Anda di halaman 1dari 118

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN

IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata`ala, atas rahmat dan karunia-Nya
laporan pertengahan (LAPORAN RENCANA) dalam rangka penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam ini telah selesai. Kegiatan ini kerjasama antara PT. ANIRINDO
MITRA KONSULTAN dengan Pemerintah Kabupaten Agam dalam hal ini kantor Bappeda Kabupaten Agam.
Secara garis besar materi yang terkandung dalam laporan ini adalah proses berpikir konsultan dalam
menangani penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari mulai dari tahap awal
sampai tahap akhir. Adapun materi yang dibahas terdiri dari :
a. Latar Belakang, Pengertian Dasar, Prinsip Dasar, Ruang Lingkup, Metode Pendekatan, dan Sistematika
Penyusunan Laporan.
b. Dasar Pertimbangan dan Konsep Pengembangan Ruang, Arah Perkembangan Ruang, dan Kecenderungan
Pengembangan Ruang.
d. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang, Rencana Blok Pemanfaatan Ruang, dan Pedoman
Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perkotaan.
e. Pengelolaan Pembangunan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian pekerjaan ini serta mengharapkan masukan-masukan bagi penyempurnaan materi laporan.
Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Padang, Desember 2004

PT. ANIRINDO MITRA KONSULTAN


LAPORAN

RENCANA

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Kecamatan Ampek Nagari .

II 1

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ...

ii

2.1.1 Potensi dan Permasalahan Kawasan Perencanaan .

II 1

DAFTAR TABEL ..

iv

2.1.2 Kecenderungan Perkembangan Fisik Kota

II 4

DAFTAR GAMBAR .

vi

2.1.3 Penentuan Fungsi dan Peran Ibukota Kecamatan Ampek Nagari .

II - 5

2.2 Arahan Pengembangan Tata Ruang ..

II 7

BAB I

PENDAHULUAN

2.2.1 Prinsip Dasar Pengaturan dan Pengembangan Tata Ruang Kawasan

I1

1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan

II 7

I1

2.2.1.1 Identifikasi dan Karakteristik Komponen Kegiatan

1.2 Pengertian Dasar Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) ..............................

I2

2.2.1.2 Karakteristik Umum Hubungan Fungsional Antar Komponen

1.3 Prinsip Dasar Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) .

I3

Kegiatan ..

II 8

2.2.2 Konsep Pengembangan ..

II - 9

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari .

I3

2.2.2.1 Pendekatan Teoritis Konsep Pusat Banyak (Multi Nuclei Model)

II 9

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan ..

I3

2.2.2.2 Konsep Pengembangan Pusat Pelayanan ...

II 10

1.4.2 Dimensi Waktu Perencanaan ..............................

I3

2.2.2.3 Konsep Pengembangan Jaringan Jalan ...

II 10

1.4.3 Ruang Lingkup Materi Perencanaan ..............................

I3

2.2.2.4 Konsep Pengembangan Ruang .

II - 11

1.5 Metode Pendekatan Perencanaan .

I4

1.6 Sistematika Penyusunan Laporan Rencana ..............................

I4

DASAR PERTIMBANGAN DAN KONSEP PENGEMBANGAN RUANG IBUKOTA


KECAMATAN AMPEK NAGARI ...
2.1 Dasar Pertimbangan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Ibukota

LAPORAN

II - 7

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari .

1.4 Ruang Lingkup Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan

BAB II

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ...........................................

RENCANA

II 1

BAB III

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN IBUKOTA


KECAMATAN AMPEK NAGARI ...

III 1

3.1 Tujuan Pengembangan Kawasan Fungsional Perkotaan ...

III 1

3.1.1 Tujuan

III 1

3.1.2 Sasaran ..............................

III - 2

ii

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

3.1.3 Arah Pengembangan Kota .

III 2

3.4 Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perkotaan .

III 66

3.2 Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan

III 3

3.4.1 Arahan Kepadatan Bangunan

III 66

3.2.1 Rencana Distribusi Penduduk Kawasan Perkotaan ..............................

III 3

3.4.2 Arahan Pengaturan Sempadan dan Ketinggian Bangunan ..

III 69

3.2.2 Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Kawasan Perkotaan ..

III 4

3.4.3 Arahan Garis Sempadan

III 72

3.2.2.1 Rencana Struktur Ruang Kota .

III 4

3.4.4 Arahan Perpetakkan Bangunan

III 73

3.2.2.2 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota dan Alokasi Fasilitas .

III 7

3.4.5 Rencana Penanganan Blok Peruntukkan

III - 73

3.2.2.2.1 Rencana Pemanfaatan Ruang ..

III - 7

3.2.2.2.2 Rencana Alokasi Fasilitas ..

III 9

PENGELOLAAN PEMBANGUNAN ..............................

IV 1

3.2.3 Rencana Sistem Jaringan Pergerakkan ..

III 20

4.1 Sistem Prioritas Pelaksanaan Pembangunan ...

IV 1

3.2.3.1 Rencana Sistem Transportasi Jalan ..

III 20

4.2 Pembiayaan Pembangunan .

IV 1

3.2.3.1.1 Rencana Fungsi Jalan .

III - 21

4.2.1 Peningkatan Penerimaan Daerah ..............................

IV 2

3.2.3.1.2 Rencana Sub Terminal

III 24

4.2.2 Peningkatan Aparat Pelaksana dan Pengendalian Pelaksana

IV 3

3.2.3.1.3 Rencana Perparkiran

III 24

4.2.3 Aspek Hukum dan Perundang-undangan .

IV 3

3.2.3.1.4 Rencana Trotoar ..

III 28

4.3 Perumusan Pokok-Pokok Pelaksanaan Pembangunan ..

IV 4

3.2.3.1.5 Rencana Rute Angkutan Umum

III 31

4.3.1 Tahapan Pelaksanaan Pembangunan ..............................

IV - 4

3.2.4 Rencana Sistem Jaringan Utilitas.

III 31

4.3.2 Peranan Pelaksanaan/Pelaku Pembangunan Kota ...

IV 4

3.2.4.1 Sistem Penyediaan Air Bersih .

III 31

4.4 Pedoman Pengendalian Pembangunan .

IV 9

3.2.4.2 Sistem Pengelolaan Air Limbah ..

III 34

4.4.1 Mekanisme Perijinan ...

IV 10

3.2.4.3 Drainase ..

III 37

4.4.2 Mekanisme Pemberian Insentif dan Disinsentif ..

IV 10

3.2.4.4 Sistem Pengelolaan Persampahan

III 39

4.4.3 Mekanisme Pemberian Kompensasi

IV 11

3.2.4.5 Rencana Pengembangan Listrik .

III 42

4.4.4 Mekanisme Pelaporan .

IV 11

3.2.4.6 Rencana Pengembangan Telepon .

III 44

4.4.5 Mekanisme Pemantauan

IV 12

3.3 Rencana Blok Pemanfaatan Ruang

III 46

4.4.6 Mekanisme Evaluasi

IV 12

3.3.1 Pembagian Unit Lingkungan ..

III 46

4.4.7 Mekanisme Pengenaan Sanksi .

IV - 13

BAB IV

3.3.2 Kemampuan Daya Tampung Tiap-tiap Unit Lingkungan Bagi

LAPORAN

Pengembangan Kegiatan Fisik/Terbangun .

III 48

3.3.3 Rencana Pemanfaatan Ruang Tiap Unit Lingkungan

III 49

3.3.3.1 Kawasan Budidaya Perkotaan ..............................

III 49

3.3.3.2 Kawasan Lindung ...

III 60

3.3.3.2.1 Sempadan Sungai dan Saluran Irigasi ..

III 60

3.3.3.2.2 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota ...

III 60

RENCANA

iii

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari Tahun 2010 .

Halaman

Tabel II - 1

Karakteristik Komponen Kegiatan di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ..

Tabel II - 2

Matrik Hubungan Fungsional Antar Komponen Kegiatan di Kawasan Perkotaan


Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ...

II - 8

Tabel III - 8

2010 ...

Tabel III - 4

Tabel III - 5

Tabel III - 6

LAPORAN

Tabel III - 11

III 14

Tabel III 12

III 15

III 16

III - 23

Kriteria Damaja, Damija dan Dawasja Setiap Fungsi Jalan Berdasrkan PP 26


Tahun 1985 Tentang Jalan ..........................................................

Rencana Kebutuhan Fasilitas Hiburan dan Budaya di Kawasan Perkotaan Ibukota


Kecamatan Ampek Nagari Tahun 2010 ...

Tabel III - 7

III 14

III 23

Rencana Lebar Jalan Setiap Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan Ibukota


Kecamatan Ampek Nagari .

III 24

Tabel III - 13

Rencana Kebutuhan Air Bersih di Kota Bawan Tahun 2005 2010 ..

III 33

Tabel III - 14

Perkiraan Kebutuhan Septic Tank di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan

Rencana Kebutuhan Fasilitas Perdagangan di Kawasan Perkotaan Ibukota


Kecamatan Ampek Nagari Tahun 2010 ...

Kriteria Kecepatan Rencana, Lebar Badan Jalan dan Persyaratan Setiap Fungsi
Jalan Berdasarkan PP 26 Tahun 1985 Tentang Jalan .

Rencana Kebutuhan Fasilitas Peribadatan di Kawasan Perkotaan Ibukota


Kecamatan Ampek Nagari Tahun 2010 ...

III 20

III 12

Rencana Kebutuhan Fasilitas Kesehatan di Kawasan Perkotaan Ibukota


Kecamatan Ampek Nagari Tahun 2010 ...

Rencana Distribusi Fasilitas Per Unit Lingkungan di Kawasan Perkotaan Ibukota


Kecamatan Ampek Nagari Tahun 2010 ..

Tabel III - 10
Tabel III - 3

III 19

III 4

Rencana Kebutuhan Fasilitas Pendidikan di Kawasan Perkotaan Ibukota


Kecamatan Ampek Nagari Tahun 2010 ...

Rencana Kebutuhan Fasilitas Perkotaan serta luas Ruangnya di Kawasan


Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari Tahun 2010 .

Tabel III 9b
Tabel III - 2

III 19

II 9

Rencana Distribusi dan Kepadatan Penduduk Tiap Unit Lingkungan di Kawasan


Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari Tahun 2010 .

Rencana Kebutuhan Fasilitas Pertamanan, Olah Raga Terbuka dan Ruang


Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari Tahun

Tabel III 9a
Tabel III - 1

III 18

Ampek Nagari Tahun 2005 2010 ...

III 37

Rencana Kebutuhan Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum di Kawasan


RENCANA

iv

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Tabel III - 15

Perkiraan Jumlah Produksi Air Limbah di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan


Ampek Nagari Tahun 2005 2010 ..

III 37

Tabel IV - 1

Indikasi Program Pembangunan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan


Ampek Nagari Tahun 2005 2010 ..

Tabel III - 16

Perkiraan Jumlah Timbunan Sampah serta Kebutuhan Sarana di Kawasan


Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari Tahun 2005 2010

III 39

Tabel III 17

Perkiraan Kebutuhan Listrik di Kawasan Perencanaan Tahun 2005 2010

III - 44

Tabel III - 18

Perkiraan Kebutuhan Sambungan Telepon di Kawasan Perkotaan Ibukota


Kecamatan Ampek Nagari Tahun 2005 2010 .

Tabel III - 19

III - 46

Pembagian Unit Lingkungan (UL) dan Fungsinya di Kawasan Perkotaan Ibukota


Kecamatan Ampek Nagari .

Tabel III - 20

IV - 6

III - 46

Kemampuan Daya Tampung untuk Pengembangan Pembangunan Fisik


Perkotaan Tiap Unit Lingkungan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari ..

Tabel III - 21

Kriteria Pemilihan Vegetasi pada Lahan Peruntukkan Ruang Terbuka Hijau di


Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ..

Tabel III - 22

III 71

Rencana Sempadan Sungai di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek


Nagari

LAPORAN

III 69

Rencana Sempadan Muka Bangunan dan Samping Bangunan yang Menghadap


Jalan ........................................................

Tabel III - 26

III 69

Rencana Sempadan Pagar pada Kawasan Setiap Fungsi Jalan di Kawasan


Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari

Tabel III - 25

III - 67

Rencana Ketinggian Bangunan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan


Ampek Nagari Tahun 2010 ...............................................

Tabel III - 24

III - 62

Rencana KDB dan KLB di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010 .......................................................................

Tabel III - 23

III - 49

RENCANA

III 73
v

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3 - 10

Peta Rencana Jaringan Air Bersih

III 35

Gambar 3 - 11

Contoh Jaringan Perpipaan ............................

III 36

Gambar 3 - 12

Contoh Perletakkan Septic Tank ..

III 38

Gambar 3 - 13

Peta Rencana Jaringan Drainase .

III 40

Gambar 3 - 14

Contoh Tipikal Drainase .

III 41

Gambar 3 - 15

Mekanisme Penanganan Sampah

III 43

Gambar 3 - 16

Peta Rencana Jaringan Listrik ..

III 45

Gambar 3 - 17

Peta Rencana Pengembangan Jaringan Telepon .

III 47

Gambar 3 - 18

Peta Rencana Pembagian Blok Perencanaan (Unit Lingkungan)

III 48

Gambar 3 - 19

Peta Luas Lahan Pengembangan Tiap Blok Perencanaan (Unit Lingkungan) .

III 50

Gambar 3 20a Peta Rencana Pemanfaatan Ruang UL 1 Tahun 2010 ..........................

III 52

Gambar 3 20b Peta Rencana Pemanfaatan Ruang UL - 2Tahun 2010 ...

III 55

Gambar 3 20c Peta Rencana Pemanfaatan Ruang UL 3 Tahun 2010 ..........................

III 57

Halaman

Gambar 1 1

Kerangka Pemikiran

I5

Gambar 2 - 1

Peta Arah Kecenderungan Perkembangan Kota ..

II 6

Gambar 2 2

Ilustrasi Rencana Pengembangan Kota Bawan dengan Konsep Multi Nuclei


Model (Banyak Pusat)

II 12

Gambar 3 - 1

Peta Rencana Distribusi Penduduk ..

III 5

Gambar 3 - 2

Peta Rencana Struktur Ruang ..

III 8

Gambar 3 3

Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun 2010 ..

III 10

Gambar 3 - 4

Peta Rencana Jaringan Jalan ............................

III 25

Gambar 3 - 5

Peta Rencana Fungsi Jalan ..

III 26

Gambar 3 - 6

Peta Geometrik Jalan .

III 27

Gambar 3 - 7

Konsep Tata Letak Parkir di Pinggir Jalan .

III 29

Gambar 3 - 8

Konsep Tata Letak Parkir Di luar Jalan ............................

III 30

Gambar 3 - 9

Peta Rencana Rute Angkutan Umum ..

III 32

LAPORAN

RENCANA

vi

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3 20d Peta Rencana Pemanfaatan Ruang UL 4 Tahun 2010 ..........................

III 58

Gambar 3 20e Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun 2010 ..

III 61

Gambar 3 - 21

Peta Rencana Ruang Terbuka Hijau (RTH)

III 63

Gambar 3 22a Contoh Manfaat Jalur Hijau Dalam Kota ..........................

III 64

Gambar 3 22b Contoh Jalur Hijau ...

III 65

Gambar 3 - 23

Peta Rencana KDB dan KLB .

III 68

Gambar 3 - 24

Tipikal Ketinggian dan Sempadan Bangunan .

III 70

Gambar 3 - 25

Gambar Jarak Antar Bangunan

III 71

Gambar 3 - 26

Peta Rencana Perpetakkan Bangunan

III 74

Gambar 3 - 27

Peta Rencana Penanganan Blok Peruntukkan ..

III 75

Gambar 4 - 1

Undang-undang dan Peraturan yang Dibutuhkan untuk Mendukung


Pembangunan ..

IV 4

Gambar 4 - 2

Mekanisme Perijinan Pemanfaatan Ruang .

IV 11

Gambar 4 - 3

Mekanisme Pelaporan Pemanfaatan Ruang ..

IV 12

Gambar 4 - 4

Mekanisme Pemantauan Pemanfaatan Ruang ...........................

IV 13

Gambar 4 - 5

Mekanisme Evaluasi Pemanfaatan Ruang ..........................

IV 13

Gambar 4 - 6

Mekanisme Penerapan Sanksi .

IV 14

LAPORAN

RENCANA

vii

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

wilayahnya. Adapun pedoman tersebut yaitu berupa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan
Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang merupakan penjabaran lebih lanjut atau pendalaman materi dari
RTRW Kabupaten Agam tahun 1997 dan hasil revisi tahun 2004. RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari juga merupakan rencana tata ruang kota yang memuat ketentuan mengenai
penetapan fungsi wilayah yang pada hakekatnya menjadi arahan lokasi dari berbagai kegiatan yang
mempunyai kesamaan fungsi maupun lingkungan permukiman/perumahan dengan karakteristik tertentu.
Dengan tersusunnya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari, diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dan acuan pelaksanaan pembangunan yang
mampu menjawab berbagai masalah tuntutan pembangunan diwilayahnya serta rumusan maupun
1.1

Latar Belakang Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari

kebijaksanaan yang dibutuhkan pada masa mendatang.


Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa hal yang menjadi latar belakang perlunya penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari Tahun Anggaran

Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek

2004, adalah :

Nagari besar dipengaruhi oleh adanya berbagai faktor, antara lain faktor pendudukan, kegiatan penduduk serta

a. Pembangunan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari merupakan bagian integral dari

adanya interaksi Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dengan kota lainnya dalam lingkup

pembangunan Kabupaten Agam yang bertujuan untuk menciptakan landasan yang kokoh bagi daerahnya

Kabupaten Agam maupun dengan luar wilayah yang lebih luas.

untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini dapat diartikan sebagai perlunya rencana tata ruang yang

Perkembangan faktor di atas (penduduk, kegiatan penduduk dan interaksi Kawasan Perkotaan Ibukota

berkesinambungan.

Kecamatan Ampek Nagari dengan wilayah lain) tersebut, merupakan pemicu tumbuh dan berkembangnya
wilayah yang berdampak terhadap terjadinya perubahan fisik dan penggunaan lahan. Bentuk perubahan

b. Arah pembangunan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang digariskan dalam RTRW,

penggunaan lahan yang ditandai dengan makin meningkatnya lahan terbangun, merupakan phenomena

perlu diantisipasi dan ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) wilayahnya

perkembangan dan pertumbuhan kawasan perkotaan yang mudah terlihat secara fisik, selain itu meningkatnya

yang disesuaikan dengan karakteristik sosial, ekonomi, fisik, dan administrasi wilayahnya.

kebutuhan sarana dan prasarana membuat perkembangan kawasan perkotaan menjadi kebutuhan yang
mendesak.
Gambaran tersebut di atas, merupakan salah satu indikasi dibutuhkannya upaya pengarahan dan
pengendalian terhadap perubahan penggunaan lahan dan perkembangan fisik wilayah kota. Salah satu aspek

c. Melalui Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari,
diharapkan dapat memperkokoh status Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dalam
lingkup Kabupaten Agam maupun dalam lingkup wilayah yang lebih luas.

penting yang diperlukan dalam proses penanganan dan pengelolaan pelaksanaan pembangunan di wilayah
kota adalah tersedianya pedoman pelaksanaan pembangunan yang jelas dan tegas yang dapat berfungsi

d. Adanya beberapa potensi dan permasalahan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari,

sebagai wadah keterpaduan bagi kepentingan dan aspirasi Pemerintah, Swasta serta Masyarakat sebagai

seperti diuraikan di bawah ini :

pelaku pembangunan.

1. Adanya potensi lokasi yang strategis, yaitu relatif dekat dengan Pusat Ibukota Kabupaten dan berada

Sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhannya serta untuk menjamin tuntutan perkembangan
dan pembangunan, Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dipandang perlu memiliki pedoman

pada jalur transportasi Padang - Pasaman Barat, hal ini memberikan dukungan terhadap wilayahnya
untuk berkembang pesat.

yang lebih operasional dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik
LAPORAN RENCANA

I- 1

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

2. Fungsi yang berkembang dan diarahkan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari,

a. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang dataran, ruang lautan dan ruang udara sebagai suatu kesatuan

sebagai salah satu pusat kegiatan perdagangan dan jasa memungkinkan wilayahnya berkembang

wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara

menjadi salah satu wilayah orientasi kegiatan perekonomian Kabupaten Agam bagian barat, maupun

kelangsungan hidupnya.

wilayah yang lebih luas.

b. Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak
direncanakan.

3. Kondisi topografi yang relatif landai serta ruang potensial untuk pengembangan fisik terbangun yang
cukup luas, memungkinkan berbagai kegiatan dapat tumbuh dan berkembang cepat.
4. Karena merupakan lintasan utama jaringan jalan yang menghubungkan Padang Pasaman Barat

c. Penataan Ruang adalah proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
Sedangkan

beberapa pengertian tentang RDTR kota secara lebih rinci sehubungan dengan

serta tumbuhnya berbagai kegiatan perdagangan yang kesannya tidak teratur dan tertib, mempunyai

penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari

kecenderungan adanya persoalan lalulintas (kemungkinan timbulnya kemacetan) terutama di sekitar

Tahun 2004, adalah :

pusat perdagangan (Pasar Bawan).

a. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) adalah materi pendalaman RTRW agar dapat lebih operasional dalam
sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik wilayah, baik yang dilaksanakan

5. Kemungkinan timbulnya permasalahan klasik dari konsekwensi perkembangan kota yaitu adanya

oleh instansi vertikal Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat sebagai pelaku pembangunan.

kecenderungan pergeseran lahan produktif pertanian yang masih luas ke lahan terbangun
(perumahan, kegiatan perdagangan dan jasa), jika tidak diarahkan dari sekarang akan terjadi
perkembangan penggunaan lahan yang tidak tertib.

b. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) merupakan rencana yang memuat ketentuan mengenai penetapan
fungsi bagian wilayah-wilayah yang pada hakekatnya menjadi arahan lokasi dari berbagai kegiatan yang
mempunyai kesamaan fungsi maupun lingkungan permukiman/perumahan dengan karakteristik tertentu.

Berdasarkan gambaran potensi dan permasalahan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari di atas, sudah saatnya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan

c. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) mempunyai ruang lingkup sebagai suatu rencana detail yang

Ampek Nagari yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

mencerminkan strategi pengembangan detail sampai pada tingkat ruang terkecil dan dalam kurun waktu 5

diprioritaskan penggunaannya.

tahun serta dapat dijabarkan dalam skala tahunan.


d. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) merupakan rencana 3 (tiga) dimensi yang mengandung pengertian

1.2 Pengertian Dasar Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)

upaya penetapan intensitas penggunaan ruang untuk setiap bagian wilayah kota, sesuai dengan fungsinya
di dalam struktur tata ruang kota secara keseluruhan.

Secara umum pengertian RDTR kota dapat diartikan sebagai konsep pembangunan di masa
mendatang yang merupakan rencana pemanfaatan yang lebih detail, disusun untuk penyiapan perwujudan
ruang dalam pelaksanaan program-program pengendalian pembangunan kota.
Beberapa pengertian yang terkait dan relevan dalam konteks penyusunan Rencana Detail Tata Ruang

e. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) pada hakekatnya juga merupakan dasar pertimbangan bagi
Penyusunan Rencana Teknik Ruang (RTR) Kota mencakup ketentuan mengenai kerangka materi pokok
bagi penyusunan Rencana Teknik Ruang (RTR) Kota.

(RDTR) kota adalah :

LAPORAN RENCANA

I- 2

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

1.3 Prinsip Dasar Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)

berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Sedangkan kota yang tidak berstatus pemerintahan,


ditetapkan wilayah perencanaan sedapat mungkin berpedoman pada batas-batas alam dan hasil

Dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan

kesepakatan bersama.

Ampek Nagari, beberapa prinsip dasar dan ketentuan teknis perencanaan yang digunakan adalah :
a. Dalam penyusunan RDTR pada prinsipnya harus mempertimbangkan 3 (tiga) aspek pokok yakni, aspek
strategis, aspek teknis dan aspek pengelolaan. Ketiga aspek tersebut sangat menentukan di dalam
menetapkan kebijaksanaan dasar pengembangan wilayah yang dapat digambarkan sebagai berikut :

1.4 Ruang Lingkup Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan

Perkotaan Ibukota

Kecamatan Ampek Nagari

1. Aspek strategis meliputi kebijaksanaan dasar penentuan fungsi kota, pengembangan kegiatan
perwilayahan dan perencanaan tata ruang kota yang merupakan penjabaran atau pengisian dari

Ruang lingkup penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota

rencana-rencana pembangunan Kabupaten Agam dan Propinsi Sumatera Barat dalam jangka

Kecamatan Ampek Nagari, secara umum terbagi menjadi ruang lingkup kawasan perencanaan, dimensi waktu

panjang.

perencanaan dan ruang lingkup materi perencanaan.

2. Aspek teknis meliputi kebijaksanaan dasar yang ditujukan untuk menyerasikan dan mengoptimalkan

1.4.1

Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan

pola tata ruang kota, memberikan fasilitas dan utilitas secara tepat, mendayagunakan pola transportasi

Lingkup wilayah perencanaan secara administrasi berada di Kecamatan Ampek Nagari tepatnya di

dan meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman serta menjaga kelestarian lingkungan sesuai

Nagari III Koto Batu Kambing Jorong Bawan yang berfungsi sebagai Ibukota Kecamatan. Luas berdasarkan

dengan aspirasi masyarakat.

hasil pengukuran adalah 466,64 Ha (lebih besar dari yang ditetapkan dalam Term Of Refference /TOR) dimana
disarankan maksimal 400 Ha.

3. Aspek pengelolaan kota, bahwa kebijaksanaan dasar perencanaan harus mempertimbangkan aspek

Lokasi ini ditetapkan oleh Pemberi Tugas dalam hal ini Pemerintah Agam melalui Badan Perencanaan

hukum dan perundangan agar rencana dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan pembiayaan

Pembangunan Daerah (Bappeda). Sedangkan batasan kawasan perencanaan yang dilakukan pengukuran

pembangunan Daerah.

ditetapkan bersama antara Pemberi Tugas (Bappeda), pihak Kecamatan, Tokoh masyarakat dan Konsultan.

b. Di dalam usaha penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan perlu rumusan
kebijaksanaan pengembangan

1.4.2

Dimensi Waktu Perencanaan

kota dengan mempertimbangkan azas manfaat, pemerataan,

Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan

keseimbangan dan pertumbuhan serta kelestarian sesuai dengan tingkat perkembangan kota itu dengan

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari Tahun 2004 yang mengacu pada KEPMENKIMPRASWIL No.

daerah sekitarnya.

327 Tahun 2002 dengan jangka waktu perencanaan ditetapkan 5 tahun. Sedangkan tahun dasar ditetapkan
bersama antara Pemberi Tugas dengan Konsultan yaitu terhitung Tahun 2005 s/d 2010.

c. Suatu hal yang penting adalah bahwa kebijaksanaan dasar perencanaan harus dirumuskan berdasarkan
tipe kemampuan tumbuh dan berkembangnya kota serta fungsi dan peranan kota itu sendiri.

1.4.3

Ruang Lingkup Materi Perencanaan


Hasil yang diharapkan dari penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan ini adalah agar Pemerintah

d. Dalam penetapan kawasan perencanaan dapat dibedakan atas kota yang berstatus pemerintahan

Kabupaten Agam mempunyai perencanaan tata ruang yang dapat dijadikan sebagai pedoman pemanfaatan

(administrasi) dan kota yang tidak berstatus pemerintahan. Bagi wilayah yang berstatus pemerintahan,

dan pengendalian ruang dalam pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun

maka kawasan perencanaan ditetapkan sama dengan luas wilayah administrasinya yang telah ditetapkan

masyarakat.

LAPORAN RENCANA

I- 3

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Untuk memberikan gambaran wujud penyusunan perencanaan yang dituju, maka penyusunan

1.6

Sistematika Penyusunan Laporan Rencana

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ini akan meliputi
hal-hal sebagai berikut :

Penyusunan laporan rencana untuk RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
didasarkan pada sistematika pembahasan sebagai berikut :

a. Dasar pertimbangan dan konsep pengembangan ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari. Pada bagian ini akan memuat tinjauan terhadap dasar-dasar pertimbangan penyusunan tata ruang

BAB I

PENDAHULUAN

Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang meliputi :

Berisi latar belakang penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari,

- Kajian terhadap kebijaksanaan tata ruang Kabupaten Agam (RTRW 97 dan hasil revisi 2004).

pengertian dasar RDTR, tujuan dan sasaran penyusunan RDTR, prinsip dasar penyusunan RDTR,

- Potensi dan permasalahan kawasan perencanaan serta kecenderungan perkembangan fisik Kawasan

ruang lingkup penyusunan RDTR, metode pendekatan perencanaan serta sistematika penyusunan

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.

laporan rencana.

- Penentuan fungsi dan peran Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.
BAB II

DASAR PERTIMBANGAN DAN KONSEP PENGEMBANGAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN

Atas dasar dasar-dasar pertimbangan tersebut disusun konsep pengembangan tata ruang Kawasan

IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.

Berisi dasar pertimbangan penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari yang terdiri dari kebijaksanaan RTRW Kabupaten Agam yang diarahkan ke wilayah Kawasan

b. Rencana Detail Tata Ruang, yang pada prinsipnya merupakan penyusunan arahan pengembangan tata

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, potensi dan permasalahan, kecenderungan

ruang kota yang didalamnya terkandung : Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan

perkembangan fisik wilayah kota serta penentuan fungsi dan peran Kota. Selanjutnya penyusunan

Perkotaan, Rencana Pengelolaan Kawasan Perkotaan, Pedoman Pengendalian Pembangunan, Rencana

arahan pengembangan tata ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang

Pembagian Blok Perencanaan (Unit Lingkungan), Rencana Blok Peruntukan dan Rencana Perpetakan

meliputi : prinsip dasar pengaturan dan pengembangan tata ruang serta konsep pengembangan tata

Bangunan.

ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.

c. Rumusan mengenai aspek pengelolaan pembangunan.

BAB III

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN IBUKOTA KECAMATAN


AMPEK NAGARI
Pada bab ini berisi bahasan mengenai rencana struktur tata ruang kota, rencana pembagian unit

1.5 Metode Pendekatan Perencanaan

lingkungan, rencana distribusi penduduk, rencana pemanfaatan ruang dan alokasi fasilitas, rencana
sistem transportasi, rencana pengaturan intensitas penggunaan ruang serta rencana pengembangan

Dalam rangka penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota

utilitas.

Kecamatan Ampek Nagari, metode pendekatan perencanaan dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam
proses perencanaan ini adalah seperti terlihat pada Gambar 1 - 1.

BAB IV PENGELOLAAN PEMBANGUNAN KOTA


Berisi uraian mengenai peran pelaku pembangunan, prioritas pelaksanaan pembangunan serta
aspek hukum dalam pelaksanaan dan pengelolaan pembangunan kota.

LAPORAN RENCANA

I- 4

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

GAMBAR 1-1
KERANGKA PEMIKIRAN

LAPORAN RENCANA

I- 5

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Kawasan Perencanaan dilalui oleh jalur jalan regional (jalan Propinsi) yang menghubungkan antara : Padang,
Pariaman dan Lubuk Basung ke Simpang Empat (Kabupaten Pasaman Barat).
Issu Nasional yang berkembang, dimana jalur jalan yang melintasi Kawasan Perencanaan akan
ditingkatkan fungsinya menjadi jalan Negara sebagai jalan alternatif Lintas Sumatera Bagian Barat yang
menghubungkan antara Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Apabila issu tersebut direalisasikan, maka
secara otomatis pertumbuhan dan perkembangan di wilayah Agam bagian barat, khususnya sekitar jalan poros
Barat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.
Berdasarkan Kebijaksanaan Pemerintah Kabupaten Agam tahun 2001, dimana Kecamatan Ampek
Nagari definitif terpisah dari kecamatan Induk (Kecamatan Lubuk Basung) dan Kota Bawan ditetapkan sebagai
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari (disebut

Ibukota Kecamatan. Hal ini akan memacu perkembangan Kota Bawan tersebut karena memiliki fungsi dan

Kawasan Perencanaan) disusun sebagai penjabaran lebih lanjut atau pendalaman materi dari Rencana Tata

peran yang diembannya sebagai pusat pelayanan bagi daerah-daerah yang ada disekitarnya. Kondisi ini akan

Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Agam Tahun 1997 dan hasil revisi 2004, agar dapat lebih operasional

memacu Kota Bawan sehingga akan tumbuh dan berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat

dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik kota, yang akan dilaksanakan

dalam hal penyediaan berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum skala regional Kecamatan.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan kebijakan yang dapat memacu perkembangan Ibukota

oleh pelaku pembangunan (Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat). Untuk melangkah sampai pada
tujuan yang diharapkan dari penyusunan RDTR ini, terlebih dahulu akan dikemukakan dasar pertimbangan dan

Kecamatan Ampek Nagari adalah :

konsep penataan ruang Kawasan Perencanaan.

1. Kebijakan sistem kota-kota di Sumatera Barat yang menetapkan Lubuk Basung sebagai Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) yang mempengaruhi perkembangan Kota Bawan.
2. Kebijakan penetapan pusat permukiman untuk Kota Bawan

2.1

Dasar Pertimbangan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari

3. Issu Nasional tentang peningkatan jalan Propinsi menjadi jalan Negara pada poros jalan Agam bagian
Barat.
4. Kebijakan pemekaran wilayah administrasi Kecamatan Lubuk Basung menjadi dua yakni Kecamatan

Kalau kita perhatikan kebijakan dari sistem kota-kota Sumatera Barat, dimana Lubuk Basung

Lubuk Basung sendiri dan Kecamatan Ampek Nagari.

ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal yang berfungsi sebagai pusat pendukung daerah potensial (antar

5. Kebijaksanaan pembukaan route angkutan umum yang melayani daerah-daerah yang ada di wilayah Barat

Kabupaten). Fungsi yang diemban Lubuk Basung sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan

Kabupaten Agam melalui SK Bupati No. PLK-TRY/Ag/Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Ijin Trayek

perkembangan Kawasan Perencanaan karena secara administrasi berbatasan langsung dengan Kecamatan

Angkutan Kota.

Ampek Nagari . Disamping itu, ditunjang pula dengan sarana angkutan jalan yang memadai serta ditunjang
dengan moda angkutan baik Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) maupun angkutan lokal.
Dalam kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam dengan Perda No.4 Tahun 1998,

2.1.1

Potensi dan Permasalahan Kawasan Perencanaan

ditetapkan bahwa Jorong Bawan sebagai pusat permukiman yang berfungsi sebagai pusat koleksi dan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, di wilayah Ibukota Kecamatan Ampek Nagari

distribusi hasil bumi bagi daerah yang ada disekitarnya. Penetapan kebijakan tersebut sangat sesuai karena

terdapat beberapa potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan rencana pengembangan ruang, potensi

Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari sebagai pusat permukiman telah menunjukkan

dan permasalahan tersebut secara garis besar adalah :

kegiatan dengan intensitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pusat-pusat Jorong lainnya. Terlebih
LAPORAN RENCANA

II - 1

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

a. Letak Geografis dan Keadaan Transportasi

dengan kestabilan baik sampai sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik tanahnya

Potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan kondisi geografis dan keadaan transportasi di Ibukota

secara umum untuk kegiatan pembangunan fisik perkotaan mempunyai kestabilan yang baik sampai

Kecamatan Ampek Nagari adalah :

sedang dengan sifat fisik cukup baik untuk bangunan yang dapat ditempatkan hampir di seluruh

1. Secara geografis Ibukota Kecamatan Ampek Nagari mempunyai potensi untuk berkembang pada

wilayah yang potensial.

masa mendatang, hal ini ditunjang oleh faktor lokasi (letak dan posisi Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari) yang cukup strategis. Berdasarkan jarak fisiknya relatif dekat terhadap Ibukota Kabupaten

3. Berdasarkan sifat-sifat fisik tanahnya (tekstur, kedalaman efektif dan kepekaan terhadap erosi)

Agam (Lubuk Basung).

wilayahnya merupakan kawasan yang daya dukung fisiknya diklasifikasikan sebagai wilayah yang

Dengan letak dan posisi yang demikian wilayah Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ini mempunyai

mempunyai kestabilan sedang sampai baik (cukup stabil).

kedudukan yang cukup strategis, posisi ini ditunjang pula dengan dilaluinya jalan regional yang
menghubungkan Padang Pasaman Barat.

4. Walaupun kejadian gempa bumi (di luar wilayah Kabupaten Agam) hingga saat ini tidak menyebabkan
kerusakan, namun demikian dalam hal pendirian bangunan faktor terjadinya gempa bumi harus

2. Secara umum jaringan jalan di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari mengarah ke berbagai tujuan yang

menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan struktur dan konstruksi bangunan.

memungkinkan interaksi ke luar wilayah lebih besar.


5. Dengan melihat kondisi Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dimana pengaliran air
3. Pada beberapa kawasan, moda angkutan yang melayani dari dan ke kawasan di Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari masih belum optimal (terbatas pada jalur jalan regional), sehingga untuk kawasan

tidak menjadi permasalahan, sedangkan untuk

mengamankan ketersediaan air sebaiknya

menghindari pembangunan fisik pada kawasan dengan kemiringan curam.

tertentu pelayanannya sebagian dilayani oleh jenis angkutan ojeg.


6. Berdasarkan penggunaan lahan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, terdapat
4. Belum tersedianya Sub Terminal angkutan, sehingga muka Pasar Bawan dijadikan tempat mangkal

lahan sawah beririgasi teknis, sehingga secara teknis lahan sawah di Ibukota Kecamatan Ampek

sementara berbagai jenis angkutan lokal dan regional. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya konflik lalu

Nagari pada prinsipnya harus dipertahankan, akan tetapi pengembangan kota diarahkan pada lahan-

lintas di sekitar muka pasar terutama hari pasar (Rabu dan Jumat) karena bersatu dengan kegiatan

lahan yang tidak atau kurang produktif.

perdagangan.
7. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, dengan berbagai variabel penilaian kondisi fisik dapat
b. Kondisi Fisik Wilayah

disimpulkan bahwa lahan potensial di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang

Potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan kondisi fisik wilayah di Ibukota Kecamatan Ampek

cocok (layak) untuk kegiatan fisik perkotaan adalah seluas 223,04 hektar atau 47,79 %, lahan limitasi

Nagari adalah :

fisik seluas 202,19 hektar atau 43,33 % dan lahan terbangun 41,41 Ha atau 8,87 % hektar dari luas

1. Dilihat berdasarkan kondisi topografinya, kondisi wilayah kota sebagian besar wilayahnya merupakan

kawasan perencanaan yang dilakukan pengukuran (466,64 Ha).

kawasan yang relatif datar dengan kemiringan 0 - 8 %, dari segi topografi, kawasan perencanaan tidak
menjadi permasalahan bagi pengembangan tata ruang.

c. Penggunaan Lahan dan Intensitas Penggunaan Ruang


Potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan lahan dan intensitas penggunaan ruang di

2. Karakteristik jenis tanahnya

yang berupa lempung pasir (Pasir Berlempung, Campuran Pasir-

Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari adalah :

Lempung), dapat di klasifikasikan sebagai tanah yang mempunyai klasifikasi untuk penggunaan umum
LAPORAN RENCANA

II - 2

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

1. Pola penggunaan lahannya secara umum membentuk pola campuran, yaitu pola linier yang

3. Fasilitas peribadatan penyediaannya belum mencukupi terutama untuk Mesjid Lingkungan dan

memanjang mengikuti jalan-jalan utama dan pada kawasan-kawasan tertentu terbentuk pola yang

Musholla/Langgar. Sedangkan untuk mesjid raya telah tersedia yang berlokasi dibelakang Pasar

memusat (konsentrik) terutama pada kawasan perdagangan. Sedangkan daerah lainnya dengan pola

Bawan.

menyebar membentuk suatu kampung dengan orientsi ke persimpangan jalan dan ke lahan-lahan
pertanian.

4. Fasilitas perdagangan yang terdapat di kawasan perencanaan adalah fasilitas pasar, pertokoan dan
warung yang dapat melayani wilayah kota dan wilayah sekitarnya. Dari segi kualitas fasilitas

2. Dilihat dari struktur penggunaan lahannya, penggunaan lahan pada beberapa kawasan

perdagangan ini sudah dapat melayani penduduk tapi dari segi kuantitas dan lokasi belum merata.

memperlihatkan struktur penggunaan lahan yang tercampur, dimana berbagai kegiatan (perdagangan
dan jasa, permukiman, peribadatan, industri kecil, kegiatan transportasi) tumbuh dan berkembang
pada suatu kawasan yang sama (khususnya sekitar pasar).
3. Pengelompokkan bangunan pada kawasan kegiatan komersial

5. Fasilitas olah raga terbuka relatif mencukupi karena selain memanfaatkan lapangan umum (yang ada
di Simpang Pudung) juga memanfaatkan lapangan olah raga milik sekolah.

cenderung semakin padat dan

6. Fasilitas Gedung Serbaguna, sampai saat ini belum memiliki sehingga untuk penyelenggaraan

kawasan yang relatif jauh dengan kawasan pusat Komersial seperti kawasan sebelah selatan

kegiatan, memanfaatkan fasilitas perkantoran pemerintah seperti Kantor Camat, Kantor Nagari dan

(Simpang Polisi, Simpang Proyek dan Simpang Pudung) dan utara (Ambalau) pengelompokkan

sebagainya.

bangunannya relatif jarang.


7. Fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum, baru tersedia Kantor Kecamatan dan Kantor Polsek.
4. Kualitas bangunan di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari sebagian besar merupakan bangunan dengan
kualitas baik dan sedang.

8. Fasilitas Taman dan Lapangan bermain anak, juga belum tersedia.


9. Pelayanan air bersih melalui sistim jaringan perpipaan PDAM yang bersumber dari Bale Badak Batu

d. Fasilitas dan Utilitas

Kambing hanya melayani sebagian penduduk pada kawasan pusat kota (sekitar pasar), selebihnya

Secara kuantitas pada umumnya sebagian fasilitas relatif belum memenuhi kebutuhan :

menggunakan sumur gali dan memanfaatkan air permukaan. Pada masa yang akan datang perlu

1. Fasilitas pendidikan (TK, SD, SLTP dan SMU) secara umum belum mencukupi kebutuhan penduduk,

memanfaatkan sumber air lainnya karena yang ada mampu mensupplay 10 lt/dt sedangkan kebutuhan

sehingga pada masa yang akan datang perlu penambahan masing-masing 1 unit, kecuali untuk TK

yang akan datang 18 lt/dt.

yang baru tersedia 1 unit sedangkan kebutuhan 8 unit (berarti kekurangan 7 unit).
10. Masalah pengaliran air permukaan (drainase) sebagian besar belum tersedia, yang adapun tidak
2. Untuk fasilitas kesehatan yang ada secara umum belum mencukupi. Saat ini terdapat Puskesmas

berfungsi dengan baik.

pembantu secara kuantitatif sudah cukup tapi secara kualitatif perlu ditingkatkan menjadi Puskesmas
Utama. Disamping itu belum tersedia Tempat Praktek Dokter dan Apotik untuk pelayanan resep

11. Kawasan terbangun di wilayah kecamatan pada umumnya sudah terlayani jaringan listrik.

dokter.

LAPORAN RENCANA

II - 3

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

12. Untuk pelayanan telepon di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari belum optimal, bahkan ada sebagian

2.1.2

yang bisa menikmati berupa telepon satelit (bukan kabel). Sampai saat ini jaringan dan tiang kabel
sudah terpasang, tapi belum dilanjutkan pemasangan ke rumah-rumah atau konsumen lainnya.

Kecenderungan Perkembangan Fisik Kota


Sebagai tindak lanjut kajian terhadap potensi ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek

Nagari, akan diidentifikasi kecenderungan perkembangan fisiknya sebagai arahan dan dasar pertimbangan
untuk pengembangan fungsi ruang pada masa mendatang.

13. Penanganan sampah rumah tangga dilakukan secara individual, kecuali di lingkungan pasar sudah
ada pengelola khusus oleh staf Jorong.

Faktor yang mempengaruhi identifikasi kecenderungan perkembangan fisik wilayah ini antara lain :
a. Keluaran (output) dari penilaian kesesuaian lahan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
untuk pengembangan fisik sangat berpengaruh terhadap kecenderungan perkembangan fisik kotanya.

e. Kegiatan perekonomian

Memperhatikan faktor kondisi fisik yang dikemukakan dalam analisis kesesuaian lahan, Kawasan

Potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan perekonomian di Kawasan Perkotaan Ibukota

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari disamping mempunyai kawasan-kawasan yang potensial

Kecamatan Ampek Nagari adalah :

bagi perkembangan fisik, terdapat pula kawasan-kawasan yang mempunyai kendala fisik.

1. Berkembangnya fungsi sebagai pusat perdagangan, memungkinkan Ibukota Kecamatan Ampek


Nagari menjadi wilayah orientasi kegiatan perekonomian tidak saja dalam lingkup Kecamatan akan

Arah perkembangan fisik wilayah cenderung akan mengarah pada kawasan yang secara fisik lebih

tetapi pada wilayah lebih luas.

potensial, mudah dimanfaatkan serta biaya pembangunannya relatif murah. Berdasarkan hasil penilaian
kesesuaian lahan, lahan potensialnya terdapat pada kawasan sebelah selatan (Simpang Polisi dan

2. Kondisi fasilitas Pasar Bawan yang sudah rusak serta kurang ditunjang dengan utilitas yang memadai

Simpang Pudung) dan utara (SLTP). Kondisi ini mengindikasikan kecenderungan perkembangan kota

seperti : saluran drainase dan Tempat Pembuangan Sampah, sehingga menimbulkan kumuhnya

pada masa mendatang akan mengarah ke kawasan tersebut.

lingkungan pasar. Kondisi tersebut berpengaruh pula terhadap lingkungan permukiman yang ada di

didukung oleh adanya titik-titik tumbuh yang dapat memicu pertumbuhan kawasan tersebut pada masa

belakangnya.

mendatang, diantaranya :

3. Belum tersedianya fasilitas pergudangan secara khusus untuk menampung barang cadangan sebelum
dipasarkan.
f. Transportasi

di selatan, adanya Kantor Polsek, dan fasilitas SMU

di tengah, adanya Kantor Kecamatan

di utara, adanya SLTP

Arah perkembangan tersebut, juga

b. Keberadaan dan penyebaran elemen ruang serta penggunaan lahan kawasan perkotaan, mempengaruhi

Potensi dan permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan perekonomian di Kawasan Perkotaan Ibukota

terhadap terjadinya interaksi ruang kegiatan sehingga dapat memperbesar dan memperkuat aglomerasi

Kecamatan Ampek Nagari adalah :

kegiatan yang bersangkutan.

1. Belum tersedianya Sub Terminal, sehingga angkutan mangkal di sembarang tempat dan mengganggu

Pusat kegiatan saat ini berkembang pada kawasan di sekitar Pasar sehingga mempunyai kecenderungan

penggguna jalan lainnya, terutama pada hari pasar.


2. Belum tersedianya lahan parkir umum dan tempat bongkar muat barang secara khusus, sehingga
berbagai kegiatan tercampur pada satu tempat yang akhirnya menimbulkan konflik lalu-lintas.

kegiatan

terkonsentrasi pada kawasan tersebut. Namun demikian karena kendala fisik (dikelilingi

pertanian teknis) sebaiknya dibatasi dan diarahkan ke sebelah selatan sekitar Simpang Proyek, Simpang
Pudung dan Simpang Polisi serta ke sebelah utara ke Ambalau sekitar SMP.

3. Belum tersedianya jalan lingkar untuk menghindari konflik lalulintas terutama pada hari pasar.

Pengarahan tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi konsentrasi penduduk di sekitar pasar dan

4. Jaringan jalan yang ada belum diikuti dengan saluran drainase yang memadai.

mengantisipasi perubahan fungsi ruang yang cenderung ke lahan pertanian teknis, sehingga tercipta
keseimbangan pertumbuhan.

LAPORAN RENCANA

II - 4

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

c. Transportasi dan aksessibilitas tinggi terhadap suatu kawasan memberikan peluang untuk berkembang
dibanding dengan kawasan yang mempunyai akses rendah. Berdasarkan prasarana transportasi Kawasan

2.1.3

Penentuan Fungsi dan Peran Ibukota Kecamatan Ampek Nagari


Penentuan fungsi dan peranan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, didasarkan pada kajian-kajian

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari secara umum telah terjangkau oleh jaringan jalan dan

yang telah dilakukan, artinya fungsi dan peranannya didasarkan pada :

pelayanan angkutan umum, walaupun hanya sebatas di jalan propinsi.

a. Kebijaksanaan pengembangan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Agam tahun 97 dan
hasil Revisi 2004, yang ditujukan bagi pengembangan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.

d. Adanya faktor penarik dan penghambat perkembangan fisik kota, hal ini berkaitan dengan kondisi
kegiatan pemanfaatan ruang, kondisi fisik yang sedang berlangsung serta yang akan direncanakan di
Kawasan Perencanaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari. Beberapa kegiatan atau kondisi

yang

b. Potensi dan permasalahan Kawasan Perencanaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.


c. Antisipasi terhadap berbagai bentuk perencanaan maupun pelaksanaan yang akan dikembangkan di
Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang diwujudkan dalam bentuk kecenderungan

berpengaruh terhadap adanya faktor penarik dan penghambat tersebut antara lain :

perkembangan fisik perkotaan, yang akan memberikan dampak terhadap perubahan pola tata ruang

1. Rencana pembangunan jalan lingkar, dengan dikembangkannya Jalan Lingkar Timur (mulai dari

Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.

Simpang Polisi sampai Belakang Puskesmas Pembantu), secara umum akan sangat berpengaruh
terhadap kecenderungan perkembangan fisik tata ruang kawasan, tegasnya bahwa dengan
dibangunnya jalan Lingkar Timur ini akan menjadi faktor penarik bagi berkembangnya berbagai

Sejalan dengan kebijaksanaan pengembangan serta potensi dan permasalahan pengembangan


wilayah kota, maka penegasan fungsi yang diemban oleh Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ini adalah :

kegiatan yang akan berlangsung di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari terutama kegiatan-kegiatan
dengan fungsi orientasi regional, hal ini terkait dengan fungsi jalan tersebut yang difungsikan sebagai

a. Fungsi Regional (Kabupaten Agam dan wilayah yang lebih luas)

fungsi jalan yang melayani lalu lintas regional. Rencana jalan ini dapat difungsikan sebagai jalan

Dikembangkannya jaringan jalan arteri primer (Jalan Raya Bawan) yang menghubungkan kota-kota di

alternatif untuk menghindari kemungkinan terjadinya konflik lalulintas di sekitar Pasar Bawan.

wilayah Pantai Barat Sumatera dengan Pantai Utara Sumatera Utara menjadikan Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari sebagai bagian wilayah yang melayani kegiatan transportasi regional.

2. Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari merupakan kota yang dilintasi jalan regional
(jalan propinsi) yang statusnya akan ditingkatkan menjadi jalan Nasional. Jalan tersebut akan
difungsikan sebagai jalan Lintas Sumatera sebelah barat yang menghubungkan kota-kota di Sumatera
bagian selatan dengan Sumatera Utara. Kondisi tersebut secara umum akan meningkatkan fungsi dan
peran Ibukota Kecamatan Ampek Nagari pada masa yang akan datang.

b. Fungsi Lokal (Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari)


1. Adanya status administrasi menjadikan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari mempunyai fungsi pusat
pelayanan pemerintahan kecamatan.
2. Pusat kegiatan perdagangan dan jasa kecamatan.
3. Pusat kegiatan pelayanan umum kecamatan.

3. Keberadaan Sungai (Bt Bawan dan Bt Sitanang) dan lahan limitasi fisik karena sungai dan lahan

4. Pusat kegiatan sosial (kesehatan, pendidikan, peribadatan).

limitasi fisik merupakan kawasan yang perlu dilindungi dengan pertimbangan kelestarian lingkungan,

5. Adanya kebijaksanaan pengembangan permukiman (RTRW)

maka kawasan-kawasan ini merupakan kawasan yang direncanakan untuk dibatasi pengembangan

6. Pelayanan transportasi lokal (kecamatan).

fisiknya, oleh sebab itu perkembangan fisik yang mengarah pada kawasan-kawasan ini akan dan perlu
dibatasi atau dihambat.

c. Fungsi Unit Lingkungan


Untuk lingkup unit lingkungan, meliputi fungsi pelayanan perdagangan, pendidikan (pendidikan dasar),

Untuk lebih jelasnya gambaran kecenderungan perkembangan fisik Kawasan Perkotaan Ibukota

kesehatan, olah raga, kegiatan permukiman dan sebagainya.

Kecamatan Ampek Nagari dapat dilihat pada Gambar 2 - 1.


LAPORAN RENCANA

II - 5

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 2-1
Peta Kecenderungan Perkembangan Fisik Kota

LAPORAN RENCANA

II - 6

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

2.2 Arahan Pengembangan Tata Ruang

3. Kegiatan pelayanan umum, perlu didukung oleh adanya fasilitas Koramil, kantor pos pembantu, Kantor
KUA, Kantor PDAM ranting, gedung pertemuan dan SPBU.

Arahan pengembangan fisik dan tata ruang Ibukota Kecamatan Ampek Nagari pada dasarnya
merupakan kerangka dasar penempatan dan penetapan alokasi kegiatan di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
sesuai dengan kebutuhan ruang. Dalam prosesnya arahan pengembangan tata ruang ini akan meliputi
bahasan terhadap prinsip dasar dan pengaturan serta pengembangan tata ruang Ibukota Kecamatan Ampek

4. Kegiatan pelayanan sosial, yaitu didukung adanya fasilitas pendidikan menengah SMU dan sederajat
serta puskesmas utama.
5. Kegiatan rekreasi dan olah raga, perlu didukung oleh adanya gedung serbaguna, lapangan olah raga,
dan taman bermain anak.

Nagari, juga meliputi identifikasi terhadap karakteristik umum komponen kegiatan dan hubungan fungsional
antar komponen kegiatan serta konsep pengembangan tata ruang Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.

b. Lingkup Unit lingkungan dan Permukiman


1. Untuk kegiatan perdagangan didukung oleh adanya komponen, pertokoan, toko dan warung.

2.2.1

Prinsip Dasar Pengaturan dan Pengembangan Tata Ruang Kawasan Perkotaan Ibukota

2. Kegiatan pendidikan antara lain didukung oleh sekolah dasar dan taman kanak-kanak.

Kecamatan Ampek Nagari

3. Kegiatan peribadatan didukung oleh penyediaan fasilitas mesjid lingkungan dan Musholla/Langgar.
4. Kegiatan kesehatan didukung oleh penyediaan fasilitas puskesmas pembantu, rumah bersalin, praktek

2.2.1.1 Identifikasi dan Karakteristik Komponen Kegiatan


Identifikasi kegiatan dan komponen pendukung tata ruang pada dasarnya merupakan upaya untuk
melihat kegiatan dan komponen pengisi ruang yang disesuaikan dengan kebijaksanaan pengembangan

dokter, apotik dan posyandu.


5. Kegiatan rekreasi dan olah raga, didukung dengan penyediaan fasilitas balai pertemuan, lapangan
olah raga, taman dan tempat bermain.

RTRW Kabupaten Agam serta fungsi Ibukota Kecamatan Ampek Nagari baik fungsi regional, kota maupun unit
lingkungan

Besaran ruang berbagai komponen ruang di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari disesuaikan dengan

Berdasarkan kajian fungsi kecamatan yang telah dikemukakan dalam sub bab sebelumnya, dapat

kebutuhan kegiatan yang akan berlangsung, seperti yang telah dikemukakan dalam analisis kebutuhan fasilitas

disimpulkan di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari akan berlangsung berbagai kegiatan yang saling berinteraksi

dan kebutuhan ruang. Disamping mempunyai besaran yang berbeda, masing-masing jenis komponen tersebut

dalam suatu sistem kegiatan perkotaan secara keseluruhan. Interaksi kegiatan tersebut akan membentuk

juga memiliki karakteristik dan orientasi lokasi yang beragam. Gambaran lebih jelas mengenai karakteristik

suatu tingkatan pelayanan yang hirarkis mulai dari kegiatan yang mempunyai lingkup pelayanan regional, lokal

masing-masing komponen kegiatan di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dapat dilihat pada Tabel II - 1.

dan lingkup pelayanan unit lingkungan.


Dengan melihat kebijaksanaan tata ruang RTRW Kabupaten Agam, potensi dan permasalahan,
kecenderungan perkembangan fisik perkotaan serta berdasarkan penegasan fungsi Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari, dapat disimpulkan beberapa kegiatan dan elemen yang perlu mendukung untuk mengantisipasi
pengembangan fungsi dan kegiatan di masa mendatang antara lain :
a. Lingkup pelayanan Kecamatan Ampek Nagari dan Lebih luas
1. Pelayanan kegiatan pemerintah kecamatan, antara lain didukung oleh fasilitas kantor pemerintah
kecamatan.
2. Pelayanan kegiatan perdagangan dan jasa lingkup kecamatan, antara lain didukung fasilitas pasar dan
pertokoan.
LAPORAN RENCANA

II - 7

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Tabel II - 1
Karakteristik Komponen Kegiatan
Di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
NO

JENIS
KOMPONEN
KEGIATAN
PERMUKIMAN

PENDIDIKAN

KESEHATAN

PERIBADATAN

PERDAGANGAN
LINGKUNGAN

PERDAGANGAN
REGIONAL

JASA

INDUSTRI
KECIL

PEMERINTAHAN
DAN PELAYANAN
UMUM

10

REKREASI, OLAH

LAPORAN RENCANA

RAGA DAN RTH

KARAKTERISTIK
Merupakan sarana hunian yang dibutuhkan masyarakat sebagai tempat tinggal
yang dekat dengan tempat kerja, jumlah rumah akan bertambah sejalan dengan
perkembangan jumlah penduduk, lokasi permukiman dialokasikan dan menyebar
pada lahan potensial.
Kegiatan pendidikan sangat berpengaruh terhadap pola pergerakkan penduduk
dengan motivasi pendidikan, hal ini disebabkan penyebaran fasilitas pendidikan
dibatasi oleh jangkauan pelayanan sesuai dengan tingkatannya. Selain itu dalam
suatu kawasan permukiman, fasilitas pendidikan dapat berfungsi pula sebagai
salah satu elemen pengikat ruang. Dengan demikian penyebaran fasilitas itu
dapat ditata sedemikian rupa untuk mencapai tingkat pelayanan fasilitas yang
optimal sesuai dengan masing-masing skala pelayanannya.
Merupakan kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kegiatan ini
memerlukan lokasi yang bebas polusi (air, udara maupun suara) dan berdekatan
dengan kawasan intensitas pengguna ruang tinggi. Fasilitas-fasilitas kesehatan
dalam skala tertentu dapat pula menjadi elemen pembentukan ruang pada suatu
kawasan.
Kegiatan peribadatan merupakan kegiatan masyarakat dalam menjalankan
agamanya, masyarakat Ibukota Kecamatan Ampek Nagari seluruhnya
beragama Islam, oleh karena itu fasilitas peribadatan yang direncanakan untuk
pemeluk agama Islam yaitu mesjid dan langgar. Fasilitas peribadatan selain
berfungsi bagi kegiatan keagamaan, dengan penataan yang baik dapat
berfungsi sebagai ciri (land mark) suatu wilayah perkotaan, pengalokasian
fasilitas ini dalam skala lingkungan diarahkan agar mencapai tingkat pelayanan
yang optimal.
Merupakan sektor ekonomi yang berkaitan dan langsung diperlukan sehari-hari
oleh masyarakat kota, terutama untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder
maupun tersier dengan jangkauan lokal. Kegiatan ini dapat berbentuk pasar,
pertokoan atau warung/kios. Di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari kegiatan ini
berbentuk warung/toko dan lokasinya tersebar membentuk sistem hirarki pusatpusat mengikuti pengelompokkan fasilitas perumahan.
Merupakan simpul koleksi dan distribusi ke wilayah regional, maupun dari
wilayah regional untuk didistribusikan ke dalam kota melalui perdagangan lokal.
Kegiatan ini membutuhkan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya, seperti
pergudangan, terminal, jasa angkutan dan lain-lain. Penyebaran dari kegiatan ini
cenderung mendekati sistem transportasi regional dengan tingkat aksessibilitas
yang cukup tinggi.
Merupakan kegiatan penunjang ekonomi lainnya, termasuk dalam kegiatan ini
adalah rumah makan, jasa angkutan, bengkel, bank dan lain-lain. Penyebaran
dari kegiatan ini cenderung mengelompok dengan fasilitas pelayanan kota atau
berada di pusat kegiatan komersial.
Jenis industri yang direncanakan adalah industri rumah tangga non polutif yang
tidak mengganggu lingkungan lokasinya dapat berbaur dengan kawasan
permukiman .
Kegiatan yang ada mencakup kegiatan pemerintahan kecamatan, pemerintahan
Jorong dan fasilitas pelayanan umum. Lokasi fasilitas pemerintahan dan
pelayanan umum ini dapat ditempatkan pada kawasan tertentu sehingga
menjadi salah satu elemen pengikat ruang, Lokasi fasilitas pemerintahan dan
pelayanan umum ini harus disesuaikan dengan masing-masing skala
pelayanannya.
Kegiatan rekreasi olahraga ini dapat dibedakan menjadi kegiatan di dalam

11

KUBURAN

12

SEMPADAN
SUNGAI

13

KAWASAN HIJAU

14

SUB TERMINAL

15

JALAN PRIMER
(REGIONAL)

16

JALAN
SEKUNDER
(LOKAL)

ruangan dan diluar ruangan. Kegiatan di dalam ruangan dapat berupa gedung
budaya/kesenian, gedung olahraga, gedung serbaguna. Untuk kegiatan diluar
ruangan dapat berupa taman-taman kota, lapangan olahraga dan tempat
bernain anak-anak. Pengalokasian jenis kegiatan ini disamping tergantung pada
potensi kawasan yang bersangkutan juga perlu disesuaikan dengan skala
pelayanannya.
Kuburan merupakan salah satu bentuk fasilitas penyempurna, dimana dilihat dari
bentuk fasilitas kuburan ini tidak setiap saat digunakan namun demikian fasilitas
ini dari waktu ke waktu ruangnya terus bertambah seiring dengan tingkat
kematian yang terjadi. Dalam pemeliharaannya perlu dikembangkan taman
kuburan sehingga akan memperindah salah satu bagian lingkungan perkotaan.
Kawasan perlindungan yang dikembangkan untuk melindungi sungai dari
kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai
serta melindungi kondisi fisik pinggir sungai, dasar sungai dan mengamankan
aliran sungai.
Kawasan hijau merupakan lahan-lahan pertanian yang pada saat ini dapat
dipertahankan untuk kegiatan pertanian, kawasan ini juga merupakan lahan
cadangan pengembangan fisik perkotaan di masa mendatang.
Merupakan kawasan pemberhentian untuk turun dan naiknya penumpang bagi
kendaraan dengan rute/trayek dalam kota (lokal). Sub Terminal ini memerlukan
tempat yang terletak pada jalur lokal, terminal ini perlu didukung oleh fasilitas
lainnya berupa shelter yang berfungsi untuk menurunkan dan menaikkan
penumpang pada lokasi-lokasi tertentu dalam sistem angkutan lokal.
Jalan regional merupakan prasarana transportasi yang melayani pelayanan
regional mempunyai disain geometrik yang lebih lebar dengan kapasitas
pembebanan yang lebih besar dibanding jalan lokal. Jalan regional idealnya
terpisah dengan sistem angkutan jalan lokal, namun demikian dihubungkan
dengan jalan-jalan penghubung tertentu. Oleh sebab itu pengaturannya perlu
diupayakan agar tidak mengganggu tansportasi lokal sehingga tidak
menyebabkan kesemrawutan lalu lintas secara keseluruhan. Sistem jaringan
jalan regional ini tentunya mempunyai keterkaitan yang kuat dengan Sub
Terminal regional yang memberikan pelayanan terhadap angkutan antar kota.
Merupakan jalan yang menghubungkan antar Unit Lingkungan dalam suatu kota
atau antar kawasan dalam suatu bagian Wilayah Kota. Jaringan jalan lokal ini
merupakan salah satu elemen pembentuk ruang perkotaan serta pembuka dan
penarik kawasan terbangun. Pengembangan dan pengaturan jaringan jalan lokal
ini diupayakan agar tidak mengganggu transportasi regional sehingga tidak
menyebabkan kesemrawutan lalu lintas secara keseluruhan. Sistem jaringan
jalan lokal ini tentunya mempunyai keterkaitan yang kuat dengan Sub Terminal
lokal yang memberikan pelayanan terhadap angkutan dalam kota.

Sumber : Hasil Analisis

2.2.1.2 Karakteristik Umum Hubungan Fungsional Antar Komponen Kegiatan


Setiap komponen kegiatan memiliki hubungan fungsional/ ketergantungan antara satu komponen
dengan komponen lainnya, keterkaitan komponen-komponen kegiatan tersebut sangat beragam tergantung
dari sifat dan karakteristik penyelenggaraan masing-masing komponennya itu sendiri.
Komponen kegiatan yang bersifat saling menunjang satu sama lain atau keterkaitannya sangat kuat
harus tercermin dari alokasi ruangnya yang memerlukan jarak dekat atau akses yang tinggi dari komponen
yang mempunyai keterkaitan tersebut. Akan tetapi terdapat juga komponen kegiatan kecamatan yang
mempunyai keterkaitan kurang kuat atau bahkan fungsi kegiatannya bertentangan atau tidak ada keterkaitan
II - 8

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

sehingga perlu diatur alokasi serta penempatan ruangnya agar tidak saling menganggu dan merugikan.
Matriks hubungan fungsional antar komponen kegiatan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari dapat dilihat pada Tabel II - 2.

2.2.2

Konsep Pengembangan
Konsep pengembangan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari secara umum akan meliputi konsep

pengembangan unit lingkungan, konsep pengembangan jaringan jalan dan konsep pengembangan tata ruang
Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.

Tabel II - 2
Matrik Hubungan Fungsional Antar Komponen Kegiatan
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
N
JENIS KOMPONEN KEGIATAN
O
A PERMUKIMAN
B PENDIDIKAN
C KESEHATAN
D PERIBADATAN
E PERD. LINGK & KOTA
F PERD. REGIONAL
G JASA
H INDUSTRI
I PEMERINTAHAN & PUM
J OLAH RAGA DAN RTH
K KUBURAN
L SEMPADAN SUNGAI
M KAWASAN HIJAU
N TERMINAL/PANGKALAN
O JALAN PRIMER
P JALAN SEKUNDER
Sumber : Hasil Analisis

A
4
4
3
4
1
2
2
3
4
2
0
2
2
2
4

D E

F G H I

J K L

M N 0 P

4
1

3
2
0

1
1
1
1
4

4
3
2
2
1
1
1
1
2

2
1
1
0
1
0
0
0
1
2
1
2

1
2
1
1
3
0
2
3
0
0
1
2
2
4

0
1
1
2
1
2
2
0
0
1
2
2
4

1
1
0
0
1
2
2
0
0
1
1
3

4
1
1
1
4
4
2
1
1
0
0
1
2
2
4

3
2
1
1
0
0
0
2
4
2

2
3
2
0
4
3
2
1
1
0
0
0
2
3
4

2
0
1
0
2
2
2
1
1
0
0
0
3
4
3

3
2
2
1
1
1
1
1
2
0
0
1
1
3
4

3
0
2
1
1
3

2
0
0
2
0
0
0
0
0
3
0
1
0
1
2

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0

2
2
2
1
2
2
2
3
1
1
0
0
0

2
2
2
1
2
4
3
4
3
1
1
0
1
2

0
1 2
1 4 2

4
4
4
3
4
2
4
3
4
3
2
0
1
4
2

Ragam dan jenis komponen kegiatan dalam matrik tersebut disesuaikan dengan jenis kegiatan yang
akan berlangsung di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, selain itu untuk mengembangkan tata ruang Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari ini perlu dipertimbangkan pula karakteristik wilayahnya sebagai berikut :
a. Adanya struktur fisik ruang eksisting yang telah menjadi tatanan lokasi kegiatan-kegiatan dalam wilayah
Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, kenyataan tersebut membawa pengaruh dalam upaya pengaturan dan
pengembangan struktur ruang melalui pengejawantahan jaringan hubungan antar komponen kegiatan
yang ideal.
b. Keadaan fisik dasar (natural) yang sedikit banyak akan membutuhkan penyesuaian-penyesuaian tertentu
pada penyelenggaraan pengaturan tata ruangnya, dalam hal ini perlu diperhatikan kondisi wilayah Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari yang akan mencakup lahan yang potensial dan sebaliknya berupa lahan limitasi
fisik sesuai dengan penilaian kemampuan lahan untuk kegiatan pembangunan fisik lahan perkotaan.

LAPORAN RENCANA

2.2.2.1 Pendekatan Teoritis Konsep Pusat Banyak (Multi Nuclei Model)


Model pengembangan dengan banyak pusat, merupakan model dimana perkembangan perkotaan
tumbuh dan berkembang dari beberapa pusat (titik tumbuh) dan setiap titik tumbuh tersebut mempunyai
kekuatan tumbuh yang berbeda-beda. Tiap titik tumbuh tersebut dapat berupa pusat perdagangan dan jasa,
pemerintahan, rekreasi dan hiburan, industri, pusat fasilitas umum dan lain-lain.
Pola pengembangan seperti ini untuk wilayah perkotaan yang telah berkembang, lebih diarahkan
sebagai upaya pemerataan perkembangan perkotaan agar beban perkembangan pusat utamanya tidak
terlampau berat. Sebaliknya untuk wilayah perkotaan yang belum berkembang konsep pengembangan ini lebih
diarahkan sebagai pemicu pertumbuhan bagi wilayah perkotaan yang belum berkembang. Mengingat konsep
ini merupakan konsep yang mengandalkan banyak pusat (beberapa pusat), maka dalam pengembangannya
aksessibilitas atau interaksi antar pusat yang ada merupakan salah satu pertimbangan yang cukup penting.
Pada penerapannya, model pengembangan ruang perkotaan di atas tidak selalu persis karena model
tersebut diterapkan pada wilayah perkotaan yang berbeda karakteristiknya maupun intesitas kegiatannya.
Model tersebut pada dasarnya lebih merupakan sebagai identifikasi dan pola pikir untuk mengembangkan
wilayah perkotaan, bukan dijadikan sebagai pedoman praktis yang kaku, sehingga dalam penerapannya dapat
saja digunakan model pengembangan di atas atau dengan memadukan model pengembangan sehingga
sesuai dengan karakteristik wilayah yang bersangkutan.
Seperti telah dikemukakan dalam bahasan sebelumnya Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari akan dikembangkan dengan konsep pengembangan pusat banyak (Multi Nuclei Model),
beberapa hal yang perlu mendapat penekanan dalam kaitan dengan penerapan konsep ini di Kawasan
perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari adalah, perlu adanya titik tumbuh (pusat lingkungan) yang akan
dijadikan sebagai pusat pemicu pertumbuhan pada kawasan-kawasan yang relatif belum berkembang serta
perlu adanya dukungan sistem transportasi (jaringan jalan) yang dapat mengoptimalkan aksessibilitas antar
pusat lingkungan dengan pusat lingkungan lainnya serta antar pusat lingkungan dengan pusat kecamatannya,
sehingga secara keseluruhan pusat-pusat tersebut terbentuk dalam suatu sistem pelayanan yang terintegrasi.

II - 9

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

2.2.2.2 Konsep Pengembangan Pusat Pelayanan

mendukung terjadinya interaksi dan hubungan setiap jenis komponen yang memerlukan adanya keterkaitan,

Dalam konsepsi pengembangan pusat pelayanan akan diterapkan berdasarkan konsepsi lingkungan

yaitu :

permukiman, yaitu membagi wilayah dalam unit-unit kecil lingkungan permukiman dan dilayani oleh pusat unit

Keterkaitan antar pusat kecamatan ke wilayah yang lebih luas

lingkungannya serta beberapa unit lingkungan tersebut dilayani oleh pusat yang lebih besar dan seterusnya.

Keterkaitan antar pusat kecamatan dengan pusat unit lingkungan

Pembagian unit lingkungan ini didasarkan atas beberapa pertimbangan, yakni:

Sehingga secara keseluruhan pusat-pusat pelayanan tersebut terbentuk dalam suatu sistem

- Batas fisik wilayah (misal : jalan, sungai, saluran irigasi dsb).

pelayanan yang terintegrasi yang dapat mendukung fungsi lokal maupun fungsi regional yang dikembangkan di

- Kesamaan fungsi kawasan

Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.

- Skala pelayanan fasilitas.

Untuk mewujudkan kriteria konsep pengembangan jaringan jalan di atas, dikembangkan konsep

Mengingat kedalaman materi pekerjaan adalah lingkup Rencana Detail Tata Ruang, maka skala

jaringan jalan dengan pola grid (sistem modular), karena kondisi fisik wilayah yang cukup menunjang serta

pelayanan lingkungan yang dikembangkan dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Ibukota Kecamatan

didasarkan pada jaringan yang ada sebagai bakal adanya jalan lanjutan. Dengan dikembangkannya konsep

Ampek Nagari ini adalah skala lingkungan pelayanan kecamatan hingga lingkup unit lingkungan. Sebagai

jaringan jalan dengan pola grid ini, secara keruangan akan memberikan beberapa keuntungan :

pendukung kegiatan didalamnya dikemukakan secara garis besar mengenai elemen pendukung untuk masing-

a. Memungkinkan interaksi antar pusat pelayanan dan antar komponen kegiatan akan lebih efektif.

masing unit lingkungan pelayanan.

b. Memberikan aksessibilitas yang tinggi serta alternatif arah yang lebih terbuka, baik untuk pelayanan pusat-

Skala pelayanan kecamatan komponen pendukungnya secara garis besar meliputi: pemerintahan dan
pelayanan umum (Kantor Kecamatan, Kantor Pos Pembantu, Gedung Serbaguna, Gedung Budaya, Kantor

pusat kegiatan terhadap pusat lainnya.


c. Memudahkan dalam pembagian zonasi kawasan, karena sudah terbentuk oleh pengembangan jalannya.

Koramil, Kantor Polisi, Kantor KUA, PDAM), Puskesmas, Mesjid Kecamatan, Pendidikan menengah,
perdagangan regional, rekreasi dan olah raga.
Sedangkan untuk skala unit lingkungan komponen pendukungnya meliputi,

Dalam pengembangan konsep fungsi jalannya, perlu ditata sedemikian rupa agar hirarki jalannya tetap
puskesmas pembantu,

mencerminkan pula masing-masing hirarki pusat pelayanannya, artinya konsep pengembangan fungsi jalan ini

mesjid lingkungan dan langgar, pendidikan dasar, perdagangan, pertokoan/warung, rekreasi dan olah raga

harus tetap mempertimbangkan hirarki pusat pelayanan yang dihubungkannya, baik itu pusat pelayanan

dan taman bermain.

lingkup regional maupun lingkup lokal.


Melalui pertimbangan konsep pengembangan fungsi jalan tersebut diharapkan struktur pusat
pelayanan yang dikembangkan akan dilayani oleh hirarki jalan yang sesuai dengan fungsinya masing-masing.

2.2.2.3 Konsep Pengembangan Jaringan Jalan


Jaringan jalan mempunyai kaitan yang erat dengan pengembangan struktur tata ruang, hal ini

Beberapa hal yang ingin dicapai dari pengembangan konsep pengembangan jaringan jalan ini antara
lain :

disebabkan jaringan jalan merupakan salah satu faktor pembentuk struktur tata ruang yang berfungsi untuk

a. Adanya keterpaduan antara jaringan jalan yang ada di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek

melayani kebutuhan pergerakkan orang dan barang satu tempat dengan tempat lainnya. mengingat sifatnya

Nagari dengan sistem jaringan jalan yang lebih luas baik dalam lingkup kota maupun regional, dimana

sebagai pelayanan pergerakkan, maka pola pengaturan jaringan jalan harus dapat melayani setiap kawasan,

keterpaduan ini merupakan integrasi yang saling mendukung dari masing-masing fungsi jalan.

baik dari sumber pergerakkan maupun tujuan pergerakkan. Selain itu jaringan jalan ini harus memenuhi
beberapa kriteria seperti : mudah dicapai, jarak yang singkat, mampu menampung arus lalu-lintas serta
mempunyai kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan.
Konsep jaringan yang akan dikembangkan di Ibukota Kecamatan Ampek Nagari secara umum adalah

b. Pengembangan jaringan jalan yang memberikan aksessibilitas yang tinggi terutama untuk setiap jenis
kegiatan yang dikembangkan, sehingga dapat memperkuat keterkaitan antar komponen ruang.
c. Meminimalkan pembebanan yang terlalu tinggi pada ruas-ruas jalan tertentu (dalam hal ini jalan propinsi)
sehingga dapat menghindari terjadinya permasalahan lalu lintas (kemacetan lalu lintas).

konsep jaringan jalan yang dapat mendukung tata ruang yang akan dibentuk/direncanakan dimana akan
LAPORAN RENCANA

II - 10

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

2.2.2.4 Konsep Pengembangan Ruang

direncanakan berlangsung, terutama yang mempunyai sifat pelayanan masyarakat lebih diarahkan untuk

Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari berdasarkan kondisi wilayahnya secara umum
terbentuk dalam dua pola karakteristik kawasan yang berbeda yaitu :

melengkapi berbagai fasilitas pelayanan yang belum tersedia di kawasan sebelah selatan.
Dalam lingkup kegiatan yang lebih luas dikembangkannya beberapa kegiatan utama ke sebelah

- Kawasan utara merupakan kawasan yang telah berkembang dan menjadi konsentrasi permukiman dan
perdagangan.

selatan akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap pergeseran perkembangan fisik kota.
Dengan pola pengembangan ruang yang demikian memberikan gambaran kecenderungan untuk lebih

- Kawasan selatan dan tengah merupakan kawasan yang relatif belum berkembang.

mengarah perkembangan fisik kota ke arah selatan, sehingga disatu pihak beban perkembangan kawasan

Dalam pengembangannya konsep pengembangan ruang yang akan diterapkan dalam pengembangan
ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari adalah Konsep Pusat Banyak (Multi Nuclei

bagian utara (sekitar pasar) akan relatif berkurang dan dilain pihak pengaruh perkembangan tersebut
diantisipasi oleh kondisi kawasan selatan agar terpicu perkembangannya.

Model). Konsep ini berdasarkan karakteristiknya sesuai dengan karakteristik dan permasalahan tata ruang di

Melalui konsep ini pengembangan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari diharapkan akan lebih efektif

Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, sehingga diharapkan dapat mengatasi permasalahan

dalam pengembangannya, mengingat disatu pihak konsep ini biasa digunakan untuk menyebarkan

dan mengantisipasi perkembangan di masa mendatang.

perkembangan kawasan yang intesitas perkembangannya relatif tinggi, dilain pihak juga konsep ini digunakan

Sehubungan dengan diterapkannya konsep pusat banyak (Multi Nuclei Model), beberapa titik tumbuh
yang diidentifikasi untuk dijadikan sebagai pusat banyak diantaranya :

untuk memicu pertumbuhan kawasan yang intensitas perkembangannya relatif rendah.


Untuk lebih jelasnya konsep pengembangan ruang Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dapat dilihat

- di selatan adanya Kantor Polsek

pada Gambar 2 - 2.

- di tengah adanya SMU


- di tengah adanya kantor Kecamatan
- di utara adanya Pasar Bawan
- di timur adanya Puskesmas Pembantu
- di utara adanya SLTP
Dalam pengembangannya Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari akan dibagi menjadi
beberapa pusat-pusat unit lingkungan membentuk pola yang hirarkis, dimana pusat utamanya melayani
seluruh wilayahnya, kemudian dalam hirarki dibawahnya dikembangkan beberapa pusat yang lebih kecil yang
melayani lingkup pelayanan unit lingkungan.
Konsep pengembangan ruang ini pada dasarnya disiapkan untuk mengantisipasi dan mengarahkan
perkembangan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari. Pola yang terbentuk dari konsep
pengembangan ini merupakan perwujudan dari konsep pusat banyak. Pola pusat banyak terlihat lebih dominan
pada arah dan bentuk kawasannya yang berorientasi pada masing-masing pusat lingkungannya, sehingga
membentuk titik-titik tumbuh pada pusat-pusat lingkungannya.
Dilihat secara umum pola pengembangan ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari yang akan terbentuk, lebih diarahkan untuk menarik perkembangan fisik

dari arah utara (Pasar

Bawan) ke sebelah selatan dan tengah (Simpang Proyek, Simpang Pudung, Simpang Polisi, dan sekitar
kantor kecamatan). Hal ini harus ditunjang dengan pola penempatan dan pengembangan kegiatan yang
LAPORAN RENCANA

II - 11

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 2-2
Konsep Pengembangan Ruang
Ibukota Kecamatan Ampek Nagari

LAPORAN RENCANA

II - 12

RTBL Pasar Konveksi Amur


Pengembangan IV (SWP IV) yang terdiri dari Kecamatan Baso, Kecamatan IV Angkek
Canduang, Tilatang Kamang, Palupuh dan Kecamatan Banuhampu/Sungai Pua dengan
pusat pengembangan Bukittinggi. Kawasan Pasar Konveksi Amur merupakan hinterland

Bab 2
Gambaran umum perkembangan wilayah

Kota Bukittinggi, yang diharapkan dapat menampung kegiatan perdagangan terutama


perdagangan yang berkaitan dengan industri kecil dan mendapatkan imbas dari kegiatan
pariwisata Kota Bukittinggi. Sehingga fungsi-fungsi yang diemban oleh Kecamatan
Banuhampu/Sungai Pua yaitu sebagai pusat pusat industri rumah tangga (kecil), pusat
pemerintahan lokal, pelayanan sosial skala lokal, pusat distribusi dan koleksi skala lokal.

2.1.

KEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN AGAM

2.1.1. Kebijaksanaan Pengembangan Wilayah

Komoditas unggulan yang terdapat pada SWP IV yaitu pertanian tanaman pangan dan
pariwisata. Sebagai hinterland Kota Bukittinggi, diharapkan Kawasan Pasar Konveksi Amur
di Kecamatan Banuhampu/Sungai Pua dapat berkembang. Berdasarkan hal tersebut,
kegiatan ekonomi yang potensial untuk berkembang di sub wilayah pengembangan IV

awasan perencanaan (Pasar Konveksi Amur) secara administrasi terletak di

(SWP IV) di Agam Timur antara lain kegiatan industri kecil yang dapat mendukung kegiatan

Kecamatan Banuhampu Sungai Pua. Dengan adanya kebijakan dari Pemda

pariwisata. Untuk lebih jelasnya potensi fungsi kecamatan yang termasuk dalam SWP IV

Kabupaten Agam yang baru sehingga kecamatan tersebut di bagi 2 (dua) yaitu

dapat dilihat pada tabel II.1.

Kecamatan Banuhampu dan Kecamatan Sungai Pua.


TABEL II.1
POTENSI KECAMATAN PADA SWP IV (AGAM TIMUR)

Berdasarkan RTRW Propinsi Sumatera Barat, Kabupaten Agam termasuk dalam Wilayah
Pembangunan I dengan pusat pengembangan Bukittinggi. Sedangkan kebijaksanaan

No

KECAMATAN

(dua) pusat pertumbuhan yaitu pusat pertumbuhan Agam Barat di Lubuk Basung dengan

1.
2.
3.

Banuhampu Sei. Pua


Baso
IV. Angkek Canduang

fungsi Pusat Pertumbuhan Lokal (PPL) dan pusat pertumbuhan Agam Timur adalah

4.

IV Koto

Bukittinggi yang berfungsi sebagai Pusat Pengembangan Regional (PPR) dengan potensi

5.

Tilatang Kamang

6.

Palupuh

pengembangan Kabupaten Agam dalam RTRW Propinsi Sumatera Barat, dibagi menjadi 2

ekonomi wilayah belakang adalah pertanian dan pariwisata. Pengembangan wilayah


prioritas adalah kawasan pariwisata, kawasan pertanian tanaman pangan dan penanganan

POTENSI KAWASAN

Pertanian tanaman pangan dan industri kecil


Pertanian tanaman pangan dan pariwisata
Pertanian tanaman pangan dan industri kecil
Pertanian tanaman pangan, industri kecil dan pertambangan
galian C
Pertaian tanaman pangan, industri kecil dan pertambangan
galian C
Pertanian tanaman pangan, perkebunan

Sumber : Review RTRW Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat Sampai Tahun 2005

lahan kritis. Untuk lebih jelasnya perwilayahan Sumatera Barat dapat dilihat pada

Perkembangan ekonomi daerah belakang atau wilayah sekitar Kawasan Pasar Konveksi

gambar 2.1.

Amur akan membawa pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan ekonomi Agam

Adapun kaitannya dengan fungsi kota-kota di Sumatera Barat, Kawasan Pasar Konveksi
Amur Kecamatan Banuhampu/Sungai Pua merupakan hinterland dari Kota Bukittinggi yang
mempunyai efek langsung terhadap Kabupaten Agam terutama Agam Timur baik ekonomi

Timur. Pengaruh ini akan memperkuat fungsi Kawasan Pasar Konveksi Amur sebagai
pusat perdagangan dan pengembangan industri-industri yang berskala menengah dan
kecil di Wilayah Agam terutama Agam Timur.

maupun fisik.
Dalam Pola Dasar Kabupaten Agam yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Agam, Kecamatan Banuhampu/Sungai Pua termasuk dalam Sub Wilayah

Laporan Rencana

Gambar 2.1

Bab 2 - 1

RTBL Pasar Konveksi Amur

Peta perwilayahan sumatera Barat

2.1.2. Kebijaksanaan Pengembangan Kawasan Pasar Konveksi Amur

Laporan Rencana

Bab 2 - 2

RTBL Pasar Konveksi Amur


Pengembangan

Kawasan

Pasar

Konveksi

Amur

didasarkan

pada

kebijakan

Kecamatan Banuhampu/Sugai Pua merupakan Wilayah Agam Timur dengan pusat

pengembangan wilayah Kabupaten Agam terutama untuk pengembangan Wilayah Agam

pengembangan di Kota Bukittinggi yang meliputi beberapa kecamatan yaitu Kecamatan

Timur, hal ini didukung dengan dibangunnya Pasar Konveksi Amur. Pembangunan Pasar

Banuhampu/Sungai Puar, Baso, IV Angkek Candung, IV Koto, Palupuh dan Tilatang

Konveksi Amur sebagai pusat perbelanjaan Agam merupakan program dan gagasan dari

Kamang.

pendiri dan anggota koperasi Agam Timur dalam rangka pembinaan pengusaha kecil yang
bergerak dibidang konveksi, sulaman dan bordir. Gagasan ini juga didasarkan pada
keinginan pengusaha kecil yang mengharapkan tempat pemasaran yang aman, nyaman
dan tertib serta harga terjangkau. Pengusaha kecil ini berasal dari beberapa kecamatan
yaitu Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Sungai Pua, Kecamatan IV Koto, Kecamatan IV
Angkek Canduang dan Kecamatan Tilatang Kamang.
Pasar Konveksi Amur bertujuan menampung pengusaha kecil dan pedagang yang tidak
tertampung di Pasar Aur Kuning. Pedagang yang diprioritaskan yaitu pedagang yang
menjadi anggota koperasi Amur dan pedagang dari Wilayah Agam Timur. Untuk
operasional pusat perbelanjaan Agam ini dipimpin langsung oleh pengurus koperasi
dengan suatu tim managemen pasar yang saat ini telah dilakukan recruitment tenaga untuk
pengurus pasar tersebut.

3. Hirarki Kota
Dilingkup eksternal Kecamatan Banuhampu Sei. Pua merupakan kota orde ke-IV di
Kabupaten Agam berdasarkan skala pelayananannya.
4. Surfaces/Permukaan (Cakupan Wilayah Pelayanan)
Kecamatan Banuhampu/Sungai Pua merupakan wilayah Agam Timur yang mempunyai
keterkaitan langsung dengan Kota Bukittinggi. Pasar Konveksi Amur merupakan
Wilayah pengembangan untuk Agam Timur, selain sebagai pusat pelayanan bagi
wilayah Agam Timur, juga sebagai pusat pelayanan bagi daerah sekitarnya yang terdiri
dari beberapa kecamatan dengan skala pelayanan regional. Dengan adanya Pasar
Konveksi Amur yang berfungsi sebagai pusat pemasaran produk-produk yang dihasilkan
oleh pengusaha industri kecil (industri rumah tangga) yang tersebar dari 9 (sembilan)
kecamatan yang ada di Kabupaten Agam dan juga dari daerah lain di sekitarnya seperti
Bukittinggi, Tanah Datar, Padang Panjang dan Payakumbuh.

2.2.

POTENSI PERKEMBANGAN EKONOMI KAWASAN


GAMBAR 2.2
PELAYANAN ANTAR WILAYAH HINTERLAND

2.2.1. Lokasi Kawasan

Pasaman -

Dilihat dari konstalasi regional, maka lokasi Kawasan Pasar Konveksi Amur Kecamatan

Medan

Banuhampu Sungai Pua dapat dianggap suatu titik diantara titik-titik yang menjadi pusat

Lubuk Sikaping Kec.


Pasaman
Palupuh

pelayanan sehingga, menurut Charles Gore (Tahun 1984) yang dikutip dalam Haggett

Kec. Tilatang
(Palupuh)

(1965) elemen pembentuk ruang wilayah secara nodalitas titik-titik tersebut adalah :

Kec. Matur

1. Movement /Pergerakan
Pergerakan yang terjadi dilihat dari lingkup eksternal Kawasan Pasar Konveksi Amur

Kota Lubuk

Kecamatan Banuhampu/Sungai Pua yang berada pada jalur pengembangan jaringan

Basung

jalan arteri primer yag menghubungkan :

Payakumbuh - Bukittinggi Banuhampu/Sungai Pua Padang Panjang.

Padang Panjang Banuhampu/Sungai Pua Palupuh Lubuk Sikaping Medan

Padang Panjang Banuhampu/Sungai Pua Matur Maninjau Lubuk Basung

2. Node/Simpul-simpul

Laporan Rencana

(Matur)

Raya
Mutiara
(Tiku)

(Pekan
KotaKamis)
Bukittinggi

Kec.
Koto

(Maninjau)(Koto
Tuo)
Pariaman Padang

Kec. Baso
(Baso)

Kec. IV Angkek

Tanjung Kec. IV
Kec. Tanjung

Kamang

Canduang

Kec.
Banuhampu

(Biaro)

(Sei.
Buluh)

Padang Panjang
- Padang
Bab 2 - 3

RTBL Pasar Konveksi Amur


Potensi lokasi ini dapat juga dilihat dari aksesibilitas yang dimiliki kawasan perencanaan

Selain sektor pertanian, sektor industri juga merupakan sektor unggulan. Sektor

yaitu berada di jalur jalan regional yang memudahkan pergerakan dan pemasaran hasil

industri pada umumnya didominasi oleh industri kecil atau industri rumah tangga yang

industri bagi daerah yang berada di sekitar kecamatan penghasil konveksi yang dipasarkan

memberikan kontribusi yang cukup penting dalam peningkatan ekonomi penduduk.

di Pasar Konveksi Amur dan sebagai pasar konveksi. Pasar Konveksi Amur mengkoleksi

Sektor industri ini seperti industri kerajinan tangan, industri konveksi, bordir dan

barang-barang dari kecamatan/kawasan belakang. Untuk lebih jelasnya mengenai kegiatan

sulaman yang tersebar hampir di semua kecamatan dengan jumlah tenaga kerja yang

kawasan belakang Pasar Konveksi Amur dapat dilihat pada tabel II.2.

cukup besar. Sektor industri memiliki peluang yang sangat besar dalam penigkatan
ekonomi Kabupaten Agam yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat.

TABEL II.2
POTENSI KEGIATAN KAWASAN BELAKANG PASAR KONVEKSI AMUR
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

KAWASAN BELAKANG
IV Angkat Candung
Tilatang Kamang
IV Koto
Banuhampu
Sungai Pua
Bukittinggi
Tanah Datar
Padang Panjang
Payakumbuh

POTENSI KEGIATAN
Bordir/sulaman, Konveksi
Bordir/sulaman
Bordir/sulaman, Konveksi
Konveksi
Konveksi
Bordir/sulaman,Konveksi
Songket
Bordir/konveksi
Konveksi

Sumber : Profil Komoditi Unggulan Kabupaten Agam Tahun 2000

b.

Perkembangan Ekonomi Wilayah Sekitar


Pertanian
Secara umum potensi ekonomi wilayah sekitar kawasan perencanaan yaitu
pertanian tanaman pangan dan sayur-sayuran. Jenis sayuran yang banyak
dihasilkan dan merupakan produktifitas tertinggi yaitu tomat, kentang, buncis,
terung, kacang panjang, sawi, kol, ketimun, cabe, bawang merah dan bawang putih.
Berdasarkan potensi pertanian wilayah belakang, maka potensi ini merupakan
peluang yang cukup besar bagi pengembangan Kawasan Pasar Konveksi Amur.

2.2.2. Perkembangan Ekonomi Wilayah Sekitar


a.

Perkembangan Ekonomi Kabupaten Agam


Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Agam yang dilihat dari perkembangan PDRB
telah mengalami perkembangan. Perekonomian Kabupaten Agam pada tahun 19992000 mengalami pertumbuhan yang cukup berarti. Hal ini disebabkan adanya berbagai
kebijakan pada tiap sektor dalam rangka mengatasi krisis ekonomi yang terjadi

Karena di kawasan Pasar Konveksi Amur juga disediakan pasar sayuran.


Industri
Potensi ekonomi yang dapat berkembang pada Kawasan Pasar Konveksi Amur
yaitu pusat koleksi dan distribusi barang-barang industri kecil terutama konveksi
dari daerah hinterland baik dari Wilayah Agam Timur maupun dari kota/kab yang
berbatasan langsung dengan Agam Timur. Selain itu juga sebagai pusat koleksi

sehingga mulai menunjukan arah perbaikan. Secara nominal kenaikan PDRB atas

konveksi baru selain Pasar Aur Kuning Bukittinggi serta menangkap konsumen

dasar harga berlaku sebesar 9,08% dari Rp1.645,96 milyar pada tahun 1999 menjadi

yang berada di daerah selatan dan pesisir serta dapat menampung pedagang yang

Rp1.795,45 milyar pada tahun 2000.

tidak tertampung di Pasar Aur Kuning.

Dalam perekonomian Kabupaten Agam, sektor pertanian merupakan sektor utama

Dilingkup regional Pasar Konveksi Amur sangat berperan penting dalam

yang memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB Kabupaten Agam secara

pengembangan kegiatan industri kecil di Kabupaten Agam. Berdasarkan data

keseluruhan. Nilai PDRB Kabupaten Agam atas dasar harga konstan dan harga

industri kecil tahun 1999 Kabupaten 50 Kota memiliki unit usaha lebih besar

berlaku pada kurun waktu 4 tahun (1996 2000) terlihat bahwa sektor pertanian selalu

dibandingkan dengan kabupaten/kota di Sumbar yaitu 22.52% dan dilihat dari

mengalami peningkatan dimana sub sektor pertanian yang paling besar kontribusinya

tenaga kerja, Kabupaten Agam memiliki jumlah tenaga kerja yang besar yaitu

yaitu sub sektor tanam pangan.

15,61% sedangkan dari jumlah produksi industri kecil terbesar yaitu Kota Bukittinggi
sebesar 20,21% dari total produksi industri kecil di Sumatera Barat.

Laporan Rencana

Bab 2 - 4

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

a. Menciptakan keseimbangan dan kelestarian lingkungan yang pada prinsipnya merupakan upaya dalam
menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan ruang kotanya.
b. Menciptakan kelestarian lingkungan dan kegiatan kota, yang merupakan usaha menciptakan hubungan
yang serasi antara manusia dan lingkungannya yang tercermin dari pola intensitas penggunaan ruang
kota.
c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna pelayanan yang merupakan upaya pemanfaatan ruang secara
optimal, yang tercermin dalam penentuan jenjang fungsi pelayanan kegiatan-kegiatan dan sistem jaringan
jalan.

Rencana pengembangan ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari secara teknis
merupakan rencana pemanfaatan ruang yang memuat ketentuan penetapan fungsi ruang serta pengarahan
penetapan lokasi yang disusun untuk penyiapan wujud ruang Kawasan Perkotaan dalam rangka pelaksanaan

d. Untuk meningkatkan fungsi dan peranan kota secara tegas untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
dan meminimalisasi permasalahan yang ditimbulkan saat kota tersebut dikembangkan.

pengarahan dan pengendalian pembangunan kota pada masa yang akan datang. Pengembangan ini
disesuaikan dengan sektor-sektor kegiatan skala kecamatan yang dominan dan potensial serta kebutuhan unitunit dan ruang dengan pengarahan lokasi berdasarkan pada penilaian analisis sebelumnya. Selain

e. Mengarahkan pembangunan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang lebih tegas

mengandung kerangka dasar pengarahan fisik, pengembangan kegiatan perkotaan ini juga mengandung unsur

dalam rangka upaya pengendalian, pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik untuk masing-masing

penyelarasan dan pemaduserasian dengan kepentingan-kepentingan kebijaksanaan yang lebih luas.

wilayah kota secara terukur baik kualitas maupun kuantitasnya.


f.

3.1 Tujuan Pengembangan Kawasan Fungsional Perkotaan


3.1.1 Tujuan
Pada dasarnya Rencana Detail Tata Ruang kawasan perkotaan disusun agar dapat tersedianya

Membantu penetapan prioritas pengembangan kota dan memudahkan penyusunan Rencana Teknik
Ruang pada kawasan tertentu untuk dijadikan pedoman bagi tertib pengaturan ruang kota.

g. Membantu penetapan kawasan-kawasan tertentu untuk disusun rencana teknik ruang kawasan yang
mampu dijadikan pedoman bagi tertib pembangunan dan tertib pengaturan ruang secara terinci.

rencana yang dapat mengarahkan perkembangan dan pertumbuhan kota sehingga terwujud peningkatan
kualitas lingkungan yang aman, sehat dan lancar pada masa yang akan datang. Untuk merealisasikan tujuan

h. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, disusun agar

tersebut dalam rangka penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTR) di atas, dapat dicapai melalui

pemerintah Kabupaten Agam mempunyai gambaran keadaan secara detail dari rencana yang akan

perwujudan pemanfaatan ruang yang serasi dan seimbang dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung,

dijalankan dan dapat menilai kemampuan kota secara fisik, administrasi maupun keuangan, sehingga

pertumbuhan dan perkembangan kota yang bersangkutan serta sejalan dengan kebijaksanaan wilayah yang

membantu penetapan prioritas program untuk dituangkan dalam rencana anggaran tahunan Kabupaten

lebih luas.

Agam.

Secara spesifik, tujuan yang ingin dicapai dalam kaitannya dengan penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, adalah :

LAPORAN RENCANA

III - 1

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

i.

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kota berfungsi sebagai wadah keterpaduan rencana kota dengan

b. Memantapkan pelaksanaan perencanaan terpadu antara pendekatan perencanaan dari bawah dengan

pengembangan daerah-daerah bawahannya serta menampung aspirasi masyarakat, swasta dan


Pemerintah Kabupaten Agam.

perencanaan dari atas baik dari segi penganggaran maupun penetapan lokasi.
c. Menciptakan keterpaduan antara rencana-rencana pembangunan wilayah yang telah ada (RTRW) dengan
rencana tata ruang kota.

j.

Untuk mencapai hal tersebut, maka RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari harus

d. Meningkatkan kemampuan pelayanan pemerintah terhadap masyarakat.

berisikan rencana kota dan sektoral yang ada atau akan dialokasikan di kawasan perencanaan dengan

e. Meningkatkan mutu dan keseimbangan lingkungan sosial dengan lingkungan fisik.

pertimbangan-pertimbangan kemampuan dilihat secara lebih detail. Selanjutnya RDTR yang disusun harus

f.

mampu menjawab masalah tuntutan masyarakat dalam pembangunan wilayah kota serta rumusan
maupun kebijaksanaan yang dibutuhkan pada masa mendatang.

Meningkatkan kemampuan dan keterampilan aparat pemerintah dan warga masyarakat dalam rangka
mewujudkan kota yang mandiri.

g. Meningkatkan dan memperkokoh lembaga perencanaan di daerah.


h. Mengendalikan pertumbuhan kota sesuai dengan tata ruang yang telah ditetapkan, baik melalui

k. RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari disusun dengan tujuan untuk dapat

pengawasan dan atau perijinan maupun tindakan penertiban.

mewujudkan pemanfaatan ruang kota yang serasi dan seimbang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan daya dukung pertumbuhan dan pengembangan kota, tanpa mengabaikan aspek kelestarian
lingkungan kehidupan perwilayahan.

3.1.3 Arah Pengembangan Kota


Sesuai dengan beberapa potensi dan permasalahan yang dimiliki Kota Bawan dari berbagai aspek
antara lain :

l.

Upaya pengembangan kota ditujukan untuk dapat menciptakan pola tata ruang yang serasi dan optimal

a. Aspek lokasi (geografis), berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota-kota di Sumatera

serta penyebaran fasilitas dan utilitas secara tepat dan merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Barat dengan kota-kota di Sumatera Utara. Disamping itu, Kota Bawan berada di wilayah Barat Kabupaten

tanpa mengabaikan peningkatan kualitas lingkungan kehidupan wilayah sesuai dengan norma-norma yang

Agam sebagai orientasi tujuan perdagangan bagi daerah-daerah yang ada disekitarnya (baik dalam

berlaku.

lingkup Agam Barat maupun luar Kabupaten Agam).

m. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari harus memuat

b. Aspek transportasi, telah tersedia jaringan jalan dengan kondisi cukup memadai serta mengarah ke

informasi dan data yang digunakan secara detail, analisis pengkajian potensi dan masalah saat ini,

berbagai arah tujuan. Disamping itu, telah terlayani angkutan lokal maupun regional, sehingga

rumusan kebijaksanaan dasar perencanaan, penjabaran dalam rencana struktur dan rumusan

aksessibilitas terhadap daerah-daerah luar relatif tidak terbatas.

pelaksanaan pembangunan yang diwujudkan dalam bentuk uraian/teks rencana tata ruang, dan dalam
peta rencana dengan skala 1 : 5000.

c. Aspek fisik, sebagai wadah/ruang untuk pengembangan kota sangat mendukung dengan kondisi yang
relatif datar serta daya dukung lahan yang cukup bagus.

n. Dalam kaitan dengan aspek pelaksanaan rencana kota, maka RDTR Kawasan Perkotaan harus mampu
memberikan rumusan prioritas pengembangan dan pembangunan pada masa yang akan datang.

d. Aspek sarana dan prasarana, dimana telah tersedianya berbagai fasilitas skala regional seperti : Pasar,
Kantor Camat, Kantor Polisi dan sebagainya.

3.1.2 Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam perencanaan ini adalah :
a. Memantapkan pelaksanaan otonomi daerah.

e. Aspek kebijaksanaan (RTRW Kabupaten Agam hasil revisi tahun 2004) yang mendukung diantaranya,
penetapan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari sebagai pusat pengembangan permukiman, pusat sosial
ekonomi, pusat koleksi dan distribusi.

LAPORAN RENCANA

III - 2

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

f.

Aspek lainnya, seperti : pembukaan route angkutan yang melayani wilayah Agam bagian Barat,

Rencana pendistribusian penduduk tiap unit lingkungan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan

beroperasinya bandar International Ketaping tahun 2005 serta issu peningkatan jalan Propinsi menjadi

Ampek Nagari didasarkan atas :

jalan Nasional pada poros Agam bagian Barat.

Struktur tata ruang yang telah ditetapkan,

Keberadaan sarana dan prasarana,

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka arah pengembangan Kota Bawan pada masa yang akan

Arahan pemanfaatan ruang tiap unit lingkungan, dan

datang akan ditetapkan sebagai kota tujuan perdagangan regional di wilayah Kabupaten Agam (bagian

Kemampuan daya tampung ruang yang sesuai dengan faktor lahan potensial untuk pengembangan

barat) setelah Kota Lubuk Basung. Kondisi tersebut diharapkan akan menjadi penyeimbang pertumbuhan

pembangunan fisik perkotaan.

wilayah di Kabupaten Agam antara Agam Timur (yang dipengaruhi Bukittinggi) dan Agam Barat. Penetapan
arah pengembangan tersebut tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pusat-pusat
pertumbuhan lainnya di Agam Barat seperti : Tiku, Manggopoh, Batu Kambing, Lubuk Basung, dan Sitalang.

Disamping itu pendistribusian penduduk ini diklasifikasikan dalam 3 (tiga) variasi kepadatan penduduk
yaitu :
a. Kepadatan Penduduk Tinggi (maksimal 80 jiwa/hektar).
b. Kepadatan Penduduk Sedang (maksimal 60 jiwa/hektar).

3.2 Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan

c. Kepadatan Penduduk Rendah (maksimal 40 jiwa/hektar).

3.2.1 Rencana Distribusi Penduduk Kawasan Perkotaan

Berdasarkan konsep distribusi penduduk bahwa unit-unit lingkungan yang terletak pada kawasan

Rencana pendistribusian penduduk di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari hingga

pusat kegiatan perdagangan dan jasa, cenderung akan mempunyai kepadatan yang relatif tinggi, sebaliknya

akhir tahun perencanaan (tahun 2010) sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dituju, yaitu penyebaran

untuk kawasan yang semakin jauh dari kawasan pusat kegiatan perdagangan dan jasa kota akan relatif

dan pemerataan penduduk di seluruh Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari sehingga

semakin rendah.
Sesuai dengan kondisi tersebut, maka untuk di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek

konsentrasi penduduk di kawasan pusat perdagangan (kegiatan perdagangan dan jasa kota) tidak terlalu

Nagari, unit-unit lingkungan yang akan dikembangkan adalah :

padat.
Rencana penyebaran penduduk ini disesuaikan dengan orientasi dan kecenderungan perkembangan

Unit lingkungan dengan kepadatan tinggi adalah UL - 1 Dusun Ambalau, dan UL - 2 Sekitar Pasar.

fisik perkotaan dan rencana alokasi kawasan permukiman serta fasilitas pendukungnya. Semakin dekat

Unit lingkungan dengan kepadatan sedang adalah UL - 3 sekitar Kantor Kecamatan.

dengan kawasan kegiatan perdagangan dan jasa kota mempunyai kecenderungan kepadatan penduduk yang

Unit lingkungan dengan kepadatan rendah adalah UL - 4 Dusun Simpang Pudung dan UL - 5 Simpang

relatif tinggi, sebaliknya semakin jauh dari kawasan kegiatan perdagangan jasa kota

maka tingkat

Bambu Kuning dan Simpang Padang Kalam.

kepadatannya relatif semakin rendah.


Perkiraan jumlah penduduk yang didistribusikan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek

Karena distribusi penduduk pada tiap unit lingkungan didasarkan pada kapasitas daya tampung ideal,

Nagari hingga tahun 2010 berdasarkan analisis proyeksi (dengan Metode Bunga Berganda) sebanyak 8.327

maka kebijaksanaan pengembangan penduduk diarahkan kepada pemenuhan target daya tampung ideal pada

jiwa, sehingga kepadatan penduduk Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari adalah 37

tiap-tiap unit lingkungan. Berdasarkan hasil pertimbangan analisis daya tampung penduduk, serta ketersediaan

jiwa/hektar. Sedangkan berdasarkan daya tampung penduduk mampu menampung 10.654 jiwa dengan

lahan pada tiap unit lingkungan, maka diketahui jumlah penduduk yang dapat ditampung pada tiap unit

kepadatan 50 jiwa/Ha. Dengan demikian perbandingan hasil proyeksi dengan daya tampung penduduk sampai

lingkungan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dapat dilihat pada Tabel III - 1 dan

akhir tahun perencanaan masih mencukupi.

Gambar 3 - 1.

LAPORAN RENCANA

III - 3

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Tabel III - 1
Rencana Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Tiap Unit Lingkungan di Kawasan Kotaan
Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010

UL-1
Dusun Ambalau

48.94

27,65

1.659

60

SEDANG

jumlah penduduk, adalah penyediaan tempat bermukim bagi penduduknya. Lokasi permukiman ini disebar

UL-2
Blok Pasar

117.96

5,25

420

80

TINGGI

ke seluruh kawasan perkotaan dan prioritas penyebarannya ke sebelah selatan. Sedangkan untuk

116.15

48,51

2.910

60

SEDANG

kawasan pusat kota (blok pasar) saat ini pengembangan secara horizontal harus dibatasi mengingat

77.78

44,22

1.769

40

RENDAH

4
5

JUMLAH

Distribusi
Penduduk (Jiwa)

Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Ha)

a. Permukiman

Nomor Unit
Lingkungan

UL-3
Blok Kantor Kecamatan
UL-4
Dusun Simpang
Pudung
UL-5
Dusun Simpang Padang
Kalam

Luas Lahan
Potensial (Ha)

akan dikembangkan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari meliputi :

No

Luas Unit
Lingkungan (Ha)

Kebijaksanaan RTRW Kabupaten Agam Tahun 1997 serta RTRW hasil revisi 2004, kegiatan-kegiatan yang

Keterangan

Untuk mengantisipasi tehadap pemenuhan kebutuhan permukiman penduduk sebagai akibat pertambahan

dikelilingi sawah teknis. Untuk pengembangan mendatang diarahkan ke sebelah selatan (sekitar Dusun
Simpang Bambu Kuning, Dusun Simpang Pudung dan Dusun Simpang Padang Kalam) dan utara (sekitar

106.00

97,41

3.896

40

466.64

223,04

10.654

50

RENDAH

Sumber : Hasil Rencana

Dusun Ambalau sekitar SLTP).


Pengembangan ini harus ditunjang pula dengan pemenuhan dan penyediaan sarana dan prasarana pada
tingkat unit lingkungan serta pemenuhan aksessibilitasnya.

3.2.2 Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Kawasan Perkotaan

Pengembangan permukiman di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari pada

3.2.2.1 Rencana Struktur Ruang Kota

pelaksanaannya dikembangkan melalui pembangunan sendiri (konvensional) terutama di kawasan pusat

Pembentukan struktur pelayanan kegiatan kawasan perkotaan diwujudkan dengan upaya pengaturan
lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial sebagaimana yang telah diuraikan pada pembahasan

kota (blok pasar) dan pembangunan melalui penanganan pengembang perumahan (depelover) di kawasan
yang masih kosong (sebelah selatan).

sebelumnya. Perlu untuk dikemukakan kembali bahwa besaran ruang yang mengisi struktur ruang yang
terbentuk didasarkan pada perkiraan kebutuhan ruang, sedangkan pengarahan lokasi penempatan serta
intensitasnya didasarkan pada pertimbangan karakteristik masing-masing kegiatan yang akan berlangsung.

b. Kegiatan Kesehatan
Untuk kegiatan pelayanan kesehatan lokasinya dipertahankan pada lokasi semula, yaitu di sekitar jalan

Konsep struktur tata ruang yang dipilih untuk perencanaan Ibukota Kecamatan disini bertujuan untuk

menuju Batu Kambing mengingat lokasi saat ini dipandang masih memadai. Namun demikian apabila ada

mendukung percepatan perkembangan kegiatan yang terarah mencapai tingkat yang optimal, dan

penambahan lokasi diarahkan di sekitar pusat pelayanan sesuai dengan lingkup pelayanannya masing-

meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan kawaasan perkotaan yang bersangkutan.

masing (Unit Lingkungan).

Dukungan untuk mempercepat perkembangan kegiatan ini dalam lingkup tata ruang diterjemahkan
dengan penyediaan ruang-ruang yang menjamin optimalisasi pelaksanaan masing-masing kegiatan. Adapun

c. Perdagangan dan Jasa

dalam tata hubungan antar kegiatan, optimalisasi pelaksanaan masing-masing kegiatan tersebut dapat dicapai

Pengembangan kegiatan perdagangan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari meliputi

melalui pengaturan penempatan lokasi kegiatan yang mengarah pada tercapainya hubungan yang terpadu,

rencana pengembangan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

seimbang dan merata ke seluruh wilayah kota.

1. Kegiatan perdagangan regional di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari akan

Kegiatan utama kota merupakan kegiatan yang menjadi orientasi penduduk untuk keperluan

dikembangkan di lokasi semula, dengan penekanan ke pembenahan pasar.

pemenuhan kebutuhan pelayanan dan pekerjaan. Berdasarkan potensi yang dimiliki serta kebijaksanaan
pengembangan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang telah digariskan dalam
LAPORAN RENCANA

III - 4

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-1
Peta rencana distribusi penduduk tiap unit lingkungan
Asal gambar 3-4

LAPORAN RENCANA

III - 5

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

2. Kegiatan perdagangan lingkup pelayanan kota dikembangkan di lokasi yang pada saat ini sudah

2. Sedangkan untuk kuburan, tetap dipertahankan pada lokasi semula (di batas kota arah ke jl. Kampung

berlangsung yaitu di sepanjang jalan regional terutama di Dusun Simpang Padang Kalam dan Dusun

Pili sebelah barat).

Simpang Pudung.
3. Kegiatan perdagangan lingkungan dikembangkan pada tiap-tiap pusat pelayanan lingkungan

g. Kawasan Ruang Terbuka Hijau dan Konservasi

permukiman, yang tersebar di seluruh kawasan kota yang dikembangkan.

Pengembangan kawasan diantaranya pemanfaatan lahan pertanian yang hingga akhir tahun rencana

4. Kegiatan jasa pengembangannya diarahkan untuk dipertahankan pada kawasan pelayanan lingkup

belum dimanfaatkan untuk kegiatan pembangunan fisik perkotaan. Kawasan untuk konservasi adalah

kota, yaitu di sekitar Blok Pasar jalan Propinsi.

daerah yang memiliki permukaan alam yang bergelombang tinggi sampai berbukit curam terutama di
sebelah barat kota serta di sepanjang kiri-kanan aliran sungai.

d. Perkantoran Pemerintah dan Pelayanan Umum


Kegiatan perkantoran yang akan dikembangkan adalah pelayanan pemerintahan dan pelayanan umum

h. Transportasi

skala kecamatan diantaranya : Kantor KUA, PDAM Ranting, Koramil, DIPERTABUNHUT, DEPERLA,

Sistem pergerakkan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari terdiri dari pergerakkan

TELKOM, Kantor POS, Kantor Lingkungan dan SPBU.

regional, pergerakkan lokal dan pergerakkan lingkungan.

Penyediaan dan pengembangan fasilitas perkantoran skala pelayanan regional kecamatan lokasinya
diarahkan pada dua alternatif yaitu :

1. Pergerakan regional yang melalui Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dengan

1. Mengelompok di sekitar Kantor Kecamatan saat ini dan

melewati ruas Jalan Nasional yang menghubungkan Kota Padang - Simpang Empat (Pasaman Barat).

2. DI sebelah utara dekat dengan SMP (telah disediakan oleh masyarakat tanah seluas 2 Ha).
2. Untuk pergerakan lokal dikembangkan antara pusat kegiatan dengan pusat lainnya seperti Batu
e. Industri Kecil

Kambing dan Lubuk Basung.

Industri yang ada pada saat ini di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari berupa
pembuatan Aksesoris Bangunan (Gypsum) dan Gorong-gorong. Adapun untuk pengembangan kegiatan

3. Untuk fasilitas penunjangnya berupa Sub Terminal yang saat ini di Kawasan Perkotaan Ibukota

industri di kawasan perencanaan diarahkan pada jenis industri non-polutif dan berwawasan lingkungan.

Kecamatan Ampek Nagari belum dimilikinya. Untuk itu pada masa yang akan datang perlu disediakan

Untuk industri kecil atau kerajinan (industri rumah tangga) umumnya tetap dipertahankan lokasinya dan

dengan lokasi di sekitar pusat perdagangan (Pasar Bawan). Disamping itu, agar tidak mengganggu

menyatu dengan lingkungan permukiman penduduk sejauh tidak mengakibatkan dampak negatif terhadap

kegiatan lainnya perlu disediakan pula tempat parkir dan tempat bongkar muat barang di sekitar pasar.

lingkungan permukiman.
i.
f.

Pusat Pelayanan

Olah Raga, Ruang Terbuka dan Kuburan

Pusat pelayanan Kota merupakan pusat pelayanan sosial-ekonomi lingkup regional kecamatan yang perlu

Fasilitas olah raga dan ruang terbuka yang akan dikembangkan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan

dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas skala kecamatan. Pusat pelayanan ini adalah bagian dari upaya

Ampek Nagari, sesuai dengan jenis kebutuhannya meliputi, taman dan tempat bermain, taman dan

penyebaran pelayanan kota secara hirarkis agar mudah terjangkau seluruh penduduk kota.

lapangan olah raga lingkungan, taman dan kuburan.


1. Untuk fasilitas olah raga dan taman pengembangannya disesuaikan dengan lingkup pelayanannya

Oleh sebab itu untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal maka lokasi pusat kecamatan hendaknya

masing-masing (permukiman, unit lingkungan dan skala kota) yang lokasinya diarahkan pada pusat

dialokasikan pada lokasi yang tepat (dinilai saat ini sudah cukup tepat). Demikian pula halnya dengan

lingkup pelayanannya.
LAPORAN RENCANA

III - 6

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

pusat unit lingkungan yang merupakan sub pusat pelayanan kota perlu dialokasikan pada lokasi yang tepat

dan didukung oleh prasarana jalan yang memudahkan dalam memanfaatkannya.


Pada saat ini ada dua pusat pelayanan skala regional yakni Kantor Kecamatan dan Pasar Bawan,

Analisis perkiraan kebutuhan ruang (untuk pemenuhan sarana dan prasarana perkotaan) pada masa yang
akan datang.

Konsep dasar pengembangan tata ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.

sedangkan masa yang akan datang direncanakan menggunakan konsep Multi Nuclei Model artinya
banyak pusat. Hal tersebut karena kondisi di lapangan sudah ada kecenderungan yang dicirikan dengan

Atas dasar hal tersebut di atas selanjutnya rencana pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Ibukota

adanya beberapa fasilitas pengikat yang tersebar seperti : kantor kecamatan dan SMU (di tengah), Kantor

Kecamatan Ampek Nagari dapat disusun. Adapun jenis peruntukkan lahan yang direncanakan di Kawasan

Polsek (sebelah selatan), SLTP (sebelah utara) dan, Puskesmas (sebelah timur).

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari antara lain :

Dalam penerapannya konsep pusat pelayanan dan pusat unit lingkungan akan diikat oleh beberapa faktor
pengikat berupa fasilitas sosial dan fasilitas ekonomi sesuai dengan skala pelayanannya masing-masing,
baik yang sudah ada maupun yang direncanakan.

a. Fasilitas Rumah
Pengembangan kebutuhan fasilitas rumah selain memperhatikan keadaan perkembangan yang terjadi
saat ini juga memperhatikan potensi lokasi serta penyebaran fasilitas pelayanan yang terjadi. Besaran

Berdasarkan bahasan di atas, rencana strukur tata ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari dapat dilihat pada Gambar 3 - 2.
3.2.2.2 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota dan Alokasi Fasilitas
3.2.2.2.1 Rencana Pemanfaatan Ruang
Rencana pemanfaatan ruang ditujukan untuk memberi ketegasan optimalisasi ruang wilayahnya,
disusun untuk menyiapkan dan mengantisipasi perkembangan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek

ruang yang direncanakan untuk kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari hingga tahun 2010 seluas 10,6 hektar (untuk penyediaan kekurangan rumah 265 unit).
b Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan yang dikembangkan sesuai dengan jenisnya meliputi, Taman Kanak-kanak (TK),
Sekolah Dasar (SD) dan sederajat, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan sederajat, Sekolah
Menengah Umum (SMU) dan sederajat adalah seluas 1,48 hektar.

Nagari di masa mendatang serta perwujudan ruang dalam pelaksanaan program dan pengendalian
pembangunan kota sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam tata guna lahannya.

c. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang akan dikembangkan meliputi, Puskesmas, Rumah Bersalin, Tempat Praktek

Beberapa pertimbangan yang mendasari penyusunan rencana pemanfaatan ruang ini antara lain
adalah:

Dokter, Posyandu dan Apotik. Adapun besaran ruang yang direncanakan untuk pengembangan fasilitas
kesehatan ini hingga tahun 2010 seluruhnya adalah 0,19 hektar.

Mengacu terhadap kebijaksanaan fungsi Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang ditetapkan dalam RTRW
Kabupaten Agam 97 dan hasil revisi 2004 (sebagai pusat pelayanan sosial skala kecamatan, pusat
pemerintahan skala kecamatan, pusat koleksi dan distribusi, dan pusat pengembangan permukiman).

d. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan yang akan dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah pemeluk
agama yang bersangkutan. Fasilitas peribadatan yang akan dikembangkan terutama adalah : Mesjid

Analisis keadaan fisik kawasan perencanaan yang secara lebih tegas tertuang dalam analisis lahan

lingkungan dan Musholla/Langgar (mesjid utama/raya sudah tersedia di belakang pasar). Adapun besaran

potensial, dimana tercakup lahan-lahan yang layak dikembangkan (lahan potensial) dan yang tidak layak

ruang yang direncanakan untuk fasilitas peribadatan ini hingga tahun 2010 adalah 0,31 hektar.

dikembangkan (limitasi fisik/tidak potensial) karena morofologi alam yang bergelombang dan berbukit,
adanya pertanian teknis dan adanya Sungai Bt. Bawan dan Bt. Sitanang.

LAPORAN RENCANA

III - 7

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-2
Peta rencana Struktur tata Ruang Kota
Asal gbr 3-1

LAPORAN RENCANA

III - 8

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Fasilitas Perdagangan

lingkungan, taman dan lapangan olah raga kecamatan, ruang terbuka hijau serta kuburan. Besaran ruang

Fasilitas Perdagangan yang dikembangkan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari

yang direncanakan untuk fasilitas olah raga, ruang terbuka dan kuburan ini hingga tahun 2010 adalah

sesuai dengan jenis kebutuhannya meliputi : Pasar (skala regional), Pertokoan, Warung dengan luas yang

seluas 0,51 hektar.

dibutuhkan sampai tahun 2010 sebesar 0,52 Hektar.


k. Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Konservasi
f Fasilitas Pergudangan

Pengembangan kawasan hijau merupakan pemanfaatan lahan-lahan pertanian yang pada saat ini dapat

Fasilitas pergudangan yang akan disediakan seluas 0,1 Ha yang diperuntukkan berbagai jenis barang

dipertahankan untuk kegiatan pertanian, kawasan ini juga merupakan lahan cadangan pengembangan fisik

sebelum dipasarkan.

perkotaan di masa mendatang. Disamping itu, sempadan sungai (sepanjang kiri dan kanan sungai) serta
daerah dengan morfologi alam yang bergelombang sampai berbukit curam ditetapkan sebagai lahan

Fasilitas Jasa

konservasi dengan luas lahan yang dibutuhkan 3,85 hektar.

Untuk kegiatan jasa meliputi, lembaga keuangan (bank), perbengkelan dan pergudangan. Adapun besaran
ruang yang direncanakan untuk fasilitas perdagangan dan jasa ini hingga tahun 2010 adalah 0,080 Ha.

l.

Transportasi
Pengembangan transportasi terdiri dari penyediaan sarana dan prasarana transportasi, disamping jaringan

Peruntukkan Kegiatan Industri Kecil

jalan, perparkiran, tempat bongkar muat barang dan sub terminal. Untuk transportasi jaringan jalan

Kegiatan industri rumah tangga yang akan dikembangkan sesuai dengan jenisnya meliputi : pembuatan

penyediaannya akan diperkirakan sebesar 20% dari luas penggunaan lahan terbangun yang

aksesoris bangunan, pembuatan gorong-gorong, pengolahan pinang, jeruk, pengolahan padi, dan

direncanakan. Besaran ruang yang direncanakan untuk sarana dan prasarana transportasi ini hingga

pengolahan kelapa kopra. Industri yang direkomendasikan akan berlangsung di Kawasan Perencanaan ini

tahun 2010 adalah seluas 1,5 hektar.

termasuk industri nonkecil. Direncanakan besaran ruangnya seluas 1,5 Ha dan lokasinya dapat bersatu
dengan permukiman sejauh tidak mengganggu lingkungan sekitarnya. Akan tetapi apabila intensitas

Untuk lebih jelasnya, rencana pemanfaatan ruang kota sampai tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 3 -

kegiatannya berkembang cepat, dialokasikan pada lokasi khusus.

3.

Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum

3.2.2.2.2 Rencana Alokasi Fasilitas

Fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum yang dikembangkan sesuai dengan jenis kebutuhannya

Rencana alokasi fasilitas pada dasarnya merupakan pendistribusian fasilitas pelayanan sesuai dengan

meliputi kantor pemerintahan tingkat kecamatan yang terdiri dari : Kantor Koramil, Kantor PDAM (ranting),

masing-masing lingkup pelayanannya, dalam alokasi fasilitas ini digunakan beberapa pertimbangan yaitu :

Kantor KUA, Kantor Cadin pendidikan, Kantor DIPERTABUNHUT, Kantor DAPERLA, Kantor TELKOM,

Kebijaksanaan RTRW Kabupaten Agam,

Kantor pos pembantu, Kantor lingkungan (setingkat RW) dan SPBU. Adapun besaran ruang yang

Fungsi Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari,

direncanakan untuk fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum ini hingga tahun 2010 adalah seluas 0,72

Kondisi eksisting Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, dan

hektar.

Rencana distribusi penduduk.


Berdasarkan hal tersebut, alokasi fasilitas di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari

j.

Fasilitas Olah Raga, Taman dan Kuburan

adalah sebagai berikut :

Fasilitas yang akan dikembangkan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, sesuai
dengan jenis kebutuhannya meliputi, taman dan tempat bermain, taman dan lapangan olah raga
LAPORAN RENCANA

III - 9

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gbr 3-3
Peta rencana pemanfaatan ruang
Asal : gbr 3-7.

LAPORAN RENCANA

III - 10

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

A. Alokasi Fasilitas Rumah (Permukiman)


Fasilitas rumah yang dikembangkan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari,

kerjasama antara masyarakat, pengembang dan pemerintah khusus PNS/TNI Polri dengan fasilitas
Bapertarum atau ASABRI.

mengacu pada konsep REI (Rel Estate Indonesia) dengan perbandingan 1 : 3 : 6 (10 % tipe besar, 30 % tipe
sedang, dan 60 % tipe kecil). Setiap rumah diasumsikan diisi oleh 1 Kepala Keluarga yang terdiri dari 5 jiwa
(rata-rata hunian ideal) dengan pengertian bapak, ibu, dua anak dan satu pembantu. Untuk kebutuhan

B. Alokasi Fasilitas Pendidikan


Pengembangan fasilitas pendidikan pada prinsipnya tetap mempertahankan lokasi yang telah ada,

ruangnya yaitu ;

sedangkan untuk memenuhi kebutuhan akan fasilitas ini sesuai dengan perkembangan kota dipertimbangkan

- Rumah tipe besar direncanakan luas kapling sebesar 400 m2,

untuk pembangunan fasilitas baru. Berdasarkan kebutuhannya fasilitas pendidikan yang akan dikembangkan di

- Rumah tipe sedang dengan luas kapling 300 m2, dan

Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari meliputi :

- Rumah tipe kecil dengan kapling seluas 200 m2.


1. Sekolah Taman Kanak-Kanak (STK)
Dengan dasar-dasar perkiraan di atas, kebutuhan rumah di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan

Sekolah Taman Kanak-Kanak sebagai jenjang pendidikan pra sekolah diperuntukkan bagi penduduk yang

Ampek Nagari (setelah dikurangi jumlah rumah yang ada) maka sampai tahun 2010 membutuhkan sebanyak

telah memasuki usia antara 5 - 6 tahun. Satu sekolah Taman Kanak-Kanak terdiri dari 2 ruang kelas

265 unit dan kebutuhan ruangnya seluas 10,60 hektar.

dengan daya tampung masing-masing 40 murid (1 STK = 80 murid)) dengan luas lahan 1.200 m2.

Secara garis besar pengembangan rumah diarahkan dengan dua cara, yakni untuk kawasan padat

Perhitungan lain, adalah dilihat dari jumlah penduduk pendukung dimana diperuntukan (dilayani) bagi

(sekitar pasar) dilakukan secara perorangan, sedangkan untuk daerah-daerah yang masih kosong (terutama

1.000 penduduk untuk 1 unit STK. Lokasi STK sebaiknya tidak menyeberang jalan terlebih dengan jalur

sebelah selatan) bisa secara konvensional bisa juga oleh pengembang (developer).

jalan dengan kecepatan tinggi, serta radius pelayanan kurang lebih 500 meter.

Arah pengembangan perumahan ke sebelah selatan ( Dusun Simpang Pudung, Dusun Simpang
Padang Kalam dan Dusun Simpang Bambu Kuning) dinilai cukup ideal, disamping permukaan yang relatif

Pada saat ini di Kota Bawan terdapat 1 unit Taman Kanak-kanak yang berlokasi di Dusun Simpang

datar juga kecenderungan terjadi ke daerah tersebut.

Pudung, sedangkan berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan penduduk pendukung

Untuk masa yang akan datang pembangunan perumahan harus memperhatikan beberapa persyaratan

dibutuhkan 8 unit TK. Untuk itu akhir tahun perencanaan (2010) perlu adanya penambahan fasilitas

antara lain :

Sekolah Taman Kanak-kanak sebanyak 7 unit.

Tidak terganggu oleh polusi (air, udara dan suara).

Adapun untuk pendistribusiannya akan dialokasikan di tengah-tengah lingkungan permukiman yang sudah

Dapat disediakan air bersih (air minum).

ada maupun yang direncanakan, agar jangkauan pelayanannya relatif dekat.

Mempunyai aksesibilitas yang baik.


Mudah dan aman mencapai tempat kegiatan.
Tidak dibawah permukaan air.

2. Sekolah Dasar (SD)


Sampai tahun 2004 jumlah fasilitas Sekolah Dasar di Kota Bawan sebanyak 2 unit yang masing-masing
berlokasi di Dusun Ambalau dan di Dusun Simpang Pudung. Disamping itu, terdapat pula sekolah

Pembangunan

rumah pada masa yang akan datang, ada beberapa kemungkinan cara yang

setingkat SD yaitu MIN (Madasah Ibtidaiyah Negeri) sebanyak 2 unit yang berlokasi di Blok Pasar.

dilakukan yaitu :
oleh masyarakat sendiri secara swadaya (konvensional).

Untuk menghitung jumlah fasilitas pendidikan Sekolah Dasar pada masa yang akan datang dihitung

oleh Developer/Pengembang (secara Cash ataupun Kredit).

berdasarkan asumsi sebagai berikut : Sekolah Dasar diperuntukkan bagi penduduk usia 6 - 12 tahun,

oleh pemerintah (bantuan khusus bagi masyarakat yang kurang mampu atau terkena musibah).
LAPORAN RENCANA

III - 11

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Jumlah ruang dalam 1 kelas sebanyak 40 murid. Dengan demikian 1 Sekolah Dasar dapat menampung

Pedoman lain yang bisa dipakai dalam menghitung kebutuhan SMU adalah :

240 murid dengan luas lahan yang dibutuhkan 1.000 m2.

- pendidikan SMU diperuntukkan bagi penduduk usia antara 16 - 18 tahun.

Perhitungan lain untuk memeperkirakan kebutuhan jumlah fasilitas Sekolah Dasar adalah dengan

- Satu unit SMU terdiri dari 2 bangunan, masing-masing bangunan terdiri dari 6 kelas.

menggunakan penduduk pendukung, dimana 1 Sekolah Dasar didukung dengan jumlah penduduk 1.600

- Kapasitas masing-masing kelas sebanyak 30 murid.

jiwa.

- Luas lahan yang dibutuhkan adalah 2.700 m2.

Berdasarkan perhitungan tersebut maka sampai akhir tahun perencanaan (tahun 2010) memerlukan
penambahan fasilitas Sekolah Dasar sebanyak 1 unit. Adapun lokasinya diarahkan pada kelompok

Rencana alokasi fasilitas baru akan ditempatkan bersatu dengan rencana SLTP yaitu di sebelah selatan

permukiman yang belum tersedia fasilitas tersebut.

sekitar Dusun Simpang Pudung.

3. SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama)


Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kawasan Perencanaan saat ini sebanyak 1 unit. Jumlah

Dari beberapa perhitungan kebutuhan berbagai fasilitas pendidikan di atas, maka rencana kebutuhan
sampai akhir tahun perencanaan (2010) serta luas ruangnya dapat dilihat pada tabel III - 2.

tersebut sampai akhir tahun perencanaan (tahun 2010) belum mencukupi, sehingga perlu penambahan
Tabel III - 2
Rencana Kebutuhan Fasilitas Pendidikan
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010

sebanyak 1 unit. Hal tersebut terlihat dari hasil perhitungan menggunakan standar perencanaan, dimana
setiap 1 unit SLTP didukung oleh 4.800 penduduk.

Eksisitng
(Unit)
1

Kebutuhan Tahun 2010


Unit
Luas (m2)
8
9.600

Cara lain yang bisa dipakai adalah penduduk berdasarkan kelompok usia, dimana untuk SLTP

No

diperuntukan bagi penduduk berumur 12 - 15 tahun. 1 Unit SLTP dipakai pagi dan sore yang terdiri dari 2

TK

buah dengan masing-masing memiliki 6 ruang kelas, serta kaspasitas per kelas menampung 30 murid

SD/Sederajat

5.000

1 unit = 1.000 m2

danluas lahan yang dibutuhkan 2.700 m2 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap 1 unit SLTP

SMP

5.400

1 unit = 2.700 m2

memiliki 12 ruang kelas dengan kapasitas 360 murid.

SMU

5.400

1 unit = 2.700 m2

JUMLAH

17

25.400

Rencana alokasi fasilitas ini dialokasikan sebelah selatan sekitar Dusun Simpang Pudung, untuk antisipasi
pelayanan di luar kawasan perkotaan yang datang dari sebelah selatan.

Fasilitas

Rencana
7 unit = 8.400 m2

Sumber : Hasil Analisis


Keterangan : SD yang ada termasuk (Madrasah Ibtidayah Negeri)

5. SMU (Sekolah Menengah Umum)


Jumlah fasilitas SMU di kawasan perencanaan sampai saat ini sebanyak 1 unit yang berlokasi di Simpang
Proyek Dusun Pudung. Kondisi bangunan cukup baik serta terdapat pada lokasi yang dijangkau oleh
masyarakat di luar wilayah Kecamatan Ampek Nagari. Berdasarkan hasil perhitungan pada tahun 2010
membutuhkan 2 unit SMU, dengan demikian butuh penambahan 1 unit. Kebutuhan tersebut dihitung
berdasarkan penduduk pendukung, dimana setiap 4.800 penduduk membutuhkan 1 unit fasilitas SMU
dengan luas 2.700

m2.

C. Alokasi Fasilitas Kesehatan


Pelayanan kesehatan sangat bergantung pada penyediaan fasilitas dan tenaga medis (tenaga
kesehatan). Oleh karena itu, keberadaannya sangat membantu dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia serta dapat mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan penduduk.
Sampai saat ini fasilitas kesehatan yang ada di Kota Bawan terdiri dari fasilitas skala pelayanan
regional kecamatan yaitu Puskesmas Pembantu sebanyak 2 unit yang berlokasi di Dusun Simpang Pudung
menuju arah barat dan di sekitar Pasar menuju Batu Kambing. Sedangkan fasilitas pelayanan skala lokal yang
ada yakni Toko Obat 4 unit, Polindes 1 unit dan Posyandu 12 unit.

LAPORAN RENCANA

III - 12

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Adapun untuk menghitung kebutuhan fasilitas kesehatan pada masa yang akan datang digunakan
standar perencanaan yang dikeluarkan oleh DPMB (Dinas Penelitian masalah Bangunan) dengan uraian

Penempatan fasilitas tersebut di distribusikan di tengah-tengah lingkungan permukiman agar jangkauan


pelayanan setiap unit lingkungan lebih mudah.

sebagai berikut :
3. Tempat Praktek Dokter
1. Puskesmas

Tempat praktek dokter ini merupakan salah satu tempat yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan

Fungsi utama Puskesmas adalah memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan

perumahan dengan penduduk pendukung sebanyak 5.000 jiwa penduduk. Arahan lokasi tempat praktek

(penyembuhan, pencegahan dan pendidikan), juga sebagai organ terkecil dari Departemen Kesehatan

dokter ini dengan sendirinya harus ditengah-tengah kelompok keluarga bersatu dengan rumah tinggal

untuk memantau seluruh kondisi kesehatan di lingkungan. Lokasinya sebaiknya di tengah-tengah

biasa. Apabila tempat praktek dokter ini bangunannya terpisah dari rumah tinggal, luas yang dibutuhkan

pemukiman yang dapat dijangkau lalu-lintas kendaraam umum. Minimum penduduk yang mendukung

adalah 100 m2. Sampai saat ini tempat praktek dokter di Kota Bawan belum tersedia, sedangkan

sarana ini berdasarkan standar adalah 30.000 jiwa dengan luas lantai yang dibutuhkan adalah 1.200 m 2.

kebutuhan sampai akhir tahun perencanaan (tahun 2010) membutuhkan 2 unit.

Sarana pelengkap yang diperlukan untuk mendukung sarana ini adalah : tempat parkir, pelayanan
pemerintahan dan sosial lainnya, gedung serba guna dan Apotik. Standar tersebut bila dikaitkan dengan

4. Apotik

kondisi saat ini dan keperluan sampai akhir tahun perencanaan (2010) belum perlu adanya penambahan,

Di Kota Bawan belum tersedia Apotik untuk pelayanan obat-obatan khususnya resep Dokter, namun yang

mengingat telah tersedianya Puskesmas Utama yang berlokasi di Batu Kambing. Namun demikian karena

ada berupa Toko Obat sebanyak 4 unit. Lokasi sebaiknya tersebar diantara kelompok keluarga dan

transportasi ke Batu Kambing relatif terbatas, maka Kota Bawan perlu memiliki Puskesmas Utama

terletak di pusat-pusat unit lingkungan. Minimum penduduk pendukung berdasarkan standar perencanaan

tersendiri. Sedangkan Puskesmas Pembantu yang ada tetap dipertahankan, sehingga akan lebih

adalah 10.000 jiwa, sehingga pada masa yang akan datang perlu disediakan 1 unit disamping toko obat

mempermudah pelayanan terhadap masyarakat kota setempat khsususnya, dan lingkup Kecamatan

yang sudah ada. Luas lahan yang dibutuhkan untuk apotik ini adalah 350 m 2, dengan arahan lokasi

Ampek Nagari umumnya. Hal tersebut mengingat saat ini untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

ditempatkan di tengah lingkungan permukiman bersatu dengan fasilitas kesehatan lainnya.

kesehatan yang lebih lengkap harus ke Batu Kambing dan Kota Lubuk Basung.
5. BKIA
2. Poliklinik

Fungsi utama fasilitas ini adalah untuk melayani ibu-ibu sebelum, pada waktu dan sesudah melahirkan

Fungsi utama sarana ini adalah memberikan pelayanan kesehatan dalam bidang penyembuhan (currative)

serta melayani anak-anak usia sampai 6 tahun. Lokasinya disarankan di tengah-tengah lingkungan

tanpa perawatan, tetapi berobat pada waktu-waktu tertentu untuk vaksinasi (preventife). Lokasinya harus di

keluarga dan diusahakan tidak menyeberang jalan lingkungan. Radius pencapaian maksimum 2.000 meter

tengah-tengah lingkungan permukiman dimana radius pencapaiannya tidak boleh lebih 1.000 meter.

(2 km) dengan penduduk pendukung 10.000 jiwa (lebih kurang 4 Rukun Warga) serta luas lahan yang

Minimum penduduk yang mendukung sarana ini 1.000 jiwa untuk 1 Poliklinik, dengan luas tanah yang

dibutuhkan 1.000 m2.

dibutuhkan 300 m2.


Pada saat ini di Kota Bawan terdapat 2 unit berupa Klinik KB yang didukung oleh 2 tenaga medis (Bidan),
Pada saat ini di Kota Bawan terdapat 1 unit fasilitas Poliklinik yang berupa Polindes. Jumlah tersebut

sedangkan berdasarkan hasil pendekatan standar perencanaan hanya membutuhkan 1unit . Dengan

dirasa masih kurang dibandingkan dengan kebutuhan menurut standar perencanaan,berdasarkan hasil

demikian, saat ini dan bahkan sampai akhir tahun perencanaan belum perlu adanya penambahan fasilitas

perhitungan seharusnya pada saat ini terdapat 5 unit. Dengan demikian sampai akhir tahun perencanaan

tersebut. Namun yang perlu dikembangkan adalah kualitas dan pelayanan fasilitas yang ada.

(tahun 2010) membutuhkan penambahan 4 unit.

LAPORAN RENCANA

III - 13

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Untuk lebih jelasnya, rencana kebutuhan fasilitas kesehatan pada masa yang akan datang (sampai akhir
tahun perencanaan) dapat dilihat pada tabel III - 3.
Tabel III - 3
Rencana Kebutuhan Fasilitas Kesehatan
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010
No

Fasilitas

Eksisitng
(Unit)

Puskesmas

2
3
4
5

Poliklinik
Praktek Dokter
Apotik
BKIA
JUMLAH

1
2
5

Kebutuhan Tahun
2010
Rencana
2
Unit Luas (m )
1
1.200 Belum perlu penambahan, tapi
peningkatan pelayanan
5
1.500 Penambahan 4 unit = 1.200 m2
2
100 Penyediaan 2 unit = 200 m2
1
350 Penyediaan 1 unit = 350 m2
1
1.000 Belum perlu penambahan
10
4.250

Sumber : Hasil Rencana

lingkungan pemerintahan (perkantoran) skala kecamatan. Pada saat ini telah tersedia 1 unit Mesjid
Raya, sehingga sampai tahun 2010 belum perlu adanya penambahan.
- Sedangkan untuk Mesjid skala lingkungan, perhitungan jumlah kebutuhan fasilitas berdasarkan
penduduk pendukung, dimana setiap satu Mesjid Lingkungan didukung oleh 2.500 jiwa, dengan luas
lahan yang dibutuhkan 300 m2. Berdasarkan hal tersebut, maka kebutuhan Mesjid Lingkungan sampai
akhir tahun perencanaan (tahun 2010) dibutuhkan 3 unit dengan luas lahan 900 m 2. Sedangkan sampai
tahun 2004 sudah tersedia sebanyak 2 unit dengan demikian perlu penambahan bangunan Mesjid
sebanyak 1 unit.
2. Langgar/Musholla
Standar penyediaan Musholla/Langgar dihitung berdasarkan penduduk pendukung, dimana setiap 250 jiwa
membutuhkan 1 unit dengan luas lahan yang dibutuhkan 100 m 2. Dengan asumsi tersebut jumlah
Musholla/Langgar di Kota Bawan sampai tahun 2010 membutuhkan sebanyak 32 unit dengan luas lahan
3.200 m2, sedangkan yang ada hanya 4 unit (berarti perlu penambahan 28 unit).

D. Alokasi Fasilitas Peribadatan


Rencana penyediaan kebutuhan fasilitas peribadatan ini, jenis dan besarnya tergantung pada kondisi

Fasilitas tersebut biasanya ditempatkan pada lokasi-lokasi penting seperti : sekolah, perkantoran,
perdagangan, serta di lingkungan permukiman setingkat RT.

setempat. Berdasarkan hasil analisis diketahui penduduk di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek

Untuk lebih jelasnya, kebutuhan fasilitas peribadatan sampai akhir tahun perencanaan dapat dilihat pada

Nagari sebagian besar beragama Islam, oleh sebab itu jenis fasilitas peribadatan yang akan dikembangkan

Tabel III - 4.

merupakan fasilitas peribadatan bagi umat Islam.


Jenis fasilitas yang tersedia berupa Mesjid Raya 1 unit berlokasi di belakang Pasar Bawan, Mesjid

Tabel III - 4
Rencana Kebutuhan Fasilitas Peribadatan
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010

lingkungan sebanyak 3 unit dan Musholla atau Langgar sebanyak 4 unit. Lokasi fasilitas tersebut tersebar pada
beberapa tempat di setiap kelompok permukiman. Untuk menghitung kebutuhan fasilitas peribadatan pada
masa yang akan datang dihitung berdasarkan standar dengan penjelasan sebagai berikut :

No
1

1. Mesjid
Untuk menghitung kebutuhan jumlah fasilitas Mesjid, dibedakan atas dua yakni Mesjid skala Kota dan
Mesjid Lingkungan.

Fasilitas

Eksisitng
(Unit)

Kebutuhan Tahun 2010


Unit
Luas (m2)
1
1.750

Rencana

Mesjid Utama/
Mesjid Raya
Mesjid Lingkungan

900

Perlu penambahan 1 unit = 300 m2

Musholla/Langgar

32

3.200

Perlu penambahan 28 unit = 2800 m2

36

5.850

JUMLAH

Belum perlu penambahan

Sumber : Hasil analisis

- Penyediaan mesjid skala kota didasarkan pada kebutuhan identitas kota, dimana setiap kota memiliki
Mesjid Raya yang selain berfungsi tempat ibadah juga sebagai penonjolan kota (Land Mark), dengan
luas lahan yang dibutuhkan 1.750 m2. Lokasinya biasanya ditempatkan di kawasan pusat kota sekitar
LAPORAN RENCANA

III - 14

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

E. Alokasi Fasilitas Perdagangan


Sampai saat ini di Kota Bawan terdapat fasilitas perdagangan skala regional yaitu dengan adanya
Pasar Bawan dan fasilitas skala lokal yaitu berupa toko-toko, kios dan warung-warung. Pasar Bawan yang

Toko, penduduk pendukung 500 jiwa dengan lahan yang dibutuhkan 1.200 m2.
Warung, penduduk pendukung 250 jiwa dengan lokasi bisa bersatu dengan rumah tinggal. Apabila
terpisah luas lahan yang dibutuhkan adalah 50 m2.

berdiri tahun 1933 berstatus Pasar Nagari sebagai asset pemerintahan (Jorong Bawan), yang pengelolaannya
dilakukan oleh staf Jorong. Jumlah Los sampai saat ini sebanyak 210 petak yang terdiri dari 200 Los Kecil dan
10 Los Besar.

Berdasar pada standar tersebut, maka rencana jumlah fasilitas perdagangan pada masa yang akan
datang seperti dapat dilihat pada tabel III - 5.

Hari pasar dalam satu minggu masih terbatas yaitu buka dua kali (Hari Jumat dan Hari Rabu). Untuk
Tabel III - 5
Rencana Kebutuhan Fasilitas Perdagangan
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010

hari Jumat buka mulai pagi sampai sore dengan berbagai jenis dagangan baik sandang maupun pangan.
Sedangkan untuk Hari Rabu, jenis barang yang didagangkan terbatas hanya sayur-sayuran dengan waktu
buka dari pagi sampai siang.
Para pedagang musiman maupun pembeli disamping penduduk Kota Bawan sendiri ataupun
penduduk Ampek Nagari, juga banyak penduduk dari luar yakni dari Kinali, Tanjung Mutiara, Manggopoh, Tiku,
dan sebagainya.
Sedangkan dari berbagai jenis barang yang didagangkan di Pasar Bawan, untuk sayuran didatangkan

No

Fasilitas

1
2
3

Pasar
Toko
Warung
JUMLAH
Sumber : Hasil analisis

Eksisitng
(Unit)
1
25
35

Kebutuhan Tahun 2010


Unit
Luas (m2)
1
13.500
16
19.200
32
1.600
49
34.300

Keterangan
Belum perlu penambahan
Belum perlu penambahan
Belum perlu penambahan

dari : Bukittinggi, Solok, Padang, dan Pasaman Barat, sedangkan untuk pakaian dan barang kelontongan
lainnya didatangkan dari Bukittinggi dan Padang.
Selanjutnya, mengenai lokasi yang ada saat ini dinilai cukup strategis mengingat letaknya terdapat di
sekitar jalur jalan regional sehingga memudahkan dalam pencapaian. Namun yang perlu diperhatikan adalah
kondisi lingkungan pasar yang hampir tidak memiliki saluran drainase akibat tertutup sampah-sampah dan
material lainnya. Disamping itu belum adanya TPS khusus sehingga pengelolaan sampah belum ditangani
dengan baik. Khususnya pasar lama apabila terjadi hujan besar sering terjadi genangan akibat rendahnya
muka tanah serta terbatasnya saluran pembuangan. Untuk itu perlu adanya pembuatan saluran pembuangan
yang diarahkan ke sungai.
Untuk fasilitas perdagangan skala lokal seperti toko, warung/kios penyebarannya tidak terkonsentrasi
pada suatu lokasi, akan tetapi menyebar di tengah-tengah kelompok permukiman. Hal ini disebabkan barangbarang yang dijual merupakan kebutuhan harian dengan skala pelayanan relatif kecil serta merupakan
kebutuhan mendadak. Khusus penyebaran toko banyak berkonsentrasi di sekitar pasar dan sebagian tersebar
di pinggir-pinggir jalan utama agar lebih mudah menjangkaunya. Jumlah toko pada saat ini tercatat sebanyak
25 unit dan warung sebanyak 35 unit.
Untuk menilai jumlah kebutuhan fasilitas perdagangan pada masa yang akan datang, dihitung
berdasarkan standar sebagai berikut :

Kalau kita perhatikan jumlah kebutuhan pada masa yang akan datang lebih kecil dari yang ada saat
ini. Namun demikian seiring dengan perkembangan penduduk serta arah pengembangan perumahan yang
akan dikembangkan di sebelah selatan, sehingga perlu adanya penyediaan/penambahan fasilitas
perdagangan untuk pelayanan penduduk sehari-hari. Adapun jumlahnya adalah :
1. Warung perlu penambahan 5 unit dengan luas 250 m2.
2. Toko perlu penambahan 3 unit dengan luas 3.600 m2.
Kebutuhan tersebut dihitung berdasarkan jumlah unit rumah yang akan dikembangkan yaitu sebanyak
256 unit dengan asumsi setiap unit diisi oleh 5 jiwa. Maka jumlah penduduk yang akan mengisinya sebanyak
1.280 jiwa.
Adapun pengarahan lokasi perdagangan didistribusikan pada tiap unit lingkungan.
F. Alokasi Fasilitas Jasa
Yang dimaksud dengan jasa di sini adalah kegiatan pelayanan masyarakat yang aktifitasnya
memberikan pelayanan jasa secara langsung serta tempatnya memerlukan tempat atau bangunan tersendiri.

Pasar, penduduk pendukung sebanyak 30.000 jiwa dengan luas lahan yang dibutuhkan 13.500 m 2.
LAPORAN RENCANA

III - 15

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Kegiatan jasa yang ada di Kawasan Perencanaan terdiri dari jasa perbengkelan (bengkel motor dan

H. Alokasi Fasilitas Hiburan dan Budaya

mobil masing-masing 2 unit) serta jasa keuangan perbankan sebanyak 2 unit. Lokasi kegiatan jasa tersebut

Dalam upaya melestarikan adat dan budaya setempat, maka perlu disediakan wadah/ruang untuk

sebagian tersebar di beberapa tempat terutama di sekitar jalan Propinsi. Konsentrasi bangunan jasa

menjaga kelangsungan dan kelestarian tersebut. Sarana yang perlu disediakan bisa berupa Balai Pertemuan

perbengkelan terdapat di sekitar pasar (dekat dengan Sungai Batang Sitanang).

(Balai Adat), Gedung Serba Guna maupun Gedung Hiburan Budaya.

Kecenderungan yang terjadi kegiatan jasa berbengkelan ini akan terus berkembang terutama di sekitar
jalan utama secara linier, sehingga pada masa yang akan datang lokasi ini akan dipertahankan namun perlu
adanya pengaturan kegiatan pada lokasi tersebut terutama menyangkut sempadan bangunan (Garis

Balai Pertemuan bisa berupa balai adat tempat pertemuan para tokoh adat.
Gedung Serba Guna, yaitu gedung yang berfungsi umum bisa untuk berbagai kegiatan termasuk olah raga
atau pertandingan pertandingan lainnya di dalam ruangan tertutup.

Sempadan bangunan). Hal tersebut dilakukan untuk membatasi/menghindari kemungkinan terganggunya

Gedung Hiburan Budaya, yaitu gedung khusus tempat kegiatan hiburan rakyat dalam melangsungkan

kegiatan lalu-lintas, terlebih rencana jangka panjang, status jalan Raya Bawan akan ditingkatkan menjadi jalan

pesta adat/rakyat. Selain itu, bisa dimanfaatkan pula sebagai wadah dalam mensosialisasikan berbagai

Nasional.

informasi pembangunan Daerah maupun pembangunan lainnya.

Luas lahan yang dibutuhkan untuk kegiatan jasa adalah dengan asumsi 25 m 2 per penduduk yang
bergerak pada sektor jasa. Pendekatan yang dipakai adalah penduduk yang bergerak pada kegiatan jasa

Untuk menghitung perkiraan kebutuhan lahan untuk sarana budaya tersebut menggunakan standar

buruh dan pertukangan dimana sampai tahun 2010 diperkirakan sebanyak 28 orang (hanya 0,28 % dari

perencanaan sebagai berikut :

penduduk yang sudah bermata pencaharian). Dengan demikian, diketahui bahwa kebutuhan luas ruang untuk

Balai pertemuan 0,12 m2 per penduduk

pelayanan jasa sampai akhir tahun perencanaan membutuhkan luas ruang 768 m2.

Gedung Serba Guna 0,10 m2 per penduduk


Gedung Hiburan 0,10 m2 per penduduk

G. Aloksi Fasilitas Industri Kecil


Kegiatan industri yang ada di kawasan perencanaan sampai saat ini terbatas pada kegiatan industri

Berdasarkan standar tersebut maka sampai tahun 2010 luas ruang yang dibutuhkan adalah 2.665 m2

rumah tangga dengan skala pelayanan lokal dan regional. Jenis industri yang diusahakan diantaranya

yang terdiri dari :

pembuatan aksesoris bangunan (gypsum), dan asbes/gorong-gorong .

Balai Pertemuan 999 m2

Jumlah penduduk yang bergerak pada sektor ini relatif kecil yaitu hanya 0,28 % (28 orang). Kecilnya
peminat pada kegiatan ini karena memerlukan keterampilan khusus yang tidak semua orang dapat dengan

Gedung Serba Guna 833 m2


Gedung Hiburan 833 m2

mudah mempelajarinya. Kecenderungan untuk berkembang sudah terlihat, hal ini terbukti dari skala
pemasaran (pesanan barang) tidak hanya datang dari wilayah setempat akan tetapi sebagian datang dari
Lubuk Basung ataupun Kota Padang.
Pada masa yang akan datang, kegiatan ini perlu didukung karena adanya potensi yang sudah mulai
berkembang dengan lokasi bisa bersatu dengan tempat tinggal atau tempat khusus, tergantung intensitas

Lokasi fasilitas budaya diarahkan di sekitar kawasan permukiman di sebelah selatan kota (sekitar
Dusun Simpang Pudung) sebagai fasilitas pengikat unit lingkungan, berdekatan dengan fasilitas lainnya
(seperti kesehatan skala lingkungan).
Adapun untuk kebutuhan ruangnnya dapat dilihat tabel III - 6.

kegiatannya.
Berdasarkan hasil analisis ekonomi regional, potensi-potensi yang bisa dikembangkan adalah :
pengolahan padi, pengolahan kelapa kopra, pengolahan jeruk untuk bedak dingin, dan pengolahan pinang.
Luas lahan yang akan dialokasikan adalah 1,5 Ha dengan lokasi terpisah.

LAPORAN RENCANA

III - 16

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

No
1
2
3

Tabel III - 6
Rencana Kebutuhan Fasilitas Hiburan dan Budaya
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010
Kebutuhan Th 2010
Jumlah
Jenis Fasilitas
Eksisting
(Unit)
Luas (m2)
Balai Pertemuan
1
999
Gedung Serba Guna
1
833
Gedung Hiburan/Budaya
1
833
JUMLAH
3
2.665

J.

Jenis fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum pada kawasan perencanaan sampai saat ini masih
terbatas. Kantor pelayanan masyarakat yang sudah tersedia adalah Kantor Kecamatan dan Kantor Polsek
Keterangan
Perlu Disediakan
Perlu Disediakan
Perlu Disediakan

Sumber : Hasil Analisis menggunakan Standar Perencanaan

Keterangan :
- Balai pertemuan
- Gedung Serba Guna

: difungsikan sebagai tempat pertemuan adat


: difungsikan sebagai tempat berbagai kegiatan khususnya
keolahragaan
- Gedung Hiburan/Budaya : difungsikan sebagai tempat hiburan serta tempat
menyampaikan informasi pembangunan kepada masyarakat luas
Standar :
- Balai Pertemuan

= 0,12 m2 per penduduk

- Gedung Serba Guna = 0,10 m2 per penduduk


- Gedung Hiburan

= 0,10

m2 per

Alokasi Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum

penduduk

yang berlokasi di Dusun Simpang Padang Kalam - Bawan. Dengan terbatasnya fasilitas pemerintahan dan
pelayanan umum ini, maka segala kegiatan sementara ini banyak memanfaatkan Kantor Kecamatan.
Terbatasnya fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum, karena Kecamatan Ampek Nagari merupakan
kecamatan baru hasil pemekaran pada tahun 2001. Oleh karena itu pada masa yang akan datang perlu
disediakan agar lebih meningkatnya pelayanan terhadap masyarakat secara luas. Fasilitas yang perlu
disediakan diantaranya :
Kantor Koramil
Kantor KUA
Kantor Pos
Kantor Telkom
Kantor PDAM (ranting)
Kacabdin Pendidikan

I. Alokasi Fasilitas Pergudangan


Dalam menunjang kegiatan perekonomian suatu kota, salah satunya perlu ditunjang dengan
tersedianya sarana pergudangan. Pergudangan ini dimaksudkan untuk menyimpan suatu barang (stock) yang
bersifat sementara sebelum dipasarkan. Dalam dunia perdagangan hal ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk
menyeimbangkan atau menyetabilkan harga di pasaran. Asumsi luas lahan yang akan dialokasikan adalah
1000 m2 dengan lokasi disesuaikan dengan keperluan serta lokasi kawasan perdagangan saat ini.
Pada saat ini di Kota Bawan belum memiliki lokasi pergudangan secara khusus, karena keperluan

Kantor DIPERTABUNHUT
Kantor DAPERLA
Kantor Lingkungan (setingkat RW)
SPBU
Pemadam Kebakaran
Lokasi pemerintahan dan pelayanan umum ini direncanakan bersatu (kecuali SPBU dan kantor
Koramil) dalam rangka meningkatkan pelayanan terpadu, yang mana lokasinya ada dua alternatif yakni:

akan hal tersebut masih dalam skala kecil. Para pengusaha/pedagang menyimpan barang cukup di rumah
atau di tempat berdagang masing-masing. Namun demikian, pada masa yang akan datang lokasi khusus perlu
disediakan (yaitu di sekitar pasar) untuk mengantisipasi intensitas kegiatan perdagangan lebih meningkat. Hal
ini terlihat dari

adanya indikasi kecenderungan peningkatan kegiatan perdagangan yang dari hari ke hari

harus terus meningkat. Terlebih pada masa yang akan datang jalan utama (jalan Propinsi) yang melintasi Kota
Bawan akan ditingkatkan fungsinya menjadi jalan Nasional yang menghubungkan antara kota-kota yang ada di

- Alternatif 1, akan dikembangkan di sekitar kantor kecamatan yang ada saat ini.
Kelebihannya : bersatu dengan kantor kecamatan yang sudah ada saat ini sehingga akan memberikan
pelayanan terpadu. Disamping itu akan menarik perkembangan penduduk ke arah selatan,
sehingga beban perkembangan di sebelah utara tidak semakin berat.
Kekurangannya : Kepastian lahan untuk pengembangan.

Sumatera Barat dengan kota-kota yang ada di Sumatera Utara, yang otomatis akan berdampak pada
peningkatan kegiatan perdagangan skala regional.

- Alternatif 2. akan dikembangkan di sebelah utara dekat dengan SLTP.


Kelebihannya : masyarakat sudah menawarakn akan menghibahkan tanahnya seluas 2 Ha.
Kekurangannya : Akan terjadi konsentrasi penduduk ke utara, sedangkan lahan pengembangan terbatas.

LAPORAN RENCANA

III - 17

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Khusus untuk lokasi kantor Koramil direncanakan di sebelah utara dekat SLTP (pintu gerbang utara)
dan SPBU diarahkan di sebelah selatan di sekitar Dusun Simpang Bambu Kuning.

Melihat kondisi tersebut di atas, pada masa yang akan datang perlu pengaturan dan pengalokasian
khusus sarana transportasi untuk mengantisipasi masing-masing kegiatan dengan lokasi masih di sekitar

Adapun rencana jumlah dan luas lahannya terlihat pada tabel III - 7.

kawasan perdagangan (sebelah timur arah ke Batu Kambing). Pengaturan sarana tersebut diantaranya :

K. Alokasi Fasilitas Transportasi

- Sub terminal, untuk menampung angkutan umum lokal maupun regional sehingga dapat mengantisipasi

Kegiatan transportasi di Kota Bawan sampai saat ini belum ditunjang dengan sarana yang memadai

mangkal angkutan umum secara liar. Disamping itu dengan adanya Sub Terminal ini dapat meningkatkan

baik berupa Sub Terminal maupun perparkiran. Lahan yang ada saat ini di muka Pasar Bawan dijadikan

Pendapatan Asli Daerah dalam sektor transportasi darat melalui pungutan dan retribusi. Asumsi luas lahan

tempat mangkal sementara angkutan umum lokal maupun angkutan regional. Disamping mangkalnya

yang dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 Ha (10.000 m2) dengan lokasi sebelah timur arah ke Batu Kambing.

angkutan umum, dijadikan pula tempat parkir umum, bongkar muat barang dan tempat penjemuran buah
pinang oleh sebagian masyarakat sehingga ke-tidakteraturan-pun terjadi pada lokasi tersebut. Pada hari pasar
(hari Rabu dan Jumat) kondisinya lebih parah lagi, dimana berbagai kegiatan (tidak permanen) di muka pasar
bersatu pada satu tempat, diantaranya : perdagangan, perparkiran, mangkal angkutan, penjemuran, bongkar
muat barang dan sebagainya.

- Perparkiran, dikhususkan bagi pemakai kendaraan pribadi yang melakukan aktifitas perdagangan. Asumsi
luas lahan yang dibutuhkan 5.000 m2, dengan lokasi di muka Pasar.
- Bongkar muat barang, yang dikhususkan bagi kendaraan yang melakukan bongkar muat barang dalam
menunjang kegiatan perdagangan setempat. Asumsi luas lahan yang dibutuhkan 1.000 m 2 dengan lokasi di
samping pasar dekat dengan perparkiran.

Tabel III - 7

L. Alokasi Taman dan Olah Raga Terbuka

Rencana Kebutuhan Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum


Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010
Rencana

masyarakat kota terutama menyangkut keindahan dan kesehatan. Di Kota Bawan sampai saat ini khsususnya

1.500

dipertahankan

Olah Raga dan Ruang Terbuka Hijau sudah tersedia dan terbentuk secara alamiah. Untuk masa yang akan
datang keberadaan fasilitas tersebut perlu disediakan terutama pada lingkungan permukiman yang sudah

Kebutuhan Th 2010
No

Jenis Fasilitas

Eksisting

Keberadaan fasilitas taman, olah raga dan ruang terbuka hijau sangat penting artinya bagi kehidupan

Jumlah (Unit)

Luas (m2)

Ada

Kantor Kecamatan

Kantor Koramil

Belum Ada

500

perlu disediakan

Kantor Polsek

500

dipertahankan

Kantor PDAM (ranting)

Ada
Belum Ada

300

perlu disediakan

Kantor PLN (Ranting)

300

dipertahankan

Kantor KUA

300

perlu disediakan

Kacabdin Pendidikan

300

perlu disediakan

300

perlu disediakan

300

perlu disediakan

Ada
Belum Ada
Belum Ada
Belum Ada

Kacabdin DIPERTABUNHUT

Kaabdin PEPERLA

10

Kantor Telkom

Belum Ada

300

perlu disediakan

11

Kantor Pos

Belum Ada

300

perlu disediakan

12

Pemadam Kebakaran

Belum Ada

500

perlu disediakan

13

Kantor Lingkungan

Belum Ada

300

perlu disediakan

14

SPBU

Belum Ada

1.500

perlu disediakan

19

7.500

Belum Ada

JUMLAH
Sumber : Hasil Analisis menggunakan asumsi dan standar
Keterangan :

terbangun berupa taman bermain anak.


Disamping fungsi utama sebagai taman, tempat bermain anak dan lapangan olah raga juga akan
memberikan kesegaran kepada kota dan netralisasi polusi udara sebagai paru-paru kota. Oleh karena
fungsinya yang sangat penting, maka sarana ini harus benar-benar terjaga baik dalam besaran maupun dalam
kondisinya.
1. Taman untuk 250 penduduk
Setiap 250 penduduk dibutuhkan minimal 1 (satu) taman sekaligus tempat bermain anak-anak sekurangkurangnya seluas 250 m2 atau dengan standar 1 m2 per penduduk. Lokasi taman diusahakan sedemikian
sehingga menjadi faktor pengikat suatu lingkungan.

- Kantor lingkungan = setingkat RW

LAPORAN RENCANA

III - 18

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

2. Taman untuk 2.500 penduduk

tempat kuburan keluarga, tetapi lokasi ini selanjutnya dimanfaatkan oleh warga menjadi tempat kuburan

Untuk setiap kelompok penduduk 2.500 orang diperlukan sekurang-kurangnya dibutuhkan satu daerah

umum. Lokasi kuburan di Kota Bawan terdapat di sebelah barat (sekitar Simpang Pili) dengan luas lebih

terbuka, disamping daerah terbuka yang telah ada pada tiap kelompok 250 penduduk.

kurang 0,43 Ha.


Pada masa yang akan datang perlu disediakan lokasi kuburan khusus untuk masyarakat kota bawan,

Daerah terbuka sebaiknya merupakan taman yang dapat digunakan untuk aktivitas olah raga seperti Volly,

dimana untuk kebutuhan luasannya diasumsikan 5.000 m2 untuk tingkatan jumlah penduduk lebih kurang

Badminton, Jogging, Aerobik, Senam dan sebagainya. Luas yang dibutuhkan adalah 1.250 m 2 atau 0,5 m2

10.000 jiwa dengan lokasi diarahkan pada lokasi semula. Kuburan tersebut selain akan berfungsi sebagai

per penduduk. Lokasinya dapat disatukan dengan kegiatan lingkungan setingkat RW dimana terletak TK,

tempat pemakaman juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau.

Pertokoan, Balai Pertemuan dan sebagainya.

Secara lebih jelasnya rekapitulasi rencana pemanfaatan ruang di Kawasan Perkotaan Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari dapat dilihat pada Tabel III 9a dan Tabel III - 9b.

3. Lapangan Olah Raga


Tabel III 9 a
Rencana Kebutuhan Fasilitas Perkotaan serta Luas Ruangnya
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010

Sarana ini sangat diperlukan untuk penduduk yang dapat melayani aktivitas-aktivitas kelompok di area
terbuka. Sebaiknya sarana ini berbentuk taman yang dilengkapi dengan lapangan olah raga (misal sepak
bola) sehingga berfungsi serba guna dan tetap harus terbuka. Untuk peneduh dapat ditanami pohon-pohon
disekelilingnya. Luas area yang dibutuhkan untuk sarana ini adalah 0,3 m 2 per penduduk. Lokasinya tidak
harus di pusat lingkungan tetapi sebaiknya digabung dengan sekolah sehingga bermanfaat untuk kegiatan
sekolah.
Dari beberapa uraian di atas, maka kebutuhan sarana dan luas ruangnya dapat dilihat pada tabel III 8.
Tabel III - 8
Rencana Kebutuhan Fasilitas Pertamanan, Olah Raga Terbuka
dan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010
No

Fasilitas

Kebutuhan Tahun 2010

1
2

Taman 250 penduduk


Taman 2.500 penduduk

Unit
32
3

Lap. Olah Raga terbuka


JUMLAH

35

Luas (m2)
8.000
3.750
2.498
14.248

Rencana
Perlu penyediaan
Perlu penyediaan
Perlu penyediaan

Sumber : Hasil analisis


Keterangan :
- Lapangan Olah Raga Terbuka : 0,3 m2 per penduduk

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Jenis Fasilitas
Jumlah (Unit)
Luas (m2)
Tempat Pengolahan Padi
1
5.000,00
Tempat Pengolahan Kelapa Kopra
1
5.000,00
Tempat Pengolahan Pinang
1
5.000,00
Rumah *)
265
106.000,00
Pendidikan
10
14.800,00
Kesehatan
7
1.950,00
Perdagangan
8
3.850,00
Jasa
1
768,00
Industri Rumah Tangga
1
768,00
Peribadatan
29
3.100,00
Taman Terbuka dan Lapangan Olah Raga
35
14.248,00
Kuburan
1
5.00,00
Hiburan dan Budaya
3
2.665,00
Pergudangan
1
1.000,00
Pemerintahan dan Pelayanan Umum
19
7.200,00
Sub Terminal
1
10.000,00
Perparkiran
1
5.000,00
Tempat Bongkar Muat Barang
1
1.000,00
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
38.469,00
SPBU
1
1.500,00
Jaringan Jalan dan Drainase
46.463,00
Jumlah
414.256,00
Sumber : Hasil Analisis Menggunakan Standar Perencanaan
Keterangan : Fasilitas yang Direncakanan merupakan Penambahan Kekurangan dari yang Sudah Ada.

Persentase (%)
1,79
1,79
1,79
38,02
5,31
0,70
1,38
0,29
1,11
5,11
1,79
0,96
0,36
2,59
3,59
1,79
0,36
13,80
0,54
16,67
100,00

M. Alokasi Fasilitas Kuburan


Sebagai sarana penyempurna, suatu kota perlu disediakan lahan pemakaman/kuburan, sebagai
tempat peristirahatan terakhir menghadap yang Kuasa. Pada saat ini lahan kuburan yang ada merupakan
LAPORAN RENCANA

III - 19

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Tabel III-9.b
Kebutuhan Fasilitas Dirinci Per Unit Lingkungan

LAPORAN RENCANA

III - 20

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

3.2.3 Rencana Sistem Jaringan Pergerakan


Sehubungan dengan pergerakan orang maupun barang di Kota Bawan hanya menggunakan jalan
darat, maka pembahasan dalam sistem jaringan pergerakan ini hanya dikhususkan pada angkutan darat.

difungsikan dan diarahkan untuk melayani kebutuhan pergerakkan lokal dalam kota (sistem sekunder) maupun
kebutuhan pergerakan lingkup regional antar kota (sistem primer).
Dengan adanya sistem fungsi jalan tersebut, maka pola pengaturan jalan akan meliputi,
pengembangan jalan sekunder dan jalan primer yang arahannya adalah :
1. Pengembangan jalan sekunder yang diarahkan untuk pelayanan pergerakkan setiap kawasan dalam

3.2.3.1 Rencana Sistem Transportasi Jalan

lingkup Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dan Kabupaten Agam, lebih tegas lagi

Rencana pengembangan jaringan jalan mempunyai kaitan yang erat dengan pengembangan struktur

dalam prosesnya pengembangan rencana fungsi jalan ini dapat mengoptimalkan aksessibilitas antar pusat

tata ruang kota, hal ini disebabkan jaringan jalan merupakan salah satu faktor yang mendasari pembentuk

lingkungan dengan pusat lingkungan lainnya, antar pusat unit lingkungan dengan pusat kecamatan serta

strutur tata ruang kota. Selain kaitan dengan struktur tata ruang di atas, pertimbangan lain yang menjadi dasar

pusat kecamatan dengan pusat kota, sehingga secara keseluruhan sistem pusat-pusat tersebut terbentuk

rencana pengembangan transportasi jalan adalah kebijaksanaan transportasi yang telah tertuang dalam

dalam suatu sistem pelayanan yang terintegrasi.

RTRW Kabupaten Agam serta Issu Nasional yang berkembang tentang peningkatan Jalan Propinsi menjadi
Jalan Nasional

2. Pengembangan jalan primer diarahkan untuk pelayanan pergerakkan regional antar kota dalam lingkup

Rencana pengembangan transportasi ini pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi tujuan

yang lebih luas, lebih jelasnya pengembangan ini ditujukan untuk mendukung fungsi regional Kawasan

pengembangan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, dalam pengembangannya secara

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari (perdagangan regional, pemerintahan dan pelayanan

umum diarahkan untuk menunjang terwujudnya fungsi kota sebagai :

umum).

- Pusat pemerintahan skala kecamatan


- Pusat pelayan sosial ekonomi sekala kecamatan

Kedua fungsi jalan tersebut terpadu dalam suatu sistem transportasi, selain itu sistem jaringan jalan ini

- Pusat koleksi dan distribusi hasil bumi

harus memenuhi kriteria :

- Pusat pengembangan permukiman

- Mudah dicapai, jarak yang singkat,


- Mampu menampung arus lalu lintas, dan

Kondisi ini

tentunya menuntut ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang memadai

- Mempunyai kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan.

terutama untuk menunjang berlangsungnya mekanisme kegiatan-kegiatan di atas serta proses koleksi dan
distribusi berbagai sektor kegiatan yang berpengaruh dan terkait dengan terwujudnya fungsi kota di atas.

a. Dasar Pertimbangan Rencana Fungsi Jalan

Selain itu, secara khusus pengembangan transportasi ini diarahkan untuk menunjang terciptanya sistem

Rencana fungsi jalan ini secara teknis pada dasarnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari rencana

transportasi yang mempunyai keamanan, kenyamanan dan mudah dicapai serta untuk menanggulangi

sistem fungsi jalan yang telah tertuang dalam RTRW Kabupaten Agam 1997. Oleh sebab itu, selain

kemungkinan terjadinya permasalahan lalu lintas.

Undang-undang No.13 Tahun 1980 Tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985 Tentang

Sesuai dengan maksud-maksud tersebut di atas, rencana sistem transportasi jalan di Kawasan

Jalan, maka kondisi wilayah Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari juga merupakan dasar

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari akan dikemukakan sebagai berikut.

utama dari pengembangan fungsi jalan ini.

3.2.3.1.1 Rencana Fungsi Jalan

Beberapa hal yang dapat disarikan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang merupakan dasar bagi rencana

Rencana fungsi jalan pada prinsipnya merupakan penegasan peran setiap jaringan jalan dalam

pengembangan fungsi jalan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari adalah :

menunjang aktifitas dan mekanisme sistem transportasi secara keseluruhan. Oleh sebab itu jalan dapat
LAPORAN RENCANA

III - 21

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

1. Berdasarkan Undang-undang No.13 Tahun 1980 Tentang Jalan, bahwa status dan wewenang jalan
dapat dikelompokan sebagai berikut :

Suayan dengan panjang lebih kurang 3,5 km.

Jalan Nasional, yaitu jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh menteri.

Jalan Daerah, yaitu jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah daerah (jalan
propinsi, jalan kabupaten, jalan kota dan jalan desa) , dan

timur batas kota) mulai dari Simpang Dagang Saiyo sampai di atas SLTP 7 Dusun Anak Air

c) Sedangkan untuk jalan-jalan lainnya dikembangkan sebagai jalan lokal sekunder, yang
menghubungkan antar pusat-pusat permukiman yang ada di Kota Bawan.

Jalan Khusus, yaitu yang pembinaannya tidak dilakukan oleh menteri maupun pemerintah daerah.
4. Kondisi wilayah Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang dimaksud meliputi

2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1985 Tentang Jalan, fungsi jalan dibagi atas jalan
arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal. Sistem jaringan jalan berdasarkan tata ruang dan struktur
pengembangan wilayah terdiri dari :

beberapa hal antara lain :


a) Sistem jaringan jalan yang ada pada saat ini, penting dipertimbangkan mengingat dalam
pengembangan fungsi jalan ini akan lebih menekankan pemanfaatan jalan yang ada dengan

Sistem jaringan primer, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan kota-kota dengan hubungan

prinsip pengembangan seperti ini akan lebih memperkecil pembiayaan pembangunan dan

secara menerus dan menghubungkan kota-kota jenjang ke satu dalam satuan wilayah

meminimumkan dampak sosial dari adanya pembangunan jalan baru.

pengembangan (SWP), dan

Sistem jaringan jalan sekunder yaitu jaringan jalan yang menghubungkan antara kawasan dari
seluruh tingkatan.

b) Kecenderungan perkembangan fisik perkotaan, yang berkaitan dengan rencana pengembangan


pusat-pusat pelayanan dan permukiman di sebelah selatan.

Berdasarkan kriteria pelayanannya jalan dapat dikelompokkan menjadi, jalan arteri primer, jalan
kolektor primer, jalan lokal primer, jalan arteri sekunder, kolektor sekunder dan jalan lokal sekunder.

b. Rencana Fungsi Jalan


Secara umum pengembangan jalan ditujukan untuk lebih mendukung peran dan fungsi pusat kecamatan
dalam meningkatkan pelayanan lingkup kecamatan dan peran pusat lingkungan dalam pelayanan lingkup

3. Berdasarkan Rencana fungsi jalan RTRW Kabupaten Agam, fungsi jaringan jalan yang dikembangkan
di Kecamatan Ampek Nagari terdiri dari pengembangan jalan arteri primer, jalan lokal primer dan jalan

kota maupun interaksi antar pusat lingkungan dengan pusat lingkungan, interaksi antar pusat kota dan
wilayah yang lebih luas.

lokal sekunder, adapun secara lebih jelas pengembangan fungsi-fungsi jalan tersebut adalah :
a) Jalan yang dikembangkan sebagai jalan arteri primer adalah Jalan Raya Bawan (yang saat ini

Dilandasi oleh maksud dan tujuan tersebut, pengembangan jalan diarahkan pada menterpadukan pusat-

statusnya sebagai jalan Propinsi). Jalan ini memanjang membelah Kota Bawan dari selatan (

pusat pelayanan yang ada serta pelayanannya terhadap masing-masing skala pelayanannya. Perwujudan

Dusun Simpang Bambu Kuning) sampai utara (sekitar SLTP dan Anak Air Suayan). Jalan tersebut

konsep pengembangan sistem jaringan jalan ini, pada dasarnya telah ditegaskan dalam rencana

menghubungkan kota-kota yang ada di Pantai Barat Sumatera Barat

sebelumnya (RTRW Kabupaten Agam) yaitu ditindak lanjuti dengan rencana pengembangan fungsi jalan di

dengan kota-kota di

Sumatera Utara.

Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari diantaranya yaitu :


- Pengembangan jalan arteri primer (jalan propinsi) yang membentang dari selatan ke utara.

b) Jalan yang dikembangkan sebagai lokal primer adalah jalan yang menuju ke arah Batu Kambing

- Pengembangan jalan lokal primer (arah ke batu kambing)

(menghubungkan antara pusat kegiatan yakni Kota Bawan dan Batu Kambing). Disamping itu,

- Pengembangan jalan lokal sekunder yaitu untuk jalan-jalan lainnya.

untuk mengantisipasi lalu-lintas pada kawasan pusat kota, direncanakan jalan lingkar sebelah

- Rencana jalan lingkar (di sebelah timur batas kawasan perencanaan) dengan fungsi jalan lokal primer.

LAPORAN RENCANA

III - 22

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Tabel III - 11
Kriterian Damaja, Damija Dan Dawasja Setiap Fungsi Jalan
Berdasarkan PP 26 Tahun 1985 Tentang Jalan

Selanjutnya untuk rencana geometrik tiap fungsi jalan, pengaturannya didasarkan pada pada kriteria
teknis yang tertuang dalam peraturan pemerintah No. 26 Tahun 1985 Tentang Jalan, seperti yang tertuang
dalam Tabel III - 10 dan Tabel III - 11. Selain pertimbangan peraturan tersebut, pengaturan geometris
jaringan jalan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari disesuaikan dan dipertimbangkan

No

Fungsi Jalan

berdasarkan kondisi dan situasi lokal Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.
Atas dasar pertimbangan tersebut, rencana pengembangan dan geometrik tiap fungsi jalan di Kawasan
Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dapat dilihat pada Tabel III - 12, Gambar 3 - 4, Gambar 3 - 5
dan Geometrik Jalan pada Gambar 3 - 6.
Tabel III - 10
Kriterian Kecepatan Rencana, Lebar Badan Jalan Dan
Persyaratan Setiap Fungsi Jalan
Berdasarkan PP 26 Tahun 1985 Tentang Jalan
No

Fungsi Jalan

Kecepatan
Rencana

Lebar Badan Jalan

Arteri Primer

Lebar badan jalan tidak


kurang dari 9 m (6 m jalur
lalu lintas 3 m bahu jalan kirikanan)

Kolektor Primer

Lokal Primer

Kecepatan rencana
paling rendah 40
km/jam
Kecepatan rencana
paling rendah 20
km/jam

Arteri Sekunder

Kecepatan rencana
paling rendah 30
km/jam

Kolektor
Sekunder

Kecepatan rencana
paling rendah 20
km/jam

Lokal Sekunder

Kecepatan rencana
paling rendah 10
km/jam

Sumber : Disarikan dari PP Nomor. 26 Tahun 1985.

LAPORAN RENCANA

Lebar badan jalan tidak


kurang dari 7 m (5 m jalur
lalu lintas 2 m bahu jalan kirikanan)

Lebar badan jalan tidak


kurang dari 6 m (3 m jalur
lalu lintas 3 m bahu jalan kirikanan)
Lebar badan jalan tidak
kurang dari 8 m (6 m jalur
lalu lintas 2 m bahu/trotoir
jalan kiri-kanan)

Lebar badan jalan tidak


kurang dari 7 m (5 m jalur
lalu lintas 2 m bahu/trotoir
jalan kiri-kanan)
Lebar badan jalan tidak
kurang dari 3,5 - 5 m (2,5 - 3
m jalur lalu lintas 0,5 - 1 m
bahu/trotoir kiri-kanan)

Arteri Primer

Kolektor Primer

Karakteristik Dan Persayaratan


-

Kecepatan rencana
paling rendah 60
km/jam

Mengutamakan pelayanan angkutan


jarak jauh dan tidak terganggu oleh
angkutan ulang-alik dan lalu lintas
lokal.
Jalan masuk dan persimpangan
dibatasi.
Ketentuan teknik dan perlengkapan
ditentukan oleh menteri.
Jumlah jalan masuk dibatasi dan
persim-pangan diatur agar tidak
menimbulkan kemacetan lalu lintas.
Tidak terputus walaupun memasuki
kota.
Tidak terganggu oleh lalu lintas lambat
dan jumlah jalan masuk dibatasi secara
penyim pangan direncanakan/diatur
sehingga tidak menimbulkan kemacetan.
Tidak tergangu oleh lalu lintas
lambat dan jumlah jalan masuk dibatasi
serta penyimpangan
direncanakan/diatur sehingga tidak
menimbulkan kemacetan.

Lokal Primer

Arteri Sekunder

Kolektor Sekunder

Lokal Sekunder

Daerah Manfaat Jalan


(Damaja)

Daerah Milik Jalan


(Damija)

- Hanya diperlukan bagi median,


perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu
jalan, saluran tepi, trotoir lereng, ambang
pengaman, timbunan dan galian, goronggorong pelengkap lainya.
- Tinggi ruang bebas bagi jalan paling
rendah 5 meter dengan kedalaman lebih
dari 1,5 meter.
- Bangunan utilitas yang mempunyai sifat
pelayanan wilayah pada sistem primer di
luar kota harus ditetapkan di luar daerah
milik jalan.
- Pohon-pohon pada sistem jaringan
jalan primer di luar kota harus ditanam di
luar daerah manfaat jalan.

- Diperuntukan bagi daerah


manfaat jalan dan pelebaran jalan maupun
penambahan jalur lalu
lintas dikemudian hari serta kebutuhan ruang untuk
pengamanan jalan.
- Pembinaan jalan mengambil segala upaya agar
daerah milik jalan dapat
digunakan sesuai fungsinya, apabila terjadi
gangguan dan hambatan
dalam penggunaan daerah milik jalan.
- Lebar Min 29 m
- Sda
- Lebar min-mak 13-19 m

Sama dengan ketentuan jalan arteri primer


- Hanya diperlukan bagi median, per
kerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan,
saluran tepi, trotoar lereng, ambang
pengaman, timbunan dan galian, gorong
- gorong pelengkap lainya.
- Bangunan utilitas yang mempunyai
sifat pelayanan wilayah pada sistem
primer di luar kota harus ditetapkan di
luar daerah milik jalan.
- Pohon - pohon pada sistem jaringan
jalan primer di luar kota harus ditanam di
luar daerah manfaat jalan.
- Hanya diperlukan bagi median,
perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu
jalan, saluran tepi, trotoir lereng, ambang
pengaman, timbunan dan galian,
gorong-gorong peleng-kap lainya.
- Tinggi ruang bebas bagi jalan paling
rendah 5 meter dengan kedalaman lebih
dari 1,5 meter.
- Di dalam kota dan pada sistem sekunder bisa ditanam dibatas daerah milik
jalan, median atau jalur pemisah.
Sama dengan ketentuan jalan arteri
sekunder
- Hanya diperlukan bagi median,
perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu
jalan, saluran tepi, trotoir lereng,
ambang pengaman, timbunan dan
galian, gorong-gorong peleng-kap
lainya.
- Di dalam kota dan pada sistem
sekunder bisa ditanam dibatas daerah
milik jalan, median atau jalur pemisah.

Jembatan

Daerah Pengawasan
Jalan Diukur dari As
Jalan
(Dawasja)
Tidak kurang dari 20
meter

Tidak kurang dari 15 meter

- Sda
- Lebar min 13 m

Tidak kurang dari 10 meter

- Sda
- Lebar (tidak ketentuan)

Tidak kurang dari 20 meter

- Sda
- Lebar (tidak ketentuan)

Tidak kurang dari 7 meter

- Sda
- Lebar (tidak ketentuan)

Tidak kurang dari 4 meter

Untuk jembatan tidak


kurang dari 100 meter ke
arah hilir atau hulu

Sumber : Disarikan dari PP Nomor. 26 Tahun 1985.

III - 23

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

No

Tabel III - 12
Rencana Lebar Jalan Setiap Fungsi Jalan
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Fungsi Jalan
Damaja
Damija

kegiatan perdagangan, juga ditunjang dengan rencana jalan lingkar di sebelah timur, sehingga sirkulasi
angkutan tidak mengganggu kegiatan pada pusat kota.
Dawasja

Selain penempatan sub terminal di atas, pada beberapa lokasi dikembangkan pula tempat

Arteri Primer

13

23

40

pemberhentian kendaraan umum (shelter), pemberhentian ini dimaksudkan agar kendaraan umum dapat

Lokal Primer

14

26

berhenti menaikkan dan menurunkan penumpang untuk beberapa saat. Lokasi pemberhentian ini diarahkan

Lokal Sekunder

11

16

agar terletak dekat dengan simpul kegiatan tujuan dan asal penduduk, sehingga penumpang yang berasal dari

Sumber : Hasil Analisis

dan akan ke tempat-tempat kegiatan tersebut akan dengan mudah terlayani, di mana dalam penempatannya
diarahkan sebagai berikut :

3.2.3.1.2 Rencana Sub Terminal


Salah satu penunjang sistem transportasi jalan adalah tersedianya fasilitas sub terminal, baik yang

a. Penempatan lokasi tempat pemberhentian (shelter) disesuaikan dengan lintasan trayek angkutan dalam
kota yang dikembangkan.

melayani lingkup regional ataupun lingkup lokal (kota dan kecamatan). Saat ini di Kawasan Perkotaan Ibukota

b. Jarak antar lokasi tempat pemberhentian (shelter) satu dengan shelter lainnya minimal 500 meter.

Kecamatan Ampek Nagari belum tersedia fasilitas tersebut, sehingga pelayanan angkutan umum (lokal

c. Penempatan lokasi tempat pemberhentian (shelter) diarahkan agar tidak menyebabkan kemacetan lalu

maupun regional) mangkal dimana saja (terutama di muka Pasar Bawan). Kondisi ini terutama pada hari pasar

lintas (mengganggu lalulintas), akan tetapi penempatannya ditata sedemikian rupa akan dapat mendukung

sangat mengganggu kegiatan lainnya.

sistem lalu lintas dalam kota.

Walaupun berdasarkan RTRW Kabupaten Agam di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek
Nagari tidak dialokasikan sub terminal namun berdasarkan pertimbangan yaitu:
a. Dikembangkannya beberapa kegiatan yang mempunyai skala pelayanan regional dan lokal (pemerintahan,

3.2.3.1.3 Rencana Perparkiran

perdagangan, jasa, kesehatan, pendidikan, dan olahraga), sesuai fungsi dan peran yang telah ditetapkan

Selain sub terminal fasilitas transportasi lainnya yang perlu mendapat perhatian, adalah fasilitas parkir.

dalam RTRW hasil revisi tahun 2004, memungkinkan untuk meningkatkan tarikan perjalanan pada

Ketersediaan fasilitas parkir sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran dan keteraturan lalu lintas

kegiatan-kegiatan tersebut.

perkotaan secara keseluruhan. Terbatasnya fasilitas parkir pada suatu kawasan dapat dipastikan kawasan

b. Upaya untuk memicu pertumbuhan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari terutama

tersebut akan berakibat berkurangnya lebar badan jalan pada kawasan tersebut, karena akan dimanfaatkan

sebelah selatan, yang pada saat ini relatif belum berkembang dan belum secara optimal terlayani angkutan

untuk areal parkir, permasalahan akan timbul apabila dengan lebar badan jalan yang semakin berkurang,

umum dalam kota.

kendaraan yang melewatinya terhambat sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas.

c. Sebagai upaya untuk mengaitkan sistem transportasi lokal dan meningkatkan akses Kawasan Perkotaan
Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dengan terminal regional yang berlokasi di Lubuk Basung.
d. Meningkatkan keterpaduan dengan kebijakan pembuakaan route angkutan umum khsusunya di wilayah

Secara umum pengendalian dan pengelolaan perparkiran diperlukan untuk mencegah atau
menghilangkan hambatan lalu lintas, mengurangi kecelakaan, menciptakan sistem parkir yang efektif dan
efisien serta memelihara estetika lingkungan.

Agam bagian Barat.


Untuk itu, pada masa yang akan datang direncanakan adanya fasilitas Sub Terminal yang lokasinya
diarahkan dekat dengan kegiatan perdagangan, tepatnya di sebelah timur Pasar arah jalan ke Batu Kambing
dengan luas lahan 1 Ha. Lokasi Sub Terminal tersebut cukup strategis karena disamping dekat dengan
LAPORAN RENCANA

III - 24

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-4
Rencana Jaringan Jalan
Asal 3-8

LAPORAN RENCANA

III - 25

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-5
Rencana Fungsi Jalan

LAPORAN RENCANA

III - 26

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-6
Geomerik jaringan jalan
Asal 3-9

LAPORAN RENCANA

III - 27

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

a. Sistem Parkir di Tepi Jalan (On Street Parking)

Beberapa pertimbangan yang mendasari dilakukannya sistem parkir di luar jalan pada suatu kawasan

Pengaturan parkir pada tepi jalan idealnya harus dihindari karena jenis parkir ini mengurangi lebar efektif

adalah :

badan jalan yang seharusnya dipergunakan untuk pergerakkan kendaraan. Namun demikian harus diakui

1. Pada kawasan tersebut masih memungkinkan dikembangkannya sistem parkir khusus diluar jalan,

pula bahwa hal tersebut sulit untuk dihindari, mengingat beragamnya potensi dan permasalahan setiap
kawasan, yang dapat dilakukan adalah mengatur sistem parkir sedemikian rupa sehingga tidak terlalu
menghambat dan menggangu kelancaran arus lalu lintas.

disebabkan masih tersedia lahan untuk pengembangan parkir khusus ataun parkir diluar jalan.
2. Kegiatan yang bersangkutan merupakan jenis kegiatan yang direkomondasikan dan diarahkan untuk
membangun fasilitas parkir khusus di luar jalan (parkir khusus).
3. Jalan yang ada pada kawasan bersangkutan tidak memungkinkan diterapkannya sistem parkir di tepi

Kawasan yang diarahkan untuk menggunakan sistem parkir tepi jalan adalah ruas jalan yang ada pada

jalan dengan menggunakan pengaturan sudut parkir di pinggir jalan (sejajar 30, 45, 60, 90).

lingkungan permukiman yang memiliki ruas jalan yang relatif lebar, sehingga sebagian badan jalannya

4. Ditetapkannya jalan tersebut sebagai jalan bebas parkir, karena adanya pertimbangan jalan tersebut

dapat digunakan untuk parkir. Jalan dengan fungsi utama pergerakkan sebaiknya tidak digunakan untuk

direncanakan sebagai jalan dengan kecepatan rencana yang tinggi, keamanan lalulintas serta estetika

tempat parkir agar tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dan menimbulkan kemacetan.

lingkungan.

Beberapa pertimbangan dilakukannya sistem parkir di tepi jalan pada suatu kawasan adalah :

Melihat kondisi yang ada di sekitar pasar, maka sistem parkir yang akan direncanakan sebaiknya

1. Pada kawasan tersebut tidak tersedia lahan yang dapat dikembangkan sebagai areal parkir khusus di
luar jalan.
2. Adanya kegiatan khusus yang menuntut fasilitas parkir yang relatif besar, sehingga disamping parkir
khusus di luar jalan dikembangkan pula parkir di tepi jalan.
3. Jalan yang bersangkutan memungkinkan diterapkannya sistem parkir di tepi jalan dengan pengaturan

parkir di tepi jalan. Hal ini dinilai masih cukup untuk setingkat Kota Bawan yang intensitas kegitannya masih
rendah serta terjadi hanya pada hari pasar. Disamping itu, masih tersedia lahan yang cukup memanfaatkan
samping badan jalan (di muka Pasar).
Untuk lebih jelasnya pengaturan tata parkir dan rencana pengembangan perparkiran di Kawasan
Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dapat dilihat pada Gambar 3 - 7 dan Gambar 3 - 8.

sudut parkir (sejajar 30, 45, 60, 90).


4. Tidak bertentangan dengan jalan yang dirancang sebagai jalan bebas parkir, karena adanya
pertimbangan direncanakannya jalan tersebut sebagai jalan dengan kecepatan rencana yang tinggi,
keamanan lalulintas serta estetika lingkungan.

3.2.3.1.4 Rencana Trotoar


Fasilitas penunjang sistem transportasi yang dikhususkan bagi para pejalan kaki yaitu trotoar. Fungsi
trotoar ini adalah agar pejalan kaki merasa aman dan nyaman bila berjalan tepi jalan dan tidak terganggu oleh
arus kendaraan, demikian pula halnya pengguna kendaraan tidak merasa terganggu oleh adanya pejalan kaki

b. Sistem Parkir Khusus di Luar Jalan (Off Street Parking)

dipinggir jalan. Rencana pengembangan trotoar di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari

Areal parkir khusus di luar jalan diarahkan untuk digunakan pada pusat kegiatan komersial dan jasa

diarahkan dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :

perkantoran yang cukup tinggi, sehingga dapat dikelola dengan manajemen secara khusus dan akan

a. Pertimbangan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki dan pengguna kendaraan.

dapat menghasilkan pendapatan dari pengelolaan parkir ini. Beberapa kegiatan yang diharuskan untuk

b. Pertimbangan estetika lingkungan dengan tertatanya trotoar yang teratur serta penanaman pohon pada

menggunakan sistem parkir khusus ini adalah, kegiatan bangunan, perkantoran, pendidikan, kesehatan,
pemerintahan, zona industri, hotel dan restoran, kegiatan perdagangan skala besar, show room,
perbengkelan dan bank.

lokasi-lokasi tertentu akan menambah keindahan dan peneduh lingkungan perkotaan.


c. Pengembangan fasilitas trotoar diarahkan pada kawasan pusat kegiatan perkotaan (kegiatan komersial
dan pusat pelayanan kegiatan), oleh sebab itu fungsi jalan dan kegiatan disekitarnya menjadi bahan
pertimbangan.

LAPORAN RENCANA

III - 28

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-7
TATA LETAK PARKIR DI PINGGIR JALAN
Asal 3-10

LAPORAN RENCANA

III - 29

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-8
TATA LETAK PARKIR DI LUAR JALAN
Asal 3-11

LAPORAN RENCANA

III - 30

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Fasilitas lainnya yang perlu disediakan untuk pejalan kaki adalah penyediaan zebra cross (jalur

Jalan yang dilewati melalui jalan Propinsi, untuk menghindari kemungkinan terjadinya kemacetan pada hari

penyeberangan jalan) untuk pejalan kaki yang akan menyebrang jalan. Pengadaan zebra cross diarahkan

pasar, akan diarahkan ke sebelah timur (melewati rencana Jalan Lingkar Timur) masuk dari sekitar

pada jalur jalan dan persimpangan jalan yang padat arus lalu lintas dan dilengkapi dengan rambu lalu lintas,

Simpang Dagang Saiyo (arah ke timur) keluar sebelah utara SLTP 7 Anak Air Suayan.

hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kecelakaan dan kemacetan lalu lintas.
b. Untuk angkutan lokal :
3.2.3.1.5 Rencana Rute Angkutan Umum

- Lubuk Basung Pasar Bawan

Angkutan umum merupakan salah satu bentuk pelayanan transportasi yang diperuntukkan untuk

Route angkutan lokal wilayah pelayananya direncanakan tidak hanya melalui jalur jalan propinsi saja, akan

public (masyarakat umum), oleh sebab itu bentuk pelayanannya diupayakan untuk dapat memenuhi dan

tetapi diarahkan ke wilayah yang penduduknya relatif padat, sehingga jangkauan pelayanan penduduk

melayani kebutuhan masyarakat secara umum. Pelayanan angkutan umum di Kawasan Perkotaan Ibukota

untuk melakukan aktifitas lebih mudah.

Kecamatan Ampek Nagari pada dasarnya merupakan bagian dari keseluruhan pelayanan angkutan umum

Untuk lebih jelasnya route angkutan umum regional maupun lokal dapat dilihat pada gambar 3 - 9.

Kabupaten Agam, oleh karenanya sistem angkutan umum diarahkan untuk memberikan pelayanan maksimum
bagi masyarakat Kota Bawan khususnya.
Untuk pengaturan rute angkutan umum di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
ditentukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor, sebagai berikut :

3.2.4 Rencana Sistem Jaringan Utilitas


3.2.4.1 Sistem Penyediaan Air Bersih
Air beserta sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh

a. Faktor rencana pengembangan berbagai kegiatan yang akan berlangsung di Kawasan Perkotaan Ibukota

makhluk hidup, guna menopang kelangsungan hidupnya dan memelihara kesehatannya, sehingga dapat

Kecamatan Ampek Nagari (perdagangan, pendidikan, kesehatan, pemerintahan, permukiman), adanya

dikatakan bahwa air tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. Dalam upaya meningkatkan pelayanan akan

berbagai kegiatan yang dikembangkan akan menyebabkan bangkitan dan tarikan lalu lintas, yang pada

pemenuhan kebutuhan air bersih untuk Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, dalam lingkup

prinsipnya akan menimbulkan pola dan jumlah pergerakan.

pekerjaan ini akan diuraikan dari gambaran awal profil sistem penyediaan air bersih eksisting, kebutuhan air

b. Rencana pengembangan transportasi secara keseluruhan (fungsi jalan, sub terminal, dan fasilitas

bersih, ketersediaan air dan rencana sistem untuk pengembangan penyediaan air bersih di lokasi pekerjaan.

transportasi lainnya).
c. Adanya berbagai alternatif angkutan yang berkembang di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek

a. Profil sistem penyediaan air bersih yang ada

Nagari (Ojeg dan jenis angkutan lainnya) yang merupakan fasilitas pelayanan transportasi selain angkutan

Cakupan pelayanan sistem penyediaan air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek

penumpang umum.

Nagari saat ini, baru mencapai 17 % atau sekitar 244 unit rumah yang terlayani air bersih dengan sistem
perpipaan bersumber dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bale Badak

Berdasarkan pada pertimbangan tersebut di atas, maka pengaturan route angkutan umum
dikembangkan sebagai berikut :

Batu Kambing menggunakan sistem grafitasi dengan kapasitas operasional 10 Lt/Dt (PDAM Kabupaten
Agam).

a. Untuk angkutan regional :


- Padang Simpang Empat

Jika diperhitungkan bahwa kebutuhan air bersih untuk domestik (rumah tangga), fasilitas umum, kebutuhan

- Pariaman Simpang Empat

lainnya dan tingkat kebocoran, maka pemakaian air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan

- Lubuk Basung - Simpang Empat

Ampek Nagari pada Tahun 2010 adalah sebesar 18 Lt/det.

LAPORAN RENCANA

III - 31

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-9.
Rute angkutan umum
Asal 3-12

LAPORAN RENCANA

III - 32

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

b. Kebutuhan air bersih Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari

Tabel III - 13

Dalam merencanakan suatu sistem penyediaan air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan

Rencana Kebutuhan Air Bersih

Ampek Nagari, hal yang penting harus diperhatikan adalah kebutuhan akan air bersih yang dalam

Di Kota Bawan Tahun 2005 -2010

perencanaannya, tergantung pada beberapa faktor diantaranya adalah jumlah penduduk dan tingkat sosial
ekonomi penduduk.

No

Mempertimbangkan pertumbuhan penduduk dimasa mendatang, peningkatan tingkat perekonomian, maka


kebutuhan air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dapat diprediksi dengan

1. Pemakaian air kebutuhan domestik (rumah tangga) dengan alokasi kebutuhan air untuk standar
masing-masing skala kota yang diperhitungkan atas jumlah penduduk adalah sebesar 90 Lt/orang/hari
untuk Saluran Langsung (SL) dan 30 Lt/orang/hari untuk Kran Umum (KU), kawasan Perkotaan

Standar
Kebutuhan

Kebutuhan Air (Ltr/detik)


2005

2006

2007

2008

2009

2010

Kebutuhan Domestik
a. SL (Ltr/Org/Hari)

90

650,700

669,330

688,500

708,210

728,550

749,430

b. KU (Ltr/Org/Hari)

30

216,900

223,110

229,500

236,070

242,850

249,810

16,5 %

143,154

147,253

151,470

155,806

160,281

164,875

20%

173,520

178,488

183,600

188,856

194,280

199,848

20%

173,520

178,488

183,600

188,856

194,280

199,848

Kebutuhan Non Domestik


a. Fasilitas Umum
b. Kebutuhan Lain
(Terhadap Total)

mempergunakan kriteria dalam Petunjuk Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih Perkotaan (DPU CK volume II), sebagai berikut :

Uraian

Kebocoran
Jumlah

1,357,794

1,396,669

1,436,670

1,477,798

1,520,241

1,563,811

Debit Yang Diperlukan


(Ltr/detik)

16

16

17

17

18

18

Sumber : Hasil Analisis

Ibukota Kecamatan Ampek Nagari termasuk skala Kota Kecil.


2. Pemakaian air untuk kebutuhan non domestik (fasilitas umum), dialokasikan sebesar 16,5 % dari
kebutuhan air kebutuhan domestik .

c. Ketersediaan air
Mempertimbangkan bahwa sistem penyediaan air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan

3. Pemakaian kebutuhan lainnya 20 % dari total.

Ampek Nagari saat ini disupply dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bale Badak-Batu Kambing dengan

4. Faktor koreksi akibat air yang hilang dalam proses pengolahan, pencucian dan pengurasan unit-unit

kapasitas operasional 10 Lt/det dengan lembaga pengelola PDAM Kabupaten Agam (Kawasan Perkotaan

instalasi maupun kehilangan air pada jalur transmisi dan distribusi yang masuk ke Kawasan Perkotaan

Ibukota Kecamatan Ampek Nagari belum mempunyai kelembagaan sendiri) dan memperhitungkan bahwa

Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, diasumsikan sebesar 20 % dan yang diperhitungkan dari jumlah

perencanaan sistem penyediaan air bersih harus terintegrasi antara wilayah pelayanan dengan sistem

kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik.

induknya (dalam hal ini wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Agam).

5. Rekapitulasi kebutuhan air bersih Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ini,
merupakan gabungan hasil perhitungan kebutuhan air bersih untuk masing-masing penduduk dengan

Beberapa pertimbangan dalam penyediaan air bersih :

sambungan langsung, sambungan hidran umum dan kehilangan air seperti ditunjukkan pada Tabel III -

1. Konflik pemakaian air antara peruntukan air bersih dengan kebutuhan di luar air bersih dapat

13.

ditanggulangi oleh lembaga pengelola air bersih.


2. Wilayah konservasi sekitar sumber air dapat dijaga dengan pola koordinasi dan kerjasama antara
berbagai instansi terkait di bidang air bersih dan pemanfaatan/pengendalian ruang kota.
3. Wilayah pelayanan lain di luar Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari yang secara
teknis termasuk dalam wilayah pelayanan yang sama dengan lokasi pekerjaan, harus telah
memprediksi kebutuhan air bersihnya.

LAPORAN RENCANA

III - 33

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

4. Lembaga pengelola sistem penyediaan air bersih perpipaan, sudah harus mengantisipasi peningkatan
pemakaian air bersih pada waktu-waktu mendatang, sehingga peningkatan kebutuhan air penduduk

5. Penambahan jaringan perpipaan harus disesuaikan dengan tingkat kebutuhan air dan kemampuan

membayar sambungan/biaya pemasangan.

dapat diimbangi dengan peningkatan kapasitas sistem.


6. Untuk kebutuhan air bersih di luar : rumah tangga, fasilitas sumum, sistem penyediaan air bersih yang

5. Kebutuhan air bersih untuk fasilitas industri kecil non polutif atau jasa usaha cuci kendaraan yang
direncanakan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, sebaiknya tidak
mempergunakan sumber air yang sama dengan sistem perpipaan PDAM, namun dapat dipenuhi dari
air tanah dalam dengan kuantitas yang cukup dan pengambilan air bawah tanah yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Rencana sistem penyediaan air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari,
ditunjukkan pada Gambar 3 - 10 dan contoh perpipaannya pada gambar 3 - 11.
d. Usulan pengembangan
Sistem penyediaan air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari selayaknya
direncanakan dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1. Kapasitas operasional sebesar 18 Lt/dt yang disupply dari PDAM Kabupaten Agam dengan kebutuhan

Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, hendaknya dapat diselaraskan dengan
kebutuhan beberapa daerah pelayanan yang memakai sumber yang sama.
2. Wilayah-wilayah pelayanan yang disupply dari IPA Bale Badak Batu Kambing seyogyanya

mempunyai prediksi kebutuhan air masing-masing, sehingga pada akhir perencanaan dapat diketahui
kapasitas pelayanannya

diusulkan adalah pemanfaatan air tanah dalam.


7. Rencana sistem penyediaan air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, tidak

dilepaskan dari sistem jaringan perpipaan air bersih yang ada saat ini. Sampai akhir perencanaan,
untuk penyediaan air bersih penduduk sistem jaringan yang ada direncanakan ditambah, baik
kapasitas air bersih yang dialirkan, ataupun panjang pipa dan kelengkapan aksesorisnya.
3.2.4.2 Sistem Pengelolaan Air Limbah
Air limbah merupakan hasil aktifitas manusia yang sudah tidak dipakai dan biasanya terbuang begitu
saja, sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan disekitarnya dan umumnya menurut rujukan, air
limbah dapat menimbulkan berbagai penyakit, sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat
dan lingkungan.
Sebagian besar sumber limbah di kawasan perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari terdiri dari:
limbah rumah tangga dan perdagangan. Limbah tersebut dalam penyalurannya sebagian kecil telah memiliki
septic tank dan sebagian lainnya disalurkan ke saluran drainase, parit-parit, kolam, sawah, sungai dan
bahkan ada yang ke lahan-lahan terbuka, sehingga menimbulkan dampak kumuhnya lingkungan. Dengan
kondisi tersebut perlu prioritas penanganan terutama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
serta keindahan lingkungan. Yang menjadi permasalahan dalam pengembangan sarana sanitasi di Kota
Bawan adalah sebagai berikut :
Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat, dimana sebagian masyarakat Kota Bawan terutama yang

3. Lembaga pengelola sistem penyediaan air bersih di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek

Nagari, yaitu PDAM Kabupaten Agam, sudah harus mempersiapkan beberapa alternatif sumber air
baru untuk tambahan kapasitas.

berpenghasilan rendah masih menggunakan lahan-lahan terbuka, parit-parit, sawah dan sebagainya
sebagai tempat penyaluran air limbah/air kotor.
Belum adanya unit pelaksana yang menangani khusus masalah sanitasi, sehingga kurang memperoleh
perhatian khusus termasuk dalam pengurusan septic tank, penyedotan tinja, maupun pemeliharaanya.

4. Sudah selayaknya di Kawasan Perkotaan Ampek Nagari ada lembaga yang mengelolaan air bersih

(PDAM ranting) dalam upaya meningkatkan pelayanan dan pengelolaannya.

LAPORAN RENCANA

III - 34

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-10
Rencana jaringan Air bersih
Asal 3-16

LAPORAN RENCANA

III - 35

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-11
Contoh Perpipaan
Asal 3-17

LAPORAN RENCANA

III - 36

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Kedua permasalahan pokok di atas perlu penekanan khusus agar terciptanya pelayanan yang

Tabel III - 15
Perkiraan Jumlah Produksi Air Limbah
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2005 - 2010

memadai dalam rangka peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Selanjutnya, dalam penanganan limbah
pada masa yang akan datang bagi yang belum memiliki septic tank perlu disediakan baik pribadi maupun
kolektif. Hal tersebut disamping untuk menjaga lingkungan yang sehat, juga agar lingkungan yang ada tidak
No

memberikan dampak kumuhnya lingkungan. Septic tank kolektif diperuntukan bagi lingkungan permukiman

Tahun Perencanaan

1
2
3
4
5
6
Sumber : Hasil analisis

masyarakat yang berpendapatan rendah dengan pelayanan 1 septic tank 5 unit rumah. Sedangkan septictank
pribadi diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke atas.
Kebutuhan septic tank pada masa yang akan datang digunakan standar sebagai berikut :
Kebutuhan Septic Tank pribadi : 25 % dari jumlah rumah yang ada menggunakan septic tank pribadi.
Kebutuhan Septic Tank Kolektif : 10 % dari jumlah rumah yang ada menggunakan septic tank kolektif.

2005
2006
2007
2008
2009
2010

Produksi Air Limbah


(Liter/Orang/hari)
1.086.235
1.117.335
1.149.336
1.182.238
1.216.193
1.251.049

Ada beberapa usulan yang berhubungan dengan sistem pengelolaan air limbah, diantaranya :
Atas standar tersebut, maka kebutuhannya sampai akhir tahun perencanaan diperkirakan berjumlah
583 unit yang terdiri dari septic tank pribadi 416 unit dan septic tank kolektif 167 unit, seperti terlihat pada
Tabel III - 14. Sedangkan contoh perletakkannya dapat dilihat pada gambar 3 - 12.

1. Mempertimbangkan kepadatan penduduk, ketersediaan air bersih, tinggi muka air tanah dan kemiringan
lahan.
2. Untuk pengembangan sistem pengelolaan air limbah yang ditujukan untuk program jangka panjang
hendaknya sudah dipikirkan untuk mengolah air limbah dalam satu pengolahan lumpur tinja (IPLT).

Dalam pengeloaannya, pada masa yang akan datang di Kota bawan perlu ditunjang dengan sarana
pengisap tinja (truk tinja) agar septic tank yang ada dapat terjaga dan terpelihara dengan baik.

3. Sistem pengelolaan dan pengolahan air limbah hendaknya sederhana bentuknya, mudah dalam
pengoperasian dan perawatannya.
4. Penempatan sistem septik tank bidang resapan dengan sumber air tanah yang digunakan sebagai sumber

No.
1
2
3
4
5
6

Tabel III - 14
Perkiraan Kebutuhan Septic Tank
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2005 - 2010
Kebutuhan Septic Tank
Tahun
Kebutuhan
Rumah (Unit)
Pribadi
Kolektif
Jumlah
2005
1,446
362
145
506
2006
1,487
372
149
520
2007
1,530
383
153
536
2008
1,574
394
157
551
2009
1,619
405
162
567
2010
1,665
416
167
583

Sumber : Hasil Analisis

Adapun volume air limbah yang dihasilkan berdasarkan kriteria yang berlaku saat ini dapat dihitung
berdasarkan ketentuan 70 % - 80 % dari pemakaian air bersih sehari-hari (untuk skala kota seperti Kawasan

air bersih harus mempunyai jarak lebih dari 11 meter dan hal ini harus dijadikan sebagai pedoman dalam
perencanaan sanitasi di masyarakat.
3.2.4.3 Drainase
Sebagian besar di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari belum memiliki saluran
drainase yang memadai, baik di kawasan permukiman, perkantoran, perdagangan ataupun pada tepi jalanjalan yang menghubungkan antar kawasan. Jaringan drainase yang ada-pun (berupa parit-parit) tidak
berfungsi dengan baik karena tersedimentasi material-material baik berupa sampah maupun endapan lumpur,
sehingga kapasitas saluran tidak mampu menampung air permukaan.
Air hujan yang jatuh ke bumi merupakan potensi yang besar dalam penyediaan air tanah, air untuk
pertanian, air minum dan sebagainya. Oleh karena itu saluran air hujan sedapat mungkin dibuat terpisah dari
saluran air limbah rumah tangga (domestik) maupun limbah fasilitas umum.
Beberapa usulan penanganan drainase di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari,

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, pada perencanaan ini diambil 80 % yang dihitung konstan
sampai akhir perencanaan), seperti ditunjukkan pada Tabel III - 15.
LAPORAN RENCANA

yaitu :
III - 37

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

GAMBAR 3-12
CONTOH PERLETAKAN SEPTIC TANK
Asal 3-18

LAPORAN RENCANA

III - 38

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

1. Menganjurkan masyarakat untuk tidak membuang sampah di saluran, hal ini untuk menghindari

sementara dikumpulkan di sembarang tempat sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir. Lokasi tempat

penyumbatan dan pencemaran air hujan pada saluran.

pembuangan akhir saat ini di sebelah utara tepatnya di Suayan dengan jarak 1,5 Km. Lokasi tersebut

2. Menjaga dan melestarikan hutan dan daerah tangkapan air.

ditetapkan oleh masyarakat dan tokoh setempat karena dianggap cukup tepat untuk menampung sampah

3. Membuat sumur resapan untuk daerah permukiman yang masih mempunyai lahan dan kolam-

akhir.

kolam/tandon air untuk daerah perumahan (fungsi kelestarian dan rekreasi).


4. Memperbanyak fungsi hijau kota dengan pembuatan taman kota/hutan kota.
5. Penataan saluran drainase yang berpotensi menimbulkan genangan dengan teknis peningkatan saluran,

rehabilitasi saluran (pengerukan dan pembersihan dari endapan dan sampah) serta pembangunan
saluran drainase sehingga sistem saluran drainase tidak terputus.
6. Koordinasi diantara lembaga pengelola drainase, sehingga kegiatan dan pekerjaan penanganan ganangan

air tidak tersebar.

Adapun untuk mengukur perkiraan jumlah produksi sampah, digunakan standar DPU Cipta Karya,
yaitu :
Produksi sampah rumah tangga per orang per hari yang lazim terjadi di kota-kota kecil sebesar 0,0025 m3,
sedangkan sampah non rumah tangga sebesar 20 % dari jumlah sampah rumah tangga.
Sarana penampungan sementara tersebar dibeberapa tempat, dengan radius pelayanan maksimum 1.500
meter.
Gerobak sampah yang bervolume 1,25 m3 dengan 3 rit pengangkutan per hari.

Rencana sistem drainase di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari berdasarkan
kapasitasnya terdiri dari sistem drainase primer, drainase sekunder yang terdiri dari saluran terbuka dan

Bak sampah yang bervolume 10,8 m3 dengan radius pelayanan antara 500-1000 unit rumah setiap satu
TPS.

tertutup dan drainase tersier. Sistem penyalurannya dilaksanakan dengan berpedoman pada pemanfaatan
secara maksimal kondisi alam yang ada (memanfaatkan adanya Sungai Batang Bawan dan Sitanang) sebagai

Dengan menggunakan standar tersebut, maka diketahui perkiraan jumlah timbunan sampah sampai

muara penyaluran serta rencana sistem drainase jalan pengembangannya akan mengikuti rencana jaringan

akhir tahun perencanaan sebesar 24,98 m3 yang terdiri dari : sampah rumah tangga 20,82 m3/hari dan sampah

jalan. Khusus pada kawasan pusat kota (kawasan perdagangan) sebaiknya saluran drainase dengan sistem

non rumah tangga 4,16 m3 per hari. Lebih jelasnya lihat tabel III - 16.

tertutup agar bisa dimanfaatkan pula oleh pejalan kaki.

Tabel III - 16

Untuk jelasnya rencana jaringan drainase dapat dilihat pada Gambar 3 - 13 dan contoh tipikal drainase
dapat dilihat pada gambar 3 - 14.
3.2.4.4 Sistem Pengelolaan Persampahan
Sumber-sumber sampah di Kota Bawan terdiri dari sampah rumah tangga, sampah komersial

No

Tahun
Proyeksi

Perkiraan Jumlah Timbunan Sampah Serta Kebutuhan Sarana


Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2005 - 2010
Produksi Sampah
Kebutuhan Fasilitas Sampah
Jumlah
( M )
(Unit)
Jumlah
Pddk
(M/Hari)
Rmh
Non Rmh
Mobil
(Jiwa)
Tangga
Tangga
Gerobak
Bak Pengangkut

2005

7230

18.08

3.62

21.69

2006

7437

18.59

3.72

22.31

Sedangkan sistem pengelolaannya dilakukan secara individual dengan cara dibuang langsung ke tempatnya,

2007

7650

19.13

3.83

22.95

dibakar, ditimbun, dan bahkan ditemui ada sebagian masyarakat yang masih melakukan pembuangan sampah

2008

7869

19.67

3.93

23.61

2009

8095

20.24

4.05

24.29

2010

8327

20.82

4.16

24.98

(perdagangan dan jasa) serta sumber lainnya seperti pendidikan, pertokoan, jalan, kesehatan dan sebagainya.

ke aliran sungai atau sawah. Hal tersebut terjadi akibat kuranya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan
keindahan lingkungan serta belum adanya pengelola secara khusus baik yang ditangani oleh pemerintah

Sumber : Hasil Analisis

masupun kelompok masyarakat.


Sedangkan sampah khusus di lingkungan Pasar Bawan saat ini sudah ditangani oleh petugas Jorong
sebanyak 2 orang, akan tetapi belum memiliki tempat pembuangan sampah khusus (TPS) sehingga sampah
LAPORAN RENCANA

III - 39

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-13
Rencana jaringan drainase
Asal 3-19

LAPORAN RENCANA

III - 40

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-14
CONTOH TIPIKAL DRAINASE
Asal 3-20

LAPORAN RENCANA

III - 41

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Sedang dalam pengelolaannya diperlukan fasilitas pendukung agar kegiatannya dapat berjalan

3.2.4.5 Rencana Pengembangan Listrik

dengan lancar. Fasilitas yang dibutuhkan tersebut :

Saat ini di Kota Bawan pelayanan listrik ditangani oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PT. PLN) ,

o Gerobak sampah yang dialokasikan setiap lingkungan RT sebanyak 7 unit.

dengan wilayah layanan hampir seluruh kawasan Kota. Keberadaan listrik tersebut selain dimanfaatkan untuk

o Bak Sampah/TPS baik berupa Container maupun lahan yang didesain khusus sebanyak 2 unit dengan

keperluan penerangan, juga dimanfaatkan untuk keperluan kegiatan rumah tangga dan usaha, dengan

lokasi ditempatkan di sekitar lingkungan yang diperkirakan menghasilkan timbunan sampah cukup banyak.

kapasitas listrik yang terpasang sebagian besar 900 watt.

Disamping itu, ditempatkan pula di setiap lingkungan permukiman yang relatif padat.
o Truk pengangkut sampah dengan 3 rit pengangkutan per hari sebanyak 1 unit.

Permasalahan listrik yang terjadi umumnya sama dengan permasalahan di wilayah Sumatera Barat,
yakni sering terjadinya pemadaman aliran akibat terbatasnya suplay daya dari Pembangkit Listrik Singkarak
maupun Maninjau.

Disamping telah tersedianya berbagai sarana pendukung pengelolaan sampah, juga sebaiknya

Dalam perkiraan jumlah daya listrik yang dibutuhkan di Kota Bawan pada masa yang akan datang

penanganan sampah di Kota Bawan ditangani secara khusus dalam lingkup kota (tidak dikhususkan pada

(sampai tahun 2010) dihitung berdasarkan standar sebagai berikut :

kawasan pasar). Pengelolannya bisa dilakukan dengan beberapa alternatif, diantaranya :

o 25 % dari jumlah rumah menggunakan listrik 1300 watt

Oleh pemerintah Kabupaten melalui Dinas Kebersihan

o 30 % dari jumlah rumah menggunakan listrik 900 watt

Oleh pemerintah terendah Nagari atau Jorong

o 45 % dari jumlah rumah menggunakan listrik 450 watt

Oleh kelompok masyarakat atau organisasi pemberdayaan masyarakat yang ada

o 30 % dari kebutuhan rumah tangga diperuntukkan bagi kebutuhan sarana pelayanan sosial dan ekonomi.

Dengan berdasar pada tingkat perkembangan penduduk sampai akhir tahun perencanaan (tahun

Atas dasar standar tersebut, maka kebutuhan daya listrik sampai tahun 2010 sebesar 3.118.200 watt

2010) dimana produksi sampah yang semakin besar diperlukan langkah-langkah yang tepat, untuk mengatasi

yang terdiri dari :

persoalan-persoalan yang akan timbul diantaranya :

Kebutuhan rumah tangga sebesar 1.116.650 watt

1. Pembentukan pengelola sampah agar dapat meningkatkan pelayanan pada masa yang akan datang, baik

Kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi sebesar 334.995 watt

untuk sampah di lingkungan Pasar maupun rumah tangga dan fasilitas lainnya. Pengelolanya bisa

Kebutuhan untuk penerangan jalan sebesar 55.833 watt

dilakukan oleh masyarakat, staf Jorong ataupun Pemerintah melalui Dinas terkait.

Perkiraan cadangan daya sebesar 167.498 watt

2. Penyediaan sarana persampahan baik untuk pewadahan sampah, penampungan dan pengangkutan

sampah. Sarana yang dibutuhkan sampai akhir tahun 2010 terdiri dari : Gerobag Sampah 7 unit, Bak

Lebih jelasnya kebutuhan daya listrik pada masa yang akan datang dapat dilihat pada tabel III - 17.

Sampah 2 buah dan Truk Sampah 1 buah.


3. Program pemilahan sampah sudah harus diterapkan dalam unit yang paling kecil yaitu tingkat rumah

tangga.
4. Penetapan lokasi TPA untuk jangka panjang.

Adapun sebagai gambaran, mekanisme pengolaan sampah dapat dilihat pada gambar 3 - 15.

LAPORAN RENCANA

III - 42

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-15
Mekanisme pengelolaan sampah
Asal 3-21

LAPORAN RENCANA

III - 43

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Tabel III 17
Perkiraan Kebutuhan Listrik
Di Kawasan Perencanaan Tahun 2005 2010
No.

Uraian

Kebutuhan Rumah
a. Tipe Besar
b. Tipe Sedang
c. Tipe Kecil
Jumlah
2
Fasilitas Sosial
Ekonomi
3
Penerangan Jalan
4
Cadangan
Jumlah
Sumber : Hasil Analisis

Standar
Kebutuhan

Kebutuhan Listrik (Watt)


2007
2008

2005

2006

188,500
390,600
390,600
969,700

193,700
401,400
401,400
996,500

198,900
413,100
413,100
1,025,100

290,910
48,485
145,455
1,454,550

298,950
49,825
149,475
1,494,750

307,530
51,255
153,765
1,537,650

meningkat. Disamping itu, dengan terbatasnya area pelayanan teknologi komunikasi telepon genggam (HP)
diharapkan investor dapat memperluas cakupan wilayah khusunya Kota Bawan umumnya Agam bagian Barat.
2009

2010

204,100
424,800
424,800
1,053,700

210,600
437,400
436,950
1,084,950

217,100
450,000
449,550
1,116,650

316,110
52,685
158,055
1,580,550

325,485
54,248
162,743
1,627,425

334,995
55,833
167,498
1,674,975

1300
900
450

30%

5%
15 %
-

Kebutuhan telekomunikasi Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari masa mendatang
pada dasarnya ditentukan oleh tingkat perkembangan ekonomi penduduknya. Sejalan dengan tingkat
perkembangan teknologi informasi yang sedang tumbuh pesat, variasi kebutuhan komunikasi menjadi semakin
beragam.
Penggunaan telepon untuk permukiman tergantung dari status perkembangan sosial dalam
masyarakat. Pada masyarakat tradisional, kebutuhan komunikasi hanya terbatas untuk interaksi sosial,
sedangkan tuntutan komunikasi untuk permukiman dan perumahan modern lebih pada sistem panggilan
langsung jarak jauh dan internasional serta kemampuan transmisi data interaktif di masa depan. Lingkup

Guna mengantisipasi perkembangan penduduk dengan berbagai kegiatan serta pemenuhan

pelayanan telekomunikasi akan termasuk belanja dari rumah, bank dari rumah, akses data base dari rumah.

pelayanan kelistrikan dimasa datang dilakukan melalui pemeliharaan, perbaikan dan pengembangan. Dalam

Juga bisa dikembangkan untuk telemetri dan pelayanan video dua saluran. Namun demikian, tidak semua

pengembangannya, penyediaan listrik di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari diarahkan

rumah tangga akan membutuhkan pelayanan telepon seperti telah disebutkan di atas, bahkan untuk Kawasan

dengan cara :

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari diperkirakan tingkat pemenuhannya belum tinggi dan tidak

a. Pengembangan jaringan distribusi listrik diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan penduduk.

merata.

b. Pemerataan pelayanan penerangan jalan umum pada lingkungan permukiman dan peningkatan kualitas
penerangan jalan umum pada jalan utama, penghubung, taman dan pusat kegiatan/aktivitas penduduk.

Dalam pengembangannya prasarana dan sarana telekomunikasi di Kawasan Perkotaan Ibukota


Kecamatan Ampek Nagari diarahkan dengan :
a. Penyambungan jaringan ke rumah-rumah atau konsumen lainnya, dimana saat ini jaringan kabel sudah

Adapun rencana pengembangan jaringan listrik di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
dapat dilihat pada Gambar 3 - 16.

tersedia.
b. Perluasan pengadaan telepon umum dan peningkatan warung telekomunikasi di kawasan permukiman
padat penduduk.

3.2.4.6 Rencana Pengembangan Telepon

Dalam memperkirakan kebutuhan telepon kabel didasarkan pada banyaknya rumah, dimana untuk

Sampai saat ini baru sebagian kecil masyarakat pada Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek

kebutuhan rumah tangga diasumsikan tiap 20 rumah tangga sebanyak 1 satuan sambungan (SS). Sedangkan

Nagari menikmati adanya saluran telepon, yang ada hanya fasilitas telepon umum berupa Wartel dengan

kebutuhan telepon untuk kegiatan perdagangan, jasa dan fasilitas umum diasumsikan 1/6 dari kebutuhan

sistem jaringan udara (satelit) bukan berupa jaringan kabel. Pada jalan utama sudah terpasang tiang dan

Rumah Tangga, dan untuk kegiatan industri 1/12 dari kebutuhan Rumah Tangga.

jaringan kabel telepon akan tetapi belum ditindaklanjuti pemasangan ke rumah-rumah.

Untuk lebih jelasnya lihat tabel III - 18, dan rencana jaringannya pada gambar 3 - 17.

Telepon kabel merupakan alat komunikasi yang sangat diharapkan keberadaannya oleh masyarakat
karena relatif murah. Alat komunikasi lain berupa telepon genggam (HP), Kota Bawan juga belum termasuk
pada area pelayanan satelit untuk seluruh Card (kartu telepon isi ulang) yang umumnya banyak dimanfaatkan
di Indonesia. Pada masa yang akan datang, diharapkan pemasangan jaringan telepon sudah dapat dinikmati
seiring dengan semakin berkembangnya Kota Bawan yang dari hari ke hari intensitas kegiatannya semakin
LAPORAN RENCANA

III - 44

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-16
Rencana jaringan listrik
Asal 3-22

LAPORAN RENCANA

III - 45

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

No.
1
2
3
4
5
6

Tabel III - 18
Perkiraan Kebutuhan Sambungan Telepon
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010
Kebutuhan Sambungan Telepon (SS)
Tahun
Kebutuhan
Rumah Fasilitas
Rumah (Unit) Tangga Umum Industri Jumlah
2005
1,446
72
241
121
434
2006
1,487
74
248
124
446
2007
1,530
77
255
128
459
2008
1,574
79
262
131
472
2009
1,619
81
270
135
486
2010
1,665
83
278
139
500

perkotaan yang baik. Sejalan dengan tujuan diatas, untuk mengantisipasi perkembangan kota masa
mendatang, dapat ditentukan pembagian unit lingkungannya.
Penentuan batas unit lingkungan dilakukan dengan menggunakan beberapa dasar pertimbangan
antara lain :
- Batas administrasi atau fisik
- Skala pelayanan fasilitas,
- Persebaran penduduk dan daya tampung ruang
- Keberadaan fasilitas dan pusat lingkungan yang ada.
- Kesamaan fungsi ruang

Sumber : Hasil Analisis

Dengan tujuan untuk mengefisienkan pelayanan serta mewujudkan mekanisme kegiatan yang
3.3 Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Blok Plan)
Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Blok Plan) yang dimaksud adalah pembagian ruang kawasan
perencanaan menjadi beberapa bagian yang disebut Unit Lingkungan (UL).

seimbang, maka Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari dibagi kedalam 5 (lima) unit
lingkungan. Untuk lebih jelasnya pembagian unit lingkungan berikut luasnya dapat dilihat pada Tabel III - 19
dan Gambar 3 - 18.
Tabel III - 19
Pembagian Unit Lingkungan ( Ul ) Dan Fungsinya
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari

3.3.1 Pembagian Unit Lingkungan


Pembagian unit lingkungan ini dilakukan dengan membagi kawasan perencanaan menjadi beberapa
unit lingkungan yang lebih kecil dimana setiap unit lingkungan tersebut dilayani oleh pusat lingkungannya atau
pusat pelayanannya. Pada prinsipnya pembagian unit lingkungan dimaksudkan untuk mencapai pola
pengembangan dan pelayanan struktur kota secara hirarkis, sehingga diperoleh pemanfaatan ruang yang

No
1
2

optimal. Selain itu hirarki unit lingkungan kota ini akan mempermudah usaha penyebaran jenis dan jumlah
sarana dan prasarana kegiatan yang akan menunjang kegiatan penduduk kota. Unit lingkungan disini
merupakan unit satuan permukiman yang menampung jumlah penduduk dengan batasan memiliki

3
4

kemampuan dalam memenuhi fasilitas untuk kebutuhan penduduknya.


Komponen kegiatan unit lingkungan tersebut adalah kegiatan permukiman dengan beberapa

Nomor Unit Lingkungan


UL-1
Dusun Ambalau
UL-2
Blok Pasar
UL-3
Kantor Kecamatan
UL-4
Dusun Simpang Padang Kalam
UL-5
Dusun Simpang Bambu Kuning

komponen pendukungnya, dengan dikondisikannya pembagian ruang kota ke dalam beberapa unit lingkungan,
diharapkan akan terjadi suatu pola interaksi keruangan yang seimbang dan merata terutama dalam sistem

Arahan Pemanfaatan Ruang


permukiman,

pendidikan,

pertanian

teknis,

Luas (Ha)
konservasi,

pemerintahan dan pelayanan umum (alternatif -1).


permukiman terbatas (konvensional), perdagangan dan jasa,
transportasi, pertanian teknis, pergudangan dan industri kecil.
pemerintahana dan pelayanan umum (alternatif - 2), permukiman,
pendidikan, perdagangan konservasi, dan pertanian.
pendidikan, permukiman, OR dan rekreasi, pertanian, dan
perkebunan.
Pendidikan, perdagangan, permukiman,

kesehatan, hiburan dan

budaya, dan lahan cadangan pengembangan kota.


Jumlah

48.94
117.96
116.15
77.78
106.00
466.64

Sumber : Hasil Analisis

pelayanan berbagai komponen kegiatan yang ada. Mengingat kedalaman materi pekerjaan ini adalah Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR), maka pembagian unit lingkungan disini akan disajikan hingga rencana pembagian
unit lingkungan. Secara garis besar pembagian unit lingkungan bertujuan untuk mengefisienkan pelayanan
hingga terjangkau oleh semua penduduknya serta sebagai alat untuk menciptakan mekanisme kehidupan
LAPORAN RENCANA

III - 46

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3 - 17
Rencana Pengembangan jaringan Telepon
Asal 3-23

LAPORAN RENCANA

III - 47

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-18
Rencana Pembagian Unit Lingkungan dan Fungsinya
Asal 3-2

LAPORAN RENCANA

III - 48

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

3.3.2 Kemampuan Daya Tampung Tiap-tiap Unit Lingkungan Bagi Pengembangan Kegiatan
Fisik/Terbangun.

3.3.3 Rencana Pemanfaatan Ruang Tiap Unit Lingkungan


3.3.3.1 Kawasan Budidaya Perkotaan

Kemampuan daya tampung tiap unit lingkungan ini pada dasarnya untuk melihat seberapa besar

A. Unit Lingkungan 1 (UL - 1)

potensi tiap-tiap unit lingkungan untuk menampung kegiatan pembangunan fisik perkotaan. Untuk melihat

Luas lahan potensial pada Unit Lingkungan 1 adalah 48,94 Ha yang terdiri dari : lahan potensial untuk

kemampuan setiap unit lingkungan dalam menampung kegiatan pembangunan fisik ini dapat dilihat dari

pengembangan kota 27,65 Ha, lahan limitasi 18,42 Ha dan lahan terbangun 2,87 Ha.

besarnya lahan potensial yang tersedia pada setiap unit lingkungan, mengacu pada hasil penilaian analisis

Jenis sarana dan prasarana yang akan dialokasikan di Unit Lingkungan 1 (satu) ini terdiri dari :

kemampuan lahan dapat diketahui ketersediaan lahan potensial masing-masing unit lingkungan yang

Permukiman, Pemerintahan dan Pelayanan Umum (Alternatif 2), Pendidikan, Perdagangan Lokal,

diarahkan untuk menampung berbagai kegiatan pembangunan fisik perkotaan.

Kesehatan, Peribadatan dan Taman 250 penduduk.

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya telah diketahui lahan potensial yang tersedia di Kawasan
Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari adalah seluas 223,04 hektar. Untuk lebih jelasnya kemampuan

1. Permukiman

daya tampung untuk pengembangan fisik tiap unit lingkungan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan

Permukiman yang akan dikembangkan adalah perumahan terbatas, artinya pengembangan yang

Ampek Nagari dapat dilihat pada Tabel III - 20 dan gambar 3 - 19.

dilakukan secara konvensional/perorangan tanpa melibatkan pengembang. Rumah yang direncanakan


tipe campuran mulai tipe Kecil dengan luas kapling 200 m2, tipe Sedang 300 m2 dan tipe Besar 400

Tabel III - 20
Kemampuan Daya Tampung
Untuk Pengembangan Pembangunan Fisik Perkotaan
Tiap Unit Lingkungan Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
No
1
2
3
4
5

Nomor Unit Lingkungan


UL-1
Dusun Ambalau
UL-2
Pasar
UL-3
Kantor Kecamatan
UL-4
Dusun Simpang Padang
Kalam
UL-5
Dusun Simpang Bambu
Kuning

Luas Unit
Lingkungan (Ha)
48.94
117.96
116.15
77.78

Luas Lahan Potensial


(Ha)

Luas Lahan
Limitasi (Ha)

27.65

18.42

5.25

95.89

48.51

61.68

44.22

26.20

97.41

Luas Lahan
Terbangun (Ha)
2.87

Adapun jumlah unit rumah yang direncanakan sebanyak 116 unit yang terdiri dari :
a. Kapling Besar 3 unit (1.200 m2)
b. Kapling Sedang 10 unit (3.000 m2)
c. Kapling Kecil 20 unit (4.000 m2).

16.72
5.92
7.31

2. Pendidikan
Saat ini telah tersedia fasilitas pendidikan yang berlokasi di Unit Lingkungan 1 berupa SD dan SLTP
masing-masing 1 unit. Pada masa yang akan datang akan dialokasikan fasilitas pendidikan berupa

106.00

8.59

Taman Kanak-kanak sebanyak 1 unit dengan lokasi akan diarahkan dekat dengan fasilitas Taman
Bermain Anak.

JUMLAH

466.64

223.04

202.19

41.41

PERSENTASE (%)

100.00

47.80

43.33

8.87

Sumber : Hasil Analisis

m2.

3. Perdagangan Lokal
Untuk pelayanan lokal, fasilitas perdagangan yang akan direncanakan berupa Toko 1 unit (1.200 m2)
dan Warung 1 unit (50 m2). Adapun lokasinya, untuk Toko akan diarahkan dekat dengan jalan Raya
Bawan di lingkungan permukiman, sedangkan warung di sebelah timur dekat dengan SLTP.

LAPORAN RENCANA

III - 49

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-19
Peta luas lahan pengembangan
Asal 3-3

LAPORAN RENCANA

III - 50

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

4. Kesehatan
Kekurangan jumlah fasilitas kesehatan di Kota Bawan, salah satunya akan dialokasikan di Unit

Muat Barang, Jaringan Jalan, Trotoar, Taman, Lapangan Olah Raga, Pertanian Padi Sawah, Perkebunan,
dan Tempat Pembuangan Sampah.

Lingkungan 1 berupa Poliklinik dengan jumlah 1 unit (300 m2). Untuk lokasinya diarahkan bersatu
dengan kegiatan pendidikan dan Taman Bermain anak serta dapat dengan mudah dijangkau
masyarakat setempat.

1. Permukiman
Unit Lingkungan 2 ini merupakan kawasan padat penduduk yang dipengaruhi oleh adanya lokasi
Pasar. Pada kawasan ini pengembangan permukiman penduduk secara horizontal akan dibatasi

5. Peribadatan

karena dikelilingi pertanian irigasi teknis. Oleh karena itu pengembangan pada masa yang akan datang

Jumlah fasilitas peribadatan yang ada saat ini dapat dikatakan relatif belum mencukupi. Oleh karena

akan dikembangkan secara vertikal dengan jumlah lantai maksimum 2 lantai. Ada sedikit celah untuk

itu, untuk masa yang akan datang direncanakan disediakan 5 unit fasilitas peribadatan berupa

pengembangan secara horizontal yaitu di belakang pasar sebelah Barat, diamana jumlah unit rumah

Musholla/Langgar sebanyak 5 unit dengan luas 500 m2. Lokasinya tersebar pada beberapa tempat

sebanyak 6 unit yang terdiri dari tipe Besar 1 unit (400 m2), tipe Sedang 2 unit (600 m2) dan tipe Kecil 4

baik di lingkungan permukiman, d lingkungan kegiatan pemerintahan, dan lingkungan kegiatan

unit (800 m2).

pendidikan.
2. Pendidikan
6. Taman

Jenis fasilitas pendidikan yang ada saat ini berupa MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) sebanyak 2 unit

Taman yang akan direncanakan adalah taman Bermain anak Kelompok 250 penduduk sebanyak 6

yang berlokasi di sebelah Barat Pasar jalan menuju ke Simpang Pili. Pada masa yang akan datang

unit (1.500 m2) yang lokasinya akan diarahkan sebagian bersatu dengan fasilitas lainnya dan sebagian

perlu penambahan 1 unit Taman Kanak-kanak sebanyak 1 unit (1.200 m2), dengan lokasi diarahkan

tersebar di tengah kelompok permukiman.

berdekatan dengan lokasi pendidikan yang ada.

7. Pemerintahan dan Pelayanan Umum

3. Kesehatan

Pada Unit Lingkungan 1 ini akan dialokasikan fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum (alternatif

Fasilitas yang ada saat ini berupa Puskesmas Pembantu dengan lokasi di sebelah Timur Pasar

2) yang terdiri dari : Kantor Koramil, Kantor KUA, Kantor Pos, Kantor PDAM, Kacabdin Pendidikan,

menuju Batu Kambing. Keberadaan fasilitas tersebut dirasa kurang mencukupi, sehingga pada masa

Kacabdin Pertabunhut, Kacabdin Peperla dan Kantor Telkom. Lokasinya akan diarahkan di sekitar

yang akan datang direncanakan adanya penambahan fasilitas Puskesmas Utama. Fasilitas kesehatan

SLTP 7, dimana masyarakat sudah menyediakan lahan seluas 2 Ha. Luas untuk fasilitas tersebut

yang akan dialokasikan berupa Poliklinik, Tempat Praktek Dokter dan Apotik, masing-masing 1 unit

sebesar 5.700 m2.

dengan luas lahan yang dibutuhkan 750 m2.

Lebih jelasnya, lihat gambar 3 20 a.

Untuk Puskesmas Utama dialokasikan di dekat SLTP daerah Ambalau, Poliklinik lokasinya diarahkan
bersatu dengan fasilitas pendidikan, tempat Praktek Dokter di tengah lingkungan permukiman dan

B. Unit Lingkungan 2 ( UL - 2 )

Apotik dekat dengan perdagangan yang ada saat ini.

Luas lahan Unit Lingkungan 2 adalah 117,96 Ha yang terdiri dari : lahan potensial pengembangan kota
5,25 Ha, lahan limitasi 95,89 Ha dan lahan terbangun 16,72 Ha.
Sarana dan prasarana perkotaan yang akan dikembangkan terdiri dari : Permukiman, Pendidikan,
Kesehatan, Peribadatan, Jasa, Industri Kecil, Pergudangan, Sub Terminal, Perparkiran, Tempat Bongkar
LAPORAN RENCANA

III - 51

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-20.a
Rencana Pemanfaatan Ruang UL-1

LAPORAN RENCANA

III - 52

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

4. Peribadatan

9. Perparkiran

Saat ini sudah tersedia fasilitas peribadatan berupa Mesjid Raya (di belakang Pasar) dan

Parkir kendaraan pribadi saat ini bercampur dengan kegiatan parkir umum dan perdagangan. Pada

Musholla/Langgar yang tersebar di beberapa tempat. Namun demikian, karena dianggap belum

masa yang akan datang direncanakan adanya lokasi parkir khusus di sekitar pasar dengan luas lahan

mencukupi, maka pada masa yang akan datang perlu penambahan berupa Musholla/Langgar

3.000 m2. Sistem parkir yang direncanakan adalah Of Stret Parking (parkir di pinggir jalan) dengan

sebanyak 5 unit dengan luas 500 m2. Lokasinya akan diarahkan pada beberapa tempat di tengah-

posisi kendaraan 30, 45, 60 dan 90.

tengah lingkungan permukiman.


10. Jaringan Jalan
5. Jasa

Jalan-jalan yang direncanakan diantaranya :

Fasilitas jasa yang dimaksud adalah jasa Perbankan, Perbengkelan, Pertukangan (Tukang

- Rencana peningkatan jalan terdiri dari : Fungsi Arteri Primer (Damaja 13 m, Damija 23 m, Dawasja

Kayu/Perabot, Tukang Jahit dan Tukang Cukur), yang pada saat ini terkonsentrasi di UL - 2 mendekati

40 m) adalah Jalan Raya Bawan sepanjang 850 m, Fungsi Lokal Primer (Damaja 6 m, Damija 14 m,

keramaian pasar. Pada masa yang akan datang kegiatan ini perlu dilokalisir dan ditata sedemikian

Dawasja 26 m) adalah jalan menuju Batu Kambing sepanjang 500 m, dan Fungsi Lokal Sekunder

rupa agar tidak menggangu kegiatan lainnya. Luas lahan yang dibutuhkan adalah 2000 m2 yang akan

(eksisiting) sepanjang 3.700 m.

ditempatkan di sekitar pertigaan jalan Raya Bawan menuju jalan arah ke Simpang Pili.

- Rencana pembangunan jalan : Jalan Lingkar Timur (fungsi Lokal Primer) sepanjang 3.500 m, dan
jalan lingkungan (fungsi Lokal Sekunder) sepanjang 32.000 m.

6. Industri Kecil
Untuk mewadahi potensi yang dihasilkan seperti : Padi, Kelapa Kopra, Kelapa Sawit, Jeruk, dan

11. Bongkar Muat Barang

Pinang serta potensi yang sedang berkembang yaitu Indutri Rumah Tangga berupa pembuatan Profil

Agar kegiatan perdagangan lebih lancar, maka lokasi bongkar muat barang yang datang dan pergi

Bangunan (Gypsum) dan Asbes, maka perlu disediakan lahan untuk pengembangan Industri Kecil

lebih terorganisir, serta akan dialokasikan khusus tempatnya di sekitar pasar dengan luas lahan 1.000

yang terlokalisir seluas 15.000 m2 yang lokasinya diarahkan di sebelah Timur Jalan Raya Bawan dekat

m2.

Sungai Batang Sitanang.


12. Trotoar
7. Pergudangan

Trotoar yang berfungsi selain untuk pejalan kaki, juga untuk menambah keindahan kota. Untuk itu

Saat ini di UL - 2 belum tersedia pergudangan, maka pada masa yang akan datang dalam rangka

pada kawasan UL - 2 direncakan pembangunan Totoar khususnya sepanjang Jalan Raya Bawan dan

menstabilkan harga pasaran perlu disediakan stok penyimpanan barang berupa Gudang. Lokasinya

jalan-jalan utama lainnya.

diarahkan di sekitar Pasar sebelah utara dengan luas 1.000 m2.


13. Taman
8. Sub Terminal

Taman yang dimaksud adalah ruang terbuka yang dipakai selain tempat bermain anak juga untuk olah

Saat ini belum tersedia sarana Transportasi berupa Sub Terminal, sehingga angkutan umum mangkal

raga terbuka. Taman yang direncanakan pada UL - 2 adalah taman kelompok 2.500 penduduk yang

di depan Pasar. Kondisi ini tentunya mengganggu kegiatan lainnya terutama pada hari pasar. Masa

dibutuhkan sebanyak 1 unit dengan 1.250 m2. Lokasinya diarahkan pada kawasan di belakang Pasar

yang akan datang direncanakan adanya sebuah Sub Termnial dengan 10.000 m2 dengan lokasi

bersatu dengan Lapangan Olah Raga terbuka dengan luas 300 m 2. Disamping itu, disediakan juga

diarahkan di sebelah timur Pasar arah jalan menuju Batu Kambing. Adanya Sub Terminal ini

Taman kelompok 250 penduduk sebanyak 2 unit (500 m2) yang dialokasikan di sekitar fasilitas

diharapkan dapat mengurangi konflik lalulintas di sekitar muka Pasar.


LAPORAN RENCANA

III - 53

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

pendidikan. Taman dan Lapangan Olah Raga terbuka tersebut berfungsi pula sebagai salah satu
penghijauan kota.

2. Pemerintahan dan Pelayanan Umum


Saat ini fasilitas pemerintahan yang ada di UL - 3 yaitu Kantor Kecamatan sedangkan untuk masa
yang akan datang pada lokasi tersebut akan dialokasikan beberapa fasilitas Pemerintahan dan

14. Pertanian Padi Sawah dan Perkebunan

Pelayanan Umum seperti : Kantor Pos, Kantor KUA,

Kacabdin PEPERLA, Kacabdin

Pertanian padi sawah yang ada telah ditunjang dengan pengairan Irigasi Teknis. Sedangkan untuk

DIPERTABUNHUT, Kantor PDAM (ranting), Kantor TELKOM, Kacabdin Pendidikan, dan K PLN

perkebunan yang ada berupa kebun Kelapa Sawit dan Kelapa Kopra. Kedua kegiatan tersebut luasnya

(ranting) dengan luas lahan yang direncanakan 3.400 m2.

95,89 Ha, dimana fungsinya pada masa datang akan dipertahankan.


3. Pendidikan
15. Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS)

Saat ini fasilitas pendidikan yang ada di Unit Lingkungan 3 berupa fasilitas SMU sebanyak 1 unit.

Saat ini belum tersedia TPSS secara khusus, sehingga pengelolaan sampah dilakukan secara

Sedangkan pada masa yang akan datang akan dialokasikan 1 unit Sekolah Taman Kanak-kanak (TK)

Individu. Pada masa yang akan datang perlu disediakan dengan lokasi khusus yang akan diarahkan

dengan luas 1.200 m2 yang lokasinya bersatu dengan fasilitas Taman yang akan direncanakan.

pada dua tempat yakni di lingkungan Pasar dan di lingkungan permukiman. Masing-masing TPS
membutuhkan luas 100 m2 dengan kontruksi tembok berupa bangunan bak terbuka. Disamping itu,

4. Peribdatan

pengelolaanya untuk sampah rumah tangga maupun sampah lingkungan Pasar disarankan dalam

Jenis fasilitas peribadatan yang direncanakan akan dialokasikan di Unit Lingkungan 3 adalah berupa

satu kesatuan dibawah manajemen pemerintahan terkecil (Jorong atau Nagari). Sampah-sampah yang

Musholla atau langgar sebanyak 4 unit dengan luas 400 m2. Lokasinya terdistribusi pada beberapa

terkumpul dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada di Suayan (arah ke Utara kota)

tempat baik di lingkungan perkantoran maupun permukiman.

dengan jarak 1,5 Km.


5. Perdagangan
Lebih jelasnya lihat gambar 3 20 b.

Jenis fasilitas perdagangan yang akan dialokasikan adalah perdagangan skala lokal berupa warung
sebanyak 1 unit (50 m2). Lokasinya diarahkan berada di tengah-tengah lingkungan permukiman.

C. Unit Lingkungan 3 (UL - 3)


Luas lahan Unit Lingkungan 3 adalah : 116,15 Ha yang terdiri dari lahan potensial yang bisa

6. Olah Raga

dikembangkan 48,51 Ha, luas lahan limitasi 61,68 ha dan luas lahan terbangun 5,92 Ha.

Rencana fasilitas Olah Raga pada Unit Lingkungan 3 adalah Lapangan Olah raga Terbuka dengan

Jenis sarana dan prasarana yang direncanakan pada Unit Lingkungan 3 adalah : Permukiman,

luas 300 m2. Lokasinya direncanakan bersatu dengan Taman Bermain anak yang akan direncanakan.

Pemerintahan dan Pelayanan Umum (alternative - 1), Pendidikan, Peribadatan, Perdagangan, Jasa, Olah
Raga, Taman dan Jaringan Jalan.

7. Taman
Untuk skala lingkungan, pada lokasi ini direncanakan akan disediakan sebuah taman skala 250

1. Permukiman
Pengembangan permukiman yang diarahkan adalah permukiman tipe campuran yang pelaksanaannya

penduduk yang tersebar pada beberapa tempat sebanyak 12 unit (3.000 m2). Lokasinya tersebar pada
beberapa tempat bersatu dengan fasilitas lainnya.

oleh pengembang. Jumlah unit rumah yang akan dikembangkan sebanyak 57 unit yang terdiri dari tipe
Besar 6 unit (2.400 m2), tipe Sedang 17 unit (5.100 m2), dan tipe Kecil 34 unit (6.800 m2). Lokasinya
akan diarahkan mengelompok dengan perkantoran pemerintahan dan pelayanan umum.
LAPORAN RENCANA

III - 54

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-20.b
Peta Rencana Pemanfaatan Ruang UL-2

LAPORAN RENCANA

III - 55

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

8. Jaringan Jalan
Rencana jaringan jalan di Unit Lingkungan 3 terdiri dari :

5. Olah Raga dan Rekreasi

- Rencana peningkatan jalan dengan fungsi Arteri Primer sepanjang 700 m.

Rencana fasilitas Olah Raga yang ada pada Unit Lingkungan 4 adalah berupa Lapangan Sepak Bola,

- Rencana pembangunan jalan baru dengan fungsi Lokal Sekunder sepanjang 1.400 m 2.

sedangkan kegiatan rekreasi yaitu berupa permainan Bilyard yang berlokasi di Simpang padang
Kalam. Sedangkan pada masa yang akan datang direncanakan adanya penambahan Lapangan Olah

Lebih jelasnya lihat gambar 3 20 c.

raga Terbuka dengan luas 300 m2. Lokasinya direncanakan bersatu dengan Taman Bermain anak
yang akan direncanakan.

D. Unit Lingkungan 4 (UL - 4)


Luas lahan Unit Lingkungan 4 adalah 77,78 Ha yang terdiri dari : lahan potensial untuk pengembangan

6. Taman

kota 44,42 Ha, lahan limitasi 26,20 Ha dan lahan terbangun 7,31 Ha. Sedangkan fasilitas yang akan

Untuk skala lingkungan, pada lokasi ini direncanakan akan disediakan sebuah taman skala 250

dialokasikan terdiri dari : Permukiman, Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Perdagangan, Olah Raga dan

penduduk yang tersebar pada beberapa tempat sebanyak 7 unit (1.750 m2). Lokasinya tersebar

Rekreasi, Jasa, Jaringan Jalan, dan Taman.

bersatu dengan fasilitas lainnya.

1. Permukiman

7. Jaringan Jalan

Pengembangan permukiman yang diarahkan adalah permukiman tipe campuran yang pelaksanaannya

Rencana jaringan jalan di Unit Lingkungan 4 terdiri dari :

oleh pengembang. Jumlah unit rumah yang akan dikembangkan sebanyak 53 unit yang terdiri dari tipe

- Rencana peningkatan jalan dengan fungsi Arteri Primer sepanjang 750 m dan fungsi Lokal Primer

Besar 5 unit (2.000 m2), tipe Sedang 16 unit (4.800 m2), dan tipe Kecil 32 unit (6.400 m2). Lokasinya
akan diarahkan di sekitar Lapangan Sepak Bola Simpang Padang Kalam.

600 m.
- Rencana pembangunan jalan baru dengan fungsi Lokal Sekunder sepanjang 32.000 m2 dan fungsi
Lokal Primer (Jalan Lingkar Timur) 3.500 m.

2. Pendidikan
Saat ini belum tersedia fasilitas pendidikan di Unit, sedangkan pada masa yang akan datang akan

Lebih jelasnya lihat gambar 3 20 d.

dialokasikan 1 unit Sekolah Taman Kanak-kanak (TK) dengan luas 1.200 m2 yang lokasinya bersatu
dengan fasilitas Taman yang akan direncanakan.

E. Unit Lingkungan 5 (UL - 5)


Luas lahan potensial pada Unit Lingkungan 5 adalah 1006 Ha yang terdiri dari : lahan potensial untuk

3. Peribdatan

pengembangan kota 97,41 Ha, lahan limitasi 0 Ha dan lahan terbangun 8,59 Ha.

Jenis fasilitas peribadatan yang direncanakan akan dialokasikan di Unit Lingkungan 4 adalah berupa

Jenis sarana dan prasarana yang akan dialokasikan di Unit Lingkungan 1 (satu) ini terdiri dari :

Musholla atau langgar sebanyak 6 unit dengan luas 600 m2. Lokasinya didistrribusikan pada beberapa

Permukiman, Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Perdagangan Lokal, Hiburan dan Budaya, Pelayanan

tempat baik di lingkungan permukiman maupun fasilitas lainnya.

Umum, Jaringan Jalan, dan Taman.

4. Perdagangan
Jenis fasilitas perdagangan yang akan dialokasikan adalah perdagangan skala lokal berupa warung
sebanyak 1 unit (50 m2). Lokasinya diarahkan berada di sekitar Simpang Padang Kalam.
LAPORAN RENCANA

III - 56

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-20.c
Rencana Pemanfaatan Ruang UL-3.

LAPORAN RENCANA

III - 57

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-20.d
Rencana Pemanfaatan Ruang UL-4

LAPORAN RENCANA

III - 58

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

1. Permukiman

6. Peribadatan

Permukiman yang akan dikembangkan adalah perumahan terbatas, artinya pengembangan yang

Jumlah fasilitas peribadatan yang direncanakan di Unit Lingkungan 5 adalah berupa Mesjid

dilakukan secara konvensional/perorangan tanpa melibatkan pengembang. Rumah yang direncanakan

Lingkungan sebanyak 1 Unit (300 m2) dan Musholla/Langgar sebanyak 8 unit (800 m2). Lokasi Mesjid

tipe campuran mulai tipe Kecil dengan luas kapling 200 m2, tipe Sedang 300 m2 dan tipe Besar 400 m2.

lingkungan akan dialokasikan di sekitar permukiman dekat dengan fasilitas lainnya, sedangkan
Musholla/ Langgar tersebar di beberapa tempat di tengah-tengah kelompok permukiman atau dekat

Adapun jumlah unit rumah yang direncanakan sebanyak 116 unit yang terdiri dari :

dengan fasilitas lainnya.

a. Kapling Besar 12 unit (4.800 m2)


b. Kapling Sedang 35 unit (10.500 m2)
c. Kapling Kecil 70 unit (14.000 m2).

7. Hiburan dan Budaya


Yang maksud dengan fasilitas hiburan dan budaya terdiri dari : Balai Pertemuan, Gedung Serba Guna
dan Gedung Hiburan/Budaya. Jumlah fasilitas hiburan dan budaya tersebut masing-masing 1 unit

3. Pendidikan

dengan luas masing-masing 1000 m2, 830 m2 dan 830 m2. Fasilitas tersebut selain dimanfaatkan untuk

Saat ini belum tersedia fasilitas pendidikan yang berlokasi di Unit Lingkungan 5. Pada masa yang akan

masyarakat di Unit Lingkungan 5, juga untuk skala pelayanan Kota maupun Kecamatan. Lokasi

datang, sehubungan pada kawasan ini akan dikembangkan untuk permukiman baru, maka akan

fasilitas untuk Balai Pertemuan akan ditempatkan di tengah-tengah permukiman baru, untuk Gedung

dialokasikan fasilitas pendidikan yang terdiri dari : TK 3 unit dengan 3.600 m 2, SD 1 unit dengan luas

Serba Guna di sekitar Dusun Simpang Pudung dan untuk Balai Pertemuan di sekitar Simpang Padang

1.000 m2, SLTP 1 unit dengan luas 2.700 m2 dan SLTA 1 unit dengan luas 2.700 m2. Lokasinya akan

Kalam.

diarahkan pada kawasan permukiman baru dan tersebar pada beberapa tempat dan sebagian akan
dikelompokkan dengan fasilitas lainnya.

8. Pelayanan Umum
Fasilitas Pelayanan Umum yang dimaksud adalah berupa SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar

4. Perdagangan Lokal

Umum) sebanyak 1 unit (1.500 m2) yang lokasinya diarahkan dekat dengan Kantor Polsek. Rencana

Untuk pelayanan lokal, fasilitas perdagangan yang akan direncanakan berupa Toko 2 unit (2.400 m 2)

SPBU ini didasarkan karena saat ini SPBU yang paling dekat di Manggopoh dan Simpang Empat yang

dan Warung 2 unit (100 m2). Lokasinya, untuk Toko diarahkan di sekitar Simpang Padang Kalam,

berjarak di atas 25 Km, oleh karena itu maka perlu disediakan.

sedangkan warung di sebelah Barat Jalan Raya ke arah permukiman baru.


9. Jaringan Jalan
5. Kesehatan
Kekurangan jumlah fasilitas kesehatan di Kota Bawan, sebagian akan dialokasikan di Unit Lingkungan
5 berupa Poliklinik dengan jumlah 1 unit (300 m2) dan Tempat Praktek Dokter sebanyak 1 unit (50 m2).
Untuk Poliklinik lokasinya diarahkan bersatu dengan kegiatan pendidikan dan Taman Bermain anak

Rencana jaringan jalan di Unit Lingkungan 4 terdiri dari :


- Rencana peningkatan jalan dengan fungsi Arteri Primer sepanjang 600 m dan fungsi Lokal sekunder
sepanjang 1.780 m.
- Rencana pembangunan jalan baru dengan fungsi Lokal Sekunder sepanjang 2.600 m.

serta dapat dengan mudah dijangkau masyarakat setempat. Sedangkan untuk Tempat Praktek Dokter
berlokasi di tengah-tengah lingkungan permukiman.

10. Taman
Taman yang akan direncanakan adalah taman Bermain anak Kelompok 2.500 penduduk sebanyak 3
unit (3.750 m2) yang lokasinya akan diarahkan sebagian bersatu dengan fasilitas lainnya dan sebagian
tersebar di tengah kelompok permukiman. Disamping itu, direncanakan pula taman kelompok

LAPORAN RENCANA

III - 59

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

penduduk 250 penduduk sebanyak 8 unit (2.000 m2). Lokasinya didistribusikan pada beberapa tempat

- Setaip ruas jalan utama (berupa pepohonan dengan jenis tanaman yang diperkirakan mampu menahan

ditengah-tengah kelompok permukiman.

angin kencang/tidak mudah roboh).


- Sempadan sungai, dimana untuk di dalam kota lingkungan terbangun selebar 15 meter dari bibir sungai dan

Untuk lebih jelasnya lihat gambar 3 20 e.

untuk diluar kawasan terbangun selebar 50 meter.


Ruang terbuka hijau yang dimaksud adalah sesuai dengan Inmendagri No. 14 tahun 1988, yaitu ruang-

3.3.3.2 Kawasan Lindung


Rencana kawasan lindung ini ditetapkan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun

ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area kawasan maupun dalam bentuk area
memanjang/jalur, dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka dan pada dasarnya tanpa bangunan.

1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Yang termasuk kawasan lindung ini terdiri dari :

Dalam ruang terbuka hijau, pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau atau tanaman atau tumbuh-

Kawasan resapan air dan kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahan lainnya.

tumbuhan secara alamiah ataupun budi daya seperti : pertanian, perkebunan dan sebagainya. Tujuan

Sempadan Pantai, Sungai, sekitar Danau dan Waduk, sekitar Mata Air, dan kawasan terbuka hijau kota

pembentukan ruang terbuka hijau adalah disamping untuk meningkatkan mutu lingkungan yang nyaman,

termasuk jalur hijau.


Cagar alam / pelestarian alam dan suaka margasatwa.

segar, indah, bersih dan sebagai sarana pengaman lingkungan. Juga untuk menciptakan keserasian
lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk masyarakat.

Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan taman Wisata alam lainnya.

Fungsi-fungsi ruang terbuka hijau ini secara rinci dapat dijelaskan sebagi berikut :

Kawasan Cagar Budaya.

a. Sebagai areal perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan penyangga kehidupan.

Kawasan letusan Gunung Merapi, rawan gempa, rawan tanah longsor, rawan gelombang pasang dan

b. Sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan keindahan lingkungan.

rawan banjir.

c. Sebagai sarana rekreasi.


d. Sebagai lingkungan hidup yang terhindar dari pencemaran baik darat, air, maupun udara.

Di Kota Bawan, kawasan-kawasan yang perlu dilindungi yaitu Sempadan Sungai dan saluran Irigasi

e. Sebagai sarana pendidikan dan penelitian lingkungan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran

serta Ruang Terbuka Hijau Kota (termasuk jalur hijau).

lingkungan.
f.

3.3.3.2.1 Sempadan Sungai dan Saluran Irigasi


Sungai yang melewati Kota Bawan yaitu Sungai Batang Bawan dan Batang Sitanang. Kedua sungai
tersebut direncanakan akan dibebaskan dari bangunan (sepanjang kiri dan kanan Sungai) dengan Garis

Sebagai tempat perlindungan plasma dan nutfah

g. Sebagai sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro.


h. Sebagai pengatur tata air.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari ruang terbuka hijau antara lain :

Sempadan Sungai masing-masing 15 m dari bibir Sungai. Sedangkan untuk saluran Irigasi akan dibebaskan

a. Memberikan kesegaran, kenyamanan dan keindahan lingkungan

dari berbagai bangunan (kecuali bangunan penunjang Irigasi) dengan garis sempadan 1 sampai dengan 3

b. Memberikan lingkungan yang bersih dan sehat.

meter sebelah kiri dan kanan saluran.

c. Memberikan hasil produksi dari tanaman yang berfungsi ganda.


Adapun kebutuhan luas bagi penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada masa yang akan datang

3.3.3.2.2 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota


Disamping taman-taman dan lapangan olah raga terbuka, masih harus disediakan jalur-jalur hijau
sebagai cadangan sumber alam. Lokasinya menyebar dan sekaligus merupakan filter dari daerah-daerah

diasumsikan 20 % dari luas lahan yang akan dikembangkan ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau. RTH yang
di maksud bisa berupa jalur hijau, taman, kuburan, lahan pertanian atau perkebunan yang dipertahankan dan
sebagainya.

polusi. Disamping itu, daerah-daerah yang perlu diberikan jalur hijau adalah :

LAPORAN RENCANA

III - 60

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-20.e
Peta rencana Pemanfaatan Ruang

LAPORAN RENCANA

III - 61

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Ada tiga kriteria utama sebagai dasar pertimbangan penentuan lokasi RTH, yaitu sebagai berikut :

Tabel III - 21
Kriteria Pemilihan Vegetasi
Pada Lahan Peruntukan Ruang Terbuka Hijau
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari

1. Letak/ Lokasi
RTH dikembangkan sesuai dengan kawasan peruntukan ruang kota yaitu:
a. Kawasan permukiman kepadatan tinggi, sedang dan rendah
b. Kawasan industri

No. Lahan Peruntukan


01 Taman Kota

Kriteria vegetasi
Karakteristik tanaman :
Tidak bergetah/ beracun, dahan tidak mudah patah, prakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun
setengah rapat dan sampai rapat.
Jenis ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain seimbang.
Kecepatan tumbuh sedang.
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Jenis tanaman tahunan dan musiman, dan jarak tanaman setengah rapat.

02 Hutan Kota

Karakteristik tanaman : Struktur daun rapat, ketinggian vegetasi bervariasi,


Kecepatan tumbuh cepat.
Dominan tanaman lokal, dan jarak tanaman rapat

03 Rekreasi Kota

04 Kegiatan Olahraga

05 Kuburan/ Pemekaman

c. Kawasan perkantoran
d. Kawasan pendidikan
e. Kawasan jalur hijau
f.

Kawasan Sungai

g. Kawasan jalur pengaman utilitas / instansi


h. Kawasan perdagangan
Pada tanah yang bentang alamnya bervariasi menurut keadaan lereng dan ketinggian di atas
permukaan laut serta kedudukannya terhadap jalur jalan dan pengamanan utilitas.
Pada tanah diwilayah bagian perkotaan yang dikuasai Badan hukum atau perorangan yang tidak
dimanfaatkan dan atau diterlantarkan.
2. Jenis Vegetasi
Pemilihan jenis vegetasi sesuai dengan sifat dan bentuk serta peruntukkannya, dirumuskan dalam tabel III
- 21. Sedangkan rencana RTH dapat dilihat pada gambar 3 - 21, sedangkan contoh manfaat vegetasi

06 Pertanian

dapat dilihat pada gambar 3 22 a dan 3 22 b.


07 Jalur Hijau

Untuk jalur Jalan ( Pohon Peneduh Jalan ) :


Buah tidak boleh terlalu besar, daun tidak boleh terlalu banyak yang berguguran (karena dapat menyumbat
aliran selokan dan mengotori jalan), sedangkan dari segi pemeliharaan peneduh jangan disiplin dari jenis
yang suka tumbuh liar, kemudian batang kayu , ranting dan cabang pohon harus kuat, tidak mudah patah

08 Pekarangan

Karakteristik tanaman :
Tidak bergetah/ beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun
setengah rapat dan sampai rapat, ketinggian vegetasi bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain
seimbang.
Kecepatan tumbuh sedang.
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Jarak tanaman rapat.
Karakteristik tanaman :
Tidak bergetah/ beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi
Kecepatan tumbuh sedang.
Jenis tanaman tahunan dan musiman.
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya.

Karakteristik tanaman : perakaran tidak mengganggu pondasi , struktur renggang sampai setengah rapat,
dominan warna hijau.
Jenis tanaman tahunan dan musiman.
Berupa tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Jarak tanaman renggang sampai setengah rapat.

Karakteristik tanaman : Struktur daun rapat, dominan warna hijau.


Kecepatan tumbuh bervariasi dengan pola tanam diarahkan sesingkat mungkin lahan terbuka.
Jenis tanaman tahunan dan musiman, berupa habitat tanaman budidaya.
Jarak tanaman setengah rapat sampai rapat.

Karakteristik tanaman : Struktur daun rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak mengganggu pondasi.
Berupa habitat tanaman budidaya
Jarak tanaman setengah rapat sampai rapat

Kecepatan tumbuh bervariasi


Jenis tanaman tahunan dan musiman
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Jarak tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Jarak tanaman bervariasi.
Persentase hijau disesuaikan dengan intensitas kepadatan bangunan.

Sumber : Instruksi Menteri Dalam Negeri, Nomor 14 Tahun 1988

bila ditimpa angin kencang. Sedangkan pertumbuhan daunnya haruslah yang tidak teralu merambat,
sehingga merusak permukaan ( tanggul ) pinggiran jalan. Lebih dari itu pohon-pun boleh yang kelewat
teduh, agar jalan cepat kering bila ketimpa hujan, syarat terakhir, akar pohon peneduh cukup kuat
bertahap terhadap guncangan arus lalu lintas, dan yang lebih penting lagi pohonnya tidak mudah kena
panyakit dan hama.

LAPORAN RENCANA

III - 62

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-21
Peta Rencana RTH

LAPORAN RENCANA

III - 63

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-22.a
Contoh manfaat vegetasi
Asal 3-5

LAPORAN RENCANA

III - 64

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-22.b
Contoh manfaat vegetasi
Asal 3-6

LAPORAN RENCANA

III - 65

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Keterangan tambahan dari tabel III - 21 tersebut ( beberapa syarat yang harus dipenuhi ) :

suatu lingkungan kawasan menjadi lingkungan yang teratur, aman, sehat serta mempertimbangkan dan
memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan.

Jalur hijau untuk kawasan konservasi ( daerah resapan, bibir bibir sungai, dan daerah dengan

Adapun sasaran yang ingin dicapai dari rencana pengaturan intensitas penggunaan ruang wilayah

potensi kelongsoran tanah tinggi ) :

perencanaan ini adalah :

Jenis vegetasi harus memiliki perakaran yang dalam dan bercabang banyak.

a. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman serta memenuhi kriteria keindahan lingkungan melalui

Secara khusus, vegetasi dengan jenis perakaran dalam dan laju evantranspirasi tinggi sangat cocok untuk

pengaturan dan penetapan kriteria tata letak bangunan sesuai dengan masing-masing pemanfaatan

mereduksi bahaya tanah longsor di sepanjang sisi sungai dan dii daerah dengan kemiringan lahan curam ,

ruangnya.

karena tipe vegetasi ini berfungsi efektif dalam mengurangi kelembaban tanah dalam faktor utama

b. Menciptakan lingkungan yang aman melalui pengaturan jarak antar bangunan dan ketinggian bangunan

penyebab tanah longsor di tempat itu. Sedangkan jenis vegetasi berakar dalam dengan laju

sehingga akan lebih mempermudah dalam hal penanganan bahaya kebakaran, memperjelas jarak

evapottranspirasi lebih rendah amat cocok untuk konservasi kota di daerah resapan.

pandang pengguna kendaraan, mengamankan jarak pandang kegiatan penerbangan serta memberikan
keleluasaan pergerakkan dalam suatu kawasan.

Untuk Daerah Industri ( Bila Ada)

c. Dengan pengaturan ruang yang optimal, melalui pengaturan kawasan yang dapat dibangun dan tidak

Bentuk jalur hijau yang disarankan adalah vegetasi (pohon) dalam formasi berbanjar membentuk sekat

dapat dibangun memungkinkan tercipta ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk ruang terbuka hijau,

terhadap lokasi industri dan atau tamantaman di sekitar lokasi industri, dengan vegetasi utama adalah

bidang resapan serta kelancaran sirkulasi udara pada setiap kawasan.

jenis pohonpohon yang memiliki kemampuan menghasilkam oksigen ( 02 ) dan meredam polusi udara.

Sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai di atas, maka pengaturan intensitas penggunaan ruang
dilakukan melalui pendekatan, penetapan kepadatan bangunan, pengaturan ketinggian bangunan serta

3. Kondisi dan Potensi Wilayah

pengaturan sempadan bangunan.

Disarankan agar dipertahankan jenis tanaman khas daerah atau tanaman langka. Berdasarkan kriteria
diatas, maka jenis tanaman yang dimungkinkan bagi pengembangan ruang terbuka hijau seperti terlihat
pada tabel di atas.

3.4.1 Arahan Kepadatan Bangunan


Rencana pengaturan kepadatan bangunan ditunjukkan melalui pengaturan besar kecilnya nilai
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), nilai Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sera jumlah lantai maksimum dalam
suatu penggunaan lahan pada kawasan tertentu. Pengaturan KDB dan KLB serta pengaturan jumlah lantai

3.4 Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perkotaan

maksimum ini dimaksudkan agar tercapai wujud kota secara tiga dimensi (horizontal dan vertikal) yang serasi
sesuai dengan penggunaan lahan masing-masing kawasan.

Pada prinsipnya, materi pembahasan dalam sub bab Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Kawasan

Untuk lahan-lahan yang terletak pada kawasan komersial umumnya mempunyai intensitas

Perkotaan ini adalah menjelaskan tentang pengaturan intensitas penggunaan ruang di Ibukota Kecamatan

penggunaan ruang yang tinggi, hal ini disebabkan pada umumnya kawasan komersial mempunyai nilai

Ampek Nagari.

strategis yang tinggi serta harga tanah yang tinggi sehingga intensitas penggunaan lahannya menjadi lebih

Rencana pengaturan intensitas penggunaan secara umum diarahkan untuk menciptakan hubungan
yang serasi antara manusia dengan lingkungannya, disamping itu merupakan upaya pengendalian dan

intensif, sehingga pemanfaatan ruangnya dalam pengembangannya cenderung mengarah pada bentuk
pengembangan fisik secara vertikal.

pengawasan bangunan, guna menjaga keteraturan bangunan, tata letak bangunan serta aspek keselamatan
dan kelestarian lingkungan. Secara khusus rencana intensitas penggunaan ruang ditujukan untuk mengatur
LAPORAN RENCANA

III - 66

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Sebaliknya untuk kawasan-kawasan yang terletak jauh di luar kawasan komersial (kawasan
permukiman) umumnya nilai strategisnya lebih rendah serta nilai tanahnya lebih murah sehingga intensitas
penggunaan lahannya menjadi kurang intensif dan pengembangan fisiknya cenderung secara horizontal.
Dengan gambaran seperti di atas, rencana intensitas penggunaan ruang di Kawasan Perkotaan

Tabel III - 22
Rencana KDB Dan KLB
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010

Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :


a. Kebijaksanaan pengembangan penduduk baik distribusi maupun kepadatannya pada setiap unit
lingkungan.

Min

Mak

UNIT LINGKUNGAN 1
DUSUN AMBALAU

Permukiman
Pendidikan Dasar dan Menengah
Peribadatan
Perdagangan Lingkungan
Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Olahraga terbuka
Taman
Ruang Terbuka Hijau dan Konservasi

50-65
50-60
50-60
60-70
50-60
10
10
0

0,50-0,65
0,50-0,60
0,50-0,60
0,60-0,70
0.50-0,60
0
0
0

1,00-1,30
1,00-1,20
1,00-1,20
1,20-1,40
1.00-1,20
0
0
0

UNIT LINGKUNGAN 2
BLOK PASAR

Permukiman
Pendidikan Dasar dan Menengah
Sub Terminal dan Perparkiran
Kesehatan
Peribadatan
Perdagangan Lingkungan
Pergudangan
Olahraga terbuka
Taman
Kuburan
Ruang Terbuka Hijau dan Konservasi

50-65
50-60
70-80
50-60
50-60
60-70
70-80
10
10
10
0

0,50-0,65
0,50-0,60
2,10-2,40
0,50-0,60
0,50-0,60
0,60-0,70
2,10-2,40
0
0
0
0

1,00-1,30
1,00-1,20
3,50-4,00
1,00-1,20
1,00-1,20
1,20-1,40
3,50-4,00
0
0
0
0

50-65
50-60

0,50-0,65
0,50-0,60

1,00-1,30
1,00-1,20

UNIT LINGKUNGAN 3
KECAMATAN

Permukiman
Pendidikan Dasar dan Menengah
Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Kesehatan
Peribadatan
Perdagangan dan Jasa Kota
Perdagangan Lingkungan
Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Ruang Terbuka Hijau dan Konservasi
Olahraga
Taman

50-60
50-60
70-80
60-70
50-60
0
10
10

0,50-0,60
0,50-0,60
2,10-2,40
0,60-0,70
0.50-0,60
0
0
0

1,00-1,20
1,00-1,20
3,50-4,00
1,20-1,40
1.00-1,20
0
0
0

UNIT LINGKUNGAN 4
SIMPANG PADANG KALAM

Permukiman
Pendidikan Dasar
Peribadatan
Perdagangan Lingkungan
Olahraga Terbuka
Taman
Ruang Terbuka Hijau Konservasi

40-60
40-60
40-60
60-70
10
10
0

0,40-0,60
0,40-0,60
0,40-0,60
0,60-0,70
0
0
0

0,80-1,20
0,80-1,20
0,80-1,20
1,20-1,40
0
0
0

UNIT LINGKUNGAN 5
DUSUN SIMPANG BAMBU
KUNING

Permukiman
Pendidikan
Kesehatan
Peribadatan
Gedung Budaya
Perdagangan Lingkungan
Gedung Pertemuan
Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Olahraga dan Ruang Terbuka
Taman
Ruang Terbuka Hijau dan Konservasi

40-60
40-60
40-60
40-60
60-70
60-70
60-70
40-60
10
10
0

0,40-0,60
0,40-0,60
0,40-0,60
0,40-0,60
0,60-0,70
0,60-0,70
0,60-0,70
0,40-0,60
0
0
0

0,80-1,20
0,80-1,20
0,80-1,20
0,80-1,20
1,20-1,40
1,20-1,40
1,20-1,40
0.80-1,00
0
0
0

b. Jenis kegiatan yang dikembangkan pada kawasan yang bersangkutan, dalam hal ini jenis pemanfaatan
ruang yang direncanakan.
c. Kemampuan lahan perkotaan dalam menampung kegiatan pembangunan, dalam hal ini kemampuan lahan
perkotaan dapat dilihat dari lahan potensial dan lahan limitasi fisik (analisis fisik kemampuan lahan
perkotaan).
d. Aspek estetika lingkungan, berkaitan dengan keindahan lingkungan serta aspek-aspek perancangan
arsitektur kawasan.
e. Kondisi eksisting kawasan, jenis penggunaan lahan yang saat ini sedang berlangsung.
Berdasarkan pertimbangan di atas, dapat ditentukan KDB dan KLB di tiap-tiap Blok Perencanaan (unit
lingkungan) dalam Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari, seperti terlihat pada Tabel III - 22
dan gambar 3 - 23.
Hasil pengaturan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) ini erat kaitannya dengan jumlah lantai maksimum
yang diusulkan pada setiap kawasan. Oleh karena itu, pengaturan jumlah lantai maksimum bangunan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana pengaturan Koefisien Lantai Bangunan (KLB).
Pengaturan ketinggian bangunan merupakan seperangkat ketentuan pengaturan mengenai ketinggian
maksimum bangunan pada masing-masing unit lingkungan.
Dalam penentuan ketinggian bangunan ini beberapa pertimbangan yang mendasari penentuan
ketinggian bangunan ini, antara lain :
b. Jumlah lantai maksimum yang direncanakan.
c. Tinggi vertikal setiap lantai bangunan adalah 4 meter.
d. Tinggi atap bangunan tidak bertingkat maksimum 7 meter dari lantai dasar.
Dengan ketentuan tersebut dapat ditentukan ketinggian maksimum bangunan dalam suatu kawasan
adalah seperti terlihat pada Tabel III - 23.
LAPORAN RENCANA

KLB

KDB
(%)

Unit Lingkungan

Rencana Pemanfaatan Ruang

Sumber : Hasil Analisis

III - 67

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-23
Rencana KDB/KLB
Asal 3-13

LAPORAN RENCANA

III - 68

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Tabel III - 23
Rencana Ketinggian Bangunan
Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari
Tahun 2010

Berdasarkan pertimbangan kebijaksanaan pengaturan sempadan bangunan di atas, ditentukan


besaran sempadan bangunan pada setiap lokasi di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.

No

Jumlah Lantai

Ketinggian Bangunan (M)

1 Lt

Rencana pengaturan sempadan pagar penentuannya dihitung mulai dari sumbu jalan ke arah setiap lahan

2 Lt

11

peruntukan yang menghadap ke jalan tersebut. Adapun besar-kecilnya lebar/jarak sempadan pagar dari

3 Lt

15

sumbu jalan, ditentukan dengan perhitungan setengah dari daerah milik jalan pada jalan yang

Sumber : Hasil Analisis

3.4.2 Arahan Pengaturan Sempadan dan Ketinggian Bangunan


Rencana sempadan bangunan merupakan seperangkat ketentuan yang diperuntukan bagi pengaturan
batas lahan yang dapat dibangun dengan lahan yang tidak dapat dibangun agar terwujud kondisi letak

a. Sempadan Pagar

bersangkutan, dengan demikian dapat artikan bahwa sempadan pagar setiap lahan peruntukan adalah
berimpit atau sama dengan batas daerah milik jalan. Untuk lebih jelasnya rencana pengaturan sempadan
pagar masing-masing kawasan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ditetapkan
seperti terlihat pada Tabel III - 24 dan Gambar 3 - 24 dan Gambar 3 - 25.

bangunan yang teratur dan memenuhi kriteria keamanan, kelestarian dan keindahan lingkungan, oleh sebab

Tabel III - 24
Rencana Sempadan Pagar Pada Kawasan
Setiap Fungsi Jalan Di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari

itu sasaran yang ingin terwujud dari rencana pengaturan sempadan bangunan ini adalah :
a. Terwujudnya lingkungan yang teratur yang memenuhi kriteria keamanan lingkungan, kelestarian
lingkungan dan keindahan lingkungan.
b. Tersedianya ketentuan teknis pembangunan lingkungan terutama untuk lahan yang dapat dibangun dan
lahan-lahan yang tidak boleh dibangun.
c. Tersedianya ketentuan teknis yang jelas mengenai batas antara petak peruntukkan dengan Daerah Milik

Arteri Primer

Damija
(Meter)
23

Sempadan Pagar Diukur Dari


Sumbu Jalan (Meter)
11,5

Lokal Primer

14

Lokal Sekunder

11

5,5

No

Fungsi Jalan

Sumber : Hasil Analisis

Jalan dan Daerah Pengawasan Jalan.


b. Sempadan Muka Bangunan dan Sempadan Samping Bangunan Yang Menghadap Jalan
Dalam pengaturan sempadan bangunan ini, beberapa aspek yang akan menjadi obyek penanganan

Rencana pengaturan sempadan muka bangunan dan sempadan samping bangunan yang menghadap

dan pengaturan sempadan bangunan ini meliputi, pengaturan rencana sempadan pagar, rencana sempadan

jalan penentuannya didasarkan pada jarak yang dihitung mulai dari sumbu jalan ke arah petak

muka dan samping bangunan yang menghadap jalan, serta rencana sempadan belakang bangunan dan

peruntukkan yang menghadap ke jalan tersebut, yaitu sampai ujung terluar bangunan yang bersangkutan.

samping bangunan yang tidak menghadap jalan. Sehubungan dengan dengan rencana pengaturan sempadan

Besar kecilnya jarak sempadan bangunan minimal ditentukan berdasarkan penetapan Daerah

bangunan ini beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan penentuannya adalah :

Pengawasan Jalan (Dawasja) masing-masing fungsi jalan. Oleh sebab itu rencana sempadan muka

a. Kondisi eksisting kawasan.

bangunan dan samping bangunan yang menghadap jalan, sama atau berimpit dengan batas terluar kiri-

b. Rencana fungsi jalan yang melalui setiap kawasan.

kanan daerah pengawasan jalan (Dawasja) masing-masing fungsi jalan.

c. Rencana penggunaan lahan yang direncanakan pada setiap kawasan.


d. Pertimbangan keamanan, kelestarian dan estetika lingkungan.

Untuk lebih jelasnya rencana pengaturan sempadan muka bangunan yang menghadap jalan masingmasing kawasan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari ditetapkan seperti terlihat pada
Tabel III - 25 dan Gambar 3 - 24 dan 3 - 25.

LAPORAN RENCANA

III - 69

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

GAMBAR 3-24
TIPIKAL KETINGGIAN DAN SEMPADAN BANGUNAN
ASAL 3-14

LAPORAN RENCANA

III - 70

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

GAMBAR 3-25
ASAL 3-15
JARAK ANTAR BANGUNAN

LAPORAN RENCANA

III - 71

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Tabel III - 25
Rencana Sempadan Muka Bangunan
dan Samping Bangunan Yang Menghadap Jalan
No
1
2
3

Fungsi Jalan
Arteri Primer
Lokal Primer
Lokal Sekunder

Dawasja
(Meter)
40
26
16

Sempadan Muka Bangunan Dan Samping


Bangunan Yang Menghadap Jalan Diukur
Dari Sumbu Jalan (Meter)
21
14
9

a. Pengendalian terhadap kualitas air, kondisi fisik kawasan sekitarnya dan daerah tangkapan air kawasan
yang bersangkutan.
b. Mencegah terjadinya erosi, dan menjaga fungsi hidrologis lahan di kawasan sempadan sungai sehingga
ketersediaan tanah dan air permukaan selalu dapat terjamin.
c. Tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya yang tidak menunjang fungsi kawasan sungai.
d. Dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata dengan syarat tidak mengganggu fungsi lindung kawasan

Sumber : Hasil Analisis

sempadan sungai.
e. Pengendalian terhadap kemungkinan pemanfaatan kawasan yang menyalahi prinsip-prinsip lingkungan.
f.

c. Sempadan Belakang Bangunan dan Samping Bangunan Yang Tidak Menghadap Jalan

Pelarangan penebangan pohon pada jarak tertentu dari sungai.

g. Bangunan yang diperkenankan hanya bangunan yang berfungsi menunjang fungsi kawasan sempadan

Rencana pengaturan sempadan belakang bangunan dan sempadan samping bangunan yang tidak

sungai.

menghadap jalan penentuannya didasarkan pada jarak yang dihitung mulai dari batas petak sampai ke
ujung terluar bangunan.

Dalam pengembangannya rencana pengaturan sempadan sungai ini seperti yang telah dikemukakan
pada bab II didasarkan pada pedoman penentuan garis sempadan (Lampiran Surat No. 625/695/ Sungai/22

Penentuan jarak sempadan belakang bangunan dan sempadan samping yang tidak menghadap jalan,

Mei 1996, dimana beberapa kebijaksanaan yang mendasari pedoman penentuan garis sempadan ini adalah :

besaran jarak minimalnya ditetapkan langsung dengan pertimbangan keamanan penjalaran dan

Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung,

penanganan kebakaran, kenyamanan dan keindahan lingkungan, serta keteraturan tata letak bangunan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 Tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat
Sungai dan Bekas Sungai,

Berdasarkan pertimbangan di atas, rencana sempadan belakang bangunan dan samping bangunan yang
tidak menghadap jalan di wilayah Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari jaraknya

Mengingat bahwa kondisi sungai-sungai di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari

ditetapkan minimal 1 meter, yang berarti jarak antar bangunannya minimal 2 meter. (Lihat Gambar 3 - 24

merupakan sungai yang terletak di kawasan perkotaan serta tidak bertanggul, maka berdasarkan pedoman

dan 3 - 25).

diatas dikemukakan bahwa untuk sungai dalam kawasan perkotaan dan tidak bertanggul ketentuan sempadan
sungainya adalah :
a. Sungai dengan kedalaman H < 3 meter, sekurang-kurangnya 10 meter dari sungai pada waktu ditetapkan.

3.4.3 Arahan Garis Sempadan


Rencana pengaturan garis sempadan pada prinsipnya ditujukan :

Untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai.

Untuk melindungi kondisi fisik pinggir sungai, dasar sungai, dan

Untuk mengamankan aliran sungai.

b. Sungai dengan kedalaman 20 < H < 3 meter, sekurang-kurangnya 15 meter dari sungai pada waktu
ditetapkan.
c. Sungai dengan kedalaman H > 20 meter, sekurang-kurangnya 30 meter dari sungai pada waktu
ditetapkan.
Dengan dasar penentuan di atas rencana sempadan sungai di Kawasan Perkotaan Ibukota

Oleh sebab itu beberapa hal yang ingin dicapai dari pengembangan dan pengaturan sempadan sungai

Kecamatan Ampek Nagari dapat dilihat pada Tabel III - 26.

ini antara lain :


LAPORAN RENCANA

III - 72

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Tabel III - 26
Rencana Sempadan Sungai
Di Kawasan Perkotaan Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari
No
1
2
3

Nama Sungai
Sungai Bt Bawan
Sungai Bt Sitanang
Saluran Irigasi

Sempadan Sungai (Meter)


15
15
1-3

Sumber : Hasil Analisis

3.4.4 Arahan Perpetakan Bangunan


Sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari dalam rencana 5 (lima) tahun ke depan (sampai tahun 2010) dibagi 5 Blok Perencanaan (Unit
Lingkungan). Dimana setiap unit lingkungan ada bagian-bagian tertentu yang direncanakan perpetakan
bangunan sesuai dengan luas kapling peruntukkannya. Adapun rencana perpetakan bangunan dikelompokan
pada beberapa bagian dengan batas penggal jalan (menurut KEPMENKIMPRASWIL No. 327 Th 2002) yang
terdiri dari :
a. Klasifikasi I (luas di atas 2.500 m2)
b. Klasifikasi II (luas 1.000 2.500 m2)
c. Klasifikasi III (luas 600 1.000 m2)
d. Klasifikasi IV (luas 250 600 m2)
e. Klasifikasi V (luas 100 250 m2)
f.

Klasifikasi VI (luas 50 100 m2)

g. Klasifikasi VII ( luas di bawah 50 m2)


h. Klasifikasi VIII (Rumah Susun/Flat)
Untuk lebih jelasnya, rencana perpetakkan setiap penggal jalan di Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari dapat dilihat pada gambar 3 - 26.

3.4.5 Rencana Penanganan Blok Peruntukan


Rencana penanganan blok peruntukan dimaksudkan untuk melihat program-program rencana kota
secara detail dari setiap blok peruntukkan. Adapun rencana penanganan blok peruntukkan dapat dilihat padat
gambar 3 - 27.
LAPORAN RENCANA

III - 73

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-26
Peta Rencana Perpetakan Bangunan

LAPORAN RENCANA

III - 74

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 3-27
Rencana Penanganan Blok Peruntukkan

LAPORAN RENCANA

III - 75

RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

LAPORAN RENCANA

III - 76

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

e. Strategis
Program pembangunan yang dalam jangka pendek tidak akan memberikan manfaat secara langsung dan
besar tetapi dalam jangka panjang akan memberikan implikasi perubahan yang mendasar dan struktural
yang akan termanifestasi dalam pola tata ruang yang akan dituju.
f.

Kesesuaian dengan rencana yang sudah ada


Apabila suatu program pembangunan telah dicanangkan untuk dilaksanakan berdasarkan rencana lainnya
yang selama ini dijadikan pedoman pembangunan pemerintah daerah, maka program tersebut perlu
diprioritaskan.

4.1 Sistem Prioritas Pelaksanaan Pembangunan


Untuk menyusun urutan pelaksanaan program pembangunan dilihat dari bobot kepentingannya atau

4.2 Pembiayaan Pembangunan

program mana yang perlu diprioritaskan dan program mana yang harus ditangguhkan dalam indikasi program.
Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan rencana kota adalah tersedianya dana yang cukup untuk

Sehubungan dengan hal tersebut pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menentukan prioritas
program-program pembangunan tersebut, meliputi :

membiayai setiap program pembangunan kota yang telah dirumuskan. Secara yuridis, penyediaan dan

a. Pemenuhan kebutuhan

pembiayaan fasilitas pelayanan kota merupakan kewenangan dan tanggungjawab pemerintah daerah terutama

Alokasi/penyediaan sarana dan prasarana perkotaan pada setiap tahapan didasarkan pada kebutuhan yang

pada instansi yang membawahinya secara langsung. Dengan demikian dikarenakan wilayah Kecamatan Ampek

disesuaikan dengan peningkatan jumlah penduduknya.

Nagari merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Agam, sehingga pembiayaan pembangunannya merupakan
kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah Kabupaten Agam. Hal ini sesuai dengan apa yang tersirat dalam

b. Keterpaduan
Seluruh program pembangunan yang dilaksanakan pada setiap tahapan harus terintegrasi secara sektoral

Unadang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 66 ayat 1, dimana kecamatan
merupakan perangkat daerah kabupaten/kota yang dipimpin oleh kepala kecamatan yang disebut camat.
Ketersediaan pembiayaan pembangunan Kabupaten Agam tergantung pada kondisi dari sumber-

maupun tata ruang sehingga memberikan manfaat optimal.

sumber penerimaan, baik berupa pendapatan asli daerah (PAD, dana perimbangan pajak, bukan pajak dan
c. Efek Ganda

dana alokasi umum) maupun dana-dana lain yang sah (penerimaan dari propinsi maupun penerimaan dari

Setiap sektor pembangunan yang dikembangkan pada suatu lokasi pada tahap yang lebih awal merupakan

pusat).

sektor pembangunan yang mendasari sektor pembangunan selanjutnya serta harus mampu merangsang

Adapun sumber-sumber penerimaan terdiri dari :

perkembangan sektor pembangunan pada tahap berikutnya atau pada lokasi-lokasi lainnya.

a. Pendapatan Asli Daerah :


1. Pos pajak daerah

d. Pemecahan Masalah

2. Pos restribusi daerah

Program pembangunan yang dilaksanakan pada setiap tahapan harus dapat menyelesaikan persoalan yang

3. Pos bagian laba BUMD

dihadapi pada saat itu.

4. Pos lain-lain PAD yang sah.

LAPORAN RENCANA

IV - 1

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

b. Dana perimbangan :
1. Pos bagi hasil pajak, yang mencakup pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan, bagi hasil PPH dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor.

Kemampuan pembiayaan pembangunan kota di wilayah ini yang juga terkait erat dengan pendapatan dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif sangat menentukan kemampuan daerah, di mana dengan meningkatnya
PAD akan meningkatkan pula kemampuan pembiayaan pembangunan.

2. Pos bagi hasil bukan pajak

Upaya lain yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah adalah menaikan tarif

3. Pos dana alokasi umum

pajak bagi jenis pajak yang berpotensial sejauh masih memenuhi kriteria seperti dibawah ini :

4. Pos dana alokasi khusus

1. Distribusi beban pajak harus sama.

5. Pos dana darurat

2. Pajak harus meminimumkan beban yang berlebihan.


3. Dalam hal pajak dipergunakan untuk mencapai sasaran kebijaksanaan ekonomi tertentu misalnya untuk

c. Lain-lain Penerimaan yang sah :


1. Penerimaan dari propinsi
2. Penerimaan dari pusat.

mendorong investasi, maka perlu dilakukan sedemikian rupa untuk mempertahankan equity of system.
4. Kebijaksanaan perpajakan harus dapat dipergunakan sebagai salah satu alat untuk mencapai stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi.
5. Perpajakan harus didasarkan atas prinsip keadilan.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam upaya meningkatkan penerimaan dan partisipasi masyarakat
serta warga kota dalam pelaksanaan pembangunan kota adalah sebagai berikut.

Mengingat retribusi daerah merupakan pungutan langsung yang dikenakan atas pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah, maka peningkatannya akan sangat ditentukan oleh besarnya pelayanan yang

4.2.1 Peningkatan Penerimaan Daerah

diberikan serta kemampuan warga masyarakat dalam menikmati atau memanfaatkan pelayanan yang

Peningkatan penerimaan daerah dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan volume/ nilai bagi sumber

disediakan. Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan jumlah retribusi yang diterima tidak jauh berbeda

penerimaan yang telah ada dan memungkinkan atau berusaha untuk menggali sumber-sumber penerimaan baru

dengan upaya meningkatkan pajak daerah yaitu dengan memprioritaskan pemungutan pada jenis retribusi yang

sejauh yang dimungkinkan oleh perundang-undangan yang berlaku. Beberapa cara yang dapat ditempuh, yaitu :

mempunyai nilai ekonomi tinggi.

a. Mengumpulkan dana dari pajak-pajak dan restribusi daerah yang tidak bertentangan atau diperbolehkan
oleh peraturan atau perundangan yang berlaku.
b. Pemerintah dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, pasar uang atau bank atau pinjaman dalam negeri
maupun dari luar negeri.

Dari point-point di atas diharapkan di masa mendatang tumbuh dan berkembang komponen yang
menjadi kontributor utama dalam mobilisasi pendapatan asli daerah. Segi-segi yang perlu diperhatikan dalam
peningkatan peranan perusahaan daerah sebagai kontributor pendapatan asli daerah adalah efisiensi dalam
pengelolaan, dalam arti pengelolaan profesional, sebab pengelolaan tanpa efisiensi akan terjadi keadaan yang

c. Ikut ambil bagian dalam pendapatan pajak sentral (pusat) yang dipungut daerah.

sebaliknya dimana pendapatan asli daerah dikhawatirkan akan menjadi beban bagi pemerintah Kabupaten

d. Pemerintah dapat menerima bantuan atau subsidi dari pemerintah propinsi atau pemerintah pusat.

Agam.

Untuk mengetahui mobilisasi dana pembangunan tersebut, berikut ini caracara dalam mobilisasi dana

B. Pemanfaatan Dana Perimbangan

pembangunan yang akan dikemukakan sesuai dengan pengelompokan sumber penerimaannya.

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada
daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sumber dana

A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari hasil produksi dan pengolahan semua potensi
yang dimiliki oleh daerah termasuk didalamnya adalah pungutan pajak dari segala kegiatan yang ada di daerah.
LAPORAN RENCANA

pembangunan yang diperoleh Pemerintah Kabupaten ini dari bagian Dana Perimbangan dengan tetap mengacu
pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah berdasarkan data dari Kabupaten Agam Dalam Angka 2003 terdiri dari :
IV - 2

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

a. Pos bagi hasil pajak, yang mencakup : pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan

D. Lain-lain Penerimaan Yang Sah

bangunan, bagi hasil PPH dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor.

Sedangkan sumber dana pembangunan yang diperoleh Pemerintah Kabupaten Agam dari bagian lain-

b. Pos bagi hasil bukan pajak.

lain Penerimaan Yang Sah dengan tetap mengacu pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang

c. Pos dana alokasi umum yaitu dari dana alokasi umum.

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan data dari Kabupaten Agam Dalam

d. Pos dana alokasi khusus.

Angka 2003 terdiri atas, sebagai berikut :

e. Pos dana darurat.

a. Penerimaan dari propinsi.


b. Penerimaan dari pusat.

Berdasarkan sumber dana pembangunan tersebut, komposisi perolehan sumber-sumber penerimaan

Dengan banyaknya program-program pembangunan yang memang selayaknya dibiayai oleh pemerintah

daerah untuk dana perimbangan adalah :

pusat maupun pemerintah atasan (propinsi), maka diharapkan konstribusi penerimaan yang berasal dari

Pajak bumi dan bangunan 10 % untuk pemerintah pusat dan 90 % untuk daerah,

penerimaan pemerintah pusat maupun pemerintah propinsi tetap besar dimasa mendatang terkecuali apabila

Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan 20 % untuk pemerintah pusat dan 80 % untuk daerah,

pendapatan asli daerah atau sumber pendapatan lain telah dapat menggantikan perannya.

Sumber daya alam sektor pertambangan, kehutanan dan sektor lain 20 % untuk pemerintah pusat dan 80
% untuk daerah,

4.2.2

Peningkatan Aparat Pelaksana Dan Pengendalian Pelaksana


Keberhasilan pelaksanaan pembangunan kota tergantung kepada aparat pelaksananya, selain itu juga

Dana alokasi umum ditetapkan sekurang-kurangnya 25 % dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan
APBN, dimana yang ditetapkan untuk propinsi 10 % dan Kota sebesar 90 %,

ditentukan oleh kemampuan pembiayaan/penyediaan dana yang harus dialokasikan serta tertib administrasi

Besarnya jumlah dana perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN.

pengelolaannya. Hal ini dikarenakan rencana kota yang sudah disahkan dalam bentuk Peraturan Daerah
mempunyai sifat yang mengikat. Artinya rencana tersebut sifatnya mutlak untuk dilaksanakan oleh Pemerintah
daerah baik oleh instansi-instansi vertikal, lembaga pemerintah, dan swasta maupun oleh seluruh lapisan

C. Pemanfaatan Sumber-sumber Pinjaman


Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima dari pihak lain

masyarakat. Untuk mencapai arah yang diinginkan dalam keberhasilan rencana, maka perlu dilakukan
monitoring dan pengawasan serta pengendalian pelaksanaan pembangunan.

sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga daerah tersebut terbebani kewajiban untuk membayar

Secara bersamaan perlu digalakan kesadaran masyarakat bahwa kerjasama dengan pemerintah daerah

kembali. Daerah dapat melakukan pinjaman jangka panjang guna membiayai pembangunan prasarana yang

akan membantu terlaksanannya pembangunan kota sesuai keinginan dan kepentingan baik pemerintah daerah

merupakan aset daerah dan dapat menghasilkan penerimaan untuk pembayaran kembali pinjaman serta

maupun masyarakat.
Hal yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan rencana adalah upaya pengisian rencana itu sendiri. Upaya

memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat. Pada pelaksanaanya, pinjaman daerah ini dilakukan dengan
tetap memperhatikan kemampuan daerah untuk memenuhi kewajibannya dibawah persetujuan DPRD.

tersebut tidak hanya terbatas pada alokasi yang diusahakan melalui jalur-jalur konvensional seperti proyek Pelita

Sumber-sumber yang diperoleh dari bagian pinjaman daerah sampai saat ini belum ada target anggaran

Nasional dan Daerah, proyek sektoral, proyek Inpres, dan lain-lain. Tetapi juga harus bersifat ekstensif, seperti

dan realisasinya, sehingga keberadaan peluang ini perlu dimanfaatkan dalam usaha lebih meningkatkan pula

usaha-usaha pendekatan untuk mendapatkan bantuan luar negeri dan peningkatan proyek swasta berupa

kemampuan pembiayaan pembangunan di wilayah Kabupaten Agam. Sumber dana pembangunan yang

investasi baik PMDN maupun PMA.

diperoleh Pemerintah Kabupaten dari bagian Pinjaman Daerah yang belum dimanfaatkan, sebagai berikut :
a. Pos pinjaman dalam negeri.
b. Pos pinjaman luar negeri.

4.2.3

Aspek Hukum Dan Perundang-undangan


Pada hakekatnya rencana kota adalah suatu usaha peningkatan fungsi tata ruang yang dijelmakan

dalam bentuk tata guna lahan kota untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Atas dasar prinsip ini jelas
LAPORAN RENCANA

IV - 3

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

bahwa masalah tanah akan merupakan manifestasi dari keadaan lingkungan sosial ekonomi maupun kultural
Gambar 4 - 1
Undang-Undang dan Peraturan yang Dibutuhkan
Untuk Mendukung Pembangunan

kota. Dalam pelaksanaan rencana kota, terdapat beberapa hambatan yang timbul diantaranya adalah :
1. Kesulitan dalam merubah atau menambah peraturan-peraturan yang telah ada karena persoalan tersebut
mempunyai latar belakang administrative dan politis yang kompleks. Diharapkan setelah keadaan
lingkungan kota diperbaiki setidaknya akan menunjukkan perbaikan, maka kekuatan mengatur dari badanbadan berwenang dalam perencanaan kota dapat ditingkatkan.
2. Masalah penguasaan tanah milik perseorangan, kaum dan adat yang akan digunakan untuk fasilitas
pelayanan umum sering menimbulkan permasalahan yang panjang baik segi sosial, kultural dan
administrasi.
Untuk memecahakan masalah tersebut, maka pemerintah dituntut berperan lebih aktif bersama-sama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam merumuskan dan menyiapkan peraturan-peraturan
baru untuk mengantisifasi perkembangan kota di masa mendatang.
Secara garis besar perangkat perundang-undangan yang diperlukan untuk kepastian hukum dalam
pelaksanaan rencana kota dapat dilihat dalam gambar 4 - 1

UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN NASIONAL


- UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang
- UU No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman
- UU No.4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkunga Hidup
- UU No.5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah
- UU Pengembangan dan Pembinaan Kota
- UU Tata Guna Tanah Nasional
- Instruksi Presiden No. 1/1976 tentang Sinkronisasi Pelaksanaan Tugas Bidang
Keagrariaan dengan Bidang Kehutanan, Pertambangan, Transmigrasi dan
Pekerjaan
Umum
- Permendagri No. 2/1987 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota
- Kepmendagri No. 59/1988 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Permendagri No. 2/
1987
- Kepmendagri No. 650-658 Tentang Keterbukaan Rencana Kota Untuk Umum
- Irmendagri No. 14/1988 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah
Perkotaan
- Dan Lain-lain.

Undang-Undang Dan Peraturan Daerah yang Dibutuhkan

Peruntukkan
Lahan kota

Rencana Kota
Yang Telah
Disahkan

4.3 Perumusan Pokok-pokok Pelaksanaan Pembangunan


4.3.1 Tahapan Pelaksanaan Pembangunan

- UU Standar Bangunan Nasional


- Perda jalur Hijau
- Perda Konservasi Bangunan
- Perda Kawasan Parkir
- Perda Izin Mendirikan Bangunan
- Perda Lainnya

Pengembangan
Wilayah Kota

- Perda Perubahan Pengunaan Lahan


- Perda Peremajaan Kota
- Perda Kawasan Wisata
- Perda Perluasan Wilayah Kota
- Perda Lainnya

Pembangunan
Fasilitas kota

- UU Jaringan Jalan nasional


- UU Perhubungan Nasional
- Perda Terminal
- Pembuanga Air Kotor
- Perda Sampah dan Kebersihan Kota
- Perda Perparkiran
- Pajak Bumi dan Bangunan
- Perda Lainnya

Tahapan pelaksanaan pembangunan diatur dalam skala prioritas pembangunan yang meliputi hal-hal
sebagai berikut :
1. Prasarana dan sarana perkotaan yang bersifat strategis yang perlu dilaksanakan pembangunannya.
2. Rencana-rencana terperinci dan detail teknis yang perlu disusun serta program-program pembangunan yang
meliputi jenis lokasi dan besaran setiap program.
3. Cara pengelolaan prasarana dan sarana oleh pemerintah atau instansi lain.

UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN


PELAKSANAAN RENCANA
- UU No. 5/1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
- UU No. 20/1961 Tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Yang Berada
Diatasnya
- Instruksi Presiden Tentang Pelaksanaan UU No. 20/1960
- Permendagri No. 5/1973 Tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai Tata Cara
Pembebasan tanah
- Permendagri No. 15/1975 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pemberian Hak Atas
Tanah
- Undang-Undang, Keputusan, dan Peraturan lainnya

Dari seluruh unsur-unsur strategis yang akan dikembangkan, maka prioritas pembangunan sektor tata
ruang terdiri dari :
1. Prioritas Pertama

2. Prioritas Kedua

Pengembangan dan penataan kawasan perumahan disekitar pusat kota (lingkungan Pasar Bawan) dan

Pengembangan kawasan Pemerintahan dan Pelayanan Umum (tingkat kecamatan)

sekitarnya terutama penataan kembali lingkungan perumahan kumuh dan padat. Disamping itu, untuk

Koramil, Kantor Pos, Kantor KUA, Kantor PDAM Ranting, Kacabdin Pendidikan, Kacabdin PEPERLA,

mengantisipasi perkembangan pada masa yang akan datang perlu disusun RTRK Kawasan Perdagangan.

Kacabdin DIPERTABUNHUT, dan Kantor Telkom.

LAPORAN RENCANA

seperti : Kantor

IV - 4

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

3. Prioritas Ketiga

2. Konsepsional, pemerintah dan seluruh aparaturnya harus memberikan sumber ide-ide baru, di mana

Pengembangan permukiman yang diarahkan ke sebelah selatan kota (sekitar Simpang Padang Kalam,

pemerintah dituntut tidak hanya sebagai pelaksana keputusan yang telah diambil melainkan harus

Simpang Pudung dan Simpang Bambu Kuning/Simpang Polisi).

sekaligus merupakan sumber ide, saran dan pendapat tentang keputusan-keputusan yang kiranya perlu

Untuk lebih jelas mengenai rincian pembangunan Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari

diambil.

dapat dilihat pada tabel IV - 1.


3. Sistem, pada saat ini pelaksanaan kegiatan pembangunan berdasarkan pendekatan yang bersifat
4.3.2 Peranan Pelaksanaan/Pelaku Pembangunan Kota
Peran pelaku dalam pelaksanaan pembangunan kota, komponen atau pelaku pembangunan
utamanya memiliki fungsi/peran, sebagai berikut :

legalitas. Pendekatan yang bersifat legalitas disini berarti bahwa dalam menghadapi masalah dan
persoalan berusaha memecahkan dengan mengeluarkan peraturan-peraturan dan apabila peraturan
telah dikeluarkan maka persoalan menjadi terpecahkan. Pendekatan kerja aparatur pemerintah perlu
pula dirubah dari pendekatan legalitas kepada pendekatan problem solving dan action oriented, yaitu

A. Pemerintah

pendekatan yang meneliti sumber timbulnya suatu masalah dan memecahkannya secara rasional ilmiah

Hampir dalam setiap kegiatannya, pemerintah selalu mempunyai tujuan untuk meningkatkan

dan praktis, sesuai dengan kemampuan aparatur pemerintah. Dengan demikian, peranan pemerintah

kemakmuran dan keadilan bagi warganya. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah akan selalu dihadapkan

selaku inovator dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ide yang sudah usang, nilai-nilai sosial

dengan kepentingan-kepentingan individu yang berbeda satu sama lainnya baik yang berasal dari dalam

yang tidak sesuai, dan cara kerja lama serta pendekatan legalitas perlu disempurnakan dan memberikan

pemerintahan maupun dari luar pemerintahan. Adapun peran dan fungsi pemerintah dalam hal ini, meliputi :

jalan kepada norma-norma sosial yang sesuai dengan tuntutan pembangunan.

1. Pemerintah Sebagai Stabilisator

3. Pemerintah Sebagai Pelopor

Stabilitas dalam berbagai hal merupakan syarat utama dalam melaksanakan pembangunan, di mana tanpa

Kepeloporan pemerintah dalam pembangunan adalah sangat penting, di mana kepeloporan dalam satu

adanya kondisi yang stabil jangan berharap pembangunan akan berjalan dengan baik. Tanggung jawab

bidang akan mempunyai pengaruh yang positif terhadap bidang lainnya. Pemerintah mempelopori kegiatan-

pemerintah daerah dalam menciptakan kestabilan ini menjadi sangat besar diantaranya, meliputi :

kegiatan di mana modal dan keterampilan swasta masih terbatas sehingga lambat laun pemerintah akan

1. Stabilitas keamanan, dengan fungsi dan peranan selaku stabilisator pemerintah harus dapat menjamin

menyerahkan usaha lanjutan dari bidang tersebut kepada pihak swasta.

keamanan bagi warganya.


2. Stabilitas ekonomi, meskipun stabilitas ekonomi daerah sangat tergantung dari kondisi perekonomian

Kepeloporan yang demikian akan mempunyai pengaruh yang luas pada perluasan kesempatan kerja,

negara pada umumnya, akan tetapi pemerintah daerah harus tetap berupaya menciptakan stabilitas

perbaikan sistem pendidikan yang ada yang disesuaikan dengan permintaan terhadap tenaga kerja pada

ekonomi pada wilayah kewenangannya.

pasaran kerja. Kepeloporan lain yang perlu dilaksanakan oleh pemerintah adalah kepeloporan objektifitas
bertindak sehingga masyarakat akan sangat hati-hati sebelum melakukan tindakan-tindakan yang

2. Pemerintah Sebagai Inovator

melanggar hukum dan norma sosial yang yang berlaku.

Inovasi berarti penemuan baru dalam cara-cara kerja, metode baru, sistem baru dan yang terpenting berfikir
baru. Pemerintah harus berupaya mengusahakan mencari sumber-sumber ide baru terutama yang
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan pembangunan diantaranya, meliputi :
1

Struktur pemerintah, dalam arti bahwa produktivitas aparat pemerintah itu semakin meningkat dan
pelayanan kepada masyarakat harus lebih baik.

LAPORAN RENCANA

IV - 5

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Tabel IV-1
Indikasi Program

LAPORAN RENCANA

IV - 6

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

....Lanjutan Tabel IV-1

LAPORAN RENCANA

IV - 7

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

...............Lanjutan Tabel IV-1

LAPORAN RENCANA

IV - 8

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

4. Pemerintah Sebagai Public Service/Fasilitator

Fasilitator ini dituntut untuk memilah-milah kepentingan dan kebutuhan masyarakat mana yang harus

Pemerintah dalam hal ini bertindak sebagai pelayan masyarakat, di mana beberapa keuntungan yang bisa

didahulukan dan mana yang masih bisa ditangguhkan. Fasilitator ini juga harus dapat bertindak sebagai

didapatkan dengan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat diantaranya, meliputi :

mediator dan komunikator antara kebutuhan dan kepentingan masyarakat dengan kebutuhan dan kepentingan

1. Dengan memberikan pelayanan yang baik maka proses pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat

pemerintah. Dengan terjadinya komunikasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat diharapkan akan

akan menjadi lancar. Semakin baiknya pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat sudah

tercipta hubungan yang harmonis, dinamis dan saling mengisi satu sama lainnya. Dengan ini tentunya beban

barang tentu akan meningkatkan iklim yang akan menumbuh suburkan usaha-usaha masyarakat,

pemerintah dalam mengemban tugas sebagai stabilisator, inovator dan pelopor menjadi lebih ringan karena

sehingga akan memberikan tambahan biaya pembangunan bagi pemerintah berupa pajak.

dapat dilakukan bersama-sama dengan masyarakat.

2. Kekecewaan masyarakat pada pelayanan yang diberikan pemerintah memang tidak akan menimbulkan
permasalahan secara langsung. Kekecewaan ini akan terakumulasi dan pada saat-saat tertentu akan
meledak sebagai emosi masa yang tentunya akan merugikan.

C. Lembaga Non Pemerintah


Lembaga non pemerintah dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu lembaga non pemerintah yang profit
oriented dan lembaga pemerintah yang non profit. Lembaga non pemerintah yang profit oriented dalam
masyarakat biasanya disebut swasta, sementara lembaga non profit dalam masyarakat biasanya disebut

3. Menjaga kepercayaan masyarakat, di mana dengan pelayanan yang baik tentunya akan menumbuhkan
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Kepercayaan ini tentunya akan mendorong kinerja
pemerintah ke arah yang lebih baik.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).


Kedua lembaga non pemerintah tersebut mempunyai bidang garapan dan berguna dalam proses-proses
pembangunan. Dalam penyelenggaraan pembangunan, pemerintah kadangkala menemui jalan buntu akibat
bidang garapannya yang terlalu luas. Dalam hal ini kedua lembaga dapat diberdayakan dengan menjadikannya

Mengingat sektor pembangunan kota merupakan tanggung jawab dan kewenangan pemerintah, maka

sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan.

organisasi fungsional otonom dan instansi vertikal didaerah tetap memegang peranan utama. Dengan demikian

Dalam pengambilan sikap terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah, pihak swasta akan

instansi-instansi yang berada langsung dibawah Sekertariat Daerah Kabupaten Agam akan lebih dominan

berpendirian selama kegiatan tersebut dapat menguntungkan pihaknya maka mereka akan selalu

peranannya dari pada organisasi fungsional lainnya. Hal ini sejalan pula dengan kewenangan dan tugas pokok

mendukungnya. Sementara untuk LSM tidak sedikit dari mereka selalu menempatkan dirinya berseberangan

yang dimiliki oleh instansi-instansi tersebut.

dengan pemerintah, terutama jika ada konflik antara kepentingan pemerintah dengan kepentingan masyarakat.
Sikap-sikap ini bukanlah merupakan kendala, sikap seperti ini harus dapat dimanfaatkan dalam
upayanya melakukan pembangunan. Pada sikap swasta yang selalu mementingkan keuntungan, pemerintah

B. Masyarakat

dapat mengupayakan hubungan yang saling menguntungkan malah dapat membantu pemerintah dalam

Community Base Development adalah sekelompok individu manusia yang secara sadar ataupun tidak

fungsinya sebagai inovator. Dalam sikap LSM yang kadangkala apriori terhadap pemerintah juga bukanlah

mengikuti norma-norma dan kaidah-kaidah sosial yang berlaku, berarti semua individu mengikuti norma-norma

merupakan kendala dan sikap tersebut bisa dijadikan sebagai media kontrol yang dapat menilai kinerja

dan kaidah sosial masyarakat. Masyarakat bukanlah hanya sebagai objek pembangunan saja tetapi lebih dari itu

pembangunan.

masyarakat mempunyai peran dalam setiap proses pembangunan.


Untuk menangkap keinginan dan kebutuhan masyarakat dalam keikutsertaannya dalam proses

4.4 Pedoman Pengendalian Pembangunan

pembangunan tentunya harus dibuat suatu wadah yang mempertemukan antara berbagai keinginan dan

Pengendalian pembangunan menurut Permendagri No. 9 tahun 1982 tentang Pedoman dan

kebutuhan yang berbeda-beda tersebut. Dalam wadah pertemuan ini diperlukan anggota masyarakat yang

Pengendalian Pembangunan di Daerah adalah proses kegiatan yang megikuti, mengamati dan mendudukan

terlatih dan bisa bertindak sebagai fasilitator.

pelaksanaan pembangunan di lapangan. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana

LAPORAN RENCANA

IV - 9

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Wilayah No. 327/KPTS/M/2002 tanggal 12 Agustus Tahun 2002 tentang Penetapan Enam Pedoman

o RTRK (Rencana Teknik Ruang Kota/Kawasan), skala 1 : 1.000 1 : 500, digunakan sebagai acuan

Penyusunan Tata Ruang, pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota diselelnggarakan melalui kegiatan

penertiban perijinan tata letak dan rancang bangun/bukan bangunan termasuk Ijin Mendirikan Bangunan

pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang berdasarkan mekanisme, perijinan, pemberian

(IMB).

insentif dan disinsentif, pemberian kompensasi, mekanisme pelaporan, mekanisme pemantauan, mekanisme

Secara umum mekanisme perijinan pemanfaatan ruang dapat dilihat pada Gambar 4 - 2.

evaluasi dan mekanisme pengenaan sanksi.


Penyusunan Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang ini dimaksudkan sebagai pengendalian

4.4.2 Mekanisme Pemberian Insentif dan Disinsentif

umum kaitannya dengan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan
Ampek Nagari tahun 2005 2010, yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan fungsi dan pemanfaatan ruang

A. Insentif :

sebagai acuan praktis pelaksanaan pembangunan.


a. Tujuan, mengatur dan memberikan rangsangan terhadap kegiatan yang sesuai dengan rencana tata ruang
4.4.1 Mekanisme Perijinan

wilayah.

Perijinan yang dimaksud sebagai konfirmasi atas pemanfaatan ruang dalam proses pengendalian
pemanfaatan ruang. Sesuai dengan jenjang dan skala rencana tata ruang yang ada. Pada dasarnya dapat
ditegaskan bahwa rencana tata ruang yang dapat dijadikan acuan untuk menerbitkan suatu jenis ijin dalam
pemanfaatan ruang adalah rencana tata ruang yang lebih detail sifatnya untuk tingkat kawasan atau kecamatan.
Perijinan harus disesuaikan dengan tingkat rencana tat ruang yang diacu, seperti Ijin Prinsip, Ijin Perencanaan,
IMB, Ijin UUG/HO, AMDAL, Ijin tetap, Ijin Usaha, dan Ijin tempat Usaha (SITU). Perijinan yang terkait langsung
dengan pemanfaatan ruang adalah Ijin Lokasi, Ijin Perencanaan, dan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Jenis ijin
dan/atau pertimbangan kelayakan lingkungan adalah Ijin Undang-Undang Gangguan (IUUG/HO), dan/atau

b. Pertimbangan Pemberian Insentif


> Kawasan Prioritas :
Kawasan dengan tingkat perkembangan yang cepat, meliputi kawasan yang memiliki potensi sumber
daya unggulan dan kawasan perkotaan.
Kawasan dengan tingkat perkembangan yang lambat, meliputi sebagian desa tertinggal dan Daerah
terisolir, namun memiliki potensi sumber daya unggulan.
Kawasan yang mempunyai potensi khusus dan perlu dipromosikan perkembangannya.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), sedangkan perijinan sektoral yang terkait dengan legalitas
usaha atau investasi, yaitu Ijin Prinsip, Ijin Tetap, dan Ijin Usaha.
Seringkali berbagai perijinan secara bersama-sama diterapkan dan diintegrasikan ke dalam proses

> Kawasan Andalan


Kawasan yang diprioritaskan perkembangannya secara nasional berdasarkan pendekatan sektor unggulan

perijinan pertanahan, mulai dari ijin lokasi hingga prosedur pengajuan/pemberian hak atas tanah (Hak
Bangunan, Hak Guna Usaha, dan/atau Hak Milik). Sesuai dengan hirarki rencana tata ruang, penertiban ijin
dalam pemanfaatan ruang harus mengacu pada rencana makro (skala kota/kabupaten) dan rencana yang lebih
rinci yaitu :
o RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota, skala 1 : 100.000 1 : 50.000 digunakan sebagai acuan
penertiban perijinan lokasi peruntukan ruang untuk suatu kegiatan.
o RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota/Kawasan), skala 1 : 10.000 1: 5.000, digunakan sebagai acuan
penertiban perijinan perencanaan pembangunan (advis planning) bangunan dan bukan bangunan.

c. Bentuk Insentif.
Di bidang ekonomi dalam bentuk pemberian kompensasi pembebasan pajak dan pemberian kemudahan
sewa ruang dan atau urusan saham.
Di bidang fisik dalam bentuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana sosial ekonomi (jaringan
jalan, jaringan listrik dan telekomunikasi) dan infrastruktur lainnya.
Di bidang perijinan dalam bentuk mempermudah prosedur administrasi pemberian ijin pemanfaatan ruang.
Di bidang pelayanan informasi dalam bentuk mempermudah pemberian data/ informasi yang diberikan
dengan perencanaan dan pemanfaatan ruang.

LAPORAN RENCANA

IV - 10

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 4 - 2
Mekanisme Perijinan Pemanfaatan Ruang

B. Disiinsentif

WALIKOTA/ BUPATI

Permohonan Ijin

INSTANSI TERKAIT

Penugasan Evaluasi

Evaluasi Dokumen

rencana tata ruang.


b. Pertimbangan Pemberian Disinsentif.
Kawasan berpotensi konflik dalam pemanfaatan ruang, seperti tumpang tindih rencana dan

Melengkapi
Kekurangan Dokumen

pemanfaatan ruang.

Dokumen Tidak Dilengkapi


Merekomendasikan Permintaan
Diadakan Presentasi

Surat Permintaan Pengadaan


Presentasi

Presentasi

a. Tujuan, mengendalikan dan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan

Kawasan pembatas dan kawasan penyangga.


Kawasan rawan bencana.
Kegiatan-kegiatan yang berlokasi pada kawasan lindung.

Melakukan Kunjungan Lapangan


Serta Evaluasi Terhadap
Presentasi Tersebut

c. Bentuk Disinsentif
Bidang ekonomi (pengenaan pajak yang tinggi)

Tidak Sesuai
Tdk Dpt Dilaksanakan
Pemanfaatan Ruang

Penerbitan Surat Ijin

Tata Ruang

Bidang fisik (membatasi atau tidak menyediakan srana dan prasarana)


Bidang teknis bangunan/persyaratan bangunan (KDB/KLB), dan tata bangunan.

Merekomendasikan
Pemberian Ijin

Sesuai

Bidang perijinan (pembatasan perijinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang atau pembatalan).

Dapat Dilaksanakan
Pemanfaatan Ruang

Pemantauan

Merekomendasikan
Pemberian Ijin

Penerbitan Surat Ijin

Penugasan Pengawasan
Pemanfaatan Ruang dan Evaluasi
Laporan Premantauan

Pengawasan Pelaksanaan
Pemanfaatan Ruang dan Evaluasi
Laporan Pemantauan

Laporan

Hasil Evaluasi
Pelanggaran
Pemanfaatan Ruang
Tdk Ada

Kegiatan Pemanfaatan Ruang


Berlanjut

Merekomendasikan
Penolakanan

Indikasi
Penyimpangan

4.4.3 Mekanisme Pemberian Kompensasi.


Berupa mekanisme penggantian yang diberikan kepada masyarakat pemegang hak atas tanah, hak
pengelolaan sumber daya alam seperti hutan, tambang dan bahan galian, kawasan lindung yang mengalami
kerugian akibat perubahan nilai ruang dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.
4.4.4 Mekanisme Pelaporan
Mekanisme pelaporan dalam pengawasan adalah berupa pemberian informasi obyektif mengenai
pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan
Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari tahun 2004-2010.

Ada

Pada dasarnya, seluruh pelaku kunci (stakeholders) pembangunan dapat dilibatkan. Jenis pelaporan
apaun yang dilakukan oleh seluruh pihak yang apresiatif terhadap kualitas tata ruang, perlu ditindaklanjuti dalam

Stop Pemanfaatan
Ruang
LAPORAN RENCANA

Surat Pencabutan Ijin

Merekomendasikan
Pemberian Ijin
IV - 11

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 4 - 3
Mekanisme Pelaporan Pemanfaatan Ruang

kegiatan pemantauan, khususnya bagi laporan yang menunjukkan adanya pembangunan yang tidak sesuai
dengan RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.
Secara kelembagaan, pelaporan wajib dilakukan dan/atau dikoordinasikan oleh Pemerintah Kabupaten

Pemanfaatan Ruang
(Program Pembangunan dan Intensif/Disintensif)

Agam secara rutin dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang. Untuk lebih jelasnya, mekanisme pelaporan
dapat dilihat pada gambar 4 - 3.

Berakibat Pada Perubahan Pola Pemanfaatan Ruang


(Sesuai atau Tdk Sesuai Dengan Rencana Tata Ruang)

4.4.5 Mekanisme Pemantauan


Pemantauan adalah usaha atau tindakan mengamati, mengawasi, dan memeriksa dengan cermat
perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

Data Instansi
(sekunder) dan data
lapangan (primer)

Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari.

Tdk Sesuai Dengan


Pemanfaatan Ruang

Sebagaimana dalam usaha pelaporan, maka usaha mengamati, mengawasi dan memeriksa perubahan
kualitas tata ruang dan lingkungan menjadi kewajiban perangkat Pemerintah Kabupaten

Agam

Pelaporan Perubahan
Pemanfaatan Ruang

Sesuai Dengan
Pemanfaatan Ruang

sebagai

Kegiatan dan Fungsi Ruang


Dilanjutkan

Pemantauan Pelanggaran
Pemanfaatan Ruang

kelanjutan dari temuan pada


proses pelaporan. Disini juga tidak tertutup kemungkinan pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat untuk
berperan serta dalam pemantauan tata ruang, yang kemudian bersama-sama dengan perangkat Pemerintah

Pelanggaran Pemanfaatan
Ruang

Kabupaten Agam menindaklanjuti hasil pemantauan sesuai proses dan prosedur yang berlaku.
Pada prinsipnya, pemantauan rutin terhadap perubahan Tata Ruang Kota Bawan (Ibukota Kecamatan

Akumulasi Penyimpangan
Pemanfaatan Ruang
Penyimpangan Tata
Ruang (Pemanfaatan dan
Struktur Ruang

Tipologi Pelanggaran

Ampek Nagari) dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Agam melalui pelaporan yang masuk, baik yang berasal
dari individu / masyarakat, organisasi kemasyarakatan, aparat daerah, hasil penelitian, statistik dan lainnya.
Diagram mekanisme pemantauan dan pengawasan dapat dilihat pada gambar 4 - 4.
4.4.6 Mekanisme Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan sebagai usaha untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam

Jenis Pelanggaran
(bentuk bangunan,
fungsi bangunan,
sempadan
bangunan, dll)

Akibat yang
ditimbulkan oleh
terjadinya
pelanggaran
pemanfaatan ruang

mencapai tujuan rencana tata ruang. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dan pada akhirnya tahun

Penyebab
Pelanggaran dan
penanggungjawab
pelanggaran (dari
perijinan yang
dikeluarkan)

Tipologi
penyimpangan tata
ruang (besaran,
kecenderungan dan
arah pergeseran
ruang).

disajikan melalui gambaran kondisi tata ruang.


Evaluasi merupakan fungsi dan tugas rutin perangkat Pemerintah Kabupaten Agam dengan masukan
dan bantuan aktif dari masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Kegiatan utama evaluasi adalah

Penyusunan Daftar Indikasi Pelanggaran/Penyimpangan


Pemanfaatan Ruang (Tipologi dan Lokasi)

membandingkan antara temuan hasil pemantauan lapangan dengan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari. Diagram mekanisme evaluasi pemanfaatan ruang pada gambar 4
- 5.

LAPORAN RENCANA

Pemantauan Pelanggaran
Pemanfaatan Ruang

IV - 12

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

Gambar 4 - 4
Mekanisme Pemantauan Pemanfaatan Ruang

Gambar 4 - 5
Mekanisme Evaluasi Pemanfaatan Ruang
Evaluasi Pemanfaatan Ruang

PELAPORAN POLA PEMANFAATAN RUANG

Penyusunan Daftar Pelanggaran/Penyimpangan


Pemanfaatan Ruang (Tipologi dan Lokasi).

Pembentukan Tim Penyidik


Pelanggaran Pemanfaatan Ruang

Penyelidikan Lapangan, yaitu penyesuaian atau klarifikasi bukti


pelanggaran yang telah ada pada tim penyidik dengan yang ada pada
penguasa lahan atau bangunan

Rumusan klarifikasi penyimpangan/pelanggaran pemanfaatan ruang (jenis,


akibat, sebab dan penanggungjawab)

Laporan Kepada
Bupati/Walikota untuk
ditindaklanjuti

Pemberitahuan kepada
instansi terkait untuk
mempersiapkan langkah
selanjutnya

Tipologi Pemberitahuan kepada


pelaku pelanggaran untuk
persiapan pertanggungjawaban

Rumusan klarifikasi simpangan/pelanggaran


pemanfaatan ruang (hasil pemantauan
pelanggaran pemanfaatan ruang)

Evaluasi terhadap
pemanfaatan ruang

Tipologi penyimpangan tata ruang


(hasil pelaporan penyimpangan
tata ruang)

Evaluasi terhadap
rencana tata ruang

Evaluasi terhadap
lembaga pemberi ijin

Usulan bentuk penertiban terhadap


pelanggaran (berhenti, bongkar,
cabut ijin dll).

Penertiban pelanggaran
dan penyimpangan

Penilaian perlu tidaknya


revisi rencana tata ruang

Tidak direvisi
(Penyimpangan masih
dalam batas dapat
diterima)

Direvisi
(pentimpangan tidak
dapat diterima)

Evaluasi pemanfaatan ruang untuk merumuskan tindakan penertiban

4.4.7 Mekanisme Pengenaan Sanksi


Pengenaan sanksi adalah untuk menertibkan pelanggaran terhadap pemanfaatan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang. Bentuk sanksi adalah sanksi administrasi, sanksi perdata, dan sanksi pidana.
Pengenaan sanksi dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang sanksi yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Mengingat bahwa RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota Kecamatan Ampek Nagari berbentuk rencana
struktur dan pola tata ruang serta arahan yang ditetapkan tidak digunakan secara langsung dalam pemberian
perijinan pembangunan, maka tindakan penertiban dengan pengenaan sanksi harus mengacu kepada rencana
tata ruang yang lebih rinci dan/atau pedoman penataan ruang dan penataan bangunan sesuai dengan
LAPORAN RENCANA

IV - 13

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PERKOTAAN


IBUKOTA KECAMATAN AMPEK NAGARI TAHUN 2004

penggunaannya sebagai acuan operasional pelayanan perijinan pemanfaatan ruang, namun dengan tetap
memperhatikan rencana sturktur dan arahan yang ditetapkan di dalam RDTR Kawasan Perkotaan Ibukota
Kecamatan Ampek Nagari.

Gambar 4 - 6
Mekanisme Penerapan Sanksi
HASIL EVALUASI PELANGGARAN PEMANFAATAN RUANG

a. Sanksi Administrasi dan Pembatalan Kebijakan Daerah

Usulan Bentuk Penertiban

Sanksi administrasi dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang yang berakibat pada terhambatnya
pelaksanaan rpogram pemanfaatan ruang. Sanksi administrasi dapat berupa :

Penetapan Pelaksanaan Sanksi oleh Bupati

o Penghentian sementara pelayanan administratif.


Sanksi Administrasi

o Penghentian sementara pemanfaatan ruang di lapangan.


o Denda administratif.
o Pengurangan luas pemanfaatan ruang.
o Pencabutan ijin pemanfaatan ruang.
b. Sanksi Pidana dan Perdata

Aparat Pemerintah :
Teguran
Pemecatan
Denda
Mutasi

Masyarakat :
Teguran
Pencabutan Ijin
Penghentian Pembangunan
Pembongkiaran

Dalam pelaksanaan tugas penyidikan, para pejabat penyidik berwenang :


o Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindakan pidana.

Pemeriksaan Pelaksanaan Sanksi

o Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan.
o Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.

Sanksi Terlaksana

Sanksi Tdk Terlaksana

Tuntutan Masyarakat

o Melakukan penyitaan benda dan atau surat.


o Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
o Memanggil seseorang untuk dijadikan tersangka atau sanksi.
o Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.
o Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup

Penyerahan Kasus ke Pengadilan

Pembuktian Hukum dan Penetapan Sanksi Oleh Lembaga Peradilan

bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindakan pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum
memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka dan keluarganya.

Sanksi Pidana

Sanksi Perdata

o Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bisa dipertanggungjawab-kan.


Setiap orang yang melanggar ketentuan yang diatur di dalam rencana tata ruang, dapat diancam pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). Selain

Pelaksanaan :
Sukarela
Pemaksanaan
Dengan Persyaratan

itu, tindak pidana atas pelanggaran pemanfaatan ruang yang mengakibatkan perusakan dan pencemaran
lingkungan serta kepentingan umum lainnya dikenakan ancaman pidana sesuai dengan peraturan perundang-

Penertiban Terlaksana

undangan yang berlaku. Diagram mekanisme pengenaan sanksi dapat dilihat pada gambar 4 - 6.
LAPORAN RENCANA

IV - 14

Anda mungkin juga menyukai