dasar-dasar pertimbangan tersebut disusun konsep pengembangan tata ruang Kawasan
Berisi dasar pertimbangan penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari yang terdiri dari kebijaksanaan RTRW Kabupaten Agam yang diarahkan ke wilayah Kawasan
b. Rencana Detail Tata Ruang, yang pada prinsipnya merupakan penyusunan arahan pengembangan tata
ruang kota yang didalamnya terkandung : Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan
perkembangan fisik wilayah kota serta penentuan fungsi dan peran Kota. Selanjutnya penyusunan
arahan pengembangan tata ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang
Pembagian Blok Perencanaan (Unit Lingkungan), Rencana Blok Peruntukan dan Rencana Perpetakan
meliputi : prinsip dasar pengaturan dan pengembangan tata ruang serta konsep pengembangan tata
Bangunan.
BAB III
lingkungan, rencana distribusi penduduk, rencana pemanfaatan ruang dan alokasi fasilitas, rencana
sistem transportasi, rencana pengaturan intensitas penggunaan ruang serta rencana pengembangan
Dalam rangka penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota
utilitas.
Kecamatan Ampek Nagari, metode pendekatan perencanaan dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam
proses perencanaan ini adalah seperti terlihat pada Gambar 1 - 1.
LAPORAN RENCANA
I- 4
GAMBAR 1-1
KERANGKA PEMIKIRAN
LAPORAN RENCANA
I- 5
Kawasan Perencanaan dilalui oleh jalur jalan regional (jalan Propinsi) yang menghubungkan antara : Padang,
Pariaman dan Lubuk Basung ke Simpang Empat (Kabupaten Pasaman Barat).
Issu Nasional yang berkembang, dimana jalur jalan yang melintasi Kawasan Perencanaan akan
ditingkatkan fungsinya menjadi jalan Negara sebagai jalan alternatif Lintas Sumatera Bagian Barat yang
menghubungkan antara Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Apabila issu tersebut direalisasikan, maka
secara otomatis pertumbuhan dan perkembangan di wilayah Agam bagian barat, khususnya sekitar jalan poros
Barat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.
Berdasarkan Kebijaksanaan Pemerintah Kabupaten Agam tahun 2001, dimana Kecamatan Ampek
Nagari definitif terpisah dari kecamatan Induk (Kecamatan Lubuk Basung) dan Kota Bawan ditetapkan sebagai
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari (disebut
Ibukota Kecamatan. Hal ini akan memacu perkembangan Kota Bawan tersebut karena memiliki fungsi dan
Kawasan Perencanaan) disusun sebagai penjabaran lebih lanjut atau pendalaman materi dari Rencana Tata
peran yang diembannya sebagai pusat pelayanan bagi daerah-daerah yang ada disekitarnya. Kondisi ini akan
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Agam Tahun 1997 dan hasil revisi 2004, agar dapat lebih operasional
memacu Kota Bawan sehingga akan tumbuh dan berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat
dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik kota, yang akan dilaksanakan
dalam hal penyediaan berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum skala regional Kecamatan.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan kebijakan yang dapat memacu perkembangan Ibukota
oleh pelaku pembangunan (Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat). Untuk melangkah sampai pada
tujuan yang diharapkan dari penyusunan RDTR ini, terlebih dahulu akan dikemukakan dasar pertimbangan dan
1. Kebijakan sistem kota-kota di Sumatera Barat yang menetapkan Lubuk Basung sebagai Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) yang mempengaruhi perkembangan Kota Bawan.
2. Kebijakan penetapan pusat permukiman untuk Kota Bawan
2.1
Dasar Pertimbangan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari
3. Issu Nasional tentang peningkatan jalan Propinsi menjadi jalan Negara pada poros jalan Agam bagian
Barat.
4. Kebijakan pemekaran wilayah administrasi Kecamatan Lubuk Basung menjadi dua yakni Kecamatan
Kalau kita perhatikan kebijakan dari sistem kota-kota Sumatera Barat, dimana Lubuk Basung
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal yang berfungsi sebagai pusat pendukung daerah potensial (antar
5. Kebijaksanaan pembukaan route angkutan umum yang melayani daerah-daerah yang ada di wilayah Barat
Kabupaten). Fungsi yang diemban Lubuk Basung sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan
Kabupaten Agam melalui SK Bupati No. PLK-TRY/Ag/Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Ijin Trayek
perkembangan Kawasan Perencanaan karena secara administrasi berbatasan langsung dengan Kecamatan
Angkutan Kota.
Ampek Nagari . Disamping itu, ditunjang pula dengan sarana angkutan jalan yang memadai serta ditunjang
dengan moda angkutan baik Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) maupun angkutan lokal.
Dalam kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam dengan Perda No.4 Tahun 1998,
2.1.1
ditetapkan bahwa Jorong Bawan sebagai pusat permukiman yang berfungsi sebagai pusat koleksi dan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, di wilayah Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
distribusi hasil bumi bagi daerah yang ada disekitarnya. Penetapan kebijakan tersebut sangat sesuai karena
terdapat beberapa potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan rencana pengembangan ruang, potensi
Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari sebagai pusat permukiman telah menunjukkan
kegiatan dengan intensitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pusat-pusat Jorong lainnya. Terlebih
LAPORAN RENCANA
II - 1
dengan kestabilan baik sampai sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik tanahnya
Potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan kondisi geografis dan keadaan transportasi di Ibukota
secara umum untuk kegiatan pembangunan fisik perkotaan mempunyai kestabilan yang baik sampai
sedang dengan sifat fisik cukup baik untuk bangunan yang dapat ditempatkan hampir di seluruh
1. Secara geografis Ibukota Kecamatan Ampek Nagari mempunyai potensi untuk berkembang pada
masa mendatang, hal ini ditunjang oleh faktor lokasi (letak dan posisi Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari) yang cukup strategis. Berdasarkan jarak fisiknya relatif dekat terhadap Ibukota Kabupaten
3. Berdasarkan sifat-sifat fisik tanahnya (tekstur, kedalaman efektif dan kepekaan terhadap erosi)
wilayahnya merupakan kawasan yang daya dukung fisiknya diklasifikasikan sebagai wilayah yang
Dengan letak dan posisi yang demikian wilayah Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ini mempunyai
kedudukan yang cukup strategis, posisi ini ditunjang pula dengan dilaluinya jalan regional yang
menghubungkan Padang Pasaman Barat.
4. Walaupun kejadian gempa bumi (di luar wilayah Kabupaten Agam) hingga saat ini tidak menyebabkan
kerusakan, namun demikian dalam hal pendirian bangunan faktor terjadinya gempa bumi harus
2. Secara umum jaringan jalan di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari mengarah ke berbagai tujuan yang
lahan sawah beririgasi teknis, sehingga secara teknis lahan sawah di Ibukota Kecamatan Ampek
sementara berbagai jenis angkutan lokal dan regional. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya konflik lalu
Nagari pada prinsipnya harus dipertahankan, akan tetapi pengembangan kota diarahkan pada lahan-
lintas di sekitar muka pasar terutama hari pasar (Rabu dan Jumat) karena bersatu dengan kegiatan
perdagangan.
7. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, dengan berbagai variabel penilaian kondisi fisik dapat
b. Kondisi Fisik Wilayah
disimpulkan bahwa lahan potensial di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang
Potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan kondisi fisik wilayah di Ibukota Kecamatan Ampek
cocok (layak) untuk kegiatan fisik perkotaan adalah seluas 223,04 hektar atau 47,79 %, lahan limitasi
Nagari adalah :
fisik seluas 202,19 hektar atau 43,33 % dan lahan terbangun 41,41 Ha atau 8,87 % hektar dari luas
1. Dilihat berdasarkan kondisi topografinya, kondisi wilayah kota sebagian besar wilayahnya merupakan
kawasan yang relatif datar dengan kemiringan 0 - 8 %, dari segi topografi, kawasan perencanaan tidak
menjadi permasalahan bagi pengembangan tata ruang.
Lempung), dapat di klasifikasikan sebagai tanah yang mempunyai klasifikasi untuk penggunaan umum
LAPORAN RENCANA
II - 2
1. Pola penggunaan lahannya secara umum membentuk pola campuran, yaitu pola linier yang
3. Fasilitas peribadatan penyediaannya belum mencukupi terutama untuk Mesjid Lingkungan dan
memanjang mengikuti jalan-jalan utama dan pada kawasan-kawasan tertentu terbentuk pola yang
Musholla/Langgar. Sedangkan untuk mesjid raya telah tersedia yang berlokasi dibelakang Pasar
memusat (konsentrik) terutama pada kawasan perdagangan. Sedangkan daerah lainnya dengan pola
Bawan.
menyebar membentuk suatu kampung dengan orientsi ke persimpangan jalan dan ke lahan-lahan
pertanian.
4. Fasilitas perdagangan yang terdapat di kawasan perencanaan adalah fasilitas pasar, pertokoan dan
warung yang dapat melayani wilayah kota dan wilayah sekitarnya. Dari segi kualitas fasilitas
2. Dilihat dari struktur penggunaan lahannya, penggunaan lahan pada beberapa kawasan
perdagangan ini sudah dapat melayani penduduk tapi dari segi kuantitas dan lokasi belum merata.
memperlihatkan struktur penggunaan lahan yang tercampur, dimana berbagai kegiatan (perdagangan
dan jasa, permukiman, peribadatan, industri kecil, kegiatan transportasi) tumbuh dan berkembang
pada suatu kawasan yang sama (khususnya sekitar pasar).
3. Pengelompokkan bangunan pada kawasan kegiatan komersial
5. Fasilitas olah raga terbuka relatif mencukupi karena selain memanfaatkan lapangan umum (yang ada
di Simpang Pudung) juga memanfaatkan lapangan olah raga milik sekolah.
6. Fasilitas Gedung Serbaguna, sampai saat ini belum memiliki sehingga untuk penyelenggaraan
kawasan yang relatif jauh dengan kawasan pusat Komersial seperti kawasan sebelah selatan
kegiatan, memanfaatkan fasilitas perkantoran pemerintah seperti Kantor Camat, Kantor Nagari dan
(Simpang Polisi, Simpang Proyek dan Simpang Pudung) dan utara (Ambalau) pengelompokkan
sebagainya.
Kambing hanya melayani sebagian penduduk pada kawasan pusat kota (sekitar pasar), selebihnya
Secara kuantitas pada umumnya sebagian fasilitas relatif belum memenuhi kebutuhan :
menggunakan sumur gali dan memanfaatkan air permukaan. Pada masa yang akan datang perlu
1. Fasilitas pendidikan (TK, SD, SLTP dan SMU) secara umum belum mencukupi kebutuhan penduduk,
memanfaatkan sumber air lainnya karena yang ada mampu mensupplay 10 lt/dt sedangkan kebutuhan
sehingga pada masa yang akan datang perlu penambahan masing-masing 1 unit, kecuali untuk TK
yang baru tersedia 1 unit sedangkan kebutuhan 8 unit (berarti kekurangan 7 unit).
10. Masalah pengaliran air permukaan (drainase) sebagian besar belum tersedia, yang adapun tidak
2. Untuk fasilitas kesehatan yang ada secara umum belum mencukupi. Saat ini terdapat Puskesmas
pembantu secara kuantitatif sudah cukup tapi secara kualitatif perlu ditingkatkan menjadi Puskesmas
Utama. Disamping itu belum tersedia Tempat Praktek Dokter dan Apotik untuk pelayanan resep
11. Kawasan terbangun di wilayah kecamatan pada umumnya sudah terlayani jaringan listrik.
dokter.
LAPORAN RENCANA
II - 3
12. Untuk pelayanan telepon di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari belum optimal, bahkan ada sebagian
2.1.2
yang bisa menikmati berupa telepon satelit (bukan kabel). Sampai saat ini jaringan dan tiang kabel
sudah terpasang, tapi belum dilanjutkan pemasangan ke rumah-rumah atau konsumen lainnya.
Nagari, akan diidentifikasi kecenderungan perkembangan fisiknya sebagai arahan dan dasar pertimbangan
untuk pengembangan fungsi ruang pada masa mendatang.
13. Penanganan sampah rumah tangga dilakukan secara individual, kecuali di lingkungan pasar sudah
ada pengelola khusus oleh staf Jorong.
Faktor yang mempengaruhi identifikasi kecenderungan perkembangan fisik wilayah ini antara lain :
a. Keluaran (output) dari penilaian kesesuaian lahan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
untuk pengembangan fisik sangat berpengaruh terhadap kecenderungan perkembangan fisik kotanya.
e. Kegiatan perekonomian
Memperhatikan faktor kondisi fisik yang dikemukakan dalam analisis kesesuaian lahan, Kawasan
Potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan perekonomian di Kawasan Perkotaan Ibukota
Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari disamping mempunyai kawasan-kawasan yang potensial
bagi perkembangan fisik, terdapat pula kawasan-kawasan yang mempunyai kendala fisik.
Arah perkembangan fisik wilayah cenderung akan mengarah pada kawasan yang secara fisik lebih
potensial, mudah dimanfaatkan serta biaya pembangunannya relatif murah. Berdasarkan hasil penilaian
kesesuaian lahan, lahan potensialnya terdapat pada kawasan sebelah selatan (Simpang Polisi dan
2. Kondisi fasilitas Pasar Bawan yang sudah rusak serta kurang ditunjang dengan utilitas yang memadai
Simpang Pudung) dan utara (SLTP). Kondisi ini mengindikasikan kecenderungan perkembangan kota
seperti : saluran drainase dan Tempat Pembuangan Sampah, sehingga menimbulkan kumuhnya
lingkungan pasar. Kondisi tersebut berpengaruh pula terhadap lingkungan permukiman yang ada di
didukung oleh adanya titik-titik tumbuh yang dapat memicu pertumbuhan kawasan tersebut pada masa
belakangnya.
mendatang, diantaranya :
3. Belum tersedianya fasilitas pergudangan secara khusus untuk menampung barang cadangan sebelum
dipasarkan.
f. Transportasi
b. Keberadaan dan penyebaran elemen ruang serta penggunaan lahan kawasan perkotaan, mempengaruhi
Potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan perekonomian di Kawasan Perkotaan Ibukota
terhadap terjadinya interaksi ruang kegiatan sehingga dapat memperbesar dan memperkuat aglomerasi
1. Belum tersedianya Sub Terminal, sehingga angkutan mangkal di sembarang tempat dan mengganggu
Pusat kegiatan saat ini berkembang pada kawasan di sekitar Pasar sehingga mempunyai kecenderungan
kegiatan
terkonsentrasi pada kawasan tersebut. Namun demikian karena kendala fisik (dikelilingi
pertanian teknis) sebaiknya dibatasi dan diarahkan ke sebelah selatan sekitar Simpang Proyek, Simpang
Pudung dan Simpang Polisi serta ke sebelah utara ke Ambalau sekitar SMP.
3. Belum tersedianya jalan lingkar untuk menghindari konflik lalulintas terutama pada hari pasar.
Pengarahan tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi konsentrasi penduduk di sekitar pasar dan
4. Jaringan jalan yang ada belum diikuti dengan saluran drainase yang memadai.
mengantisipasi perubahan fungsi ruang yang cenderung ke lahan pertanian teknis, sehingga tercipta
keseimbangan pertumbuhan.
LAPORAN RENCANA
II - 4
c. Transportasi dan aksessibilitas tinggi terhadap suatu kawasan memberikan peluang untuk berkembang
dibanding dengan kawasan yang mempunyai akses rendah. Berdasarkan prasarana transportasi Kawasan
2.1.3
Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari secara umum telah terjangkau oleh jaringan jalan dan
a. Kebijaksanaan pengembangan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Agam tahun 97 dan
hasil Revisi 2004, yang ditujukan bagi pengembangan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.
d. Adanya faktor penarik dan penghambat perkembangan fisik kota, hal ini berkaitan dengan kondisi
kegiatan pemanfaatan ruang, kondisi fisik yang sedang berlangsung serta yang akan direncanakan di
Kawasan Perencanaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari. Beberapa kegiatan atau kondisi
yang
berpengaruh terhadap adanya faktor penarik dan penghambat tersebut antara lain :
perkembangan fisik perkotaan, yang akan memberikan dampak terhadap perubahan pola tata ruang
1. Rencana pembangunan jalan lingkar, dengan dikembangkannya Jalan Lingkar Timur (mulai dari
Simpang Polisi sampai Belakang Puskesmas Pembantu), secara umum akan sangat berpengaruh
terhadap kecenderungan perkembangan fisik tata ruang kawasan, tegasnya bahwa dengan
dibangunnya jalan Lingkar Timur ini akan menjadi faktor penarik bagi berkembangnya berbagai
kegiatan yang akan berlangsung di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari terutama kegiatan-kegiatan
dengan fungsi orientasi regional, hal ini terkait dengan fungsi jalan tersebut yang difungsikan sebagai
fungsi jalan yang melayani lalu lintas regional. Rencana jalan ini dapat difungsikan sebagai jalan
Dikembangkannya jaringan jalan arteri primer (Jalan Raya Bawan) yang menghubungkan kota-kota di
alternatif untuk menghindari kemungkinan terjadinya konflik lalulintas di sekitar Pasar Bawan.
wilayah Pantai Barat Sumatera dengan Pantai Utara Sumatera Utara menjadikan Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari sebagai bagian wilayah yang melayani kegiatan transportasi regional.
2. Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari merupakan kota yang dilintasi jalan regional
(jalan propinsi) yang statusnya akan ditingkatkan menjadi jalan Nasional. Jalan tersebut akan
difungsikan sebagai jalan Lintas Sumatera sebelah barat yang menghubungkan kota-kota di Sumatera
bagian selatan dengan Sumatera Utara. Kondisi tersebut secara umum akan meningkatkan fungsi dan
peran Ibukota Kecamatan Ampek Nagari pada masa yang akan datang.
3. Keberadaan Sungai (Bt Bawan dan Bt Sitanang) dan lahan limitasi fisik karena sungai dan lahan
limitasi fisik merupakan kawasan yang perlu dilindungi dengan pertimbangan kelestarian lingkungan,
maka kawasan-kawasan ini merupakan kawasan yang direncanakan untuk dibatasi pengembangan
fisiknya, oleh sebab itu perkembangan fisik yang mengarah pada kawasan-kawasan ini akan dan perlu
dibatasi atau dihambat.
Untuk lebih jelasnya gambaran kecenderungan perkembangan fisik Kawasan Perkotaan Ibukota
II - 5
Gambar 2-1
Peta Kecenderungan Perkembangan Fisik Kota
LAPORAN RENCANA
II - 6
3. Kegiatan pelayanan umum, perlu didukung oleh adanya fasilitas Koramil, kantor pos pembantu, Kantor
KUA, Kantor PDAM ranting, gedung pertemuan dan SPBU.
Arahan pengembangan fisik dan tata ruang Ibukota Kecamatan Ampek Nagari pada dasarnya
merupakan kerangka dasar penempatan dan penetapan alokasi kegiatan di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
sesuai dengan kebutuhan ruang. Dalam prosesnya arahan pengembangan tata ruang ini akan meliputi
bahasan terhadap prinsip dasar dan pengaturan serta pengembangan tata ruang Ibukota Kecamatan Ampek
4. Kegiatan pelayanan sosial, yaitu didukung adanya fasilitas pendidikan menengah SMU dan sederajat
serta puskesmas utama.
5. Kegiatan rekreasi dan olah raga, perlu didukung oleh adanya gedung serbaguna, lapangan olah raga,
dan taman bermain anak.
Nagari, juga meliputi identifikasi terhadap karakteristik umum komponen kegiatan dan hubungan fungsional
antar komponen kegiatan serta konsep pengembangan tata ruang Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.
2.2.1
Prinsip Dasar Pengaturan dan Pengembangan Tata Ruang Kawasan Perkotaan Ibukota
2. Kegiatan pendidikan antara lain didukung oleh sekolah dasar dan taman kanak-kanak.
3. Kegiatan peribadatan didukung oleh penyediaan fasilitas mesjid lingkungan dan Musholla/Langgar.
4. Kegiatan kesehatan didukung oleh penyediaan fasilitas puskesmas pembantu, rumah bersalin, praktek
RTRW Kabupaten Agam serta fungsi Ibukota Kecamatan Ampek Nagari baik fungsi regional, kota maupun unit
lingkungan
Besaran ruang berbagai komponen ruang di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari disesuaikan dengan
Berdasarkan kajian fungsi kecamatan yang telah dikemukakan dalam sub bab sebelumnya, dapat
kebutuhan kegiatan yang akan berlangsung, seperti yang telah dikemukakan dalam analisis kebutuhan fasilitas
disimpulkan di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari akan berlangsung berbagai kegiatan yang saling berinteraksi
dan kebutuhan ruang. Disamping mempunyai besaran yang berbeda, masing-masing jenis komponen tersebut
dalam suatu sistem kegiatan perkotaan secara keseluruhan. Interaksi kegiatan tersebut akan membentuk
juga memiliki karakteristik dan orientasi lokasi yang beragam. Gambaran lebih jelas mengenai karakteristik
suatu tingkatan pelayanan yang hirarkis mulai dari kegiatan yang mempunyai lingkup pelayanan regional, lokal
masing-masing komponen kegiatan di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dapat dilihat pada Tabel II - 1.
II - 7
Tabel II - 1
Karakteristik Komponen Kegiatan
Di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
NO
JENIS
KOMPONEN
KEGIATAN
PERMUKIMAN
PENDIDIKAN
KESEHATAN
PERIBADATAN
PERDAGANGAN
LINGKUNGAN
PERDAGANGAN
REGIONAL
JASA
INDUSTRI
KECIL
PEMERINTAHAN
DAN PELAYANAN
UMUM
10
REKREASI, OLAH
LAPORAN RENCANA
KARAKTERISTIK
Merupakan sarana hunian yang dibutuhkan masyarakat sebagai tempat tinggal
yang dekat dengan tempat kerja, jumlah rumah akan bertambah sejalan dengan
perkembangan jumlah penduduk, lokasi permukiman dialokasikan dan menyebar
pada lahan potensial.
Kegiatan pendidikan sangat berpengaruh terhadap pola pergerakkan penduduk
dengan motivasi pendidikan, hal ini disebabkan penyebaran fasilitas pendidikan
dibatasi oleh jangkauan pelayanan sesuai dengan tingkatannya. Selain itu dalam
suatu kawasan permukiman, fasilitas pendidikan dapat berfungsi pula sebagai
salah satu elemen pengikat ruang. Dengan demikian penyebaran fasilitas itu
dapat ditata sedemikian rupa untuk mencapai tingkat pelayanan fasilitas yang
optimal sesuai dengan masing-masing skala pelayanannya.
Merupakan kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kegiatan ini
memerlukan lokasi yang bebas polusi (air, udara maupun suara) dan berdekatan
dengan kawasan intensitas pengguna ruang tinggi. Fasilitas-fasilitas kesehatan
dalam skala tertentu dapat pula menjadi elemen pembentukan ruang pada suatu
kawasan.
Kegiatan peribadatan merupakan kegiatan masyarakat dalam menjalankan
agamanya, masyarakat Ibukota Kecamatan Ampek Nagari seluruhnya
beragama Islam, oleh karena itu fasilitas peribadatan yang direncanakan untuk
pemeluk agama Islam yaitu mesjid dan langgar. Fasilitas peribadatan selain
berfungsi bagi kegiatan keagamaan, dengan penataan yang baik dapat
berfungsi sebagai ciri (land mark) suatu wilayah perkotaan, pengalokasian
fasilitas ini dalam skala lingkungan diarahkan agar mencapai tingkat pelayanan
yang optimal.
Merupakan sektor ekonomi yang berkaitan dan langsung diperlukan sehari-hari
oleh masyarakat kota, terutama untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder
maupun tersier dengan jangkauan lokal. Kegiatan ini dapat berbentuk pasar,
pertokoan atau warung/kios. Di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari kegiatan ini
berbentuk warung/toko dan lokasinya tersebar membentuk sistem hirarki pusatpusat mengikuti pengelompokkan fasilitas perumahan.
Merupakan simpul koleksi dan distribusi ke wilayah regional, maupun dari
wilayah regional untuk didistribusikan ke dalam kota melalui perdagangan lokal.
Kegiatan ini membutuhkan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya, seperti
pergudangan, terminal, jasa angkutan dan lain-lain. Penyebaran dari kegiatan ini
cenderung mendekati sistem transportasi regional dengan tingkat aksessibilitas
yang cukup tinggi.
Merupakan kegiatan penunjang ekonomi lainnya, termasuk dalam kegiatan ini
adalah rumah makan, jasa angkutan, bengkel, bank dan lain-lain. Penyebaran
dari kegiatan ini cenderung mengelompok dengan fasilitas pelayanan kota atau
berada di pusat kegiatan komersial.
Jenis industri yang direncanakan adalah industri rumah tangga non polutif yang
tidak mengganggu lingkungan lokasinya dapat berbaur dengan kawasan
permukiman .
Kegiatan yang ada mencakup kegiatan pemerintahan kecamatan, pemerintahan
Jorong dan fasilitas pelayanan umum. Lokasi fasilitas pemerintahan dan
pelayanan umum ini dapat ditempatkan pada kawasan tertentu sehingga
menjadi salah satu elemen pengikat ruang, Lokasi fasilitas pemerintahan dan
pelayanan umum ini harus disesuaikan dengan masing-masing skala
pelayanannya.
Kegiatan rekreasi olahraga ini dapat dibedakan menjadi kegiatan di dalam
11
KUBURAN
12
SEMPADAN
SUNGAI
13
KAWASAN HIJAU
14
SUB TERMINAL
15
JALAN PRIMER
(REGIONAL)
16
JALAN
SEKUNDER
(LOKAL)
ruangan dan diluar ruangan. Kegiatan di dalam ruangan dapat berupa gedung
budaya/kesenian, gedung olahraga, gedung serbaguna. Untuk kegiatan diluar
ruangan dapat berupa taman-taman kota, lapangan olahraga dan tempat
bernain anak-anak. Pengalokasian jenis kegiatan ini disamping tergantung pada
potensi kawasan yang bersangkutan juga perlu disesuaikan dengan skala
pelayanannya.
Kuburan merupakan salah satu bentuk fasilitas penyempurna, dimana dilihat dari
bentuk fasilitas kuburan ini tidak setiap saat digunakan namun demikian fasilitas
ini dari waktu ke waktu ruangnya terus bertambah seiring dengan tingkat
kematian yang terjadi. Dalam pemeliharaannya perlu dikembangkan taman
kuburan sehingga akan memperindah salah satu bagian lingkungan perkotaan.
Kawasan perlindungan yang dikembangkan untuk melindungi sungai dari
kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai
serta melindungi kondisi fisik pinggir sungai, dasar sungai dan mengamankan
aliran sungai.
Kawasan hijau merupakan lahan-lahan pertanian yang pada saat ini dapat
dipertahankan untuk kegiatan pertanian, kawasan ini juga merupakan lahan
cadangan pengembangan fisik perkotaan di masa mendatang.
Merupakan kawasan pemberhentian untuk turun dan naiknya penumpang bagi
kendaraan dengan rute/trayek dalam kota (lokal). Sub Terminal ini memerlukan
tempat yang terletak pada jalur lokal, terminal ini perlu didukung oleh fasilitas
lainnya berupa shelter yang berfungsi untuk menurunkan dan menaikkan
penumpang pada lokasi-lokasi tertentu dalam sistem angkutan lokal.
Jalan regional merupakan prasarana transportasi yang melayani pelayanan
regional mempunyai disain geometrik yang lebih lebar dengan kapasitas
pembebanan yang lebih besar dibanding jalan lokal. Jalan regional idealnya
terpisah dengan sistem angkutan jalan lokal, namun demikian dihubungkan
dengan jalan-jalan penghubung tertentu. Oleh sebab itu pengaturannya perlu
diupayakan agar tidak mengganggu tansportasi lokal sehingga tidak
menyebabkan kesemrawutan lalu lintas secara keseluruhan. Sistem jaringan
jalan regional ini tentunya mempunyai keterkaitan yang kuat dengan Sub
Terminal regional yang memberikan pelayanan terhadap angkutan antar kota.
Merupakan jalan yang menghubungkan antar Unit Lingkungan dalam suatu kota
atau antar kawasan dalam suatu bagian Wilayah Kota. Jaringan jalan lokal ini
merupakan salah satu elemen pembentuk ruang perkotaan serta pembuka dan
penarik kawasan terbangun. Pengembangan dan pengaturan jaringan jalan lokal
ini diupayakan agar tidak mengganggu transportasi regional sehingga tidak
menyebabkan kesemrawutan lalu lintas secara keseluruhan. Sistem jaringan
jalan lokal ini tentunya mempunyai keterkaitan yang kuat dengan Sub Terminal
lokal yang memberikan pelayanan terhadap angkutan dalam kota.
sehingga perlu diatur alokasi serta penempatan ruangnya agar tidak saling menganggu dan merugikan.
Matriks hubungan fungsional antar komponen kegiatan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari dapat dilihat pada Tabel II - 2.
2.2.2
Konsep Pengembangan
Konsep pengembangan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari secara umum akan meliputi konsep
pengembangan unit lingkungan, konsep pengembangan jaringan jalan dan konsep pengembangan tata ruang
Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.
Tabel II - 2
Matrik Hubungan Fungsional Antar Komponen Kegiatan
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
N
JENIS KOMPONEN KEGIATAN
O
A PERMUKIMAN
B PENDIDIKAN
C KESEHATAN
D PERIBADATAN
E PERD. LINGK & KOTA
F PERD. REGIONAL
G JASA
H INDUSTRI
I PEMERINTAHAN & PUM
J OLAH RAGA DAN RTH
K KUBURAN
L SEMPADAN SUNGAI
M KAWASAN HIJAU
N TERMINAL/PANGKALAN
O JALAN PRIMER
P JALAN SEKUNDER
Sumber : Hasil Analisis
A
4
4
3
4
1
2
2
3
4
2
0
2
2
2
4
D E
F G H I
J K L
M N 0 P
4
1
3
2
0
1
1
1
1
4
4
3
2
2
1
1
1
1
2
2
1
1
0
1
0
0
0
1
2
1
2
1
2
1
1
3
0
2
3
0
0
1
2
2
4
0
1
1
2
1
2
2
0
0
1
2
2
4
1
1
0
0
1
2
2
0
0
1
1
3
4
1
1
1
4
4
2
1
1
0
0
1
2
2
4
3
2
1
1
0
0
0
2
4
2
2
3
2
0
4
3
2
1
1
0
0
0
2
3
4
2
0
1
0
2
2
2
1
1
0
0
0
3
4
3
3
2
2
1
1
1
1
1
2
0
0
1
1
3
4
3
0
2
1
1
3
2
0
0
2
0
0
0
0
0
3
0
1
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
2
2
2
1
2
2
2
3
1
1
0
0
0
2
2
2
1
2
4
3
4
3
1
1
0
1
2
0
1 2
1 4 2
4
4
4
3
4
2
4
3
4
3
2
0
1
4
2
Ragam dan jenis komponen kegiatan dalam matrik tersebut disesuaikan dengan jenis kegiatan yang
akan berlangsung di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, selain itu untuk mengembangkan tata ruang Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari ini perlu dipertimbangkan pula karakteristik wilayahnya sebagai berikut :
a. Adanya struktur fisik ruang eksisting yang telah menjadi tatanan lokasi kegiatan-kegiatan dalam wilayah
Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, kenyataan tersebut membawa pengaruh dalam upaya pengaturan dan
pengembangan struktur ruang melalui pengejawantahan jaringan hubungan antar komponen kegiatan
yang ideal.
b. Keadaan fisik dasar (natural) yang sedikit banyak akan membutuhkan penyesuaian-penyesuaian tertentu
pada penyelenggaraan pengaturan tata ruangnya, dalam hal ini perlu diperhatikan kondisi wilayah Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari yang akan mencakup lahan yang potensial dan sebaliknya berupa lahan limitasi
fisik sesuai dengan penilaian kemampuan lahan untuk kegiatan pembangunan fisik lahan perkotaan.
LAPORAN RENCANA
II - 9
mendukung terjadinya interaksi dan hubungan setiap jenis komponen yang memerlukan adanya keterkaitan,
Dalam konsepsi pengembangan pusat pelayanan akan diterapkan berdasarkan konsepsi lingkungan
yaitu :
permukiman, yaitu membagi wilayah dalam unit-unit kecil lingkungan permukiman dan dilayani oleh pusat unit
lingkungannya serta beberapa unit lingkungan tersebut dilayani oleh pusat yang lebih besar dan seterusnya.
Sehingga secara keseluruhan pusat-pusat pelayanan tersebut terbentuk dalam suatu sistem
pelayanan yang terintegrasi yang dapat mendukung fungsi lokal maupun fungsi regional yang dikembangkan di
Untuk mewujudkan kriteria konsep pengembangan jaringan jalan di atas, dikembangkan konsep
Mengingat kedalaman materi pekerjaan adalah lingkup Rencana Detail Tata Ruang, maka skala
jaringan jalan dengan pola grid (sistem modular), karena kondisi fisik wilayah yang cukup menunjang serta
pelayanan lingkungan yang dikembangkan dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Ibukota Kecamatan
didasarkan pada jaringan yang ada sebagai bakal adanya jalan lanjutan. Dengan dikembangkannya konsep
Ampek Nagari ini adalah skala lingkungan pelayanan kecamatan hingga lingkup unit lingkungan. Sebagai
jaringan jalan dengan pola grid ini, secara keruangan akan memberikan beberapa keuntungan :
pendukung kegiatan didalamnya dikemukakan secara garis besar mengenai elemen pendukung untuk masing-
a. Memungkinkan interaksi antar pusat pelayanan dan antar komponen kegiatan akan lebih efektif.
b. Memberikan aksessibilitas yang tinggi serta alternatif arah yang lebih terbuka, baik untuk pelayanan pusat-
Skala pelayanan kecamatan komponen pendukungnya secara garis besar meliputi: pemerintahan dan
pelayanan umum (Kantor Kecamatan, Kantor Pos Pembantu, Gedung Serbaguna, Gedung Budaya, Kantor
Koramil, Kantor Polisi, Kantor KUA, PDAM), Puskesmas, Mesjid Kecamatan, Pendidikan menengah,
perdagangan regional, rekreasi dan olah raga.
Sedangkan untuk skala unit lingkungan komponen pendukungnya meliputi,
Dalam pengembangan konsep fungsi jalannya, perlu ditata sedemikian rupa agar hirarki jalannya tetap
puskesmas pembantu,
mencerminkan pula masing-masing hirarki pusat pelayanannya, artinya konsep pengembangan fungsi jalan ini
mesjid lingkungan dan langgar, pendidikan dasar, perdagangan, pertokoan/warung, rekreasi dan olah raga
harus tetap mempertimbangkan hirarki pusat pelayanan yang dihubungkannya, baik itu pusat pelayanan
Beberapa hal yang ingin dicapai dari pengembangan konsep pengembangan jaringan jalan ini antara
lain :
disebabkan jaringan jalan merupakan salah satu faktor pembentuk struktur tata ruang yang berfungsi untuk
a. Adanya keterpaduan antara jaringan jalan yang ada di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
melayani kebutuhan pergerakkan orang dan barang satu tempat dengan tempat lainnya. mengingat sifatnya
Nagari dengan sistem jaringan jalan yang lebih luas baik dalam lingkup kota maupun regional, dimana
sebagai pelayanan pergerakkan, maka pola pengaturan jaringan jalan harus dapat melayani setiap kawasan,
keterpaduan ini merupakan integrasi yang saling mendukung dari masing-masing fungsi jalan.
baik dari sumber pergerakkan maupun tujuan pergerakkan. Selain itu jaringan jalan ini harus memenuhi
beberapa kriteria seperti : mudah dicapai, jarak yang singkat, mampu menampung arus lalu-lintas serta
mempunyai kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan.
Konsep jaringan yang akan dikembangkan di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari secara umum adalah
b. Pengembangan jaringan jalan yang memberikan aksessibilitas yang tinggi terutama untuk setiap jenis
kegiatan yang dikembangkan, sehingga dapat memperkuat keterkaitan antar komponen ruang.
c. Meminimalkan pembebanan yang terlalu tinggi pada ruas-ruas jalan tertentu (dalam hal ini jalan propinsi)
sehingga dapat menghindari terjadinya permasalahan lalu lintas (kemacetan lalu lintas).
konsep jaringan jalan yang dapat mendukung tata ruang yang akan dibentuk/direncanakan dimana akan
LAPORAN RENCANA
II - 10
direncanakan berlangsung, terutama yang mempunyai sifat pelayanan masyarakat lebih diarahkan untuk
Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari berdasarkan kondisi wilayahnya secara umum
terbentuk dalam dua pola karakteristik kawasan yang berbeda yaitu :
melengkapi berbagai fasilitas pelayanan yang belum tersedia di kawasan sebelah selatan.
Dalam lingkup kegiatan yang lebih luas dikembangkannya beberapa kegiatan utama ke sebelah
- Kawasan utara merupakan kawasan yang telah berkembang dan menjadi konsentrasi permukiman dan
perdagangan.
selatan akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap pergeseran perkembangan fisik kota.
Dengan pola pengembangan ruang yang demikian memberikan gambaran kecenderungan untuk lebih
- Kawasan selatan dan tengah merupakan kawasan yang relatif belum berkembang.
mengarah perkembangan fisik kota ke arah selatan, sehingga disatu pihak beban perkembangan kawasan
Dalam pengembangannya konsep pengembangan ruang yang akan diterapkan dalam pengembangan
ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari adalah Konsep Pusat Banyak (Multi Nuclei
bagian utara (sekitar pasar) akan relatif berkurang dan dilain pihak pengaruh perkembangan tersebut
diantisipasi oleh kondisi kawasan selatan agar terpicu perkembangannya.
Model). Konsep ini berdasarkan karakteristiknya sesuai dengan karakteristik dan permasalahan tata ruang di
Melalui konsep ini pengembangan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari diharapkan akan lebih efektif
Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, sehingga diharapkan dapat mengatasi permasalahan
dalam pengembangannya, mengingat disatu pihak konsep ini biasa digunakan untuk menyebarkan
perkembangan kawasan yang intesitas perkembangannya relatif tinggi, dilain pihak juga konsep ini digunakan
Sehubungan dengan diterapkannya konsep pusat banyak (Multi Nuclei Model), beberapa titik tumbuh
yang diidentifikasi untuk dijadikan sebagai pusat banyak diantaranya :
pada Gambar 2 - 2.
Bawan) ke sebelah selatan dan tengah (Simpang Proyek, Simpang Pudung, Simpang Polisi, dan sekitar
kantor kecamatan). Hal ini harus ditunjang dengan pola penempatan dan pengembangan kegiatan yang
LAPORAN RENCANA
II - 11
Gambar 2-2
Konsep Pengembangan Ruang
Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
LAPORAN RENCANA
II - 12
Bab 2
Gambaran umum perkembangan wilayah
2.1.
Komoditas unggulan yang terdapat pada SWP IV yaitu pertanian tanaman pangan dan
pariwisata. Sebagai hinterland Kota Bukittinggi, diharapkan Kawasan Pasar Konveksi Amur
di Kecamatan Banuhampu/Sungai Pua dapat berkembang. Berdasarkan hal tersebut,
kegiatan ekonomi yang potensial untuk berkembang di sub wilayah pengembangan IV
(SWP IV) di Agam Timur antara lain kegiatan industri kecil yang dapat mendukung kegiatan
pariwisata. Untuk lebih jelasnya potensi fungsi kecamatan yang termasuk dalam SWP IV
Kabupaten Agam yang baru sehingga kecamatan tersebut di bagi 2 (dua) yaitu
Berdasarkan RTRW Propinsi Sumatera Barat, Kabupaten Agam termasuk dalam Wilayah
Pembangunan I dengan pusat pengembangan Bukittinggi. Sedangkan kebijaksanaan
No
KECAMATAN
(dua) pusat pertumbuhan yaitu pusat pertumbuhan Agam Barat di Lubuk Basung dengan
1.
2.
3.
fungsi Pusat Pertumbuhan Lokal (PPL) dan pusat pertumbuhan Agam Timur adalah
4.
IV Koto
Bukittinggi yang berfungsi sebagai Pusat Pengembangan Regional (PPR) dengan potensi
5.
Tilatang Kamang
6.
Palupuh
pengembangan Kabupaten Agam dalam RTRW Propinsi Sumatera Barat, dibagi menjadi 2
POTENSI KAWASAN
Sumber : Review RTRW Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat Sampai Tahun 2005
lahan kritis. Untuk lebih jelasnya perwilayahan Sumatera Barat dapat dilihat pada
Perkembangan ekonomi daerah belakang atau wilayah sekitar Kawasan Pasar Konveksi
gambar 2.1.
Amur akan membawa pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan ekonomi Agam
Adapun kaitannya dengan fungsi kota-kota di Sumatera Barat, Kawasan Pasar Konveksi
Amur Kecamatan Banuhampu/Sungai Pua merupakan hinterland dari Kota Bukittinggi yang
mempunyai efek langsung terhadap Kabupaten Agam terutama Agam Timur baik ekonomi
Timur. Pengaruh ini akan memperkuat fungsi Kawasan Pasar Konveksi Amur sebagai
pusat perdagangan dan pengembangan industri-industri yang berskala menengah dan
kecil di Wilayah Agam terutama Agam Timur.
maupun fisik.
Dalam Pola Dasar Kabupaten Agam yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Agam, Kecamatan Banuhampu/Sungai Pua termasuk dalam Sub Wilayah
Laporan Rencana
Gambar 2.1
Bab 2 - 1
Laporan Rencana
Bab 2 - 2
Kawasan
Pasar
Konveksi
Amur
didasarkan
pada
kebijakan
Timur, hal ini didukung dengan dibangunnya Pasar Konveksi Amur. Pembangunan Pasar
Konveksi Amur sebagai pusat perbelanjaan Agam merupakan program dan gagasan dari
Kamang.
pendiri dan anggota koperasi Agam Timur dalam rangka pembinaan pengusaha kecil yang
bergerak dibidang konveksi, sulaman dan bordir. Gagasan ini juga didasarkan pada
keinginan pengusaha kecil yang mengharapkan tempat pemasaran yang aman, nyaman
dan tertib serta harga terjangkau. Pengusaha kecil ini berasal dari beberapa kecamatan
yaitu Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Sungai Pua, Kecamatan IV Koto, Kecamatan IV
Angkek Canduang dan Kecamatan Tilatang Kamang.
Pasar Konveksi Amur bertujuan menampung pengusaha kecil dan pedagang yang tidak
tertampung di Pasar Aur Kuning. Pedagang yang diprioritaskan yaitu pedagang yang
menjadi anggota koperasi Amur dan pedagang dari Wilayah Agam Timur. Untuk
operasional pusat perbelanjaan Agam ini dipimpin langsung oleh pengurus koperasi
dengan suatu tim managemen pasar yang saat ini telah dilakukan recruitment tenaga untuk
pengurus pasar tersebut.
3. Hirarki Kota
Dilingkup eksternal Kecamatan Banuhampu Sei. Pua merupakan kota orde ke-IV di
Kabupaten Agam berdasarkan skala pelayananannya.
4. Surfaces/Permukaan (Cakupan Wilayah Pelayanan)
Kecamatan Banuhampu/Sungai Pua merupakan wilayah Agam Timur yang mempunyai
keterkaitan langsung dengan Kota Bukittinggi. Pasar Konveksi Amur merupakan
Wilayah pengembangan untuk Agam Timur, selain sebagai pusat pelayanan bagi
wilayah Agam Timur, juga sebagai pusat pelayanan bagi daerah sekitarnya yang terdiri
dari beberapa kecamatan dengan skala pelayanan regional. Dengan adanya Pasar
Konveksi Amur yang berfungsi sebagai pusat pemasaran produk-produk yang dihasilkan
oleh pengusaha industri kecil (industri rumah tangga) yang tersebar dari 9 (sembilan)
kecamatan yang ada di Kabupaten Agam dan juga dari daerah lain di sekitarnya seperti
Bukittinggi, Tanah Datar, Padang Panjang dan Payakumbuh.
2.2.
Pasaman -
Dilihat dari konstalasi regional, maka lokasi Kawasan Pasar Konveksi Amur Kecamatan
Medan
Banuhampu Sungai Pua dapat dianggap suatu titik diantara titik-titik yang menjadi pusat
pelayanan sehingga, menurut Charles Gore (Tahun 1984) yang dikutip dalam Haggett
Kec. Tilatang
(Palupuh)
(1965) elemen pembentuk ruang wilayah secara nodalitas titik-titik tersebut adalah :
Kec. Matur
1. Movement /Pergerakan
Pergerakan yang terjadi dilihat dari lingkup eksternal Kawasan Pasar Konveksi Amur
Kota Lubuk
Basung
2. Node/Simpul-simpul
Laporan Rencana
(Matur)
Raya
Mutiara
(Tiku)
(Pekan
KotaKamis)
Bukittinggi
Kec.
Koto
(Maninjau)(Koto
Tuo)
Pariaman Padang
Kec. Baso
(Baso)
Kec. IV Angkek
Tanjung Kec. IV
Kec. Tanjung
Kamang
Canduang
Kec.
Banuhampu
(Biaro)
(Sei.
Buluh)
Padang Panjang
- Padang
Bab 2 - 3
Selain sektor pertanian, sektor industri juga merupakan sektor unggulan. Sektor
yaitu berada di jalur jalan regional yang memudahkan pergerakan dan pemasaran hasil
industri pada umumnya didominasi oleh industri kecil atau industri rumah tangga yang
industri bagi daerah yang berada di sekitar kecamatan penghasil konveksi yang dipasarkan
di Pasar Konveksi Amur dan sebagai pasar konveksi. Pasar Konveksi Amur mengkoleksi
Sektor industri ini seperti industri kerajinan tangan, industri konveksi, bordir dan
sulaman yang tersebar hampir di semua kecamatan dengan jumlah tenaga kerja yang
kawasan belakang Pasar Konveksi Amur dapat dilihat pada tabel II.2.
cukup besar. Sektor industri memiliki peluang yang sangat besar dalam penigkatan
ekonomi Kabupaten Agam yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat.
TABEL II.2
POTENSI KEGIATAN KAWASAN BELAKANG PASAR KONVEKSI AMUR
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
KAWASAN BELAKANG
IV Angkat Candung
Tilatang Kamang
IV Koto
Banuhampu
Sungai Pua
Bukittinggi
Tanah Datar
Padang Panjang
Payakumbuh
POTENSI KEGIATAN
Bordir/sulaman, Konveksi
Bordir/sulaman
Bordir/sulaman, Konveksi
Konveksi
Konveksi
Bordir/sulaman,Konveksi
Songket
Bordir/konveksi
Konveksi
b.
sehingga mulai menunjukan arah perbaikan. Secara nominal kenaikan PDRB atas
konveksi baru selain Pasar Aur Kuning Bukittinggi serta menangkap konsumen
dasar harga berlaku sebesar 9,08% dari Rp1.645,96 milyar pada tahun 1999 menjadi
yang berada di daerah selatan dan pesisir serta dapat menampung pedagang yang
keseluruhan. Nilai PDRB Kabupaten Agam atas dasar harga konstan dan harga
industri kecil tahun 1999 Kabupaten 50 Kota memiliki unit usaha lebih besar
berlaku pada kurun waktu 4 tahun (1996 2000) terlihat bahwa sektor pertanian selalu
mengalami peningkatan dimana sub sektor pertanian yang paling besar kontribusinya
tenaga kerja, Kabupaten Agam memiliki jumlah tenaga kerja yang besar yaitu
15,61% sedangkan dari jumlah produksi industri kecil terbesar yaitu Kota Bukittinggi
sebesar 20,21% dari total produksi industri kecil di Sumatera Barat.
Laporan Rencana
Bab 2 - 4
a. Menciptakan keseimbangan dan kelestarian lingkungan yang pada prinsipnya merupakan upaya dalam
menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan ruang kotanya.
b. Menciptakan kelestarian lingkungan dan kegiatan kota, yang merupakan usaha menciptakan hubungan
yang serasi antara manusia dan lingkungannya yang tercermin dari pola intensitas penggunaan ruang
kota.
c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna pelayanan yang merupakan upaya pemanfaatan ruang secara
optimal, yang tercermin dalam penentuan jenjang fungsi pelayanan kegiatan-kegiatan dan sistem jaringan
jalan.
Rencana pengembangan ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari secara teknis
merupakan rencana pemanfaatan ruang yang memuat ketentuan penetapan fungsi ruang serta pengarahan
penetapan lokasi yang disusun untuk penyiapan wujud ruang Kawasan Perkotaan dalam rangka pelaksanaan
d. Untuk meningkatkan fungsi dan peranan kota secara tegas untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
dan meminimalisasi permasalahan yang ditimbulkan saat kota tersebut dikembangkan.
pengarahan dan pengendalian pembangunan kota pada masa yang akan datang. Pengembangan ini
disesuaikan dengan sektor-sektor kegiatan skala kecamatan yang dominan dan potensial serta kebutuhan unitunit dan ruang dengan pengarahan lokasi berdasarkan pada penilaian analisis sebelumnya. Selain
e. Mengarahkan pembangunan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang lebih tegas
mengandung kerangka dasar pengarahan fisik, pengembangan kegiatan perkotaan ini juga mengandung unsur
dalam rangka upaya pengendalian, pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik untuk masing-masing
Membantu penetapan prioritas pengembangan kota dan memudahkan penyusunan Rencana Teknik
Ruang pada kawasan tertentu untuk dijadikan pedoman bagi tertib pengaturan ruang kota.
g. Membantu penetapan kawasan-kawasan tertentu untuk disusun rencana teknik ruang kawasan yang
mampu dijadikan pedoman bagi tertib pembangunan dan tertib pengaturan ruang secara terinci.
rencana yang dapat mengarahkan perkembangan dan pertumbuhan kota sehingga terwujud peningkatan
kualitas lingkungan yang aman, sehat dan lancar pada masa yang akan datang. Untuk merealisasikan tujuan
h. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, disusun agar
tersebut dalam rangka penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTR) di atas, dapat dicapai melalui
pemerintah Kabupaten Agam mempunyai gambaran keadaan secara detail dari rencana yang akan
perwujudan pemanfaatan ruang yang serasi dan seimbang dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung,
dijalankan dan dapat menilai kemampuan kota secara fisik, administrasi maupun keuangan, sehingga
pertumbuhan dan perkembangan kota yang bersangkutan serta sejalan dengan kebijaksanaan wilayah yang
membantu penetapan prioritas program untuk dituangkan dalam rencana anggaran tahunan Kabupaten
lebih luas.
Agam.
Secara spesifik, tujuan yang ingin dicapai dalam kaitannya dengan penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, adalah :
LAPORAN RENCANA
III - 1
i.
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kota berfungsi sebagai wadah keterpaduan rencana kota dengan
b. Memantapkan pelaksanaan perencanaan terpadu antara pendekatan perencanaan dari bawah dengan
perencanaan dari atas baik dari segi penganggaran maupun penetapan lokasi.
c. Menciptakan keterpaduan antara rencana-rencana pembangunan wilayah yang telah ada (RTRW) dengan
rencana tata ruang kota.
j.
Untuk mencapai hal tersebut, maka RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari harus
berisikan rencana kota dan sektoral yang ada atau akan dialokasikan di kawasan perencanaan dengan
pertimbangan-pertimbangan kemampuan dilihat secara lebih detail. Selanjutnya RDTR yang disusun harus
f.
mampu menjawab masalah tuntutan masyarakat dalam pembangunan wilayah kota serta rumusan
maupun kebijaksanaan yang dibutuhkan pada masa mendatang.
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan aparat pemerintah dan warga masyarakat dalam rangka
mewujudkan kota yang mandiri.
k. RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari disusun dengan tujuan untuk dapat
mewujudkan pemanfaatan ruang kota yang serasi dan seimbang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan daya dukung pertumbuhan dan pengembangan kota, tanpa mengabaikan aspek kelestarian
lingkungan kehidupan perwilayahan.
l.
Upaya pengembangan kota ditujukan untuk dapat menciptakan pola tata ruang yang serasi dan optimal
a. Aspek lokasi (geografis), berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota-kota di Sumatera
serta penyebaran fasilitas dan utilitas secara tepat dan merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Barat dengan kota-kota di Sumatera Utara. Disamping itu, Kota Bawan berada di wilayah Barat Kabupaten
tanpa mengabaikan peningkatan kualitas lingkungan kehidupan wilayah sesuai dengan norma-norma yang
Agam sebagai orientasi tujuan perdagangan bagi daerah-daerah yang ada disekitarnya (baik dalam
berlaku.
m. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari harus memuat
b. Aspek transportasi, telah tersedia jaringan jalan dengan kondisi cukup memadai serta mengarah ke
informasi dan data yang digunakan secara detail, analisis pengkajian potensi dan masalah saat ini,
berbagai arah tujuan. Disamping itu, telah terlayani angkutan lokal maupun regional, sehingga
rumusan kebijaksanaan dasar perencanaan, penjabaran dalam rencana struktur dan rumusan
pelaksanaan pembangunan yang diwujudkan dalam bentuk uraian/teks rencana tata ruang, dan dalam
peta rencana dengan skala 1 : 5000.
c. Aspek fisik, sebagai wadah/ruang untuk pengembangan kota sangat mendukung dengan kondisi yang
relatif datar serta daya dukung lahan yang cukup bagus.
n. Dalam kaitan dengan aspek pelaksanaan rencana kota, maka RDTR Kawasan Perkotaan harus mampu
memberikan rumusan prioritas pengembangan dan pembangunan pada masa yang akan datang.
d. Aspek sarana dan prasarana, dimana telah tersedianya berbagai fasilitas skala regional seperti : Pasar,
Kantor Camat, Kantor Polisi dan sebagainya.
3.1.2 Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam perencanaan ini adalah :
a. Memantapkan pelaksanaan otonomi daerah.
e. Aspek kebijaksanaan (RTRW Kabupaten Agam hasil revisi tahun 2004) yang mendukung diantaranya,
penetapan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari sebagai pusat pengembangan permukiman, pusat sosial
ekonomi, pusat koleksi dan distribusi.
LAPORAN RENCANA
III - 2
f.
Aspek lainnya, seperti : pembukaan route angkutan yang melayani wilayah Agam bagian Barat,
Rencana pendistribusian penduduk tiap unit lingkungan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
beroperasinya bandar International Ketaping tahun 2005 serta issu peningkatan jalan Propinsi menjadi
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka arah pengembangan Kota Bawan pada masa yang akan
datang akan ditetapkan sebagai kota tujuan perdagangan regional di wilayah Kabupaten Agam (bagian
Kemampuan daya tampung ruang yang sesuai dengan faktor lahan potensial untuk pengembangan
barat) setelah Kota Lubuk Basung. Kondisi tersebut diharapkan akan menjadi penyeimbang pertumbuhan
wilayah di Kabupaten Agam antara Agam Timur (yang dipengaruhi Bukittinggi) dan Agam Barat. Penetapan
arah pengembangan tersebut tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pusat-pusat
pertumbuhan lainnya di Agam Barat seperti : Tiku, Manggopoh, Batu Kambing, Lubuk Basung, dan Sitalang.
Disamping itu pendistribusian penduduk ini diklasifikasikan dalam 3 (tiga) variasi kepadatan penduduk
yaitu :
a. Kepadatan Penduduk Tinggi (maksimal 80 jiwa/hektar).
b. Kepadatan Penduduk Sedang (maksimal 60 jiwa/hektar).
Berdasarkan konsep distribusi penduduk bahwa unit-unit lingkungan yang terletak pada kawasan
Rencana pendistribusian penduduk di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari hingga
pusat kegiatan perdagangan dan jasa, cenderung akan mempunyai kepadatan yang relatif tinggi, sebaliknya
akhir tahun perencanaan (tahun 2010) sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dituju, yaitu penyebaran
untuk kawasan yang semakin jauh dari kawasan pusat kegiatan perdagangan dan jasa kota akan relatif
dan pemerataan penduduk di seluruh Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari sehingga
semakin rendah.
Sesuai dengan kondisi tersebut, maka untuk di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
konsentrasi penduduk di kawasan pusat perdagangan (kegiatan perdagangan dan jasa kota) tidak terlalu
padat.
Rencana penyebaran penduduk ini disesuaikan dengan orientasi dan kecenderungan perkembangan
Unit lingkungan dengan kepadatan tinggi adalah UL - 1 Dusun Ambalau, dan UL - 2 Sekitar Pasar.
fisik perkotaan dan rencana alokasi kawasan permukiman serta fasilitas pendukungnya. Semakin dekat
dengan kawasan kegiatan perdagangan dan jasa kota mempunyai kecenderungan kepadatan penduduk yang
Unit lingkungan dengan kepadatan rendah adalah UL - 4 Dusun Simpang Pudung dan UL - 5 Simpang
relatif tinggi, sebaliknya semakin jauh dari kawasan kegiatan perdagangan jasa kota
maka tingkat
Karena distribusi penduduk pada tiap unit lingkungan didasarkan pada kapasitas daya tampung ideal,
Nagari hingga tahun 2010 berdasarkan analisis proyeksi (dengan Metode Bunga Berganda) sebanyak 8.327
maka kebijaksanaan pengembangan penduduk diarahkan kepada pemenuhan target daya tampung ideal pada
jiwa, sehingga kepadatan penduduk Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari adalah 37
tiap-tiap unit lingkungan. Berdasarkan hasil pertimbangan analisis daya tampung penduduk, serta ketersediaan
jiwa/hektar. Sedangkan berdasarkan daya tampung penduduk mampu menampung 10.654 jiwa dengan
lahan pada tiap unit lingkungan, maka diketahui jumlah penduduk yang dapat ditampung pada tiap unit
kepadatan 50 jiwa/Ha. Dengan demikian perbandingan hasil proyeksi dengan daya tampung penduduk sampai
lingkungan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dapat dilihat pada Tabel III - 1 dan
Gambar 3 - 1.
LAPORAN RENCANA
III - 3
Tabel III - 1
Rencana Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Tiap Unit Lingkungan di Kawasan Kotaan
Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010
UL-1
Dusun Ambalau
48.94
27,65
1.659
60
SEDANG
jumlah penduduk, adalah penyediaan tempat bermukim bagi penduduknya. Lokasi permukiman ini disebar
UL-2
Blok Pasar
117.96
5,25
420
80
TINGGI
ke seluruh kawasan perkotaan dan prioritas penyebarannya ke sebelah selatan. Sedangkan untuk
116.15
48,51
2.910
60
SEDANG
kawasan pusat kota (blok pasar) saat ini pengembangan secara horizontal harus dibatasi mengingat
77.78
44,22
1.769
40
RENDAH
4
5
JUMLAH
Distribusi
Penduduk (Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Ha)
a. Permukiman
Nomor Unit
Lingkungan
UL-3
Blok Kantor Kecamatan
UL-4
Dusun Simpang
Pudung
UL-5
Dusun Simpang Padang
Kalam
Luas Lahan
Potensial (Ha)
No
Luas Unit
Lingkungan (Ha)
Kebijaksanaan RTRW Kabupaten Agam Tahun 1997 serta RTRW hasil revisi 2004, kegiatan-kegiatan yang
Keterangan
Untuk mengantisipasi tehadap pemenuhan kebutuhan permukiman penduduk sebagai akibat pertambahan
dikelilingi sawah teknis. Untuk pengembangan mendatang diarahkan ke sebelah selatan (sekitar Dusun
Simpang Bambu Kuning, Dusun Simpang Pudung dan Dusun Simpang Padang Kalam) dan utara (sekitar
106.00
97,41
3.896
40
466.64
223,04
10.654
50
RENDAH
Pembentukan struktur pelayanan kegiatan kawasan perkotaan diwujudkan dengan upaya pengaturan
lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial sebagaimana yang telah diuraikan pada pembahasan
kota (blok pasar) dan pembangunan melalui penanganan pengembang perumahan (depelover) di kawasan
yang masih kosong (sebelah selatan).
sebelumnya. Perlu untuk dikemukakan kembali bahwa besaran ruang yang mengisi struktur ruang yang
terbentuk didasarkan pada perkiraan kebutuhan ruang, sedangkan pengarahan lokasi penempatan serta
intensitasnya didasarkan pada pertimbangan karakteristik masing-masing kegiatan yang akan berlangsung.
b. Kegiatan Kesehatan
Untuk kegiatan pelayanan kesehatan lokasinya dipertahankan pada lokasi semula, yaitu di sekitar jalan
Konsep struktur tata ruang yang dipilih untuk perencanaan Ibukota Kecamatan disini bertujuan untuk
menuju Batu Kambing mengingat lokasi saat ini dipandang masih memadai. Namun demikian apabila ada
mendukung percepatan perkembangan kegiatan yang terarah mencapai tingkat yang optimal, dan
penambahan lokasi diarahkan di sekitar pusat pelayanan sesuai dengan lingkup pelayanannya masing-
Dukungan untuk mempercepat perkembangan kegiatan ini dalam lingkup tata ruang diterjemahkan
dengan penyediaan ruang-ruang yang menjamin optimalisasi pelaksanaan masing-masing kegiatan. Adapun
dalam tata hubungan antar kegiatan, optimalisasi pelaksanaan masing-masing kegiatan tersebut dapat dicapai
Pengembangan kegiatan perdagangan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari meliputi
melalui pengaturan penempatan lokasi kegiatan yang mengarah pada tercapainya hubungan yang terpadu,
1. Kegiatan perdagangan regional di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari akan
Kegiatan utama kota merupakan kegiatan yang menjadi orientasi penduduk untuk keperluan
pemenuhan kebutuhan pelayanan dan pekerjaan. Berdasarkan potensi yang dimiliki serta kebijaksanaan
pengembangan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang telah digariskan dalam
LAPORAN RENCANA
III - 4
Gambar 3-1
Peta rencana distribusi penduduk tiap unit lingkungan
Asal gambar 3-4
LAPORAN RENCANA
III - 5
2. Kegiatan perdagangan lingkup pelayanan kota dikembangkan di lokasi yang pada saat ini sudah
2. Sedangkan untuk kuburan, tetap dipertahankan pada lokasi semula (di batas kota arah ke jl. Kampung
berlangsung yaitu di sepanjang jalan regional terutama di Dusun Simpang Padang Kalam dan Dusun
Simpang Pudung.
3. Kegiatan perdagangan lingkungan dikembangkan pada tiap-tiap pusat pelayanan lingkungan
Pengembangan kawasan diantaranya pemanfaatan lahan pertanian yang hingga akhir tahun rencana
4. Kegiatan jasa pengembangannya diarahkan untuk dipertahankan pada kawasan pelayanan lingkup
belum dimanfaatkan untuk kegiatan pembangunan fisik perkotaan. Kawasan untuk konservasi adalah
daerah yang memiliki permukaan alam yang bergelombang tinggi sampai berbukit curam terutama di
sebelah barat kota serta di sepanjang kiri-kanan aliran sungai.
h. Transportasi
skala kecamatan diantaranya : Kantor KUA, PDAM Ranting, Koramil, DIPERTABUNHUT, DEPERLA,
Sistem pergerakkan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari terdiri dari pergerakkan
Penyediaan dan pengembangan fasilitas perkantoran skala pelayanan regional kecamatan lokasinya
diarahkan pada dua alternatif yaitu :
1. Pergerakan regional yang melalui Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dengan
melewati ruas Jalan Nasional yang menghubungkan Kota Padang - Simpang Empat (Pasaman Barat).
2. DI sebelah utara dekat dengan SMP (telah disediakan oleh masyarakat tanah seluas 2 Ha).
2. Untuk pergerakan lokal dikembangkan antara pusat kegiatan dengan pusat lainnya seperti Batu
e. Industri Kecil
Industri yang ada pada saat ini di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari berupa
pembuatan Aksesoris Bangunan (Gypsum) dan Gorong-gorong. Adapun untuk pengembangan kegiatan
3. Untuk fasilitas penunjangnya berupa Sub Terminal yang saat ini di Kawasan Perkotaan Ibukota
industri di kawasan perencanaan diarahkan pada jenis industri non-polutif dan berwawasan lingkungan.
Kecamatan Ampek Nagari belum dimilikinya. Untuk itu pada masa yang akan datang perlu disediakan
Untuk industri kecil atau kerajinan (industri rumah tangga) umumnya tetap dipertahankan lokasinya dan
dengan lokasi di sekitar pusat perdagangan (Pasar Bawan). Disamping itu, agar tidak mengganggu
menyatu dengan lingkungan permukiman penduduk sejauh tidak mengakibatkan dampak negatif terhadap
kegiatan lainnya perlu disediakan pula tempat parkir dan tempat bongkar muat barang di sekitar pasar.
lingkungan permukiman.
i.
f.
Pusat Pelayanan
Pusat pelayanan Kota merupakan pusat pelayanan sosial-ekonomi lingkup regional kecamatan yang perlu
Fasilitas olah raga dan ruang terbuka yang akan dikembangkan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas skala kecamatan. Pusat pelayanan ini adalah bagian dari upaya
Ampek Nagari, sesuai dengan jenis kebutuhannya meliputi, taman dan tempat bermain, taman dan
penyebaran pelayanan kota secara hirarkis agar mudah terjangkau seluruh penduduk kota.
Oleh sebab itu untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal maka lokasi pusat kecamatan hendaknya
masing-masing (permukiman, unit lingkungan dan skala kota) yang lokasinya diarahkan pada pusat
dialokasikan pada lokasi yang tepat (dinilai saat ini sudah cukup tepat). Demikian pula halnya dengan
lingkup pelayanannya.
LAPORAN RENCANA
III - 6
pusat unit lingkungan yang merupakan sub pusat pelayanan kota perlu dialokasikan pada lokasi yang tepat
Analisis perkiraan kebutuhan ruang (untuk pemenuhan sarana dan prasarana perkotaan) pada masa yang
akan datang.
Konsep dasar pengembangan tata ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.
sedangkan masa yang akan datang direncanakan menggunakan konsep Multi Nuclei Model artinya
banyak pusat. Hal tersebut karena kondisi di lapangan sudah ada kecenderungan yang dicirikan dengan
Atas dasar hal tersebut di atas selanjutnya rencana pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Ibukota
adanya beberapa fasilitas pengikat yang tersebar seperti : kantor kecamatan dan SMU (di tengah), Kantor
Kecamatan Ampek Nagari dapat disusun. Adapun jenis peruntukkan lahan yang direncanakan di Kawasan
Polsek (sebelah selatan), SLTP (sebelah utara) dan, Puskesmas (sebelah timur).
Dalam penerapannya konsep pusat pelayanan dan pusat unit lingkungan akan diikat oleh beberapa faktor
pengikat berupa fasilitas sosial dan fasilitas ekonomi sesuai dengan skala pelayanannya masing-masing,
baik yang sudah ada maupun yang direncanakan.
a. Fasilitas Rumah
Pengembangan kebutuhan fasilitas rumah selain memperhatikan keadaan perkembangan yang terjadi
saat ini juga memperhatikan potensi lokasi serta penyebaran fasilitas pelayanan yang terjadi. Besaran
Berdasarkan bahasan di atas, rencana strukur tata ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari dapat dilihat pada Gambar 3 - 2.
3.2.2.2 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota dan Alokasi Fasilitas
3.2.2.2.1 Rencana Pemanfaatan Ruang
Rencana pemanfaatan ruang ditujukan untuk memberi ketegasan optimalisasi ruang wilayahnya,
disusun untuk menyiapkan dan mengantisipasi perkembangan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
ruang yang direncanakan untuk kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari hingga tahun 2010 seluas 10,6 hektar (untuk penyediaan kekurangan rumah 265 unit).
b Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan yang dikembangkan sesuai dengan jenisnya meliputi, Taman Kanak-kanak (TK),
Sekolah Dasar (SD) dan sederajat, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan sederajat, Sekolah
Menengah Umum (SMU) dan sederajat adalah seluas 1,48 hektar.
Nagari di masa mendatang serta perwujudan ruang dalam pelaksanaan program dan pengendalian
pembangunan kota sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam tata guna lahannya.
c. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang akan dikembangkan meliputi, Puskesmas, Rumah Bersalin, Tempat Praktek
Beberapa pertimbangan yang mendasari penyusunan rencana pemanfaatan ruang ini antara lain
adalah:
Dokter, Posyandu dan Apotik. Adapun besaran ruang yang direncanakan untuk pengembangan fasilitas
kesehatan ini hingga tahun 2010 seluruhnya adalah 0,19 hektar.
Mengacu terhadap kebijaksanaan fungsi Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang ditetapkan dalam RTRW
Kabupaten Agam 97 dan hasil revisi 2004 (sebagai pusat pelayanan sosial skala kecamatan, pusat
pemerintahan skala kecamatan, pusat koleksi dan distribusi, dan pusat pengembangan permukiman).
d. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan yang akan dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah pemeluk
agama yang bersangkutan. Fasilitas peribadatan yang akan dikembangkan terutama adalah : Mesjid
Analisis keadaan fisik kawasan perencanaan yang secara lebih tegas tertuang dalam analisis lahan
lingkungan dan Musholla/Langgar (mesjid utama/raya sudah tersedia di belakang pasar). Adapun besaran
potensial, dimana tercakup lahan-lahan yang layak dikembangkan (lahan potensial) dan yang tidak layak
ruang yang direncanakan untuk fasilitas peribadatan ini hingga tahun 2010 adalah 0,31 hektar.
dikembangkan (limitasi fisik/tidak potensial) karena morofologi alam yang bergelombang dan berbukit,
adanya pertanian teknis dan adanya Sungai Bt. Bawan dan Bt. Sitanang.
LAPORAN RENCANA
III - 7
Gambar 3-2
Peta rencana Struktur tata Ruang Kota
Asal gbr 3-1
LAPORAN RENCANA
III - 8
Fasilitas Perdagangan
lingkungan, taman dan lapangan olah raga kecamatan, ruang terbuka hijau serta kuburan. Besaran ruang
Fasilitas Perdagangan yang dikembangkan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
yang direncanakan untuk fasilitas olah raga, ruang terbuka dan kuburan ini hingga tahun 2010 adalah
sesuai dengan jenis kebutuhannya meliputi : Pasar (skala regional), Pertokoan, Warung dengan luas yang
Pengembangan kawasan hijau merupakan pemanfaatan lahan-lahan pertanian yang pada saat ini dapat
Fasilitas pergudangan yang akan disediakan seluas 0,1 Ha yang diperuntukkan berbagai jenis barang
dipertahankan untuk kegiatan pertanian, kawasan ini juga merupakan lahan cadangan pengembangan fisik
sebelum dipasarkan.
perkotaan di masa mendatang. Disamping itu, sempadan sungai (sepanjang kiri dan kanan sungai) serta
daerah dengan morfologi alam yang bergelombang sampai berbukit curam ditetapkan sebagai lahan
Fasilitas Jasa
Untuk kegiatan jasa meliputi, lembaga keuangan (bank), perbengkelan dan pergudangan. Adapun besaran
ruang yang direncanakan untuk fasilitas perdagangan dan jasa ini hingga tahun 2010 adalah 0,080 Ha.
l.
Transportasi
Pengembangan transportasi terdiri dari penyediaan sarana dan prasarana transportasi, disamping jaringan
jalan, perparkiran, tempat bongkar muat barang dan sub terminal. Untuk transportasi jaringan jalan
Kegiatan industri rumah tangga yang akan dikembangkan sesuai dengan jenisnya meliputi : pembuatan
penyediaannya akan diperkirakan sebesar 20% dari luas penggunaan lahan terbangun yang
aksesoris bangunan, pembuatan gorong-gorong, pengolahan pinang, jeruk, pengolahan padi, dan
direncanakan. Besaran ruang yang direncanakan untuk sarana dan prasarana transportasi ini hingga
pengolahan kelapa kopra. Industri yang direkomendasikan akan berlangsung di Kawasan Perencanaan ini
termasuk industri nonkecil. Direncanakan besaran ruangnya seluas 1,5 Ha dan lokasinya dapat bersatu
dengan permukiman sejauh tidak mengganggu lingkungan sekitarnya. Akan tetapi apabila intensitas
Untuk lebih jelasnya, rencana pemanfaatan ruang kota sampai tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 3 -
3.
Fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum yang dikembangkan sesuai dengan jenis kebutuhannya
Rencana alokasi fasilitas pada dasarnya merupakan pendistribusian fasilitas pelayanan sesuai dengan
meliputi kantor pemerintahan tingkat kecamatan yang terdiri dari : Kantor Koramil, Kantor PDAM (ranting),
masing-masing lingkup pelayanannya, dalam alokasi fasilitas ini digunakan beberapa pertimbangan yaitu :
Kantor KUA, Kantor Cadin pendidikan, Kantor DIPERTABUNHUT, Kantor DAPERLA, Kantor TELKOM,
Kantor pos pembantu, Kantor lingkungan (setingkat RW) dan SPBU. Adapun besaran ruang yang
direncanakan untuk fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum ini hingga tahun 2010 adalah seluas 0,72
hektar.
j.
Fasilitas yang akan dikembangkan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, sesuai
dengan jenis kebutuhannya meliputi, taman dan tempat bermain, taman dan lapangan olah raga
LAPORAN RENCANA
III - 9
Gbr 3-3
Peta rencana pemanfaatan ruang
Asal : gbr 3-7.
LAPORAN RENCANA
III - 10
kerjasama antara masyarakat, pengembang dan pemerintah khusus PNS/TNI Polri dengan fasilitas
Bapertarum atau ASABRI.
mengacu pada konsep REI (Rel Estate Indonesia) dengan perbandingan 1 : 3 : 6 (10 % tipe besar, 30 % tipe
sedang, dan 60 % tipe kecil). Setiap rumah diasumsikan diisi oleh 1 Kepala Keluarga yang terdiri dari 5 jiwa
(rata-rata hunian ideal) dengan pengertian bapak, ibu, dua anak dan satu pembantu. Untuk kebutuhan
ruangnya yaitu ;
sedangkan untuk memenuhi kebutuhan akan fasilitas ini sesuai dengan perkembangan kota dipertimbangkan
untuk pembangunan fasilitas baru. Berdasarkan kebutuhannya fasilitas pendidikan yang akan dikembangkan di
Sekolah Taman Kanak-Kanak sebagai jenjang pendidikan pra sekolah diperuntukkan bagi penduduk yang
Ampek Nagari (setelah dikurangi jumlah rumah yang ada) maka sampai tahun 2010 membutuhkan sebanyak
telah memasuki usia antara 5 - 6 tahun. Satu sekolah Taman Kanak-Kanak terdiri dari 2 ruang kelas
dengan daya tampung masing-masing 40 murid (1 STK = 80 murid)) dengan luas lahan 1.200 m2.
Secara garis besar pengembangan rumah diarahkan dengan dua cara, yakni untuk kawasan padat
Perhitungan lain, adalah dilihat dari jumlah penduduk pendukung dimana diperuntukan (dilayani) bagi
(sekitar pasar) dilakukan secara perorangan, sedangkan untuk daerah-daerah yang masih kosong (terutama
1.000 penduduk untuk 1 unit STK. Lokasi STK sebaiknya tidak menyeberang jalan terlebih dengan jalur
sebelah selatan) bisa secara konvensional bisa juga oleh pengembang (developer).
jalan dengan kecepatan tinggi, serta radius pelayanan kurang lebih 500 meter.
Arah pengembangan perumahan ke sebelah selatan ( Dusun Simpang Pudung, Dusun Simpang
Padang Kalam dan Dusun Simpang Bambu Kuning) dinilai cukup ideal, disamping permukaan yang relatif
Pada saat ini di Kota Bawan terdapat 1 unit Taman Kanak-kanak yang berlokasi di Dusun Simpang
Untuk masa yang akan datang pembangunan perumahan harus memperhatikan beberapa persyaratan
dibutuhkan 8 unit TK. Untuk itu akhir tahun perencanaan (2010) perlu adanya penambahan fasilitas
antara lain :
Adapun untuk pendistribusiannya akan dialokasikan di tengah-tengah lingkungan permukiman yang sudah
Pembangunan
rumah pada masa yang akan datang, ada beberapa kemungkinan cara yang
setingkat SD yaitu MIN (Madasah Ibtidaiyah Negeri) sebanyak 2 unit yang berlokasi di Blok Pasar.
dilakukan yaitu :
oleh masyarakat sendiri secara swadaya (konvensional).
Untuk menghitung jumlah fasilitas pendidikan Sekolah Dasar pada masa yang akan datang dihitung
berdasarkan asumsi sebagai berikut : Sekolah Dasar diperuntukkan bagi penduduk usia 6 - 12 tahun,
oleh pemerintah (bantuan khusus bagi masyarakat yang kurang mampu atau terkena musibah).
LAPORAN RENCANA
III - 11
Jumlah ruang dalam 1 kelas sebanyak 40 murid. Dengan demikian 1 Sekolah Dasar dapat menampung
Pedoman lain yang bisa dipakai dalam menghitung kebutuhan SMU adalah :
Perhitungan lain untuk memeperkirakan kebutuhan jumlah fasilitas Sekolah Dasar adalah dengan
- Satu unit SMU terdiri dari 2 bangunan, masing-masing bangunan terdiri dari 6 kelas.
menggunakan penduduk pendukung, dimana 1 Sekolah Dasar didukung dengan jumlah penduduk 1.600
jiwa.
Berdasarkan perhitungan tersebut maka sampai akhir tahun perencanaan (tahun 2010) memerlukan
penambahan fasilitas Sekolah Dasar sebanyak 1 unit. Adapun lokasinya diarahkan pada kelompok
Rencana alokasi fasilitas baru akan ditempatkan bersatu dengan rencana SLTP yaitu di sebelah selatan
Dari beberapa perhitungan kebutuhan berbagai fasilitas pendidikan di atas, maka rencana kebutuhan
sampai akhir tahun perencanaan (2010) serta luas ruangnya dapat dilihat pada tabel III - 2.
tersebut sampai akhir tahun perencanaan (tahun 2010) belum mencukupi, sehingga perlu penambahan
Tabel III - 2
Rencana Kebutuhan Fasilitas Pendidikan
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010
sebanyak 1 unit. Hal tersebut terlihat dari hasil perhitungan menggunakan standar perencanaan, dimana
setiap 1 unit SLTP didukung oleh 4.800 penduduk.
Eksisitng
(Unit)
1
Cara lain yang bisa dipakai adalah penduduk berdasarkan kelompok usia, dimana untuk SLTP
No
diperuntukan bagi penduduk berumur 12 - 15 tahun. 1 Unit SLTP dipakai pagi dan sore yang terdiri dari 2
TK
buah dengan masing-masing memiliki 6 ruang kelas, serta kaspasitas per kelas menampung 30 murid
SD/Sederajat
5.000
1 unit = 1.000 m2
danluas lahan yang dibutuhkan 2.700 m2 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap 1 unit SLTP
SMP
5.400
1 unit = 2.700 m2
SMU
5.400
1 unit = 2.700 m2
JUMLAH
17
25.400
Rencana alokasi fasilitas ini dialokasikan sebelah selatan sekitar Dusun Simpang Pudung, untuk antisipasi
pelayanan di luar kawasan perkotaan yang datang dari sebelah selatan.
Fasilitas
Rencana
7 unit = 8.400 m2
m2.
LAPORAN RENCANA
III - 12
Adapun untuk menghitung kebutuhan fasilitas kesehatan pada masa yang akan datang digunakan
standar perencanaan yang dikeluarkan oleh DPMB (Dinas Penelitian masalah Bangunan) dengan uraian
sebagai berikut :
3. Tempat Praktek Dokter
1. Puskesmas
Tempat praktek dokter ini merupakan salah satu tempat yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
Fungsi utama Puskesmas adalah memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan
perumahan dengan penduduk pendukung sebanyak 5.000 jiwa penduduk. Arahan lokasi tempat praktek
(penyembuhan, pencegahan dan pendidikan), juga sebagai organ terkecil dari Departemen Kesehatan
dokter ini dengan sendirinya harus ditengah-tengah kelompok keluarga bersatu dengan rumah tinggal
biasa. Apabila tempat praktek dokter ini bangunannya terpisah dari rumah tinggal, luas yang dibutuhkan
pemukiman yang dapat dijangkau lalu-lintas kendaraam umum. Minimum penduduk yang mendukung
adalah 100 m2. Sampai saat ini tempat praktek dokter di Kota Bawan belum tersedia, sedangkan
sarana ini berdasarkan standar adalah 30.000 jiwa dengan luas lantai yang dibutuhkan adalah 1.200 m 2.
Sarana pelengkap yang diperlukan untuk mendukung sarana ini adalah : tempat parkir, pelayanan
pemerintahan dan sosial lainnya, gedung serba guna dan Apotik. Standar tersebut bila dikaitkan dengan
4. Apotik
kondisi saat ini dan keperluan sampai akhir tahun perencanaan (2010) belum perlu adanya penambahan,
Di Kota Bawan belum tersedia Apotik untuk pelayanan obat-obatan khususnya resep Dokter, namun yang
mengingat telah tersedianya Puskesmas Utama yang berlokasi di Batu Kambing. Namun demikian karena
ada berupa Toko Obat sebanyak 4 unit. Lokasi sebaiknya tersebar diantara kelompok keluarga dan
transportasi ke Batu Kambing relatif terbatas, maka Kota Bawan perlu memiliki Puskesmas Utama
terletak di pusat-pusat unit lingkungan. Minimum penduduk pendukung berdasarkan standar perencanaan
tersendiri. Sedangkan Puskesmas Pembantu yang ada tetap dipertahankan, sehingga akan lebih
adalah 10.000 jiwa, sehingga pada masa yang akan datang perlu disediakan 1 unit disamping toko obat
mempermudah pelayanan terhadap masyarakat kota setempat khsususnya, dan lingkup Kecamatan
yang sudah ada. Luas lahan yang dibutuhkan untuk apotik ini adalah 350 m 2, dengan arahan lokasi
Ampek Nagari umumnya. Hal tersebut mengingat saat ini untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan yang lebih lengkap harus ke Batu Kambing dan Kota Lubuk Basung.
5. BKIA
2. Poliklinik
Fungsi utama fasilitas ini adalah untuk melayani ibu-ibu sebelum, pada waktu dan sesudah melahirkan
Fungsi utama sarana ini adalah memberikan pelayanan kesehatan dalam bidang penyembuhan (currative)
serta melayani anak-anak usia sampai 6 tahun. Lokasinya disarankan di tengah-tengah lingkungan
tanpa perawatan, tetapi berobat pada waktu-waktu tertentu untuk vaksinasi (preventife). Lokasinya harus di
keluarga dan diusahakan tidak menyeberang jalan lingkungan. Radius pencapaian maksimum 2.000 meter
tengah-tengah lingkungan permukiman dimana radius pencapaiannya tidak boleh lebih 1.000 meter.
(2 km) dengan penduduk pendukung 10.000 jiwa (lebih kurang 4 Rukun Warga) serta luas lahan yang
Minimum penduduk yang mendukung sarana ini 1.000 jiwa untuk 1 Poliklinik, dengan luas tanah yang
sedangkan berdasarkan hasil pendekatan standar perencanaan hanya membutuhkan 1unit . Dengan
dirasa masih kurang dibandingkan dengan kebutuhan menurut standar perencanaan,berdasarkan hasil
demikian, saat ini dan bahkan sampai akhir tahun perencanaan belum perlu adanya penambahan fasilitas
perhitungan seharusnya pada saat ini terdapat 5 unit. Dengan demikian sampai akhir tahun perencanaan
tersebut. Namun yang perlu dikembangkan adalah kualitas dan pelayanan fasilitas yang ada.
LAPORAN RENCANA
III - 13
Untuk lebih jelasnya, rencana kebutuhan fasilitas kesehatan pada masa yang akan datang (sampai akhir
tahun perencanaan) dapat dilihat pada tabel III - 3.
Tabel III - 3
Rencana Kebutuhan Fasilitas Kesehatan
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010
No
Fasilitas
Eksisitng
(Unit)
Puskesmas
2
3
4
5
Poliklinik
Praktek Dokter
Apotik
BKIA
JUMLAH
1
2
5
Kebutuhan Tahun
2010
Rencana
2
Unit Luas (m )
1
1.200 Belum perlu penambahan, tapi
peningkatan pelayanan
5
1.500 Penambahan 4 unit = 1.200 m2
2
100 Penyediaan 2 unit = 200 m2
1
350 Penyediaan 1 unit = 350 m2
1
1.000 Belum perlu penambahan
10
4.250
lingkungan pemerintahan (perkantoran) skala kecamatan. Pada saat ini telah tersedia 1 unit Mesjid
Raya, sehingga sampai tahun 2010 belum perlu adanya penambahan.
- Sedangkan untuk Mesjid skala lingkungan, perhitungan jumlah kebutuhan fasilitas berdasarkan
penduduk pendukung, dimana setiap satu Mesjid Lingkungan didukung oleh 2.500 jiwa, dengan luas
lahan yang dibutuhkan 300 m2. Berdasarkan hal tersebut, maka kebutuhan Mesjid Lingkungan sampai
akhir tahun perencanaan (tahun 2010) dibutuhkan 3 unit dengan luas lahan 900 m 2. Sedangkan sampai
tahun 2004 sudah tersedia sebanyak 2 unit dengan demikian perlu penambahan bangunan Mesjid
sebanyak 1 unit.
2. Langgar/Musholla
Standar penyediaan Musholla/Langgar dihitung berdasarkan penduduk pendukung, dimana setiap 250 jiwa
membutuhkan 1 unit dengan luas lahan yang dibutuhkan 100 m 2. Dengan asumsi tersebut jumlah
Musholla/Langgar di Kota Bawan sampai tahun 2010 membutuhkan sebanyak 32 unit dengan luas lahan
3.200 m2, sedangkan yang ada hanya 4 unit (berarti perlu penambahan 28 unit).
Fasilitas tersebut biasanya ditempatkan pada lokasi-lokasi penting seperti : sekolah, perkantoran,
perdagangan, serta di lingkungan permukiman setingkat RT.
setempat. Berdasarkan hasil analisis diketahui penduduk di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Untuk lebih jelasnya, kebutuhan fasilitas peribadatan sampai akhir tahun perencanaan dapat dilihat pada
Nagari sebagian besar beragama Islam, oleh sebab itu jenis fasilitas peribadatan yang akan dikembangkan
Tabel III - 4.
Tabel III - 4
Rencana Kebutuhan Fasilitas Peribadatan
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010
lingkungan sebanyak 3 unit dan Musholla atau Langgar sebanyak 4 unit. Lokasi fasilitas tersebut tersebar pada
beberapa tempat di setiap kelompok permukiman. Untuk menghitung kebutuhan fasilitas peribadatan pada
masa yang akan datang dihitung berdasarkan standar dengan penjelasan sebagai berikut :
No
1
1. Mesjid
Untuk menghitung kebutuhan jumlah fasilitas Mesjid, dibedakan atas dua yakni Mesjid skala Kota dan
Mesjid Lingkungan.
Fasilitas
Eksisitng
(Unit)
Rencana
Mesjid Utama/
Mesjid Raya
Mesjid Lingkungan
900
Musholla/Langgar
32
3.200
36
5.850
JUMLAH
- Penyediaan mesjid skala kota didasarkan pada kebutuhan identitas kota, dimana setiap kota memiliki
Mesjid Raya yang selain berfungsi tempat ibadah juga sebagai penonjolan kota (Land Mark), dengan
luas lahan yang dibutuhkan 1.750 m2. Lokasinya biasanya ditempatkan di kawasan pusat kota sekitar
LAPORAN RENCANA
III - 14
Toko, penduduk pendukung 500 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 1.200 m2.
Warung, penduduk pendukung 250 jiwa dengan lokasi bisa bersatu dengan rumah tinggal. Apabila
terpisah luas lahan yang dibutuhkan adalah 50 m2.
berdiri tahun 1933 berstatus Pasar Nagari sebagai asset pemerintahan (Jorong Bawan), yang pengelolaannya
dilakukan oleh staf Jorong. Jumlah Los sampai saat ini sebanyak 210 petak yang terdiri dari 200 Los Kecil dan
10 Los Besar.
Berdasar pada standar tersebut, maka rencana jumlah fasilitas perdagangan pada masa yang akan
datang seperti dapat dilihat pada tabel III - 5.
Hari pasar dalam satu minggu masih terbatas yaitu buka dua kali (Hari Jumat dan Hari Rabu). Untuk
Tabel III - 5
Rencana Kebutuhan Fasilitas Perdagangan
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010
hari Jumat buka mulai pagi sampai sore dengan berbagai jenis dagangan baik sandang maupun pangan.
Sedangkan untuk Hari Rabu, jenis barang yang didagangkan terbatas hanya sayur-sayuran dengan waktu
buka dari pagi sampai siang.
Para pedagang musiman maupun pembeli disamping penduduk Kota Bawan sendiri ataupun
penduduk Ampek Nagari, juga banyak penduduk dari luar yakni dari Kinali, Tanjung Mutiara, Manggopoh, Tiku,
dan sebagainya.
Sedangkan dari berbagai jenis barang yang didagangkan di Pasar Bawan, untuk sayuran didatangkan
No
Fasilitas
1
2
3
Pasar
Toko
Warung
JUMLAH
Sumber : Hasil analisis
Eksisitng
(Unit)
1
25
35
Keterangan
Belum perlu penambahan
Belum perlu penambahan
Belum perlu penambahan
dari : Bukittinggi, Solok, Padang, dan Pasaman Barat, sedangkan untuk pakaian dan barang kelontongan
lainnya didatangkan dari Bukittinggi dan Padang.
Selanjutnya, mengenai lokasi yang ada saat ini dinilai cukup strategis mengingat letaknya terdapat di
sekitar jalur jalan regional sehingga memudahkan dalam pencapaian. Namun yang perlu diperhatikan adalah
kondisi lingkungan pasar yang hampir tidak memiliki saluran drainase akibat tertutup sampah-sampah dan
material lainnya. Disamping itu belum adanya TPS khusus sehingga pengelolaan sampah belum ditangani
dengan baik. Khususnya pasar lama apabila terjadi hujan besar sering terjadi genangan akibat rendahnya
muka tanah serta terbatasnya saluran pembuangan. Untuk itu perlu adanya pembuatan saluran pembuangan
yang diarahkan ke sungai.
Untuk fasilitas perdagangan skala lokal seperti toko, warung/kios penyebarannya tidak terkonsentrasi
pada suatu lokasi, akan tetapi menyebar di tengah-tengah kelompok permukiman. Hal ini disebabkan barangbarang yang dijual merupakan kebutuhan harian dengan skala pelayanan relatif kecil serta merupakan
kebutuhan mendadak. Khusus penyebaran toko banyak berkonsentrasi di sekitar pasar dan sebagian tersebar
di pinggir-pinggir jalan utama agar lebih mudah menjangkaunya. Jumlah toko pada saat ini tercatat sebanyak
25 unit dan warung sebanyak 35 unit.
Untuk menilai jumlah kebutuhan fasilitas perdagangan pada masa yang akan datang, dihitung
berdasarkan standar sebagai berikut :
Kalau kita perhatikan jumlah kebutuhan pada masa yang akan datang lebih kecil dari yang ada saat
ini. Namun demikian seiring dengan perkembangan penduduk serta arah pengembangan perumahan yang
akan dikembangkan di sebelah selatan, sehingga perlu adanya penyediaan/penambahan fasilitas
perdagangan untuk pelayanan penduduk sehari-hari. Adapun jumlahnya adalah :
1. Warung perlu penambahan 5 unit dengan luas 250 m2.
2. Toko perlu penambahan 3 unit dengan luas 3.600 m2.
Kebutuhan tersebut dihitung berdasarkan jumlah unit rumah yang akan dikembangkan yaitu sebanyak
256 unit dengan asumsi setiap unit diisi oleh 5 jiwa. Maka jumlah penduduk yang akan mengisinya sebanyak
1.280 jiwa.
Adapun pengarahan lokasi perdagangan didistribusikan pada tiap unit lingkungan.
F. Alokasi Fasilitas Jasa
Yang dimaksud dengan jasa di sini adalah kegiatan pelayanan masyarakat yang aktifitasnya
memberikan pelayanan jasa secara langsung serta tempatnya memerlukan tempat atau bangunan tersendiri.
Pasar, penduduk pendukung sebanyak 30.000 jiwa dengan luas lahan yang dibutuhkan 13.500 m 2.
LAPORAN RENCANA
III - 15
Kegiatan jasa yang ada di Kawasan Perencanaan terdiri dari jasa perbengkelan (bengkel motor dan
mobil masing-masing 2 unit) serta jasa keuangan perbankan sebanyak 2 unit. Lokasi kegiatan jasa tersebut
Dalam upaya melestarikan adat dan budaya setempat, maka perlu disediakan wadah/ruang untuk
sebagian tersebar di beberapa tempat terutama di sekitar jalan Propinsi. Konsentrasi bangunan jasa
menjaga kelangsungan dan kelestarian tersebut. Sarana yang perlu disediakan bisa berupa Balai Pertemuan
Kecenderungan yang terjadi kegiatan jasa berbengkelan ini akan terus berkembang terutama di sekitar
jalan utama secara linier, sehingga pada masa yang akan datang lokasi ini akan dipertahankan namun perlu
adanya pengaturan kegiatan pada lokasi tersebut terutama menyangkut sempadan bangunan (Garis
Balai Pertemuan bisa berupa balai adat tempat pertemuan para tokoh adat.
Gedung Serba Guna, yaitu gedung yang berfungsi umum bisa untuk berbagai kegiatan termasuk olah raga
atau pertandingan pertandingan lainnya di dalam ruangan tertutup.
Gedung Hiburan Budaya, yaitu gedung khusus tempat kegiatan hiburan rakyat dalam melangsungkan
kegiatan lalu-lintas, terlebih rencana jangka panjang, status jalan Raya Bawan akan ditingkatkan menjadi jalan
pesta adat/rakyat. Selain itu, bisa dimanfaatkan pula sebagai wadah dalam mensosialisasikan berbagai
Nasional.
Luas lahan yang dibutuhkan untuk kegiatan jasa adalah dengan asumsi 25 m 2 per penduduk yang
bergerak pada sektor jasa. Pendekatan yang dipakai adalah penduduk yang bergerak pada kegiatan jasa
Untuk menghitung perkiraan kebutuhan lahan untuk sarana budaya tersebut menggunakan standar
buruh dan pertukangan dimana sampai tahun 2010 diperkirakan sebanyak 28 orang (hanya 0,28 % dari
penduduk yang sudah bermata pencaharian). Dengan demikian, diketahui bahwa kebutuhan luas ruang untuk
pelayanan jasa sampai akhir tahun perencanaan membutuhkan luas ruang 768 m2.
Berdasarkan standar tersebut maka sampai tahun 2010 luas ruang yang dibutuhkan adalah 2.665 m2
rumah tangga dengan skala pelayanan lokal dan regional. Jenis industri yang diusahakan diantaranya
Jumlah penduduk yang bergerak pada sektor ini relatif kecil yaitu hanya 0,28 % (28 orang). Kecilnya
peminat pada kegiatan ini karena memerlukan keterampilan khusus yang tidak semua orang dapat dengan
mudah mempelajarinya. Kecenderungan untuk berkembang sudah terlihat, hal ini terbukti dari skala
pemasaran (pesanan barang) tidak hanya datang dari wilayah setempat akan tetapi sebagian datang dari
Lubuk Basung ataupun Kota Padang.
Pada masa yang akan datang, kegiatan ini perlu didukung karena adanya potensi yang sudah mulai
berkembang dengan lokasi bisa bersatu dengan tempat tinggal atau tempat khusus, tergantung intensitas
Lokasi fasilitas budaya diarahkan di sekitar kawasan permukiman di sebelah selatan kota (sekitar
Dusun Simpang Pudung) sebagai fasilitas pengikat unit lingkungan, berdekatan dengan fasilitas lainnya
(seperti kesehatan skala lingkungan).
Adapun untuk kebutuhan ruangnnya dapat dilihat tabel III - 6.
kegiatannya.
Berdasarkan hasil analisis ekonomi regional, potensi-potensi yang bisa dikembangkan adalah :
pengolahan padi, pengolahan kelapa kopra, pengolahan jeruk untuk bedak dingin, dan pengolahan pinang.
Luas lahan yang akan dialokasikan adalah 1,5 Ha dengan lokasi terpisah.
LAPORAN RENCANA
III - 16
No
1
2
3
Tabel III - 6
Rencana Kebutuhan Fasilitas Hiburan dan Budaya
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010
Kebutuhan Th 2010
Jumlah
Jenis Fasilitas
Eksisting
(Unit)
Luas (m2)
Balai Pertemuan
1
999
Gedung Serba Guna
1
833
Gedung Hiburan/Budaya
1
833
JUMLAH
3
2.665
J.
Jenis fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum pada kawasan perencanaan sampai saat ini masih
terbatas. Kantor pelayanan masyarakat yang sudah tersedia adalah Kantor Kecamatan dan Kantor Polsek
Keterangan
Perlu Disediakan
Perlu Disediakan
Perlu Disediakan
Keterangan :
- Balai pertemuan
- Gedung Serba Guna
= 0,10
m2 per
penduduk
yang berlokasi di Dusun Simpang Padang Kalam - Bawan. Dengan terbatasnya fasilitas pemerintahan dan
pelayanan umum ini, maka segala kegiatan sementara ini banyak memanfaatkan Kantor Kecamatan.
Terbatasnya fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum, karena Kecamatan Ampek Nagari merupakan
kecamatan baru hasil pemekaran pada tahun 2001. Oleh karena itu pada masa yang akan datang perlu
disediakan agar lebih meningkatnya pelayanan terhadap masyarakat secara luas. Fasilitas yang perlu
disediakan diantaranya :
Kantor Koramil
Kantor KUA
Kantor Pos
Kantor Telkom
Kantor PDAM (ranting)
Kacabdin Pendidikan
Kantor DIPERTABUNHUT
Kantor DAPERLA
Kantor Lingkungan (setingkat RW)
SPBU
Pemadam Kebakaran
Lokasi pemerintahan dan pelayanan umum ini direncanakan bersatu (kecuali SPBU dan kantor
Koramil) dalam rangka meningkatkan pelayanan terpadu, yang mana lokasinya ada dua alternatif yakni:
akan hal tersebut masih dalam skala kecil. Para pengusaha/pedagang menyimpan barang cukup di rumah
atau di tempat berdagang masing-masing. Namun demikian, pada masa yang akan datang lokasi khusus perlu
disediakan (yaitu di sekitar pasar) untuk mengantisipasi intensitas kegiatan perdagangan lebih meningkat. Hal
ini terlihat dari
adanya indikasi kecenderungan peningkatan kegiatan perdagangan yang dari hari ke hari
harus terus meningkat. Terlebih pada masa yang akan datang jalan utama (jalan Propinsi) yang melintasi Kota
Bawan akan ditingkatkan fungsinya menjadi jalan Nasional yang menghubungkan antara kota-kota yang ada di
- Alternatif 1, akan dikembangkan di sekitar kantor kecamatan yang ada saat ini.
Kelebihannya : bersatu dengan kantor kecamatan yang sudah ada saat ini sehingga akan memberikan
pelayanan terpadu. Disamping itu akan menarik perkembangan penduduk ke arah selatan,
sehingga beban perkembangan di sebelah utara tidak semakin berat.
Kekurangannya : Kepastian lahan untuk pengembangan.
Sumatera Barat dengan kota-kota yang ada di Sumatera Utara, yang otomatis akan berdampak pada
peningkatan kegiatan perdagangan skala regional.
LAPORAN RENCANA
III - 17
Khusus untuk lokasi kantor Koramil direncanakan di sebelah utara dekat SLTP (pintu gerbang utara)
dan SPBU diarahkan di sebelah selatan di sekitar Dusun Simpang Bambu Kuning.
Melihat kondisi tersebut di atas, pada masa yang akan datang perlu pengaturan dan pengalokasian
khusus sarana transportasi untuk mengantisipasi masing-masing kegiatan dengan lokasi masih di sekitar
Adapun rencana jumlah dan luas lahannya terlihat pada tabel III - 7.
kawasan perdagangan (sebelah timur arah ke Batu Kambing). Pengaturan sarana tersebut diantaranya :
- Sub terminal, untuk menampung angkutan umum lokal maupun regional sehingga dapat mengantisipasi
Kegiatan transportasi di Kota Bawan sampai saat ini belum ditunjang dengan sarana yang memadai
mangkal angkutan umum secara liar. Disamping itu dengan adanya Sub Terminal ini dapat meningkatkan
baik berupa Sub Terminal maupun perparkiran. Lahan yang ada saat ini di muka Pasar Bawan dijadikan
Pendapatan Asli Daerah dalam sektor transportasi darat melalui pungutan dan retribusi. Asumsi luas lahan
tempat mangkal sementara angkutan umum lokal maupun angkutan regional. Disamping mangkalnya
yang dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 Ha (10.000 m2) dengan lokasi sebelah timur arah ke Batu Kambing.
angkutan umum, dijadikan pula tempat parkir umum, bongkar muat barang dan tempat penjemuran buah
pinang oleh sebagian masyarakat sehingga ke-tidakteraturan-pun terjadi pada lokasi tersebut. Pada hari pasar
(hari Rabu dan Jumat) kondisinya lebih parah lagi, dimana berbagai kegiatan (tidak permanen) di muka pasar
bersatu pada satu tempat, diantaranya : perdagangan, perparkiran, mangkal angkutan, penjemuran, bongkar
muat barang dan sebagainya.
- Perparkiran, dikhususkan bagi pemakai kendaraan pribadi yang melakukan aktifitas perdagangan. Asumsi
luas lahan yang dibutuhkan 5.000 m2, dengan lokasi di muka Pasar.
- Bongkar muat barang, yang dikhususkan bagi kendaraan yang melakukan bongkar muat barang dalam
menunjang kegiatan perdagangan setempat. Asumsi luas lahan yang dibutuhkan 1.000 m 2 dengan lokasi di
samping pasar dekat dengan perparkiran.
Tabel III - 7
masyarakat kota terutama menyangkut keindahan dan kesehatan. Di Kota Bawan sampai saat ini khsususnya
1.500
dipertahankan
Olah Raga dan Ruang Terbuka Hijau sudah tersedia dan terbentuk secara alamiah. Untuk masa yang akan
datang keberadaan fasilitas tersebut perlu disediakan terutama pada lingkungan permukiman yang sudah
Kebutuhan Th 2010
No
Jenis Fasilitas
Eksisting
Keberadaan fasilitas taman, olah raga dan ruang terbuka hijau sangat penting artinya bagi kehidupan
Jumlah (Unit)
Luas (m2)
Ada
Kantor Kecamatan
Kantor Koramil
Belum Ada
500
perlu disediakan
Kantor Polsek
500
dipertahankan
Ada
Belum Ada
300
perlu disediakan
300
dipertahankan
Kantor KUA
300
perlu disediakan
Kacabdin Pendidikan
300
perlu disediakan
300
perlu disediakan
300
perlu disediakan
Ada
Belum Ada
Belum Ada
Belum Ada
Kacabdin DIPERTABUNHUT
Kaabdin PEPERLA
10
Kantor Telkom
Belum Ada
300
perlu disediakan
11
Kantor Pos
Belum Ada
300
perlu disediakan
12
Pemadam Kebakaran
Belum Ada
500
perlu disediakan
13
Kantor Lingkungan
Belum Ada
300
perlu disediakan
14
SPBU
Belum Ada
1.500
perlu disediakan
19
7.500
Belum Ada
JUMLAH
Sumber : Hasil Analisis menggunakan asumsi dan standar
Keterangan :
LAPORAN RENCANA
III - 18
tempat kuburan keluarga, tetapi lokasi ini selanjutnya dimanfaatkan oleh warga menjadi tempat kuburan
Untuk setiap kelompok penduduk 2.500 orang diperlukan sekurang-kurangnya dibutuhkan satu daerah
umum. Lokasi kuburan di Kota Bawan terdapat di sebelah barat (sekitar Simpang Pili) dengan luas lebih
terbuka, disamping daerah terbuka yang telah ada pada tiap kelompok 250 penduduk.
Daerah terbuka sebaiknya merupakan taman yang dapat digunakan untuk aktivitas olah raga seperti Volly,
dimana untuk kebutuhan luasannya diasumsikan 5.000 m2 untuk tingkatan jumlah penduduk lebih kurang
Badminton, Jogging, Aerobik, Senam dan sebagainya. Luas yang dibutuhkan adalah 1.250 m 2 atau 0,5 m2
10.000 jiwa dengan lokasi diarahkan pada lokasi semula. Kuburan tersebut selain akan berfungsi sebagai
per penduduk. Lokasinya dapat disatukan dengan kegiatan lingkungan setingkat RW dimana terletak TK,
Secara lebih jelasnya rekapitulasi rencana pemanfaatan ruang di Kawasan Perkotaan Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari dapat dilihat pada Tabel III 9a dan Tabel III - 9b.
Sarana ini sangat diperlukan untuk penduduk yang dapat melayani aktivitas-aktivitas kelompok di area
terbuka. Sebaiknya sarana ini berbentuk taman yang dilengkapi dengan lapangan olah raga (misal sepak
bola) sehingga berfungsi serba guna dan tetap harus terbuka. Untuk peneduh dapat ditanami pohon-pohon
disekelilingnya. Luas area yang dibutuhkan untuk sarana ini adalah 0,3 m 2 per penduduk. Lokasinya tidak
harus di pusat lingkungan tetapi sebaiknya digabung dengan sekolah sehingga bermanfaat untuk kegiatan
sekolah.
Dari beberapa uraian di atas, maka kebutuhan sarana dan luas ruangnya dapat dilihat pada tabel III 8.
Tabel III - 8
Rencana Kebutuhan Fasilitas Pertamanan, Olah Raga Terbuka
dan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010
No
Fasilitas
1
2
Unit
32
3
35
Luas (m2)
8.000
3.750
2.498
14.248
Rencana
Perlu penyediaan
Perlu penyediaan
Perlu penyediaan
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Jenis Fasilitas
Jumlah (Unit)
Luas (m2)
Tempat Pengolahan Padi
1
5.000,00
Tempat Pengolahan Kelapa Kopra
1
5.000,00
Tempat Pengolahan Pinang
1
5.000,00
Rumah *)
265
106.000,00
Pendidikan
10
14.800,00
Kesehatan
7
1.950,00
Perdagangan
8
3.850,00
Jasa
1
768,00
Industri Rumah Tangga
1
768,00
Peribadatan
29
3.100,00
Taman Terbuka dan Lapangan Olah Raga
35
14.248,00
Kuburan
1
5.00,00
Hiburan dan Budaya
3
2.665,00
Pergudangan
1
1.000,00
Pemerintahan dan Pelayanan Umum
19
7.200,00
Sub Terminal
1
10.000,00
Perparkiran
1
5.000,00
Tempat Bongkar Muat Barang
1
1.000,00
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
38.469,00
SPBU
1
1.500,00
Jaringan Jalan dan Drainase
46.463,00
Jumlah
414.256,00
Sumber : Hasil Analisis Menggunakan Standar Perencanaan
Keterangan : Fasilitas yang Direncakanan merupakan Penambahan Kekurangan dari yang Sudah Ada.
Persentase (%)
1,79
1,79
1,79
38,02
5,31
0,70
1,38
0,29
1,11
5,11
1,79
0,96
0,36
2,59
3,59
1,79
0,36
13,80
0,54
16,67
100,00
III - 19
Tabel III-9.b
Kebutuhan Fasilitas Dirinci Per Unit Lingkungan
LAPORAN RENCANA
III - 20
difungsikan dan diarahkan untuk melayani kebutuhan pergerakkan lokal dalam kota (sistem sekunder) maupun
kebutuhan pergerakan lingkup regional antar kota (sistem primer).
Dengan adanya sistem fungsi jalan tersebut, maka pola pengaturan jalan akan meliputi,
pengembangan jalan sekunder dan jalan primer yang arahannya adalah :
1. Pengembangan jalan sekunder yang diarahkan untuk pelayanan pergerakkan setiap kawasan dalam
lingkup Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dan Kabupaten Agam, lebih tegas lagi
Rencana pengembangan jaringan jalan mempunyai kaitan yang erat dengan pengembangan struktur
dalam prosesnya pengembangan rencana fungsi jalan ini dapat mengoptimalkan aksessibilitas antar pusat
tata ruang kota, hal ini disebabkan jaringan jalan merupakan salah satu faktor yang mendasari pembentuk
lingkungan dengan pusat lingkungan lainnya, antar pusat unit lingkungan dengan pusat kecamatan serta
strutur tata ruang kota. Selain kaitan dengan struktur tata ruang di atas, pertimbangan lain yang menjadi dasar
pusat kecamatan dengan pusat kota, sehingga secara keseluruhan sistem pusat-pusat tersebut terbentuk
rencana pengembangan transportasi jalan adalah kebijaksanaan transportasi yang telah tertuang dalam
RTRW Kabupaten Agam serta Issu Nasional yang berkembang tentang peningkatan Jalan Propinsi menjadi
Jalan Nasional
2. Pengembangan jalan primer diarahkan untuk pelayanan pergerakkan regional antar kota dalam lingkup
Rencana pengembangan transportasi ini pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi tujuan
yang lebih luas, lebih jelasnya pengembangan ini ditujukan untuk mendukung fungsi regional Kawasan
pengembangan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, dalam pengembangannya secara
Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari (perdagangan regional, pemerintahan dan pelayanan
umum).
Kedua fungsi jalan tersebut terpadu dalam suatu sistem transportasi, selain itu sistem jaringan jalan ini
Kondisi ini
terutama untuk menunjang berlangsungnya mekanisme kegiatan-kegiatan di atas serta proses koleksi dan
distribusi berbagai sektor kegiatan yang berpengaruh dan terkait dengan terwujudnya fungsi kota di atas.
Selain itu, secara khusus pengembangan transportasi ini diarahkan untuk menunjang terciptanya sistem
Rencana fungsi jalan ini secara teknis pada dasarnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari rencana
transportasi yang mempunyai keamanan, kenyamanan dan mudah dicapai serta untuk menanggulangi
sistem fungsi jalan yang telah tertuang dalam RTRW Kabupaten Agam 1997. Oleh sebab itu, selain
Undang-undang No.13 Tahun 1980 Tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985 Tentang
Sesuai dengan maksud-maksud tersebut di atas, rencana sistem transportasi jalan di Kawasan
Jalan, maka kondisi wilayah Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari juga merupakan dasar
Beberapa hal yang dapat disarikan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang merupakan dasar bagi rencana
Rencana fungsi jalan pada prinsipnya merupakan penegasan peran setiap jaringan jalan dalam
pengembangan fungsi jalan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari adalah :
menunjang aktifitas dan mekanisme sistem transportasi secara keseluruhan. Oleh sebab itu jalan dapat
LAPORAN RENCANA
III - 21
1. Berdasarkan Undang-undang No.13 Tahun 1980 Tentang Jalan, bahwa status dan wewenang jalan
dapat dikelompokan sebagai berikut :
Jalan Nasional, yaitu jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh menteri.
Jalan Daerah, yaitu jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah daerah (jalan
propinsi, jalan kabupaten, jalan kota dan jalan desa) , dan
timur batas kota) mulai dari Simpang Dagang Saiyo sampai di atas SLTP 7 Dusun Anak Air
c) Sedangkan untuk jalan-jalan lainnya dikembangkan sebagai jalan lokal sekunder, yang
menghubungkan antar pusat-pusat permukiman yang ada di Kota Bawan.
Jalan Khusus, yaitu yang pembinaannya tidak dilakukan oleh menteri maupun pemerintah daerah.
4. Kondisi wilayah Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang dimaksud meliputi
2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1985 Tentang Jalan, fungsi jalan dibagi atas jalan
arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal. Sistem jaringan jalan berdasarkan tata ruang dan struktur
pengembangan wilayah terdiri dari :
Sistem jaringan primer, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan kota-kota dengan hubungan
prinsip pengembangan seperti ini akan lebih memperkecil pembiayaan pembangunan dan
secara menerus dan menghubungkan kota-kota jenjang ke satu dalam satuan wilayah
Sistem jaringan jalan sekunder yaitu jaringan jalan yang menghubungkan antara kawasan dari
seluruh tingkatan.
Berdasarkan kriteria pelayanannya jalan dapat dikelompokkan menjadi, jalan arteri primer, jalan
kolektor primer, jalan lokal primer, jalan arteri sekunder, kolektor sekunder dan jalan lokal sekunder.
3. Berdasarkan Rencana fungsi jalan RTRW Kabupaten Agam, fungsi jaringan jalan yang dikembangkan
di Kecamatan Ampek Nagari terdiri dari pengembangan jalan arteri primer, jalan lokal primer dan jalan
kota maupun interaksi antar pusat lingkungan dengan pusat lingkungan, interaksi antar pusat kota dan
wilayah yang lebih luas.
lokal sekunder, adapun secara lebih jelas pengembangan fungsi-fungsi jalan tersebut adalah :
a) Jalan yang dikembangkan sebagai jalan arteri primer adalah Jalan Raya Bawan (yang saat ini
Dilandasi oleh maksud dan tujuan tersebut, pengembangan jalan diarahkan pada menterpadukan pusat-
statusnya sebagai jalan Propinsi). Jalan ini memanjang membelah Kota Bawan dari selatan (
pusat pelayanan yang ada serta pelayanannya terhadap masing-masing skala pelayanannya. Perwujudan
Dusun Simpang Bambu Kuning) sampai utara (sekitar SLTP dan Anak Air Suayan). Jalan tersebut
konsep pengembangan sistem jaringan jalan ini, pada dasarnya telah ditegaskan dalam rencana
sebelumnya (RTRW Kabupaten Agam) yaitu ditindak lanjuti dengan rencana pengembangan fungsi jalan di
dengan kota-kota di
Sumatera Utara.
b) Jalan yang dikembangkan sebagai lokal primer adalah jalan yang menuju ke arah Batu Kambing
(menghubungkan antara pusat kegiatan yakni Kota Bawan dan Batu Kambing). Disamping itu,
untuk mengantisipasi lalu-lintas pada kawasan pusat kota, direncanakan jalan lingkar sebelah
- Rencana jalan lingkar (di sebelah timur batas kawasan perencanaan) dengan fungsi jalan lokal primer.
LAPORAN RENCANA
III - 22
Tabel III - 11
Kriterian Damaja, Damija Dan Dawasja Setiap Fungsi Jalan
Berdasarkan PP 26 Tahun 1985 Tentang Jalan
Selanjutnya untuk rencana geometrik tiap fungsi jalan, pengaturannya didasarkan pada pada kriteria
teknis yang tertuang dalam peraturan pemerintah No. 26 Tahun 1985 Tentang Jalan, seperti yang tertuang
dalam Tabel III - 10 dan Tabel III - 11. Selain pertimbangan peraturan tersebut, pengaturan geometris
jaringan jalan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari disesuaikan dan dipertimbangkan
No
Fungsi Jalan
berdasarkan kondisi dan situasi lokal Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.
Atas dasar pertimbangan tersebut, rencana pengembangan dan geometrik tiap fungsi jalan di Kawasan
Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dapat dilihat pada Tabel III - 12, Gambar 3 - 4, Gambar 3 - 5
dan Geometrik Jalan pada Gambar 3 - 6.
Tabel III - 10
Kriterian Kecepatan Rencana, Lebar Badan Jalan Dan
Persyaratan Setiap Fungsi Jalan
Berdasarkan PP 26 Tahun 1985 Tentang Jalan
No
Fungsi Jalan
Kecepatan
Rencana
Arteri Primer
Kolektor Primer
Lokal Primer
Kecepatan rencana
paling rendah 40
km/jam
Kecepatan rencana
paling rendah 20
km/jam
Arteri Sekunder
Kecepatan rencana
paling rendah 30
km/jam
Kolektor
Sekunder
Kecepatan rencana
paling rendah 20
km/jam
Lokal Sekunder
Kecepatan rencana
paling rendah 10
km/jam
LAPORAN RENCANA
Arteri Primer
Kolektor Primer
Kecepatan rencana
paling rendah 60
km/jam
Lokal Primer
Arteri Sekunder
Kolektor Sekunder
Lokal Sekunder
Jembatan
Daerah Pengawasan
Jalan Diukur dari As
Jalan
(Dawasja)
Tidak kurang dari 20
meter
- Sda
- Lebar min 13 m
- Sda
- Lebar (tidak ketentuan)
- Sda
- Lebar (tidak ketentuan)
- Sda
- Lebar (tidak ketentuan)
III - 23
No
Tabel III - 12
Rencana Lebar Jalan Setiap Fungsi Jalan
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Fungsi Jalan
Damaja
Damija
kegiatan perdagangan, juga ditunjang dengan rencana jalan lingkar di sebelah timur, sehingga sirkulasi
angkutan tidak mengganggu kegiatan pada pusat kota.
Dawasja
Selain penempatan sub terminal di atas, pada beberapa lokasi dikembangkan pula tempat
Arteri Primer
13
23
40
pemberhentian kendaraan umum (shelter), pemberhentian ini dimaksudkan agar kendaraan umum dapat
Lokal Primer
14
26
berhenti menaikkan dan menurunkan penumpang untuk beberapa saat. Lokasi pemberhentian ini diarahkan
Lokal Sekunder
11
16
agar terletak dekat dengan simpul kegiatan tujuan dan asal penduduk, sehingga penumpang yang berasal dari
dan akan ke tempat-tempat kegiatan tersebut akan dengan mudah terlayani, di mana dalam penempatannya
diarahkan sebagai berikut :
a. Penempatan lokasi tempat pemberhentian (shelter) disesuaikan dengan lintasan trayek angkutan dalam
kota yang dikembangkan.
melayani lingkup regional ataupun lingkup lokal (kota dan kecamatan). Saat ini di Kawasan Perkotaan Ibukota
b. Jarak antar lokasi tempat pemberhentian (shelter) satu dengan shelter lainnya minimal 500 meter.
Kecamatan Ampek Nagari belum tersedia fasilitas tersebut, sehingga pelayanan angkutan umum (lokal
c. Penempatan lokasi tempat pemberhentian (shelter) diarahkan agar tidak menyebabkan kemacetan lalu
maupun regional) mangkal dimana saja (terutama di muka Pasar Bawan). Kondisi ini terutama pada hari pasar
lintas (mengganggu lalulintas), akan tetapi penempatannya ditata sedemikian rupa akan dapat mendukung
Walaupun berdasarkan RTRW Kabupaten Agam di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari tidak dialokasikan sub terminal namun berdasarkan pertimbangan yaitu:
a. Dikembangkannya beberapa kegiatan yang mempunyai skala pelayanan regional dan lokal (pemerintahan,
perdagangan, jasa, kesehatan, pendidikan, dan olahraga), sesuai fungsi dan peran yang telah ditetapkan
Selain sub terminal fasilitas transportasi lainnya yang perlu mendapat perhatian, adalah fasilitas parkir.
dalam RTRW hasil revisi tahun 2004, memungkinkan untuk meningkatkan tarikan perjalanan pada
Ketersediaan fasilitas parkir sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran dan keteraturan lalu lintas
kegiatan-kegiatan tersebut.
perkotaan secara keseluruhan. Terbatasnya fasilitas parkir pada suatu kawasan dapat dipastikan kawasan
b. Upaya untuk memicu pertumbuhan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari terutama
tersebut akan berakibat berkurangnya lebar badan jalan pada kawasan tersebut, karena akan dimanfaatkan
sebelah selatan, yang pada saat ini relatif belum berkembang dan belum secara optimal terlayani angkutan
untuk areal parkir, permasalahan akan timbul apabila dengan lebar badan jalan yang semakin berkurang,
c. Sebagai upaya untuk mengaitkan sistem transportasi lokal dan meningkatkan akses Kawasan Perkotaan
Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dengan terminal regional yang berlokasi di Lubuk Basung.
d. Meningkatkan keterpaduan dengan kebijakan pembuakaan route angkutan umum khsusunya di wilayah
Secara umum pengendalian dan pengelolaan perparkiran diperlukan untuk mencegah atau
menghilangkan hambatan lalu lintas, mengurangi kecelakaan, menciptakan sistem parkir yang efektif dan
efisien serta memelihara estetika lingkungan.
III - 24
Gambar 3-4
Rencana Jaringan Jalan
Asal 3-8
LAPORAN RENCANA
III - 25
Gambar 3-5
Rencana Fungsi Jalan
LAPORAN RENCANA
III - 26
Gambar 3-6
Geomerik jaringan jalan
Asal 3-9
LAPORAN RENCANA
III - 27
Beberapa pertimbangan yang mendasari dilakukannya sistem parkir di luar jalan pada suatu kawasan
Pengaturan parkir pada tepi jalan idealnya harus dihindari karena jenis parkir ini mengurangi lebar efektif
adalah :
badan jalan yang seharusnya dipergunakan untuk pergerakkan kendaraan. Namun demikian harus diakui
1. Pada kawasan tersebut masih memungkinkan dikembangkannya sistem parkir khusus diluar jalan,
pula bahwa hal tersebut sulit untuk dihindari, mengingat beragamnya potensi dan permasalahan setiap
kawasan, yang dapat dilakukan adalah mengatur sistem parkir sedemikian rupa sehingga tidak terlalu
menghambat dan menggangu kelancaran arus lalu lintas.
disebabkan masih tersedia lahan untuk pengembangan parkir khusus ataun parkir diluar jalan.
2. Kegiatan yang bersangkutan merupakan jenis kegiatan yang direkomondasikan dan diarahkan untuk
membangun fasilitas parkir khusus di luar jalan (parkir khusus).
3. Jalan yang ada pada kawasan bersangkutan tidak memungkinkan diterapkannya sistem parkir di tepi
Kawasan yang diarahkan untuk menggunakan sistem parkir tepi jalan adalah ruas jalan yang ada pada
jalan dengan menggunakan pengaturan sudut parkir di pinggir jalan (sejajar 30, 45, 60, 90).
lingkungan permukiman yang memiliki ruas jalan yang relatif lebar, sehingga sebagian badan jalannya
4. Ditetapkannya jalan tersebut sebagai jalan bebas parkir, karena adanya pertimbangan jalan tersebut
dapat digunakan untuk parkir. Jalan dengan fungsi utama pergerakkan sebaiknya tidak digunakan untuk
direncanakan sebagai jalan dengan kecepatan rencana yang tinggi, keamanan lalulintas serta estetika
tempat parkir agar tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dan menimbulkan kemacetan.
lingkungan.
Beberapa pertimbangan dilakukannya sistem parkir di tepi jalan pada suatu kawasan adalah :
Melihat kondisi yang ada di sekitar pasar, maka sistem parkir yang akan direncanakan sebaiknya
1. Pada kawasan tersebut tidak tersedia lahan yang dapat dikembangkan sebagai areal parkir khusus di
luar jalan.
2. Adanya kegiatan khusus yang menuntut fasilitas parkir yang relatif besar, sehingga disamping parkir
khusus di luar jalan dikembangkan pula parkir di tepi jalan.
3. Jalan yang bersangkutan memungkinkan diterapkannya sistem parkir di tepi jalan dengan pengaturan
parkir di tepi jalan. Hal ini dinilai masih cukup untuk setingkat Kota Bawan yang intensitas kegitannya masih
rendah serta terjadi hanya pada hari pasar. Disamping itu, masih tersedia lahan yang cukup memanfaatkan
samping badan jalan (di muka Pasar).
Untuk lebih jelasnya pengaturan tata parkir dan rencana pengembangan perparkiran di Kawasan
Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dapat dilihat pada Gambar 3 - 7 dan Gambar 3 - 8.
dipinggir jalan. Rencana pengembangan trotoar di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Areal parkir khusus di luar jalan diarahkan untuk digunakan pada pusat kegiatan komersial dan jasa
perkantoran yang cukup tinggi, sehingga dapat dikelola dengan manajemen secara khusus dan akan
dapat menghasilkan pendapatan dari pengelolaan parkir ini. Beberapa kegiatan yang diharuskan untuk
b. Pertimbangan estetika lingkungan dengan tertatanya trotoar yang teratur serta penanaman pohon pada
menggunakan sistem parkir khusus ini adalah, kegiatan bangunan, perkantoran, pendidikan, kesehatan,
pemerintahan, zona industri, hotel dan restoran, kegiatan perdagangan skala besar, show room,
perbengkelan dan bank.
LAPORAN RENCANA
III - 28
Gambar 3-7
TATA LETAK PARKIR DI PINGGIR JALAN
Asal 3-10
LAPORAN RENCANA
III - 29
Gambar 3-8
TATA LETAK PARKIR DI LUAR JALAN
Asal 3-11
LAPORAN RENCANA
III - 30
Fasilitas lainnya yang perlu disediakan untuk pejalan kaki adalah penyediaan zebra cross (jalur
Jalan yang dilewati melalui jalan Propinsi, untuk menghindari kemungkinan terjadinya kemacetan pada hari
penyeberangan jalan) untuk pejalan kaki yang akan menyebrang jalan. Pengadaan zebra cross diarahkan
pasar, akan diarahkan ke sebelah timur (melewati rencana Jalan Lingkar Timur) masuk dari sekitar
pada jalur jalan dan persimpangan jalan yang padat arus lalu lintas dan dilengkapi dengan rambu lalu lintas,
Simpang Dagang Saiyo (arah ke timur) keluar sebelah utara SLTP 7 Anak Air Suayan.
hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kecelakaan dan kemacetan lalu lintas.
b. Untuk angkutan lokal :
3.2.3.1.5 Rencana Rute Angkutan Umum
Angkutan umum merupakan salah satu bentuk pelayanan transportasi yang diperuntukkan untuk
Route angkutan lokal wilayah pelayananya direncanakan tidak hanya melalui jalur jalan propinsi saja, akan
public (masyarakat umum), oleh sebab itu bentuk pelayanannya diupayakan untuk dapat memenuhi dan
tetapi diarahkan ke wilayah yang penduduknya relatif padat, sehingga jangkauan pelayanan penduduk
melayani kebutuhan masyarakat secara umum. Pelayanan angkutan umum di Kawasan Perkotaan Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari pada dasarnya merupakan bagian dari keseluruhan pelayanan angkutan umum
Untuk lebih jelasnya route angkutan umum regional maupun lokal dapat dilihat pada gambar 3 - 9.
Kabupaten Agam, oleh karenanya sistem angkutan umum diarahkan untuk memberikan pelayanan maksimum
bagi masyarakat Kota Bawan khususnya.
Untuk pengaturan rute angkutan umum di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
ditentukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor, sebagai berikut :
a. Faktor rencana pengembangan berbagai kegiatan yang akan berlangsung di Kawasan Perkotaan Ibukota
makhluk hidup, guna menopang kelangsungan hidupnya dan memelihara kesehatannya, sehingga dapat
dikatakan bahwa air tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. Dalam upaya meningkatkan pelayanan akan
berbagai kegiatan yang dikembangkan akan menyebabkan bangkitan dan tarikan lalu lintas, yang pada
pemenuhan kebutuhan air bersih untuk Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, dalam lingkup
pekerjaan ini akan diuraikan dari gambaran awal profil sistem penyediaan air bersih eksisting, kebutuhan air
b. Rencana pengembangan transportasi secara keseluruhan (fungsi jalan, sub terminal, dan fasilitas
bersih, ketersediaan air dan rencana sistem untuk pengembangan penyediaan air bersih di lokasi pekerjaan.
transportasi lainnya).
c. Adanya berbagai alternatif angkutan yang berkembang di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari (Ojeg dan jenis angkutan lainnya) yang merupakan fasilitas pelayanan transportasi selain angkutan
Cakupan pelayanan sistem penyediaan air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
penumpang umum.
Nagari saat ini, baru mencapai 17 % atau sekitar 244 unit rumah yang terlayani air bersih dengan sistem
perpipaan bersumber dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bale Badak
Berdasarkan pada pertimbangan tersebut di atas, maka pengaturan route angkutan umum
dikembangkan sebagai berikut :
Batu Kambing menggunakan sistem grafitasi dengan kapasitas operasional 10 Lt/Dt (PDAM Kabupaten
Agam).
Jika diperhitungkan bahwa kebutuhan air bersih untuk domestik (rumah tangga), fasilitas umum, kebutuhan
lainnya dan tingkat kebocoran, maka pemakaian air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
LAPORAN RENCANA
III - 31
Gambar 3-9.
Rute angkutan umum
Asal 3-12
LAPORAN RENCANA
III - 32
Tabel III - 13
Dalam merencanakan suatu sistem penyediaan air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari, hal yang penting harus diperhatikan adalah kebutuhan akan air bersih yang dalam
perencanaannya, tergantung pada beberapa faktor diantaranya adalah jumlah penduduk dan tingkat sosial
ekonomi penduduk.
No
1. Pemakaian air kebutuhan domestik (rumah tangga) dengan alokasi kebutuhan air untuk standar
masing-masing skala kota yang diperhitungkan atas jumlah penduduk adalah sebesar 90 Lt/orang/hari
untuk Saluran Langsung (SL) dan 30 Lt/orang/hari untuk Kran Umum (KU), kawasan Perkotaan
Standar
Kebutuhan
2006
2007
2008
2009
2010
Kebutuhan Domestik
a. SL (Ltr/Org/Hari)
90
650,700
669,330
688,500
708,210
728,550
749,430
b. KU (Ltr/Org/Hari)
30
216,900
223,110
229,500
236,070
242,850
249,810
16,5 %
143,154
147,253
151,470
155,806
160,281
164,875
20%
173,520
178,488
183,600
188,856
194,280
199,848
20%
173,520
178,488
183,600
188,856
194,280
199,848
mempergunakan kriteria dalam Petunjuk Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih Perkotaan (DPU CK volume II), sebagai berikut :
Uraian
Kebocoran
Jumlah
1,357,794
1,396,669
1,436,670
1,477,798
1,520,241
1,563,811
16
16
17
17
18
18
c. Ketersediaan air
Mempertimbangkan bahwa sistem penyediaan air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari saat ini disupply dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bale Badak-Batu Kambing dengan
4. Faktor koreksi akibat air yang hilang dalam proses pengolahan, pencucian dan pengurasan unit-unit
kapasitas operasional 10 Lt/det dengan lembaga pengelola PDAM Kabupaten Agam (Kawasan Perkotaan
instalasi maupun kehilangan air pada jalur transmisi dan distribusi yang masuk ke Kawasan Perkotaan
Ibukota Kecamatan Ampek Nagari belum mempunyai kelembagaan sendiri) dan memperhitungkan bahwa
Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, diasumsikan sebesar 20 % dan yang diperhitungkan dari jumlah
perencanaan sistem penyediaan air bersih harus terintegrasi antara wilayah pelayanan dengan sistem
5. Rekapitulasi kebutuhan air bersih Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ini,
merupakan gabungan hasil perhitungan kebutuhan air bersih untuk masing-masing penduduk dengan
sambungan langsung, sambungan hidran umum dan kehilangan air seperti ditunjukkan pada Tabel III -
1. Konflik pemakaian air antara peruntukan air bersih dengan kebutuhan di luar air bersih dapat
13.
LAPORAN RENCANA
III - 33
4. Lembaga pengelola sistem penyediaan air bersih perpipaan, sudah harus mengantisipasi peningkatan
pemakaian air bersih pada waktu-waktu mendatang, sehingga peningkatan kebutuhan air penduduk
5. Penambahan jaringan perpipaan harus disesuaikan dengan tingkat kebutuhan air dan kemampuan
5. Kebutuhan air bersih untuk fasilitas industri kecil non polutif atau jasa usaha cuci kendaraan yang
direncanakan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, sebaiknya tidak
mempergunakan sumber air yang sama dengan sistem perpipaan PDAM, namun dapat dipenuhi dari
air tanah dalam dengan kuantitas yang cukup dan pengambilan air bawah tanah yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Rencana sistem penyediaan air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari,
ditunjukkan pada Gambar 3 - 10 dan contoh perpipaannya pada gambar 3 - 11.
d. Usulan pengembangan
Sistem penyediaan air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari selayaknya
direncanakan dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1. Kapasitas operasional sebesar 18 Lt/dt yang disupply dari PDAM Kabupaten Agam dengan kebutuhan
Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, hendaknya dapat diselaraskan dengan
kebutuhan beberapa daerah pelayanan yang memakai sumber yang sama.
2. Wilayah-wilayah pelayanan yang disupply dari IPA Bale Badak Batu Kambing seyogyanya
mempunyai prediksi kebutuhan air masing-masing, sehingga pada akhir perencanaan dapat diketahui
kapasitas pelayanannya
dilepaskan dari sistem jaringan perpipaan air bersih yang ada saat ini. Sampai akhir perencanaan,
untuk penyediaan air bersih penduduk sistem jaringan yang ada direncanakan ditambah, baik
kapasitas air bersih yang dialirkan, ataupun panjang pipa dan kelengkapan aksesorisnya.
3.2.4.2 Sistem Pengelolaan Air Limbah
Air limbah merupakan hasil aktifitas manusia yang sudah tidak dipakai dan biasanya terbuang begitu
saja, sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan disekitarnya dan umumnya menurut rujukan, air
limbah dapat menimbulkan berbagai penyakit, sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat
dan lingkungan.
Sebagian besar sumber limbah di kawasan perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari terdiri dari:
limbah rumah tangga dan perdagangan. Limbah tersebut dalam penyalurannya sebagian kecil telah memiliki
septic tank dan sebagian lainnya disalurkan ke saluran drainase, parit-parit, kolam, sawah, sungai dan
bahkan ada yang ke lahan-lahan terbuka, sehingga menimbulkan dampak kumuhnya lingkungan. Dengan
kondisi tersebut perlu prioritas penanganan terutama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
serta keindahan lingkungan. Yang menjadi permasalahan dalam pengembangan sarana sanitasi di Kota
Bawan adalah sebagai berikut :
Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat, dimana sebagian masyarakat Kota Bawan terutama yang
3. Lembaga pengelola sistem penyediaan air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari, yaitu PDAM Kabupaten Agam, sudah harus mempersiapkan beberapa alternatif sumber air
baru untuk tambahan kapasitas.
berpenghasilan rendah masih menggunakan lahan-lahan terbuka, parit-parit, sawah dan sebagainya
sebagai tempat penyaluran air limbah/air kotor.
Belum adanya unit pelaksana yang menangani khusus masalah sanitasi, sehingga kurang memperoleh
perhatian khusus termasuk dalam pengurusan septic tank, penyedotan tinja, maupun pemeliharaanya.
4. Sudah selayaknya di Kawasan Perkotaan Ampek Nagari ada lembaga yang mengelolaan air bersih
LAPORAN RENCANA
III - 34
Gambar 3-10
Rencana jaringan Air bersih
Asal 3-16
LAPORAN RENCANA
III - 35
Gambar 3-11
Contoh Perpipaan
Asal 3-17
LAPORAN RENCANA
III - 36
Kedua permasalahan pokok di atas perlu penekanan khusus agar terciptanya pelayanan yang
Tabel III - 15
Perkiraan Jumlah Produksi Air Limbah
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2005 - 2010
memadai dalam rangka peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Selanjutnya, dalam penanganan limbah
pada masa yang akan datang bagi yang belum memiliki septic tank perlu disediakan baik pribadi maupun
kolektif. Hal tersebut disamping untuk menjaga lingkungan yang sehat, juga agar lingkungan yang ada tidak
No
memberikan dampak kumuhnya lingkungan. Septic tank kolektif diperuntukan bagi lingkungan permukiman
Tahun Perencanaan
1
2
3
4
5
6
Sumber : Hasil analisis
masyarakat yang berpendapatan rendah dengan pelayanan 1 septic tank 5 unit rumah. Sedangkan septictank
pribadi diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke atas.
Kebutuhan septic tank pada masa yang akan datang digunakan standar sebagai berikut :
Kebutuhan Septic Tank pribadi : 25 % dari jumlah rumah yang ada menggunakan septic tank pribadi.
Kebutuhan Septic Tank Kolektif : 10 % dari jumlah rumah yang ada menggunakan septic tank kolektif.
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Ada beberapa usulan yang berhubungan dengan sistem pengelolaan air limbah, diantaranya :
Atas standar tersebut, maka kebutuhannya sampai akhir tahun perencanaan diperkirakan berjumlah
583 unit yang terdiri dari septic tank pribadi 416 unit dan septic tank kolektif 167 unit, seperti terlihat pada
Tabel III - 14. Sedangkan contoh perletakkannya dapat dilihat pada gambar 3 - 12.
1. Mempertimbangkan kepadatan penduduk, ketersediaan air bersih, tinggi muka air tanah dan kemiringan
lahan.
2. Untuk pengembangan sistem pengelolaan air limbah yang ditujukan untuk program jangka panjang
hendaknya sudah dipikirkan untuk mengolah air limbah dalam satu pengolahan lumpur tinja (IPLT).
Dalam pengeloaannya, pada masa yang akan datang di Kota bawan perlu ditunjang dengan sarana
pengisap tinja (truk tinja) agar septic tank yang ada dapat terjaga dan terpelihara dengan baik.
3. Sistem pengelolaan dan pengolahan air limbah hendaknya sederhana bentuknya, mudah dalam
pengoperasian dan perawatannya.
4. Penempatan sistem septik tank bidang resapan dengan sumber air tanah yang digunakan sebagai sumber
No.
1
2
3
4
5
6
Tabel III - 14
Perkiraan Kebutuhan Septic Tank
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2005 - 2010
Kebutuhan Septic Tank
Tahun
Kebutuhan
Rumah (Unit)
Pribadi
Kolektif
Jumlah
2005
1,446
362
145
506
2006
1,487
372
149
520
2007
1,530
383
153
536
2008
1,574
394
157
551
2009
1,619
405
162
567
2010
1,665
416
167
583
Adapun volume air limbah yang dihasilkan berdasarkan kriteria yang berlaku saat ini dapat dihitung
berdasarkan ketentuan 70 % - 80 % dari pemakaian air bersih sehari-hari (untuk skala kota seperti Kawasan
air bersih harus mempunyai jarak lebih dari 11 meter dan hal ini harus dijadikan sebagai pedoman dalam
perencanaan sanitasi di masyarakat.
3.2.4.3 Drainase
Sebagian besar di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari belum memiliki saluran
drainase yang memadai, baik di kawasan permukiman, perkantoran, perdagangan ataupun pada tepi jalanjalan yang menghubungkan antar kawasan. Jaringan drainase yang ada-pun (berupa parit-parit) tidak
berfungsi dengan baik karena tersedimentasi material-material baik berupa sampah maupun endapan lumpur,
sehingga kapasitas saluran tidak mampu menampung air permukaan.
Air hujan yang jatuh ke bumi merupakan potensi yang besar dalam penyediaan air tanah, air untuk
pertanian, air minum dan sebagainya. Oleh karena itu saluran air hujan sedapat mungkin dibuat terpisah dari
saluran air limbah rumah tangga (domestik) maupun limbah fasilitas umum.
Beberapa usulan penanganan drainase di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari,
Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, pada perencanaan ini diambil 80 % yang dihitung konstan
sampai akhir perencanaan), seperti ditunjukkan pada Tabel III - 15.
LAPORAN RENCANA
yaitu :
III - 37
GAMBAR 3-12
CONTOH PERLETAKAN SEPTIC TANK
Asal 3-18
LAPORAN RENCANA
III - 38
1. Menganjurkan masyarakat untuk tidak membuang sampah di saluran, hal ini untuk menghindari
sementara dikumpulkan di sembarang tempat sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir. Lokasi tempat
pembuangan akhir saat ini di sebelah utara tepatnya di Suayan dengan jarak 1,5 Km. Lokasi tersebut
ditetapkan oleh masyarakat dan tokoh setempat karena dianggap cukup tepat untuk menampung sampah
3. Membuat sumur resapan untuk daerah permukiman yang masih mempunyai lahan dan kolam-
akhir.
rehabilitasi saluran (pengerukan dan pembersihan dari endapan dan sampah) serta pembangunan
saluran drainase sehingga sistem saluran drainase tidak terputus.
6. Koordinasi diantara lembaga pengelola drainase, sehingga kegiatan dan pekerjaan penanganan ganangan
Adapun untuk mengukur perkiraan jumlah produksi sampah, digunakan standar DPU Cipta Karya,
yaitu :
Produksi sampah rumah tangga per orang per hari yang lazim terjadi di kota-kota kecil sebesar 0,0025 m3,
sedangkan sampah non rumah tangga sebesar 20 % dari jumlah sampah rumah tangga.
Sarana penampungan sementara tersebar dibeberapa tempat, dengan radius pelayanan maksimum 1.500
meter.
Gerobak sampah yang bervolume 1,25 m3 dengan 3 rit pengangkutan per hari.
Rencana sistem drainase di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari berdasarkan
kapasitasnya terdiri dari sistem drainase primer, drainase sekunder yang terdiri dari saluran terbuka dan
Bak sampah yang bervolume 10,8 m3 dengan radius pelayanan antara 500-1000 unit rumah setiap satu
TPS.
tertutup dan drainase tersier. Sistem penyalurannya dilaksanakan dengan berpedoman pada pemanfaatan
secara maksimal kondisi alam yang ada (memanfaatkan adanya Sungai Batang Bawan dan Sitanang) sebagai
Dengan menggunakan standar tersebut, maka diketahui perkiraan jumlah timbunan sampah sampai
muara penyaluran serta rencana sistem drainase jalan pengembangannya akan mengikuti rencana jaringan
akhir tahun perencanaan sebesar 24,98 m3 yang terdiri dari : sampah rumah tangga 20,82 m3/hari dan sampah
jalan. Khusus pada kawasan pusat kota (kawasan perdagangan) sebaiknya saluran drainase dengan sistem
non rumah tangga 4,16 m3 per hari. Lebih jelasnya lihat tabel III - 16.
Tabel III - 16
Untuk jelasnya rencana jaringan drainase dapat dilihat pada Gambar 3 - 13 dan contoh tipikal drainase
dapat dilihat pada gambar 3 - 14.
3.2.4.4 Sistem Pengelolaan Persampahan
Sumber-sumber sampah di Kota Bawan terdiri dari sampah rumah tangga, sampah komersial
No
Tahun
Proyeksi
2005
7230
18.08
3.62
21.69
2006
7437
18.59
3.72
22.31
Sedangkan sistem pengelolaannya dilakukan secara individual dengan cara dibuang langsung ke tempatnya,
2007
7650
19.13
3.83
22.95
dibakar, ditimbun, dan bahkan ditemui ada sebagian masyarakat yang masih melakukan pembuangan sampah
2008
7869
19.67
3.93
23.61
2009
8095
20.24
4.05
24.29
2010
8327
20.82
4.16
24.98
(perdagangan dan jasa) serta sumber lainnya seperti pendidikan, pertokoan, jalan, kesehatan dan sebagainya.
ke aliran sungai atau sawah. Hal tersebut terjadi akibat kuranya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan
keindahan lingkungan serta belum adanya pengelola secara khusus baik yang ditangani oleh pemerintah
III - 39
Gambar 3-13
Rencana jaringan drainase
Asal 3-19
LAPORAN RENCANA
III - 40
Gambar 3-14
CONTOH TIPIKAL DRAINASE
Asal 3-20
LAPORAN RENCANA
III - 41
Sedang dalam pengelolaannya diperlukan fasilitas pendukung agar kegiatannya dapat berjalan
Saat ini di Kota Bawan pelayanan listrik ditangani oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PT. PLN) ,
dengan wilayah layanan hampir seluruh kawasan Kota. Keberadaan listrik tersebut selain dimanfaatkan untuk
o Bak Sampah/TPS baik berupa Container maupun lahan yang didesain khusus sebanyak 2 unit dengan
keperluan penerangan, juga dimanfaatkan untuk keperluan kegiatan rumah tangga dan usaha, dengan
lokasi ditempatkan di sekitar lingkungan yang diperkirakan menghasilkan timbunan sampah cukup banyak.
Disamping itu, ditempatkan pula di setiap lingkungan permukiman yang relatif padat.
o Truk pengangkut sampah dengan 3 rit pengangkutan per hari sebanyak 1 unit.
Permasalahan listrik yang terjadi umumnya sama dengan permasalahan di wilayah Sumatera Barat,
yakni sering terjadinya pemadaman aliran akibat terbatasnya suplay daya dari Pembangkit Listrik Singkarak
maupun Maninjau.
Disamping telah tersedianya berbagai sarana pendukung pengelolaan sampah, juga sebaiknya
Dalam perkiraan jumlah daya listrik yang dibutuhkan di Kota Bawan pada masa yang akan datang
penanganan sampah di Kota Bawan ditangani secara khusus dalam lingkup kota (tidak dikhususkan pada
o 30 % dari kebutuhan rumah tangga diperuntukkan bagi kebutuhan sarana pelayanan sosial dan ekonomi.
Dengan berdasar pada tingkat perkembangan penduduk sampai akhir tahun perencanaan (tahun
Atas dasar standar tersebut, maka kebutuhan daya listrik sampai tahun 2010 sebesar 3.118.200 watt
2010) dimana produksi sampah yang semakin besar diperlukan langkah-langkah yang tepat, untuk mengatasi
1. Pembentukan pengelola sampah agar dapat meningkatkan pelayanan pada masa yang akan datang, baik
untuk sampah di lingkungan Pasar maupun rumah tangga dan fasilitas lainnya. Pengelolanya bisa
dilakukan oleh masyarakat, staf Jorong ataupun Pemerintah melalui Dinas terkait.
2. Penyediaan sarana persampahan baik untuk pewadahan sampah, penampungan dan pengangkutan
sampah. Sarana yang dibutuhkan sampai akhir tahun 2010 terdiri dari : Gerobag Sampah 7 unit, Bak
Lebih jelasnya kebutuhan daya listrik pada masa yang akan datang dapat dilihat pada tabel III - 17.
tangga.
4. Penetapan lokasi TPA untuk jangka panjang.
Adapun sebagai gambaran, mekanisme pengolaan sampah dapat dilihat pada gambar 3 - 15.
LAPORAN RENCANA
III - 42
Gambar 3-15
Mekanisme pengelolaan sampah
Asal 3-21
LAPORAN RENCANA
III - 43
Tabel III 17
Perkiraan Kebutuhan Listrik
Di Kawasan Perencanaan Tahun 2005 2010
No.
Uraian
Kebutuhan Rumah
a. Tipe Besar
b. Tipe Sedang
c. Tipe Kecil
Jumlah
2
Fasilitas Sosial
Ekonomi
3
Penerangan Jalan
4
Cadangan
Jumlah
Sumber : Hasil Analisis
Standar
Kebutuhan
2005
2006
188,500
390,600
390,600
969,700
193,700
401,400
401,400
996,500
198,900
413,100
413,100
1,025,100
290,910
48,485
145,455
1,454,550
298,950
49,825
149,475
1,494,750
307,530
51,255
153,765
1,537,650
meningkat. Disamping itu, dengan terbatasnya area pelayanan teknologi komunikasi telepon genggam (HP)
diharapkan investor dapat memperluas cakupan wilayah khusunya Kota Bawan umumnya Agam bagian Barat.
2009
2010
204,100
424,800
424,800
1,053,700
210,600
437,400
436,950
1,084,950
217,100
450,000
449,550
1,116,650
316,110
52,685
158,055
1,580,550
325,485
54,248
162,743
1,627,425
334,995
55,833
167,498
1,674,975
1300
900
450
30%
5%
15 %
-
Kebutuhan telekomunikasi Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari masa mendatang
pada dasarnya ditentukan oleh tingkat perkembangan ekonomi penduduknya. Sejalan dengan tingkat
perkembangan teknologi informasi yang sedang tumbuh pesat, variasi kebutuhan komunikasi menjadi semakin
beragam.
Penggunaan telepon untuk permukiman tergantung dari status perkembangan sosial dalam
masyarakat. Pada masyarakat tradisional, kebutuhan komunikasi hanya terbatas untuk interaksi sosial,
sedangkan tuntutan komunikasi untuk permukiman dan perumahan modern lebih pada sistem panggilan
langsung jarak jauh dan internasional serta kemampuan transmisi data interaktif di masa depan. Lingkup
pelayanan telekomunikasi akan termasuk belanja dari rumah, bank dari rumah, akses data base dari rumah.
pelayanan kelistrikan dimasa datang dilakukan melalui pemeliharaan, perbaikan dan pengembangan. Dalam
Juga bisa dikembangkan untuk telemetri dan pelayanan video dua saluran. Namun demikian, tidak semua
pengembangannya, penyediaan listrik di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari diarahkan
rumah tangga akan membutuhkan pelayanan telepon seperti telah disebutkan di atas, bahkan untuk Kawasan
dengan cara :
Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari diperkirakan tingkat pemenuhannya belum tinggi dan tidak
a. Pengembangan jaringan distribusi listrik diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan penduduk.
merata.
b. Pemerataan pelayanan penerangan jalan umum pada lingkungan permukiman dan peningkatan kualitas
penerangan jalan umum pada jalan utama, penghubung, taman dan pusat kegiatan/aktivitas penduduk.
Adapun rencana pengembangan jaringan listrik di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
dapat dilihat pada Gambar 3 - 16.
tersedia.
b. Perluasan pengadaan telepon umum dan peningkatan warung telekomunikasi di kawasan permukiman
padat penduduk.
Dalam memperkirakan kebutuhan telepon kabel didasarkan pada banyaknya rumah, dimana untuk
Sampai saat ini baru sebagian kecil masyarakat pada Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
kebutuhan rumah tangga diasumsikan tiap 20 rumah tangga sebanyak 1 satuan sambungan (SS). Sedangkan
Nagari menikmati adanya saluran telepon, yang ada hanya fasilitas telepon umum berupa Wartel dengan
kebutuhan telepon untuk kegiatan perdagangan, jasa dan fasilitas umum diasumsikan 1/6 dari kebutuhan
sistem jaringan udara (satelit) bukan berupa jaringan kabel. Pada jalan utama sudah terpasang tiang dan
Rumah Tangga, dan untuk kegiatan industri 1/12 dari kebutuhan Rumah Tangga.
Untuk lebih jelasnya lihat tabel III - 18, dan rencana jaringannya pada gambar 3 - 17.
Telepon kabel merupakan alat komunikasi yang sangat diharapkan keberadaannya oleh masyarakat
karena relatif murah. Alat komunikasi lain berupa telepon genggam (HP), Kota Bawan juga belum termasuk
pada area pelayanan satelit untuk seluruh Card (kartu telepon isi ulang) yang umumnya banyak dimanfaatkan
di Indonesia. Pada masa yang akan datang, diharapkan pemasangan jaringan telepon sudah dapat dinikmati
seiring dengan semakin berkembangnya Kota Bawan yang dari hari ke hari intensitas kegiatannya semakin
LAPORAN RENCANA
III - 44
Gambar 3-16
Rencana jaringan listrik
Asal 3-22
LAPORAN RENCANA
III - 45
No.
1
2
3
4
5
6
Tabel III - 18
Perkiraan Kebutuhan Sambungan Telepon
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010
Kebutuhan Sambungan Telepon (SS)
Tahun
Kebutuhan
Rumah Fasilitas
Rumah (Unit) Tangga Umum Industri Jumlah
2005
1,446
72
241
121
434
2006
1,487
74
248
124
446
2007
1,530
77
255
128
459
2008
1,574
79
262
131
472
2009
1,619
81
270
135
486
2010
1,665
83
278
139
500
perkotaan yang baik. Sejalan dengan tujuan diatas, untuk mengantisipasi perkembangan kota masa
mendatang, dapat ditentukan pembagian unit lingkungannya.
Penentuan batas unit lingkungan dilakukan dengan menggunakan beberapa dasar pertimbangan
antara lain :
- Batas administrasi atau fisik
- Skala pelayanan fasilitas,
- Persebaran penduduk dan daya tampung ruang
- Keberadaan fasilitas dan pusat lingkungan yang ada.
- Kesamaan fungsi ruang
Dengan tujuan untuk mengefisienkan pelayanan serta mewujudkan mekanisme kegiatan yang
3.3 Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Blok Plan)
Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Blok Plan) yang dimaksud adalah pembagian ruang kawasan
perencanaan menjadi beberapa bagian yang disebut Unit Lingkungan (UL).
seimbang, maka Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dibagi kedalam 5 (lima) unit
lingkungan. Untuk lebih jelasnya pembagian unit lingkungan berikut luasnya dapat dilihat pada Tabel III - 19
dan Gambar 3 - 18.
Tabel III - 19
Pembagian Unit Lingkungan ( Ul ) Dan Fungsinya
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
No
1
2
optimal. Selain itu hirarki unit lingkungan kota ini akan mempermudah usaha penyebaran jenis dan jumlah
sarana dan prasarana kegiatan yang akan menunjang kegiatan penduduk kota. Unit lingkungan disini
merupakan unit satuan permukiman yang menampung jumlah penduduk dengan batasan memiliki
3
4
komponen pendukungnya, dengan dikondisikannya pembagian ruang kota ke dalam beberapa unit lingkungan,
diharapkan akan terjadi suatu pola interaksi keruangan yang seimbang dan merata terutama dalam sistem
pendidikan,
pertanian
teknis,
Luas (Ha)
konservasi,
48.94
117.96
116.15
77.78
106.00
466.64
pelayanan berbagai komponen kegiatan yang ada. Mengingat kedalaman materi pekerjaan ini adalah Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR), maka pembagian unit lingkungan disini akan disajikan hingga rencana pembagian
unit lingkungan. Secara garis besar pembagian unit lingkungan bertujuan untuk mengefisienkan pelayanan
hingga terjangkau oleh semua penduduknya serta sebagai alat untuk menciptakan mekanisme kehidupan
LAPORAN RENCANA
III - 46
Gambar 3 - 17
Rencana Pengembangan jaringan Telepon
Asal 3-23
LAPORAN RENCANA
III - 47
Gambar 3-18
Rencana Pembagian Unit Lingkungan dan Fungsinya
Asal 3-2
LAPORAN RENCANA
III - 48
3.3.2 Kemampuan Daya Tampung Tiap-tiap Unit Lingkungan Bagi Pengembangan Kegiatan
Fisik/Terbangun.
Kemampuan daya tampung tiap unit lingkungan ini pada dasarnya untuk melihat seberapa besar
potensi tiap-tiap unit lingkungan untuk menampung kegiatan pembangunan fisik perkotaan. Untuk melihat
Luas lahan potensial pada Unit Lingkungan 1 adalah 48,94 Ha yang terdiri dari : lahan potensial untuk
kemampuan setiap unit lingkungan dalam menampung kegiatan pembangunan fisik ini dapat dilihat dari
pengembangan kota 27,65 Ha, lahan limitasi 18,42 Ha dan lahan terbangun 2,87 Ha.
besarnya lahan potensial yang tersedia pada setiap unit lingkungan, mengacu pada hasil penilaian analisis
Jenis sarana dan prasarana yang akan dialokasikan di Unit Lingkungan 1 (satu) ini terdiri dari :
kemampuan lahan dapat diketahui ketersediaan lahan potensial masing-masing unit lingkungan yang
Permukiman, Pemerintahan dan Pelayanan Umum (Alternatif 2), Pendidikan, Perdagangan Lokal,
Berdasarkan hasil analisis sebelumnya telah diketahui lahan potensial yang tersedia di Kawasan
Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari adalah seluas 223,04 hektar. Untuk lebih jelasnya kemampuan
1. Permukiman
daya tampung untuk pengembangan fisik tiap unit lingkungan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
Permukiman yang akan dikembangkan adalah perumahan terbatas, artinya pengembangan yang
Ampek Nagari dapat dilihat pada Tabel III - 20 dan gambar 3 - 19.
Tabel III - 20
Kemampuan Daya Tampung
Untuk Pengembangan Pembangunan Fisik Perkotaan
Tiap Unit Lingkungan Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
No
1
2
3
4
5
Luas Unit
Lingkungan (Ha)
48.94
117.96
116.15
77.78
Luas Lahan
Limitasi (Ha)
27.65
18.42
5.25
95.89
48.51
61.68
44.22
26.20
97.41
Luas Lahan
Terbangun (Ha)
2.87
Adapun jumlah unit rumah yang direncanakan sebanyak 116 unit yang terdiri dari :
a. Kapling Besar 3 unit (1.200 m2)
b. Kapling Sedang 10 unit (3.000 m2)
c. Kapling Kecil 20 unit (4.000 m2).
16.72
5.92
7.31
2. Pendidikan
Saat ini telah tersedia fasilitas pendidikan yang berlokasi di Unit Lingkungan 1 berupa SD dan SLTP
masing-masing 1 unit. Pada masa yang akan datang akan dialokasikan fasilitas pendidikan berupa
106.00
8.59
Taman Kanak-kanak sebanyak 1 unit dengan lokasi akan diarahkan dekat dengan fasilitas Taman
Bermain Anak.
JUMLAH
466.64
223.04
202.19
41.41
PERSENTASE (%)
100.00
47.80
43.33
8.87
m2.
3. Perdagangan Lokal
Untuk pelayanan lokal, fasilitas perdagangan yang akan direncanakan berupa Toko 1 unit (1.200 m2)
dan Warung 1 unit (50 m2). Adapun lokasinya, untuk Toko akan diarahkan dekat dengan jalan Raya
Bawan di lingkungan permukiman, sedangkan warung di sebelah timur dekat dengan SLTP.
LAPORAN RENCANA
III - 49
Gambar 3-19
Peta luas lahan pengembangan
Asal 3-3
LAPORAN RENCANA
III - 50
4. Kesehatan
Kekurangan jumlah fasilitas kesehatan di Kota Bawan, salah satunya akan dialokasikan di Unit
Muat Barang, Jaringan Jalan, Trotoar, Taman, Lapangan Olah Raga, Pertanian Padi Sawah, Perkebunan,
dan Tempat Pembuangan Sampah.
Lingkungan 1 berupa Poliklinik dengan jumlah 1 unit (300 m2). Untuk lokasinya diarahkan bersatu
dengan kegiatan pendidikan dan Taman Bermain anak serta dapat dengan mudah dijangkau
masyarakat setempat.
1. Permukiman
Unit Lingkungan 2 ini merupakan kawasan padat penduduk yang dipengaruhi oleh adanya lokasi
Pasar. Pada kawasan ini pengembangan permukiman penduduk secara horizontal akan dibatasi
5. Peribadatan
karena dikelilingi pertanian irigasi teknis. Oleh karena itu pengembangan pada masa yang akan datang
Jumlah fasilitas peribadatan yang ada saat ini dapat dikatakan relatif belum mencukupi. Oleh karena
akan dikembangkan secara vertikal dengan jumlah lantai maksimum 2 lantai. Ada sedikit celah untuk
itu, untuk masa yang akan datang direncanakan disediakan 5 unit fasilitas peribadatan berupa
pengembangan secara horizontal yaitu di belakang pasar sebelah Barat, diamana jumlah unit rumah
Musholla/Langgar sebanyak 5 unit dengan luas 500 m2. Lokasinya tersebar pada beberapa tempat
sebanyak 6 unit yang terdiri dari tipe Besar 1 unit (400 m2), tipe Sedang 2 unit (600 m2) dan tipe Kecil 4
pendidikan.
2. Pendidikan
6. Taman
Jenis fasilitas pendidikan yang ada saat ini berupa MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) sebanyak 2 unit
Taman yang akan direncanakan adalah taman Bermain anak Kelompok 250 penduduk sebanyak 6
yang berlokasi di sebelah Barat Pasar jalan menuju ke Simpang Pili. Pada masa yang akan datang
unit (1.500 m2) yang lokasinya akan diarahkan sebagian bersatu dengan fasilitas lainnya dan sebagian
perlu penambahan 1 unit Taman Kanak-kanak sebanyak 1 unit (1.200 m2), dengan lokasi diarahkan
3. Kesehatan
Pada Unit Lingkungan 1 ini akan dialokasikan fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum (alternatif
Fasilitas yang ada saat ini berupa Puskesmas Pembantu dengan lokasi di sebelah Timur Pasar
2) yang terdiri dari : Kantor Koramil, Kantor KUA, Kantor Pos, Kantor PDAM, Kacabdin Pendidikan,
menuju Batu Kambing. Keberadaan fasilitas tersebut dirasa kurang mencukupi, sehingga pada masa
Kacabdin Pertabunhut, Kacabdin Peperla dan Kantor Telkom. Lokasinya akan diarahkan di sekitar
yang akan datang direncanakan adanya penambahan fasilitas Puskesmas Utama. Fasilitas kesehatan
SLTP 7, dimana masyarakat sudah menyediakan lahan seluas 2 Ha. Luas untuk fasilitas tersebut
yang akan dialokasikan berupa Poliklinik, Tempat Praktek Dokter dan Apotik, masing-masing 1 unit
Untuk Puskesmas Utama dialokasikan di dekat SLTP daerah Ambalau, Poliklinik lokasinya diarahkan
bersatu dengan fasilitas pendidikan, tempat Praktek Dokter di tengah lingkungan permukiman dan
B. Unit Lingkungan 2 ( UL - 2 )
Luas lahan Unit Lingkungan 2 adalah 117,96 Ha yang terdiri dari : lahan potensial pengembangan kota
5,25 Ha, lahan limitasi 95,89 Ha dan lahan terbangun 16,72 Ha.
Sarana dan prasarana perkotaan yang akan dikembangkan terdiri dari : Permukiman, Pendidikan,
Kesehatan, Peribadatan, Jasa, Industri Kecil, Pergudangan, Sub Terminal, Perparkiran, Tempat Bongkar
LAPORAN RENCANA
III - 51
Gambar 3-20.a
Rencana Pemanfaatan Ruang UL-1
LAPORAN RENCANA
III - 52
4. Peribadatan
9. Perparkiran
Saat ini sudah tersedia fasilitas peribadatan berupa Mesjid Raya (di belakang Pasar) dan
Parkir kendaraan pribadi saat ini bercampur dengan kegiatan parkir umum dan perdagangan. Pada
Musholla/Langgar yang tersebar di beberapa tempat. Namun demikian, karena dianggap belum
masa yang akan datang direncanakan adanya lokasi parkir khusus di sekitar pasar dengan luas lahan
mencukupi, maka pada masa yang akan datang perlu penambahan berupa Musholla/Langgar
3.000 m2. Sistem parkir yang direncanakan adalah Of Stret Parking (parkir di pinggir jalan) dengan
sebanyak 5 unit dengan luas 500 m2. Lokasinya akan diarahkan pada beberapa tempat di tengah-
Fasilitas jasa yang dimaksud adalah jasa Perbankan, Perbengkelan, Pertukangan (Tukang
- Rencana peningkatan jalan terdiri dari : Fungsi Arteri Primer (Damaja 13 m, Damija 23 m, Dawasja
Kayu/Perabot, Tukang Jahit dan Tukang Cukur), yang pada saat ini terkonsentrasi di UL - 2 mendekati
40 m) adalah Jalan Raya Bawan sepanjang 850 m, Fungsi Lokal Primer (Damaja 6 m, Damija 14 m,
keramaian pasar. Pada masa yang akan datang kegiatan ini perlu dilokalisir dan ditata sedemikian
Dawasja 26 m) adalah jalan menuju Batu Kambing sepanjang 500 m, dan Fungsi Lokal Sekunder
rupa agar tidak menggangu kegiatan lainnya. Luas lahan yang dibutuhkan adalah 2000 m2 yang akan
ditempatkan di sekitar pertigaan jalan Raya Bawan menuju jalan arah ke Simpang Pili.
- Rencana pembangunan jalan : Jalan Lingkar Timur (fungsi Lokal Primer) sepanjang 3.500 m, dan
jalan lingkungan (fungsi Lokal Sekunder) sepanjang 32.000 m.
6. Industri Kecil
Untuk mewadahi potensi yang dihasilkan seperti : Padi, Kelapa Kopra, Kelapa Sawit, Jeruk, dan
Pinang serta potensi yang sedang berkembang yaitu Indutri Rumah Tangga berupa pembuatan Profil
Agar kegiatan perdagangan lebih lancar, maka lokasi bongkar muat barang yang datang dan pergi
Bangunan (Gypsum) dan Asbes, maka perlu disediakan lahan untuk pengembangan Industri Kecil
lebih terorganisir, serta akan dialokasikan khusus tempatnya di sekitar pasar dengan luas lahan 1.000
yang terlokalisir seluas 15.000 m2 yang lokasinya diarahkan di sebelah Timur Jalan Raya Bawan dekat
m2.
Trotoar yang berfungsi selain untuk pejalan kaki, juga untuk menambah keindahan kota. Untuk itu
Saat ini di UL - 2 belum tersedia pergudangan, maka pada masa yang akan datang dalam rangka
pada kawasan UL - 2 direncakan pembangunan Totoar khususnya sepanjang Jalan Raya Bawan dan
menstabilkan harga pasaran perlu disediakan stok penyimpanan barang berupa Gudang. Lokasinya
Taman yang dimaksud adalah ruang terbuka yang dipakai selain tempat bermain anak juga untuk olah
Saat ini belum tersedia sarana Transportasi berupa Sub Terminal, sehingga angkutan umum mangkal
raga terbuka. Taman yang direncanakan pada UL - 2 adalah taman kelompok 2.500 penduduk yang
di depan Pasar. Kondisi ini tentunya mengganggu kegiatan lainnya terutama pada hari pasar. Masa
dibutuhkan sebanyak 1 unit dengan 1.250 m2. Lokasinya diarahkan pada kawasan di belakang Pasar
yang akan datang direncanakan adanya sebuah Sub Termnial dengan 10.000 m2 dengan lokasi
bersatu dengan Lapangan Olah Raga terbuka dengan luas 300 m 2. Disamping itu, disediakan juga
diarahkan di sebelah timur Pasar arah jalan menuju Batu Kambing. Adanya Sub Terminal ini
Taman kelompok 250 penduduk sebanyak 2 unit (500 m2) yang dialokasikan di sekitar fasilitas
III - 53
pendidikan. Taman dan Lapangan Olah Raga terbuka tersebut berfungsi pula sebagai salah satu
penghijauan kota.
Pertanian padi sawah yang ada telah ditunjang dengan pengairan Irigasi Teknis. Sedangkan untuk
DIPERTABUNHUT, Kantor PDAM (ranting), Kantor TELKOM, Kacabdin Pendidikan, dan K PLN
perkebunan yang ada berupa kebun Kelapa Sawit dan Kelapa Kopra. Kedua kegiatan tersebut luasnya
Saat ini fasilitas pendidikan yang ada di Unit Lingkungan 3 berupa fasilitas SMU sebanyak 1 unit.
Saat ini belum tersedia TPSS secara khusus, sehingga pengelolaan sampah dilakukan secara
Sedangkan pada masa yang akan datang akan dialokasikan 1 unit Sekolah Taman Kanak-kanak (TK)
Individu. Pada masa yang akan datang perlu disediakan dengan lokasi khusus yang akan diarahkan
dengan luas 1.200 m2 yang lokasinya bersatu dengan fasilitas Taman yang akan direncanakan.
pada dua tempat yakni di lingkungan Pasar dan di lingkungan permukiman. Masing-masing TPS
membutuhkan luas 100 m2 dengan kontruksi tembok berupa bangunan bak terbuka. Disamping itu,
4. Peribdatan
pengelolaanya untuk sampah rumah tangga maupun sampah lingkungan Pasar disarankan dalam
Jenis fasilitas peribadatan yang direncanakan akan dialokasikan di Unit Lingkungan 3 adalah berupa
satu kesatuan dibawah manajemen pemerintahan terkecil (Jorong atau Nagari). Sampah-sampah yang
Musholla atau langgar sebanyak 4 unit dengan luas 400 m2. Lokasinya terdistribusi pada beberapa
terkumpul dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada di Suayan (arah ke Utara kota)
Jenis fasilitas perdagangan yang akan dialokasikan adalah perdagangan skala lokal berupa warung
sebanyak 1 unit (50 m2). Lokasinya diarahkan berada di tengah-tengah lingkungan permukiman.
6. Olah Raga
dikembangkan 48,51 Ha, luas lahan limitasi 61,68 ha dan luas lahan terbangun 5,92 Ha.
Rencana fasilitas Olah Raga pada Unit Lingkungan 3 adalah Lapangan Olah raga Terbuka dengan
Jenis sarana dan prasarana yang direncanakan pada Unit Lingkungan 3 adalah : Permukiman,
luas 300 m2. Lokasinya direncanakan bersatu dengan Taman Bermain anak yang akan direncanakan.
Pemerintahan dan Pelayanan Umum (alternative - 1), Pendidikan, Peribadatan, Perdagangan, Jasa, Olah
Raga, Taman dan Jaringan Jalan.
7. Taman
Untuk skala lingkungan, pada lokasi ini direncanakan akan disediakan sebuah taman skala 250
1. Permukiman
Pengembangan permukiman yang diarahkan adalah permukiman tipe campuran yang pelaksanaannya
penduduk yang tersebar pada beberapa tempat sebanyak 12 unit (3.000 m2). Lokasinya tersebar pada
beberapa tempat bersatu dengan fasilitas lainnya.
oleh pengembang. Jumlah unit rumah yang akan dikembangkan sebanyak 57 unit yang terdiri dari tipe
Besar 6 unit (2.400 m2), tipe Sedang 17 unit (5.100 m2), dan tipe Kecil 34 unit (6.800 m2). Lokasinya
akan diarahkan mengelompok dengan perkantoran pemerintahan dan pelayanan umum.
LAPORAN RENCANA
III - 54
Gambar 3-20.b
Peta Rencana Pemanfaatan Ruang UL-2
LAPORAN RENCANA
III - 55
8. Jaringan Jalan
Rencana jaringan jalan di Unit Lingkungan 3 terdiri dari :
Rencana fasilitas Olah Raga yang ada pada Unit Lingkungan 4 adalah berupa Lapangan Sepak Bola,
- Rencana pembangunan jalan baru dengan fungsi Lokal Sekunder sepanjang 1.400 m 2.
sedangkan kegiatan rekreasi yaitu berupa permainan Bilyard yang berlokasi di Simpang padang
Kalam. Sedangkan pada masa yang akan datang direncanakan adanya penambahan Lapangan Olah
raga Terbuka dengan luas 300 m2. Lokasinya direncanakan bersatu dengan Taman Bermain anak
yang akan direncanakan.
6. Taman
kota 44,42 Ha, lahan limitasi 26,20 Ha dan lahan terbangun 7,31 Ha. Sedangkan fasilitas yang akan
Untuk skala lingkungan, pada lokasi ini direncanakan akan disediakan sebuah taman skala 250
dialokasikan terdiri dari : Permukiman, Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Perdagangan, Olah Raga dan
penduduk yang tersebar pada beberapa tempat sebanyak 7 unit (1.750 m2). Lokasinya tersebar
1. Permukiman
7. Jaringan Jalan
Pengembangan permukiman yang diarahkan adalah permukiman tipe campuran yang pelaksanaannya
oleh pengembang. Jumlah unit rumah yang akan dikembangkan sebanyak 53 unit yang terdiri dari tipe
- Rencana peningkatan jalan dengan fungsi Arteri Primer sepanjang 750 m dan fungsi Lokal Primer
Besar 5 unit (2.000 m2), tipe Sedang 16 unit (4.800 m2), dan tipe Kecil 32 unit (6.400 m2). Lokasinya
akan diarahkan di sekitar Lapangan Sepak Bola Simpang Padang Kalam.
600 m.
- Rencana pembangunan jalan baru dengan fungsi Lokal Sekunder sepanjang 32.000 m2 dan fungsi
Lokal Primer (Jalan Lingkar Timur) 3.500 m.
2. Pendidikan
Saat ini belum tersedia fasilitas pendidikan di Unit, sedangkan pada masa yang akan datang akan
dialokasikan 1 unit Sekolah Taman Kanak-kanak (TK) dengan luas 1.200 m2 yang lokasinya bersatu
dengan fasilitas Taman yang akan direncanakan.
3. Peribdatan
pengembangan kota 97,41 Ha, lahan limitasi 0 Ha dan lahan terbangun 8,59 Ha.
Jenis fasilitas peribadatan yang direncanakan akan dialokasikan di Unit Lingkungan 4 adalah berupa
Jenis sarana dan prasarana yang akan dialokasikan di Unit Lingkungan 1 (satu) ini terdiri dari :
Musholla atau langgar sebanyak 6 unit dengan luas 600 m2. Lokasinya didistrribusikan pada beberapa
Permukiman, Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Perdagangan Lokal, Hiburan dan Budaya, Pelayanan
4. Perdagangan
Jenis fasilitas perdagangan yang akan dialokasikan adalah perdagangan skala lokal berupa warung
sebanyak 1 unit (50 m2). Lokasinya diarahkan berada di sekitar Simpang Padang Kalam.
LAPORAN RENCANA
III - 56
Gambar 3-20.c
Rencana Pemanfaatan Ruang UL-3.
LAPORAN RENCANA
III - 57
Gambar 3-20.d
Rencana Pemanfaatan Ruang UL-4
LAPORAN RENCANA
III - 58
1. Permukiman
6. Peribadatan
Permukiman yang akan dikembangkan adalah perumahan terbatas, artinya pengembangan yang
Jumlah fasilitas peribadatan yang direncanakan di Unit Lingkungan 5 adalah berupa Mesjid
Lingkungan sebanyak 1 Unit (300 m2) dan Musholla/Langgar sebanyak 8 unit (800 m2). Lokasi Mesjid
tipe campuran mulai tipe Kecil dengan luas kapling 200 m2, tipe Sedang 300 m2 dan tipe Besar 400 m2.
lingkungan akan dialokasikan di sekitar permukiman dekat dengan fasilitas lainnya, sedangkan
Musholla/ Langgar tersebar di beberapa tempat di tengah-tengah kelompok permukiman atau dekat
Adapun jumlah unit rumah yang direncanakan sebanyak 116 unit yang terdiri dari :
3. Pendidikan
dengan luas masing-masing 1000 m2, 830 m2 dan 830 m2. Fasilitas tersebut selain dimanfaatkan untuk
Saat ini belum tersedia fasilitas pendidikan yang berlokasi di Unit Lingkungan 5. Pada masa yang akan
masyarakat di Unit Lingkungan 5, juga untuk skala pelayanan Kota maupun Kecamatan. Lokasi
datang, sehubungan pada kawasan ini akan dikembangkan untuk permukiman baru, maka akan
fasilitas untuk Balai Pertemuan akan ditempatkan di tengah-tengah permukiman baru, untuk Gedung
dialokasikan fasilitas pendidikan yang terdiri dari : TK 3 unit dengan 3.600 m 2, SD 1 unit dengan luas
Serba Guna di sekitar Dusun Simpang Pudung dan untuk Balai Pertemuan di sekitar Simpang Padang
1.000 m2, SLTP 1 unit dengan luas 2.700 m2 dan SLTA 1 unit dengan luas 2.700 m2. Lokasinya akan
Kalam.
diarahkan pada kawasan permukiman baru dan tersebar pada beberapa tempat dan sebagian akan
dikelompokkan dengan fasilitas lainnya.
8. Pelayanan Umum
Fasilitas Pelayanan Umum yang dimaksud adalah berupa SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar
4. Perdagangan Lokal
Umum) sebanyak 1 unit (1.500 m2) yang lokasinya diarahkan dekat dengan Kantor Polsek. Rencana
Untuk pelayanan lokal, fasilitas perdagangan yang akan direncanakan berupa Toko 2 unit (2.400 m 2)
SPBU ini didasarkan karena saat ini SPBU yang paling dekat di Manggopoh dan Simpang Empat yang
dan Warung 2 unit (100 m2). Lokasinya, untuk Toko diarahkan di sekitar Simpang Padang Kalam,
serta dapat dengan mudah dijangkau masyarakat setempat. Sedangkan untuk Tempat Praktek Dokter
berlokasi di tengah-tengah lingkungan permukiman.
10. Taman
Taman yang akan direncanakan adalah taman Bermain anak Kelompok 2.500 penduduk sebanyak 3
unit (3.750 m2) yang lokasinya akan diarahkan sebagian bersatu dengan fasilitas lainnya dan sebagian
tersebar di tengah kelompok permukiman. Disamping itu, direncanakan pula taman kelompok
LAPORAN RENCANA
III - 59
penduduk 250 penduduk sebanyak 8 unit (2.000 m2). Lokasinya didistribusikan pada beberapa tempat
- Setaip ruas jalan utama (berupa pepohonan dengan jenis tanaman yang diperkirakan mampu menahan
ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area kawasan maupun dalam bentuk area
memanjang/jalur, dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka dan pada dasarnya tanpa bangunan.
1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Yang termasuk kawasan lindung ini terdiri dari :
Dalam ruang terbuka hijau, pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau atau tanaman atau tumbuh-
Kawasan resapan air dan kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahan lainnya.
tumbuhan secara alamiah ataupun budi daya seperti : pertanian, perkebunan dan sebagainya. Tujuan
Sempadan Pantai, Sungai, sekitar Danau dan Waduk, sekitar Mata Air, dan kawasan terbuka hijau kota
pembentukan ruang terbuka hijau adalah disamping untuk meningkatkan mutu lingkungan yang nyaman,
segar, indah, bersih dan sebagai sarana pengaman lingkungan. Juga untuk menciptakan keserasian
lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk masyarakat.
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan taman Wisata alam lainnya.
Fungsi-fungsi ruang terbuka hijau ini secara rinci dapat dijelaskan sebagi berikut :
Kawasan letusan Gunung Merapi, rawan gempa, rawan tanah longsor, rawan gelombang pasang dan
b. Sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan keindahan lingkungan.
rawan banjir.
Di Kota Bawan, kawasan-kawasan yang perlu dilindungi yaitu Sempadan Sungai dan saluran Irigasi
e. Sebagai sarana pendidikan dan penelitian lingkungan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran
lingkungan.
f.
Sempadan Sungai masing-masing 15 m dari bibir Sungai. Sedangkan untuk saluran Irigasi akan dibebaskan
dari berbagai bangunan (kecuali bangunan penunjang Irigasi) dengan garis sempadan 1 sampai dengan 3
diasumsikan 20 % dari luas lahan yang akan dikembangkan ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau. RTH yang
di maksud bisa berupa jalur hijau, taman, kuburan, lahan pertanian atau perkebunan yang dipertahankan dan
sebagainya.
polusi. Disamping itu, daerah-daerah yang perlu diberikan jalur hijau adalah :
LAPORAN RENCANA
III - 60
Gambar 3-20.e
Peta rencana Pemanfaatan Ruang
LAPORAN RENCANA
III - 61
Ada tiga kriteria utama sebagai dasar pertimbangan penentuan lokasi RTH, yaitu sebagai berikut :
Tabel III - 21
Kriteria Pemilihan Vegetasi
Pada Lahan Peruntukan Ruang Terbuka Hijau
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
1. Letak/ Lokasi
RTH dikembangkan sesuai dengan kawasan peruntukan ruang kota yaitu:
a. Kawasan permukiman kepadatan tinggi, sedang dan rendah
b. Kawasan industri
Kriteria vegetasi
Karakteristik tanaman :
Tidak bergetah/ beracun, dahan tidak mudah patah, prakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun
setengah rapat dan sampai rapat.
Jenis ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain seimbang.
Kecepatan tumbuh sedang.
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Jenis tanaman tahunan dan musiman, dan jarak tanaman setengah rapat.
02 Hutan Kota
03 Rekreasi Kota
04 Kegiatan Olahraga
05 Kuburan/ Pemekaman
c. Kawasan perkantoran
d. Kawasan pendidikan
e. Kawasan jalur hijau
f.
Kawasan Sungai
06 Pertanian
08 Pekarangan
Karakteristik tanaman :
Tidak bergetah/ beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun
setengah rapat dan sampai rapat, ketinggian vegetasi bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain
seimbang.
Kecepatan tumbuh sedang.
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Jarak tanaman rapat.
Karakteristik tanaman :
Tidak bergetah/ beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi
Kecepatan tumbuh sedang.
Jenis tanaman tahunan dan musiman.
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Karakteristik tanaman : perakaran tidak mengganggu pondasi , struktur renggang sampai setengah rapat,
dominan warna hijau.
Jenis tanaman tahunan dan musiman.
Berupa tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Jarak tanaman renggang sampai setengah rapat.
Karakteristik tanaman : Struktur daun rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak mengganggu pondasi.
Berupa habitat tanaman budidaya
Jarak tanaman setengah rapat sampai rapat
bila ditimpa angin kencang. Sedangkan pertumbuhan daunnya haruslah yang tidak teralu merambat,
sehingga merusak permukaan ( tanggul ) pinggiran jalan. Lebih dari itu pohon-pun boleh yang kelewat
teduh, agar jalan cepat kering bila ketimpa hujan, syarat terakhir, akar pohon peneduh cukup kuat
bertahap terhadap guncangan arus lalu lintas, dan yang lebih penting lagi pohonnya tidak mudah kena
panyakit dan hama.
LAPORAN RENCANA
III - 62
Gambar 3-21
Peta Rencana RTH
LAPORAN RENCANA
III - 63
Gambar 3-22.a
Contoh manfaat vegetasi
Asal 3-5
LAPORAN RENCANA
III - 64
Gambar 3-22.b
Contoh manfaat vegetasi
Asal 3-6
LAPORAN RENCANA
III - 65
Keterangan tambahan dari tabel III - 21 tersebut ( beberapa syarat yang harus dipenuhi ) :
suatu lingkungan kawasan menjadi lingkungan yang teratur, aman, sehat serta mempertimbangkan dan
memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan.
Jalur hijau untuk kawasan konservasi ( daerah resapan, bibir bibir sungai, dan daerah dengan
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari rencana pengaturan intensitas penggunaan ruang wilayah
Jenis vegetasi harus memiliki perakaran yang dalam dan bercabang banyak.
a. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman serta memenuhi kriteria keindahan lingkungan melalui
Secara khusus, vegetasi dengan jenis perakaran dalam dan laju evantranspirasi tinggi sangat cocok untuk
pengaturan dan penetapan kriteria tata letak bangunan sesuai dengan masing-masing pemanfaatan
mereduksi bahaya tanah longsor di sepanjang sisi sungai dan dii daerah dengan kemiringan lahan curam ,
ruangnya.
karena tipe vegetasi ini berfungsi efektif dalam mengurangi kelembaban tanah dalam faktor utama
b. Menciptakan lingkungan yang aman melalui pengaturan jarak antar bangunan dan ketinggian bangunan
penyebab tanah longsor di tempat itu. Sedangkan jenis vegetasi berakar dalam dengan laju
sehingga akan lebih mempermudah dalam hal penanganan bahaya kebakaran, memperjelas jarak
evapottranspirasi lebih rendah amat cocok untuk konservasi kota di daerah resapan.
pandang pengguna kendaraan, mengamankan jarak pandang kegiatan penerbangan serta memberikan
keleluasaan pergerakkan dalam suatu kawasan.
c. Dengan pengaturan ruang yang optimal, melalui pengaturan kawasan yang dapat dibangun dan tidak
Bentuk jalur hijau yang disarankan adalah vegetasi (pohon) dalam formasi berbanjar membentuk sekat
dapat dibangun memungkinkan tercipta ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk ruang terbuka hijau,
terhadap lokasi industri dan atau tamantaman di sekitar lokasi industri, dengan vegetasi utama adalah
jenis pohonpohon yang memiliki kemampuan menghasilkam oksigen ( 02 ) dan meredam polusi udara.
Sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai di atas, maka pengaturan intensitas penggunaan ruang
dilakukan melalui pendekatan, penetapan kepadatan bangunan, pengaturan ketinggian bangunan serta
Disarankan agar dipertahankan jenis tanaman khas daerah atau tanaman langka. Berdasarkan kriteria
diatas, maka jenis tanaman yang dimungkinkan bagi pengembangan ruang terbuka hijau seperti terlihat
pada tabel di atas.
maksimum ini dimaksudkan agar tercapai wujud kota secara tiga dimensi (horizontal dan vertikal) yang serasi
sesuai dengan penggunaan lahan masing-masing kawasan.
Pada prinsipnya, materi pembahasan dalam sub bab Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Kawasan
Untuk lahan-lahan yang terletak pada kawasan komersial umumnya mempunyai intensitas
Perkotaan ini adalah menjelaskan tentang pengaturan intensitas penggunaan ruang di Ibukota Kecamatan
penggunaan ruang yang tinggi, hal ini disebabkan pada umumnya kawasan komersial mempunyai nilai
Ampek Nagari.
strategis yang tinggi serta harga tanah yang tinggi sehingga intensitas penggunaan lahannya menjadi lebih
Rencana pengaturan intensitas penggunaan secara umum diarahkan untuk menciptakan hubungan
yang serasi antara manusia dengan lingkungannya, disamping itu merupakan upaya pengendalian dan
intensif, sehingga pemanfaatan ruangnya dalam pengembangannya cenderung mengarah pada bentuk
pengembangan fisik secara vertikal.
pengawasan bangunan, guna menjaga keteraturan bangunan, tata letak bangunan serta aspek keselamatan
dan kelestarian lingkungan. Secara khusus rencana intensitas penggunaan ruang ditujukan untuk mengatur
LAPORAN RENCANA
III - 66
Sebaliknya untuk kawasan-kawasan yang terletak jauh di luar kawasan komersial (kawasan
permukiman) umumnya nilai strategisnya lebih rendah serta nilai tanahnya lebih murah sehingga intensitas
penggunaan lahannya menjadi kurang intensif dan pengembangan fisiknya cenderung secara horizontal.
Dengan gambaran seperti di atas, rencana intensitas penggunaan ruang di Kawasan Perkotaan
Tabel III - 22
Rencana KDB Dan KLB
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010
Min
Mak
UNIT LINGKUNGAN 1
DUSUN AMBALAU
Permukiman
Pendidikan Dasar dan Menengah
Peribadatan
Perdagangan Lingkungan
Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Olahraga terbuka
Taman
Ruang Terbuka Hijau dan Konservasi
50-65
50-60
50-60
60-70
50-60
10
10
0
0,50-0,65
0,50-0,60
0,50-0,60
0,60-0,70
0.50-0,60
0
0
0
1,00-1,30
1,00-1,20
1,00-1,20
1,20-1,40
1.00-1,20
0
0
0
UNIT LINGKUNGAN 2
BLOK PASAR
Permukiman
Pendidikan Dasar dan Menengah
Sub Terminal dan Perparkiran
Kesehatan
Peribadatan
Perdagangan Lingkungan
Pergudangan
Olahraga terbuka
Taman
Kuburan
Ruang Terbuka Hijau dan Konservasi
50-65
50-60
70-80
50-60
50-60
60-70
70-80
10
10
10
0
0,50-0,65
0,50-0,60
2,10-2,40
0,50-0,60
0,50-0,60
0,60-0,70
2,10-2,40
0
0
0
0
1,00-1,30
1,00-1,20
3,50-4,00
1,00-1,20
1,00-1,20
1,20-1,40
3,50-4,00
0
0
0
0
50-65
50-60
0,50-0,65
0,50-0,60
1,00-1,30
1,00-1,20
UNIT LINGKUNGAN 3
KECAMATAN
Permukiman
Pendidikan Dasar dan Menengah
Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Kesehatan
Peribadatan
Perdagangan dan Jasa Kota
Perdagangan Lingkungan
Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Ruang Terbuka Hijau dan Konservasi
Olahraga
Taman
50-60
50-60
70-80
60-70
50-60
0
10
10
0,50-0,60
0,50-0,60
2,10-2,40
0,60-0,70
0.50-0,60
0
0
0
1,00-1,20
1,00-1,20
3,50-4,00
1,20-1,40
1.00-1,20
0
0
0
UNIT LINGKUNGAN 4
SIMPANG PADANG KALAM
Permukiman
Pendidikan Dasar
Peribadatan
Perdagangan Lingkungan
Olahraga Terbuka
Taman
Ruang Terbuka Hijau Konservasi
40-60
40-60
40-60
60-70
10
10
0
0,40-0,60
0,40-0,60
0,40-0,60
0,60-0,70
0
0
0
0,80-1,20
0,80-1,20
0,80-1,20
1,20-1,40
0
0
0
UNIT LINGKUNGAN 5
DUSUN SIMPANG BAMBU
KUNING
Permukiman
Pendidikan
Kesehatan
Peribadatan
Gedung Budaya
Perdagangan Lingkungan
Gedung Pertemuan
Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Olahraga dan Ruang Terbuka
Taman
Ruang Terbuka Hijau dan Konservasi
40-60
40-60
40-60
40-60
60-70
60-70
60-70
40-60
10
10
0
0,40-0,60
0,40-0,60
0,40-0,60
0,40-0,60
0,60-0,70
0,60-0,70
0,60-0,70
0,40-0,60
0
0
0
0,80-1,20
0,80-1,20
0,80-1,20
0,80-1,20
1,20-1,40
1,20-1,40
1,20-1,40
0.80-1,00
0
0
0
b. Jenis kegiatan yang dikembangkan pada kawasan yang bersangkutan, dalam hal ini jenis pemanfaatan
ruang yang direncanakan.
c. Kemampuan lahan perkotaan dalam menampung kegiatan pembangunan, dalam hal ini kemampuan lahan
perkotaan dapat dilihat dari lahan potensial dan lahan limitasi fisik (analisis fisik kemampuan lahan
perkotaan).
d. Aspek estetika lingkungan, berkaitan dengan keindahan lingkungan serta aspek-aspek perancangan
arsitektur kawasan.
e. Kondisi eksisting kawasan, jenis penggunaan lahan yang saat ini sedang berlangsung.
Berdasarkan pertimbangan di atas, dapat ditentukan KDB dan KLB di tiap-tiap Blok Perencanaan (unit
lingkungan) dalam Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, seperti terlihat pada Tabel III - 22
dan gambar 3 - 23.
Hasil pengaturan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) ini erat kaitannya dengan jumlah lantai maksimum
yang diusulkan pada setiap kawasan. Oleh karena itu, pengaturan jumlah lantai maksimum bangunan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana pengaturan Koefisien Lantai Bangunan (KLB).
Pengaturan ketinggian bangunan merupakan seperangkat ketentuan pengaturan mengenai ketinggian
maksimum bangunan pada masing-masing unit lingkungan.
Dalam penentuan ketinggian bangunan ini beberapa pertimbangan yang mendasari penentuan
ketinggian bangunan ini, antara lain :
b. Jumlah lantai maksimum yang direncanakan.
c. Tinggi vertikal setiap lantai bangunan adalah 4 meter.
d. Tinggi atap bangunan tidak bertingkat maksimum 7 meter dari lantai dasar.
Dengan ketentuan tersebut dapat ditentukan ketinggian maksimum bangunan dalam suatu kawasan
adalah seperti terlihat pada Tabel III - 23.
LAPORAN RENCANA
KLB
KDB
(%)
Unit Lingkungan
III - 67
Gambar 3-23
Rencana KDB/KLB
Asal 3-13
LAPORAN RENCANA
III - 68
Tabel III - 23
Rencana Ketinggian Bangunan
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010
No
Jumlah Lantai
1 Lt
Rencana pengaturan sempadan pagar penentuannya dihitung mulai dari sumbu jalan ke arah setiap lahan
2 Lt
11
peruntukan yang menghadap ke jalan tersebut. Adapun besar-kecilnya lebar/jarak sempadan pagar dari
3 Lt
15
sumbu jalan, ditentukan dengan perhitungan setengah dari daerah milik jalan pada jalan yang
a. Sempadan Pagar
bersangkutan, dengan demikian dapat artikan bahwa sempadan pagar setiap lahan peruntukan adalah
berimpit atau sama dengan batas daerah milik jalan. Untuk lebih jelasnya rencana pengaturan sempadan
pagar masing-masing kawasan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ditetapkan
seperti terlihat pada Tabel III - 24 dan Gambar 3 - 24 dan Gambar 3 - 25.
bangunan yang teratur dan memenuhi kriteria keamanan, kelestarian dan keindahan lingkungan, oleh sebab
Tabel III - 24
Rencana Sempadan Pagar Pada Kawasan
Setiap Fungsi Jalan Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
itu sasaran yang ingin terwujud dari rencana pengaturan sempadan bangunan ini adalah :
a. Terwujudnya lingkungan yang teratur yang memenuhi kriteria keamanan lingkungan, kelestarian
lingkungan dan keindahan lingkungan.
b. Tersedianya ketentuan teknis pembangunan lingkungan terutama untuk lahan yang dapat dibangun dan
lahan-lahan yang tidak boleh dibangun.
c. Tersedianya ketentuan teknis yang jelas mengenai batas antara petak peruntukkan dengan Daerah Milik
Arteri Primer
Damija
(Meter)
23
Lokal Primer
14
Lokal Sekunder
11
5,5
No
Fungsi Jalan
Rencana pengaturan sempadan muka bangunan dan sempadan samping bangunan yang menghadap
dan pengaturan sempadan bangunan ini meliputi, pengaturan rencana sempadan pagar, rencana sempadan
jalan penentuannya didasarkan pada jarak yang dihitung mulai dari sumbu jalan ke arah petak
muka dan samping bangunan yang menghadap jalan, serta rencana sempadan belakang bangunan dan
peruntukkan yang menghadap ke jalan tersebut, yaitu sampai ujung terluar bangunan yang bersangkutan.
samping bangunan yang tidak menghadap jalan. Sehubungan dengan dengan rencana pengaturan sempadan
Besar kecilnya jarak sempadan bangunan minimal ditentukan berdasarkan penetapan Daerah
bangunan ini beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan penentuannya adalah :
Pengawasan Jalan (Dawasja) masing-masing fungsi jalan. Oleh sebab itu rencana sempadan muka
bangunan dan samping bangunan yang menghadap jalan, sama atau berimpit dengan batas terluar kiri-
Untuk lebih jelasnya rencana pengaturan sempadan muka bangunan yang menghadap jalan masingmasing kawasan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ditetapkan seperti terlihat pada
Tabel III - 25 dan Gambar 3 - 24 dan 3 - 25.
LAPORAN RENCANA
III - 69
GAMBAR 3-24
TIPIKAL KETINGGIAN DAN SEMPADAN BANGUNAN
ASAL 3-14
LAPORAN RENCANA
III - 70
GAMBAR 3-25
ASAL 3-15
JARAK ANTAR BANGUNAN
LAPORAN RENCANA
III - 71
Tabel III - 25
Rencana Sempadan Muka Bangunan
dan Samping Bangunan Yang Menghadap Jalan
No
1
2
3
Fungsi Jalan
Arteri Primer
Lokal Primer
Lokal Sekunder
Dawasja
(Meter)
40
26
16
a. Pengendalian terhadap kualitas air, kondisi fisik kawasan sekitarnya dan daerah tangkapan air kawasan
yang bersangkutan.
b. Mencegah terjadinya erosi, dan menjaga fungsi hidrologis lahan di kawasan sempadan sungai sehingga
ketersediaan tanah dan air permukaan selalu dapat terjamin.
c. Tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya yang tidak menunjang fungsi kawasan sungai.
d. Dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata dengan syarat tidak mengganggu fungsi lindung kawasan
sempadan sungai.
e. Pengendalian terhadap kemungkinan pemanfaatan kawasan yang menyalahi prinsip-prinsip lingkungan.
f.
c. Sempadan Belakang Bangunan dan Samping Bangunan Yang Tidak Menghadap Jalan
g. Bangunan yang diperkenankan hanya bangunan yang berfungsi menunjang fungsi kawasan sempadan
Rencana pengaturan sempadan belakang bangunan dan sempadan samping bangunan yang tidak
sungai.
menghadap jalan penentuannya didasarkan pada jarak yang dihitung mulai dari batas petak sampai ke
ujung terluar bangunan.
Dalam pengembangannya rencana pengaturan sempadan sungai ini seperti yang telah dikemukakan
pada bab II didasarkan pada pedoman penentuan garis sempadan (Lampiran Surat No. 625/695/ Sungai/22
Penentuan jarak sempadan belakang bangunan dan sempadan samping yang tidak menghadap jalan,
Mei 1996, dimana beberapa kebijaksanaan yang mendasari pedoman penentuan garis sempadan ini adalah :
besaran jarak minimalnya ditetapkan langsung dengan pertimbangan keamanan penjalaran dan
penanganan kebakaran, kenyamanan dan keindahan lingkungan, serta keteraturan tata letak bangunan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 Tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat
Sungai dan Bekas Sungai,
Berdasarkan pertimbangan di atas, rencana sempadan belakang bangunan dan samping bangunan yang
tidak menghadap jalan di wilayah Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari jaraknya
Mengingat bahwa kondisi sungai-sungai di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
ditetapkan minimal 1 meter, yang berarti jarak antar bangunannya minimal 2 meter. (Lihat Gambar 3 - 24
merupakan sungai yang terletak di kawasan perkotaan serta tidak bertanggul, maka berdasarkan pedoman
dan 3 - 25).
diatas dikemukakan bahwa untuk sungai dalam kawasan perkotaan dan tidak bertanggul ketentuan sempadan
sungainya adalah :
a. Sungai dengan kedalaman H < 3 meter, sekurang-kurangnya 10 meter dari sungai pada waktu ditetapkan.
Untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai.
b. Sungai dengan kedalaman 20 < H < 3 meter, sekurang-kurangnya 15 meter dari sungai pada waktu
ditetapkan.
c. Sungai dengan kedalaman H > 20 meter, sekurang-kurangnya 30 meter dari sungai pada waktu
ditetapkan.
Dengan dasar penentuan di atas rencana sempadan sungai di Kawasan Perkotaan Ibukota
Oleh sebab itu beberapa hal yang ingin dicapai dari pengembangan dan pengaturan sempadan sungai
III - 72
Tabel III - 26
Rencana Sempadan Sungai
Di Kawasan Perkotaan Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari
No
1
2
3
Nama Sungai
Sungai Bt Bawan
Sungai Bt Sitanang
Saluran Irigasi
III - 73
Gambar 3-26
Peta Rencana Perpetakan Bangunan
LAPORAN RENCANA
III - 74
Gambar 3-27
Rencana Penanganan Blok Peruntukkan
LAPORAN RENCANA
III - 75
LAPORAN RENCANA
III - 76
e. Strategis
Program pembangunan yang dalam jangka pendek tidak akan memberikan manfaat secara langsung dan
besar tetapi dalam jangka panjang akan memberikan implikasi perubahan yang mendasar dan struktural
yang akan termanifestasi dalam pola tata ruang yang akan dituju.
f.
program mana yang perlu diprioritaskan dan program mana yang harus ditangguhkan dalam indikasi program.
Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan rencana kota adalah tersedianya dana yang cukup untuk
Sehubungan dengan hal tersebut pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menentukan prioritas
program-program pembangunan tersebut, meliputi :
membiayai setiap program pembangunan kota yang telah dirumuskan. Secara yuridis, penyediaan dan
a. Pemenuhan kebutuhan
pembiayaan fasilitas pelayanan kota merupakan kewenangan dan tanggungjawab pemerintah daerah terutama
Alokasi/penyediaan sarana dan prasarana perkotaan pada setiap tahapan didasarkan pada kebutuhan yang
pada instansi yang membawahinya secara langsung. Dengan demikian dikarenakan wilayah Kecamatan Ampek
Nagari merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Agam, sehingga pembiayaan pembangunannya merupakan
kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah Kabupaten Agam. Hal ini sesuai dengan apa yang tersirat dalam
b. Keterpaduan
Seluruh program pembangunan yang dilaksanakan pada setiap tahapan harus terintegrasi secara sektoral
Unadang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 66 ayat 1, dimana kecamatan
merupakan perangkat daerah kabupaten/kota yang dipimpin oleh kepala kecamatan yang disebut camat.
Ketersediaan pembiayaan pembangunan Kabupaten Agam tergantung pada kondisi dari sumber-
sumber penerimaan, baik berupa pendapatan asli daerah (PAD, dana perimbangan pajak, bukan pajak dan
c. Efek Ganda
dana alokasi umum) maupun dana-dana lain yang sah (penerimaan dari propinsi maupun penerimaan dari
Setiap sektor pembangunan yang dikembangkan pada suatu lokasi pada tahap yang lebih awal merupakan
pusat).
sektor pembangunan yang mendasari sektor pembangunan selanjutnya serta harus mampu merangsang
perkembangan sektor pembangunan pada tahap berikutnya atau pada lokasi-lokasi lainnya.
d. Pemecahan Masalah
Program pembangunan yang dilaksanakan pada setiap tahapan harus dapat menyelesaikan persoalan yang
LAPORAN RENCANA
IV - 1
b. Dana perimbangan :
1. Pos bagi hasil pajak, yang mencakup pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan, bagi hasil PPH dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
Kemampuan pembiayaan pembangunan kota di wilayah ini yang juga terkait erat dengan pendapatan dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif sangat menentukan kemampuan daerah, di mana dengan meningkatnya
PAD akan meningkatkan pula kemampuan pembiayaan pembangunan.
Upaya lain yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah adalah menaikan tarif
pajak bagi jenis pajak yang berpotensial sejauh masih memenuhi kriteria seperti dibawah ini :
mendorong investasi, maka perlu dilakukan sedemikian rupa untuk mempertahankan equity of system.
4. Kebijaksanaan perpajakan harus dapat dipergunakan sebagai salah satu alat untuk mencapai stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi.
5. Perpajakan harus didasarkan atas prinsip keadilan.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam upaya meningkatkan penerimaan dan partisipasi masyarakat
serta warga kota dalam pelaksanaan pembangunan kota adalah sebagai berikut.
Mengingat retribusi daerah merupakan pungutan langsung yang dikenakan atas pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah, maka peningkatannya akan sangat ditentukan oleh besarnya pelayanan yang
diberikan serta kemampuan warga masyarakat dalam menikmati atau memanfaatkan pelayanan yang
Peningkatan penerimaan daerah dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan volume/ nilai bagi sumber
disediakan. Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan jumlah retribusi yang diterima tidak jauh berbeda
penerimaan yang telah ada dan memungkinkan atau berusaha untuk menggali sumber-sumber penerimaan baru
dengan upaya meningkatkan pajak daerah yaitu dengan memprioritaskan pemungutan pada jenis retribusi yang
sejauh yang dimungkinkan oleh perundang-undangan yang berlaku. Beberapa cara yang dapat ditempuh, yaitu :
a. Mengumpulkan dana dari pajak-pajak dan restribusi daerah yang tidak bertentangan atau diperbolehkan
oleh peraturan atau perundangan yang berlaku.
b. Pemerintah dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, pasar uang atau bank atau pinjaman dalam negeri
maupun dari luar negeri.
Dari point-point di atas diharapkan di masa mendatang tumbuh dan berkembang komponen yang
menjadi kontributor utama dalam mobilisasi pendapatan asli daerah. Segi-segi yang perlu diperhatikan dalam
peningkatan peranan perusahaan daerah sebagai kontributor pendapatan asli daerah adalah efisiensi dalam
pengelolaan, dalam arti pengelolaan profesional, sebab pengelolaan tanpa efisiensi akan terjadi keadaan yang
c. Ikut ambil bagian dalam pendapatan pajak sentral (pusat) yang dipungut daerah.
sebaliknya dimana pendapatan asli daerah dikhawatirkan akan menjadi beban bagi pemerintah Kabupaten
d. Pemerintah dapat menerima bantuan atau subsidi dari pemerintah propinsi atau pemerintah pusat.
Agam.
Untuk mengetahui mobilisasi dana pembangunan tersebut, berikut ini caracara dalam mobilisasi dana
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada
daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sumber dana
pembangunan yang diperoleh Pemerintah Kabupaten ini dari bagian Dana Perimbangan dengan tetap mengacu
pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah berdasarkan data dari Kabupaten Agam Dalam Angka 2003 terdiri dari :
IV - 2
a. Pos bagi hasil pajak, yang mencakup : pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan, bagi hasil PPH dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
Sedangkan sumber dana pembangunan yang diperoleh Pemerintah Kabupaten Agam dari bagian lain-
lain Penerimaan Yang Sah dengan tetap mengacu pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan data dari Kabupaten Agam Dalam
Dengan banyaknya program-program pembangunan yang memang selayaknya dibiayai oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah atasan (propinsi), maka diharapkan konstribusi penerimaan yang berasal dari
Pajak bumi dan bangunan 10 % untuk pemerintah pusat dan 90 % untuk daerah,
penerimaan pemerintah pusat maupun pemerintah propinsi tetap besar dimasa mendatang terkecuali apabila
Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan 20 % untuk pemerintah pusat dan 80 % untuk daerah,
pendapatan asli daerah atau sumber pendapatan lain telah dapat menggantikan perannya.
Sumber daya alam sektor pertambangan, kehutanan dan sektor lain 20 % untuk pemerintah pusat dan 80
% untuk daerah,
4.2.2
Dana alokasi umum ditetapkan sekurang-kurangnya 25 % dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan
APBN, dimana yang ditetapkan untuk propinsi 10 % dan Kota sebesar 90 %,
ditentukan oleh kemampuan pembiayaan/penyediaan dana yang harus dialokasikan serta tertib administrasi
Besarnya jumlah dana perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN.
pengelolaannya. Hal ini dikarenakan rencana kota yang sudah disahkan dalam bentuk Peraturan Daerah
mempunyai sifat yang mengikat. Artinya rencana tersebut sifatnya mutlak untuk dilaksanakan oleh Pemerintah
daerah baik oleh instansi-instansi vertikal, lembaga pemerintah, dan swasta maupun oleh seluruh lapisan
masyarakat. Untuk mencapai arah yang diinginkan dalam keberhasilan rencana, maka perlu dilakukan
monitoring dan pengawasan serta pengendalian pelaksanaan pembangunan.
sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga daerah tersebut terbebani kewajiban untuk membayar
Secara bersamaan perlu digalakan kesadaran masyarakat bahwa kerjasama dengan pemerintah daerah
kembali. Daerah dapat melakukan pinjaman jangka panjang guna membiayai pembangunan prasarana yang
akan membantu terlaksanannya pembangunan kota sesuai keinginan dan kepentingan baik pemerintah daerah
merupakan aset daerah dan dapat menghasilkan penerimaan untuk pembayaran kembali pinjaman serta
maupun masyarakat.
Hal yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan rencana adalah upaya pengisian rencana itu sendiri. Upaya
memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat. Pada pelaksanaanya, pinjaman daerah ini dilakukan dengan
tetap memperhatikan kemampuan daerah untuk memenuhi kewajibannya dibawah persetujuan DPRD.
tersebut tidak hanya terbatas pada alokasi yang diusahakan melalui jalur-jalur konvensional seperti proyek Pelita
Sumber-sumber yang diperoleh dari bagian pinjaman daerah sampai saat ini belum ada target anggaran
Nasional dan Daerah, proyek sektoral, proyek Inpres, dan lain-lain. Tetapi juga harus bersifat ekstensif, seperti
dan realisasinya, sehingga keberadaan peluang ini perlu dimanfaatkan dalam usaha lebih meningkatkan pula
usaha-usaha pendekatan untuk mendapatkan bantuan luar negeri dan peningkatan proyek swasta berupa
kemampuan pembiayaan pembangunan di wilayah Kabupaten Agam. Sumber dana pembangunan yang
diperoleh Pemerintah Kabupaten dari bagian Pinjaman Daerah yang belum dimanfaatkan, sebagai berikut :
a. Pos pinjaman dalam negeri.
b. Pos pinjaman luar negeri.
4.2.3
dalam bentuk tata guna lahan kota untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Atas dasar prinsip ini jelas
LAPORAN RENCANA
IV - 3
bahwa masalah tanah akan merupakan manifestasi dari keadaan lingkungan sosial ekonomi maupun kultural
Gambar 4 - 1
Undang-Undang dan Peraturan yang Dibutuhkan
Untuk Mendukung Pembangunan
kota. Dalam pelaksanaan rencana kota, terdapat beberapa hambatan yang timbul diantaranya adalah :
1. Kesulitan dalam merubah atau menambah peraturan-peraturan yang telah ada karena persoalan tersebut
mempunyai latar belakang administrative dan politis yang kompleks. Diharapkan setelah keadaan
lingkungan kota diperbaiki setidaknya akan menunjukkan perbaikan, maka kekuatan mengatur dari badanbadan berwenang dalam perencanaan kota dapat ditingkatkan.
2. Masalah penguasaan tanah milik perseorangan, kaum dan adat yang akan digunakan untuk fasilitas
pelayanan umum sering menimbulkan permasalahan yang panjang baik segi sosial, kultural dan
administrasi.
Untuk memecahakan masalah tersebut, maka pemerintah dituntut berperan lebih aktif bersama-sama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam merumuskan dan menyiapkan peraturan-peraturan
baru untuk mengantisifasi perkembangan kota di masa mendatang.
Secara garis besar perangkat perundang-undangan yang diperlukan untuk kepastian hukum dalam
pelaksanaan rencana kota dapat dilihat dalam gambar 4 - 1
Peruntukkan
Lahan kota
Rencana Kota
Yang Telah
Disahkan
Pengembangan
Wilayah Kota
Pembangunan
Fasilitas kota
Tahapan pelaksanaan pembangunan diatur dalam skala prioritas pembangunan yang meliputi hal-hal
sebagai berikut :
1. Prasarana dan sarana perkotaan yang bersifat strategis yang perlu dilaksanakan pembangunannya.
2. Rencana-rencana terperinci dan detail teknis yang perlu disusun serta program-program pembangunan yang
meliputi jenis lokasi dan besaran setiap program.
3. Cara pengelolaan prasarana dan sarana oleh pemerintah atau instansi lain.
Dari seluruh unsur-unsur strategis yang akan dikembangkan, maka prioritas pembangunan sektor tata
ruang terdiri dari :
1. Prioritas Pertama
2. Prioritas Kedua
Pengembangan dan penataan kawasan perumahan disekitar pusat kota (lingkungan Pasar Bawan) dan
sekitarnya terutama penataan kembali lingkungan perumahan kumuh dan padat. Disamping itu, untuk
Koramil, Kantor Pos, Kantor KUA, Kantor PDAM Ranting, Kacabdin Pendidikan, Kacabdin PEPERLA,
mengantisipasi perkembangan pada masa yang akan datang perlu disusun RTRK Kawasan Perdagangan.
LAPORAN RENCANA
seperti : Kantor
IV - 4
3. Prioritas Ketiga
2. Konsepsional, pemerintah dan seluruh aparaturnya harus memberikan sumber ide-ide baru, di mana
Pengembangan permukiman yang diarahkan ke sebelah selatan kota (sekitar Simpang Padang Kalam,
pemerintah dituntut tidak hanya sebagai pelaksana keputusan yang telah diambil melainkan harus
sekaligus merupakan sumber ide, saran dan pendapat tentang keputusan-keputusan yang kiranya perlu
Untuk lebih jelas mengenai rincian pembangunan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
diambil.
legalitas. Pendekatan yang bersifat legalitas disini berarti bahwa dalam menghadapi masalah dan
persoalan berusaha memecahkan dengan mengeluarkan peraturan-peraturan dan apabila peraturan
telah dikeluarkan maka persoalan menjadi terpecahkan. Pendekatan kerja aparatur pemerintah perlu
pula dirubah dari pendekatan legalitas kepada pendekatan problem solving dan action oriented, yaitu
A. Pemerintah
pendekatan yang meneliti sumber timbulnya suatu masalah dan memecahkannya secara rasional ilmiah
Hampir dalam setiap kegiatannya, pemerintah selalu mempunyai tujuan untuk meningkatkan
dan praktis, sesuai dengan kemampuan aparatur pemerintah. Dengan demikian, peranan pemerintah
kemakmuran dan keadilan bagi warganya. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah akan selalu dihadapkan
selaku inovator dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ide yang sudah usang, nilai-nilai sosial
dengan kepentingan-kepentingan individu yang berbeda satu sama lainnya baik yang berasal dari dalam
yang tidak sesuai, dan cara kerja lama serta pendekatan legalitas perlu disempurnakan dan memberikan
pemerintahan maupun dari luar pemerintahan. Adapun peran dan fungsi pemerintah dalam hal ini, meliputi :
Stabilitas dalam berbagai hal merupakan syarat utama dalam melaksanakan pembangunan, di mana tanpa
Kepeloporan pemerintah dalam pembangunan adalah sangat penting, di mana kepeloporan dalam satu
adanya kondisi yang stabil jangan berharap pembangunan akan berjalan dengan baik. Tanggung jawab
bidang akan mempunyai pengaruh yang positif terhadap bidang lainnya. Pemerintah mempelopori kegiatan-
pemerintah daerah dalam menciptakan kestabilan ini menjadi sangat besar diantaranya, meliputi :
kegiatan di mana modal dan keterampilan swasta masih terbatas sehingga lambat laun pemerintah akan
1. Stabilitas keamanan, dengan fungsi dan peranan selaku stabilisator pemerintah harus dapat menjamin
Kepeloporan yang demikian akan mempunyai pengaruh yang luas pada perluasan kesempatan kerja,
negara pada umumnya, akan tetapi pemerintah daerah harus tetap berupaya menciptakan stabilitas
perbaikan sistem pendidikan yang ada yang disesuaikan dengan permintaan terhadap tenaga kerja pada
pasaran kerja. Kepeloporan lain yang perlu dilaksanakan oleh pemerintah adalah kepeloporan objektifitas
bertindak sehingga masyarakat akan sangat hati-hati sebelum melakukan tindakan-tindakan yang
Inovasi berarti penemuan baru dalam cara-cara kerja, metode baru, sistem baru dan yang terpenting berfikir
baru. Pemerintah harus berupaya mengusahakan mencari sumber-sumber ide baru terutama yang
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan pembangunan diantaranya, meliputi :
1
Struktur pemerintah, dalam arti bahwa produktivitas aparat pemerintah itu semakin meningkat dan
pelayanan kepada masyarakat harus lebih baik.
LAPORAN RENCANA
IV - 5
Tabel IV-1
Indikasi Program
LAPORAN RENCANA
IV - 6
LAPORAN RENCANA
IV - 7
LAPORAN RENCANA
IV - 8
Fasilitator ini dituntut untuk memilah-milah kepentingan dan kebutuhan masyarakat mana yang harus
Pemerintah dalam hal ini bertindak sebagai pelayan masyarakat, di mana beberapa keuntungan yang bisa
didahulukan dan mana yang masih bisa ditangguhkan. Fasilitator ini juga harus dapat bertindak sebagai
didapatkan dengan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat diantaranya, meliputi :
mediator dan komunikator antara kebutuhan dan kepentingan masyarakat dengan kebutuhan dan kepentingan
1. Dengan memberikan pelayanan yang baik maka proses pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat
pemerintah. Dengan terjadinya komunikasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat diharapkan akan
akan menjadi lancar. Semakin baiknya pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat sudah
tercipta hubungan yang harmonis, dinamis dan saling mengisi satu sama lainnya. Dengan ini tentunya beban
barang tentu akan meningkatkan iklim yang akan menumbuh suburkan usaha-usaha masyarakat,
pemerintah dalam mengemban tugas sebagai stabilisator, inovator dan pelopor menjadi lebih ringan karena
sehingga akan memberikan tambahan biaya pembangunan bagi pemerintah berupa pajak.
2. Kekecewaan masyarakat pada pelayanan yang diberikan pemerintah memang tidak akan menimbulkan
permasalahan secara langsung. Kekecewaan ini akan terakumulasi dan pada saat-saat tertentu akan
meledak sebagai emosi masa yang tentunya akan merugikan.
3. Menjaga kepercayaan masyarakat, di mana dengan pelayanan yang baik tentunya akan menumbuhkan
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Kepercayaan ini tentunya akan mendorong kinerja
pemerintah ke arah yang lebih baik.
Mengingat sektor pembangunan kota merupakan tanggung jawab dan kewenangan pemerintah, maka
organisasi fungsional otonom dan instansi vertikal didaerah tetap memegang peranan utama. Dengan demikian
Dalam pengambilan sikap terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah, pihak swasta akan
instansi-instansi yang berada langsung dibawah Sekertariat Daerah Kabupaten Agam akan lebih dominan
berpendirian selama kegiatan tersebut dapat menguntungkan pihaknya maka mereka akan selalu
peranannya dari pada organisasi fungsional lainnya. Hal ini sejalan pula dengan kewenangan dan tugas pokok
mendukungnya. Sementara untuk LSM tidak sedikit dari mereka selalu menempatkan dirinya berseberangan
dengan pemerintah, terutama jika ada konflik antara kepentingan pemerintah dengan kepentingan masyarakat.
Sikap-sikap ini bukanlah merupakan kendala, sikap seperti ini harus dapat dimanfaatkan dalam
upayanya melakukan pembangunan. Pada sikap swasta yang selalu mementingkan keuntungan, pemerintah
B. Masyarakat
dapat mengupayakan hubungan yang saling menguntungkan malah dapat membantu pemerintah dalam
Community Base Development adalah sekelompok individu manusia yang secara sadar ataupun tidak
fungsinya sebagai inovator. Dalam sikap LSM yang kadangkala apriori terhadap pemerintah juga bukanlah
mengikuti norma-norma dan kaidah-kaidah sosial yang berlaku, berarti semua individu mengikuti norma-norma
merupakan kendala dan sikap tersebut bisa dijadikan sebagai media kontrol yang dapat menilai kinerja
dan kaidah sosial masyarakat. Masyarakat bukanlah hanya sebagai objek pembangunan saja tetapi lebih dari itu
pembangunan.
pembangunan tentunya harus dibuat suatu wadah yang mempertemukan antara berbagai keinginan dan
Pengendalian pembangunan menurut Permendagri No. 9 tahun 1982 tentang Pedoman dan
kebutuhan yang berbeda-beda tersebut. Dalam wadah pertemuan ini diperlukan anggota masyarakat yang
Pengendalian Pembangunan di Daerah adalah proses kegiatan yang megikuti, mengamati dan mendudukan
pelaksanaan pembangunan di lapangan. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
LAPORAN RENCANA
IV - 9
Wilayah No. 327/KPTS/M/2002 tanggal 12 Agustus Tahun 2002 tentang Penetapan Enam Pedoman
o RTRK (Rencana Teknik Ruang Kota/Kawasan), skala 1 : 1.000 1 : 500, digunakan sebagai acuan
Penyusunan Tata Ruang, pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota diselelnggarakan melalui kegiatan
penertiban perijinan tata letak dan rancang bangun/bukan bangunan termasuk Ijin Mendirikan Bangunan
pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang berdasarkan mekanisme, perijinan, pemberian
(IMB).
insentif dan disinsentif, pemberian kompensasi, mekanisme pelaporan, mekanisme pemantauan, mekanisme
Secara umum mekanisme perijinan pemanfaatan ruang dapat dilihat pada Gambar 4 - 2.
umum kaitannya dengan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari tahun 2005 2010, yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan fungsi dan pemanfaatan ruang
A. Insentif :
wilayah.
Perijinan yang dimaksud sebagai konfirmasi atas pemanfaatan ruang dalam proses pengendalian
pemanfaatan ruang. Sesuai dengan jenjang dan skala rencana tata ruang yang ada. Pada dasarnya dapat
ditegaskan bahwa rencana tata ruang yang dapat dijadikan acuan untuk menerbitkan suatu jenis ijin dalam
pemanfaatan ruang adalah rencana tata ruang yang lebih detail sifatnya untuk tingkat kawasan atau kecamatan.
Perijinan harus disesuaikan dengan tingkat rencana tat ruang yang diacu, seperti Ijin Prinsip, Ijin Perencanaan,
IMB, Ijin UUG/HO, AMDAL, Ijin tetap, Ijin Usaha, dan Ijin tempat Usaha (SITU). Perijinan yang terkait langsung
dengan pemanfaatan ruang adalah Ijin Lokasi, Ijin Perencanaan, dan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Jenis ijin
dan/atau pertimbangan kelayakan lingkungan adalah Ijin Undang-Undang Gangguan (IUUG/HO), dan/atau
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), sedangkan perijinan sektoral yang terkait dengan legalitas
usaha atau investasi, yaitu Ijin Prinsip, Ijin Tetap, dan Ijin Usaha.
Seringkali berbagai perijinan secara bersama-sama diterapkan dan diintegrasikan ke dalam proses
perijinan pertanahan, mulai dari ijin lokasi hingga prosedur pengajuan/pemberian hak atas tanah (Hak
Bangunan, Hak Guna Usaha, dan/atau Hak Milik). Sesuai dengan hirarki rencana tata ruang, penertiban ijin
dalam pemanfaatan ruang harus mengacu pada rencana makro (skala kota/kabupaten) dan rencana yang lebih
rinci yaitu :
o RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota, skala 1 : 100.000 1 : 50.000 digunakan sebagai acuan
penertiban perijinan lokasi peruntukan ruang untuk suatu kegiatan.
o RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota/Kawasan), skala 1 : 10.000 1: 5.000, digunakan sebagai acuan
penertiban perijinan perencanaan pembangunan (advis planning) bangunan dan bukan bangunan.
c. Bentuk Insentif.
Di bidang ekonomi dalam bentuk pemberian kompensasi pembebasan pajak dan pemberian kemudahan
sewa ruang dan atau urusan saham.
Di bidang fisik dalam bentuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana sosial ekonomi (jaringan
jalan, jaringan listrik dan telekomunikasi) dan infrastruktur lainnya.
Di bidang perijinan dalam bentuk mempermudah prosedur administrasi pemberian ijin pemanfaatan ruang.
Di bidang pelayanan informasi dalam bentuk mempermudah pemberian data/ informasi yang diberikan
dengan perencanaan dan pemanfaatan ruang.
LAPORAN RENCANA
IV - 10
Gambar 4 - 2
Mekanisme Perijinan Pemanfaatan Ruang
B. Disiinsentif
WALIKOTA/ BUPATI
Permohonan Ijin
INSTANSI TERKAIT
Penugasan Evaluasi
Evaluasi Dokumen
Melengkapi
Kekurangan Dokumen
pemanfaatan ruang.
Presentasi
a. Tujuan, mengendalikan dan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan
c. Bentuk Disinsentif
Bidang ekonomi (pengenaan pajak yang tinggi)
Tidak Sesuai
Tdk Dpt Dilaksanakan
Pemanfaatan Ruang
Tata Ruang
Merekomendasikan
Pemberian Ijin
Sesuai
Bidang perijinan (pembatasan perijinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang atau pembatalan).
Dapat Dilaksanakan
Pemanfaatan Ruang
Pemantauan
Merekomendasikan
Pemberian Ijin
Penugasan Pengawasan
Pemanfaatan Ruang dan Evaluasi
Laporan Premantauan
Pengawasan Pelaksanaan
Pemanfaatan Ruang dan Evaluasi
Laporan Pemantauan
Laporan
Hasil Evaluasi
Pelanggaran
Pemanfaatan Ruang
Tdk Ada
Merekomendasikan
Penolakanan
Indikasi
Penyimpangan
Ada
Pada dasarnya, seluruh pelaku kunci (stakeholders) pembangunan dapat dilibatkan. Jenis pelaporan
apaun yang dilakukan oleh seluruh pihak yang apresiatif terhadap kualitas tata ruang, perlu ditindaklanjuti dalam
Stop Pemanfaatan
Ruang
LAPORAN RENCANA
Merekomendasikan
Pemberian Ijin
IV - 11
Gambar 4 - 3
Mekanisme Pelaporan Pemanfaatan Ruang
kegiatan pemantauan, khususnya bagi laporan yang menunjukkan adanya pembangunan yang tidak sesuai
dengan RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.
Secara kelembagaan, pelaporan wajib dilakukan dan/atau dikoordinasikan oleh Pemerintah Kabupaten
Pemanfaatan Ruang
(Program Pembangunan dan Intensif/Disintensif)
Agam secara rutin dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang. Untuk lebih jelasnya, mekanisme pelaporan
dapat dilihat pada gambar 4 - 3.
Data Instansi
(sekunder) dan data
lapangan (primer)
Sebagaimana dalam usaha pelaporan, maka usaha mengamati, mengawasi dan memeriksa perubahan
kualitas tata ruang dan lingkungan menjadi kewajiban perangkat Pemerintah Kabupaten
Agam
Pelaporan Perubahan
Pemanfaatan Ruang
Sesuai Dengan
Pemanfaatan Ruang
sebagai
Pemantauan Pelanggaran
Pemanfaatan Ruang
Pelanggaran Pemanfaatan
Ruang
Kabupaten Agam menindaklanjuti hasil pemantauan sesuai proses dan prosedur yang berlaku.
Pada prinsipnya, pemantauan rutin terhadap perubahan Tata Ruang Kota Bawan (Ibukota Kecamatan
Akumulasi Penyimpangan
Pemanfaatan Ruang
Penyimpangan Tata
Ruang (Pemanfaatan dan
Struktur Ruang
Tipologi Pelanggaran
Ampek Nagari) dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Agam melalui pelaporan yang masuk, baik yang berasal
dari individu / masyarakat, organisasi kemasyarakatan, aparat daerah, hasil penelitian, statistik dan lainnya.
Diagram mekanisme pemantauan dan pengawasan dapat dilihat pada gambar 4 - 4.
4.4.6 Mekanisme Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan sebagai usaha untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam
Jenis Pelanggaran
(bentuk bangunan,
fungsi bangunan,
sempadan
bangunan, dll)
Akibat yang
ditimbulkan oleh
terjadinya
pelanggaran
pemanfaatan ruang
mencapai tujuan rencana tata ruang. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dan pada akhirnya tahun
Penyebab
Pelanggaran dan
penanggungjawab
pelanggaran (dari
perijinan yang
dikeluarkan)
Tipologi
penyimpangan tata
ruang (besaran,
kecenderungan dan
arah pergeseran
ruang).
membandingkan antara temuan hasil pemantauan lapangan dengan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari. Diagram mekanisme evaluasi pemanfaatan ruang pada gambar 4
- 5.
LAPORAN RENCANA
Pemantauan Pelanggaran
Pemanfaatan Ruang
IV - 12
Gambar 4 - 4
Mekanisme Pemantauan Pemanfaatan Ruang
Gambar 4 - 5
Mekanisme Evaluasi Pemanfaatan Ruang
Evaluasi Pemanfaatan Ruang
Laporan Kepada
Bupati/Walikota untuk
ditindaklanjuti
Pemberitahuan kepada
instansi terkait untuk
mempersiapkan langkah
selanjutnya
Evaluasi terhadap
pemanfaatan ruang
Evaluasi terhadap
rencana tata ruang
Evaluasi terhadap
lembaga pemberi ijin
Penertiban pelanggaran
dan penyimpangan
Tidak direvisi
(Penyimpangan masih
dalam batas dapat
diterima)
Direvisi
(pentimpangan tidak
dapat diterima)
IV - 13
penggunaannya sebagai acuan operasional pelayanan perijinan pemanfaatan ruang, namun dengan tetap
memperhatikan rencana sturktur dan arahan yang ditetapkan di dalam RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari.
Gambar 4 - 6
Mekanisme Penerapan Sanksi
HASIL EVALUASI PELANGGARAN PEMANFAATAN RUANG
Sanksi administrasi dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang yang berakibat pada terhambatnya
pelaksanaan rpogram pemanfaatan ruang. Sanksi administrasi dapat berupa :
Aparat Pemerintah :
Teguran
Pemecatan
Denda
Mutasi
Masyarakat :
Teguran
Pencabutan Ijin
Penghentian Pembangunan
Pembongkiaran
o Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan.
o Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.
Sanksi Terlaksana
Tuntutan Masyarakat
bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindakan pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum
memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka dan keluarganya.
Sanksi Pidana
Sanksi Perdata
Pelaksanaan :
Sukarela
Pemaksanaan
Dengan Persyaratan
itu, tindak pidana atas pelanggaran pemanfaatan ruang yang mengakibatkan perusakan dan pencemaran
lingkungan serta kepentingan umum lainnya dikenakan ancaman pidana sesuai dengan peraturan perundang-
Penertiban Terlaksana
undangan yang berlaku. Diagram mekanisme pengenaan sanksi dapat dilihat pada gambar 4 - 6.
LAPORAN RENCANA
IV - 14