Anda di halaman 1dari 6

Menyelam merupakan salah satu olahraga yang populer dan banyak digemari namun jarang yang

menjadikan menyelam sebagai suatu pekerjaan yang rutin dilakukan. Penyelaman dapat dilakukan
dengan menahan napas atau menggunakan peralatan di bawah air yang dinamakan self-contained
underwater breathing apparatus (SCUBA).

Stress fisiologis utama yang dialami penyelam meliputi peningkatan tekanan ambient(lingkungan),
penurunan gravitasi dan perubahan respirasi. Beratnya stress tergantung pada kedalaman menyelam,
lamanya menyelam, menahan napas atau pernapasan menggunakan SCUBA. Kedalaman air laut pada
penyelam SCUBA dapat menjadi masalah medis karena tekanan ambient dan tekanan parsial gas
respirasi. Secara garis besar efek menyelam pada fungsi paru meliputi kompresi gas dalam paru sebagai
akibat tekanan ambient yang meningkat, pengembangan gas lebih lanjut untuk kembali pada tekanan
atmosfer normal, kelarutan sejumlah besar gas inert dalam darah dan jaringan tubuh selama pajanan
tekanan ambient yang meningkat dan pembentukan gelembung udara di jaringan dan vena.
FISIOLOGI MENYELAM
Saat menyelam, individu akan terpajan tekanan yang tinggi dan terjadi peningkatan tekanan dalam
pembuluh darah tertutup. Peningkatan tekanan berhubungan langsung dengan kedalaman, densiti air
dan gravitasi. Tekanan yang tinggi pada kedalaman berasal dari berat air di atasnya, disebut
tekanan ambient, sama halnya dengan tekanan barometer pada dataran atau permukaan laut yang
berasal dari berat udara di atasnya. Tekanan pada penyelaman sering diartikan sebagai unit kedalaman
atau atmosphere absolute (ATA)
Jaringan tubuh tersusun terutama oleh air, dengan demikian hampir tidak mengalami kompresi, tetapi
gas-gas akan mengalami kompresi mengikuti hukum Boyle. Selama menyelam volume gas dalam paru
akan berbanding terbalik dengan kedalaman. Pada tiap kedalaman 10 meter (33 kaki) air laut terjadi
peningkatan tekanan ambient 1 atm (760 mmHg). Tekanan pada kedalaman tersebut sebesar 2 atm,
yaitu 1 atm disebabkan oleh tekanan udara di atas laut dan 1 atm lagi berasal dari berat air sendiri.
Peningkatan tekanan dapat mengecilkan rongga udara dalam tubuh penyelam termasuk paru karena
volume gas akan berkurang setengah dari semula, gas-gas akan mengalami kompresisehingga
kerapatan gas akan meningkat.
Peningkatan tekanan juga akan berpengaruh terhadap peningkatan tekanan parsial gas-gas respirasi
(oksigen dan nitrogen) sehingga kelarutan dalam jaringan tubuh akan meningkat. Peningkatan tekanan
akan berpengaruh pada pembentukan gelembung gas dalam darah dan jaringan tubuh. Penyelam yang
naik ke permukaan secara tiba-tiba menyebabkan perubahan efek fisiologi ini dengan cepat. Volume gas
yang meningkat, keluarnya gelembung gas dan masuk ke jaringan menyebabkan penyelam mengalami
barotrauma paru dan penyakit dekompresi.
Variasi besar tekanan sesuai dengan kedalaman air laut

Permuka

Kak

AT

mmH

Pon

/inci2

760

14,7

kPa

pN2

pO2

Volumegas/
ml

101

593

159

1000

an laut
Kedalama

33

1520

29,4

203

1187

318

500

66

2280

44,1

304

1780

478

338

99

3040

58,8

405

2374

637

250

231

6080

117,6

810

4747

127

125

4
496

16

12.18

235,2

1.621

9495

0
102

32

24.32

254

63

8
470,4

3.242

18.94

509

31

Faal paru pada penyelam


Tekanan di luar dinding dada pada seseorang dengan posisi berdiri atau duduk dengan le her terendam
dalam air lebih besar 20 cmH2O dibandingkan tekanan atmosfer. Tekanan positif di luar dinding dada
akan melawan daya recoil dinding dada ke arah luar, terjadi penurunan kapasiti residu fungsional sekitar
50%. Volume cadangan ekspirasi akan menurun sebanyak 70%. Tekanan intrapleura menjadi lebih
negative menyebabkan udara masuk ke paru lebih besar karena kerja inspirasi meningkat untuk
mengatasi tekanan positif dari luar dinding dada. Kapasiti vital dan kapasiti vital paksa akan
menurun. Volume residu akan menurun karena terjadi peningkatan volume darah dalam paru. Selama
penyelaman terjadi peningkatan kerja pernapasan sekitar 60%.
Penyelam dengan posisi kepala tegak, tekanan di sekitar tubuh lebih tinggi dibandingkan dibandingkan
tekanan pada saluran napas dengan nilai rata-rata sebesar 30 cmH2O akan mengalami tekanan
pernapasan yang negative. Penyelam dengan kepala posisi di bawah, tekanan dalam saluran napas lebih
tinggi dibandingkan tekanan di sekitar tubuh, akan mengalami tekanan positif pada pernapasan.
Pengurangan kapasiti residu fungsional sekitar 20-30%, sehingga pernapasan menjadi lebih mudah
dengan posisi kepala di atas.
Semakin dalam menyelam densitas udara semakin meningkat. Tahanan yang mengalir dalam saluran
napas akan meningkat sebanding dengan peningkatan densitas udara sehingga kerja pernapasan akan
meningkat dan mengakibatkan penurunan kapasiti pernapasan maksimum (jumlah udara yang dapat
dihirup setiap menit).
Pada penyelaman dengan menggunakan SCUBA terjadi peningkatan densiti gas sedangkan volume tidal
hampir tidak berubah sehingga terjadi peningkatan molekul gas yang direspirasi per menit. Hal ini
menyebabkan asupan udara penyelam berkurang, terjadi penigkatan resistensi aliran gas dalam saluran
napas sehingga kerja pernapasan dan jumlah oksigen yang diinhalasi akan meningkat.
Pertukaran gas dalam paru
Tekanan di luar tubuh akan meningkat saat berada dalam kedalaman dan tekanan parsial gas dalam paru
dan saluran napas juga meningkat. Peningkatan tekanan parsial gas ditentukan oleh konsentrasi gas dan
tekanan ambient. Peningkatan tekanan parsial oksigen menyebabkan gas-gas respirasi akan

terkompresi. Tekanan parsial gas yang meningkat akan menyebabkan gas inert (N2, helium) akan masuk
ke dalam darah dan jaringan.
Selama penyelam menahan napas, tekanan total gas dalam paru kira-kira sama dengan tekanan
barometer, dengan demikian volume rongga toraks menurun dan tekanan parsial gas dalam paru
meningkat. Penyelam yang biasa melakukan hiperventilasi sebelum menahan napas dan menyelam,
pO2dan pCO2 alveolar akan menjadi 120 dan 130 Torr. Hiperventilasi yang dilakukan secara berlebihan
akan menyebabkan hipoksemia arteri dan penyelam akan kehilangan kesadarannya. Selama menahan
napas pada kedalaman 33 kaki, volume paru akan menurun, gas-gas akan mengalami kompresi dan
tekanan parsial gas akan meningkat. Keadaan ini tidak akan mengganggu pengangkutan oksigen dari
alveoli ke darah sampai penyelam naik ke permukaan. Walaupun demikian transfer CO2 dari darah ke
alveoli akan mengalami gangguan saat menyelam dan terjadi retensi bermakna CO2 dalam darah.
Penyelam masih dapat mentoleransi peningkatan CO2 sampai 80 mmHg, dengan cara meningkatkan
volume pernapasan per menit. Peningkatan CO2 lebih lanjut akan menyebabkan penekanan pada pusat
pernapasan dan penyelam dapat mengalami asidosis respiratorik yang hebat.
SCUBA (self-contained underwater breathing apparatus)
Peralatan pernapasan yang digunakan di bawah air atau yang disebut SCUBA terdiri dari 2 jenis yaitu
SCUBA sirkuit terbuka dan sirkuit tertutup. SCUBA sirkuit terbuka merupakan peralatan yang paling
banyak digunakan pada olahraga menyelam dan penyelam komersial. Peralatan meliputi tabung silinder
berisi udara bertekanan yang dihubungkan dengan regulator tekanan. Tekanan udara dalam tangki
sebesar 100 pon/inchi2 diturunkan oleh regulator pertama, selanjutnya regulator kedua akan menurunkan
tekanan sampai ke tekanan ambient dan kemudian dihubungkan dengan mouthpiece ke mulut penyelam.
Peralatan ini digunakan terbatas pada kedalaman di atas 200 kaki (sekitar 60 meter).
SCUBA sirkuit tertutup adalah peralatan yang menggunakan CO2 adsorben untuk dilepaskan dan
pengisian kembali oksigen yang digunakan per menit. Gas inert (tidak aktif) dipertahankan dengan
pengembalian gas yang dikeluarkan melalui CO2 adsorben dan penambahan oksigen sebelum gas
tersebut dihirup kembali dalam sistem tertutup. Penggunaan oksigen campur dan gas inert tersebut
menyebabkan SCUBA dapat digunakan sampai kedalaman 300 kaki (sekitar 90 meter). Bila
menggunakan oksigen murni maka kedalaman hanya sampai 25 kaki (7,5 meter)
BAROTRAUMA PARU
Salah satu penyebab kematian pasa penyelam adalah barotrauma paru. Penelitian tentang mekanisme
terjadinya emboli udara yang disebabkan oleh barotrauma paru menunjukkan bahwa sebagian trauma
berasal dari penyakit dekompresi dan sebagian lainnya yang lebih fatal berasal dari emboli
udara. Pneumotoraks merupakan komplikasi yang jarang pada barotrauma paru, terjadi pada sekitar 10%
penyelam yang mengalami sindrom overinflasi paru.
Mekanisme barotraumas
Mekanisme yang mendasari terjadinya kecelakaan penyelaman akibat tekanan yang berlebihan, secara
langsung berhubungan dengan hukum Boyle yaitu volume gas akan berkurang dengan peningkatan

tekanan. Bahaya terbesar terjadi saat berada pada kedalaman yang mendekati permukaan dengan
volume pengembangan gas terbesar.
Barotraumas yang terjadi saat menyelam ke bawah disebut squeeze, pada paru akan menyebabkan
kongesti, edema dan perdarahan paru. Barotraumas yang terjadi saat penyelam naik ke atas akibat gas
yang terjebak dalam jaringan tubuh. Gas-gas tersebut akan mulai mengembang saat penyelam naik.
Selama ke atas, penyelam akan merasakan nyeri dada. Jika penyelam menahan napas dan tidak
mengeluarkan gas, gas tersebut akan mengembang secara eksponensial sehingga perbedaan tekanan
gas di alveoli dan air meningkat 50-100mmHg, gas bebas bergerak menembus membrane alveoli masuk
ke dalam jaringan interstisial, kapiler paru dan pleura visceral.
Gas akan masuk ke dalam kapiler paru menyebabkan emboli gas dalam arteri, gas masuk ke pleura
visceral yang mengalami rupture akan menyebabkan pneumotoraks, serta gas melalui interstisial paru
masuk ke mediastinum akan menyebabkan pneumomediastinum atau emfisema mediastinal. Emfisema
subkutan terjadi akibat gas masuk ke jaringan subkutan. Bahaya terbesar adalah rupture alveoli pada
saat penyelam naik ke atas dari kedalaman 33 kaki, karena volume gas relative menjadi 2 kali ukuran
semula selama masa transisi.
Pencegahan barotrauma
Pencegahan risiko terjadinya kecelakaan akibat tekanan yang berlebihan pada paru selama penyelaman
dimulai dengan pemeriksaan fisik yang baik pada penyelam. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
meyakinkan tidak terdapatnya riwayat kelainan paru sebelumnya yang mungkin sebagai faktor
predisposisi terjadi gas trapping yaitu terdapatbleb, bula, penyakit paru obstruktif yang tidak diterapi
dengan adekuat termasuk asma.Selain itu perlu penjelasan tentang tingkah laku penyelam yang tidak
tepat yaitu menahan napas selama naik ke permukaan dengan cepat.
Pemeriksaan spirometri perlu dilakukan untuk menilai derajat obstruksi saluran napas. Uji faal paru
dengan flow volume curve dengan aliran ekspirasi tengah 80% dari nilai prediksi merupakan batas
keamanan untuk menyelam.
Manifestasi klinis
Emfisema mediastinal memberikan keluhan nyeri ringan substernal yang dirasakan sebagai nyeri tumpul
yang menjalar ke bahu, leher dan belakang, rasa berat di dada dan batuk. Tanda-tanda tersebut
berhubungan dengan sakit tenggorokan, disfagia dan perubahan suara.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan barotrauma paru harus dilakukan segera untuk menghindari kematian pada penyelam.
Penatalaksanaan disesuaikan dengan keadaan barotrauma yang terjadi, emfisema dan pneumotoraks.
Pada emfisema subkutis dan mediastinal tanpa komplikasi cukup diobservasi, tak perlu terapi
rekompresi, pada keadaan berat dibutuhkan terapi oksigen 100% dengan tekanan atmosfer. Pada
pneumotoraks dibutuhkan rekompresi segera dan pemasangan pipa atau kateter melalui ruang
interkostal (WSD)

DECOMPRESSION ILLNESS
Decompression illness terjadi saat gelembung gas terbentuk dalam darah dan jaringan interstisial
sebagai akibat penurunan tekanan ambient. Decompression illness meliputi 2 masalah yaitu emboli gas
arteri dan decompression sickness. Keduanya berhubungan dengan pembentukan gas.
Emboli gas arteri pulmoner
Emboli gas arteri adalah gelembung gas yang terdapat dalam darah arteri dan merupakan penyebab
utama kematian pada penyelam. Penyebab awalnya (barotrauma paru) biasanya sulit dideteksi.
Penyebab tersering adalah pengembangan gas-gas respirasi selama penyelam naik ke atas. Gas yang
tidak dapat keluar akan mengembang sehingga alveoli akan makin mengembang dan mengalami rupture.
Gelembung gas akan masuk ke dalam kapiler paru dan dibawa masuk ke darah arteri. Emboli gas dalam
arteri bisa fatal saat penyelam naik dari kedalaman 7 kaki (2 meter). Manifestasi klinis yang muncul
adalah nyeri dada, hemoptisis, penurunan kesadaran yang tiba-tiba, vertigo, henti jantung dan gejala
neurologis lain.
Decompression sickness
Insidens decompression sickness (DCS) bervariasi pada populasi yang berbeda. Penyelam olahraga dan
militer mempunyai angka insidens yang sama sedangkan insidens tertinggi terjadinya decompression
sickness adalah pada penyelam komersial. Pada tahun 1990, insidens decompression sickness adalah 1
dari 10.000 penyelam olahraga dan 1 dari 100.000 penyelam untuk kepentingan akademi atau penelitian.
Decompression sickness dikelompokkan ke dalam 2 tipe yaitu tipe 1 bentuk musculoskeletal dan tipe 2
bentuk kelainan sistemik (neurologis dan kardiorespirasi). Decompression sickness terjadi saat
gelembung gas terbentuk dalam jaringan tubuh. Gas akan terlarut kedalam jaringan menurut hukum
Henry. Jaringan tubuh menjadi supersaturasi terhadap gas inert (tidak aktif), biasanya Nitrogen.
Kemungkinan terjadinyadecompression sickness tergantung pada tingkat kedalaman, lama menyelam,
gas campur yang digunakan dan jenis dekompresi. Waktu yang dibutuhkan jaringan tubuh untuk
terjadinya saturasi tergantung aliran darah dan kelarutan gas dalam jaringan.
Mekanisme decompression sickness
Selama menyelam terjadi peningkatan tekanan ambient yang menyebabkan peningkatan tekanan parsial
gas nitrogen dalam tubuh. Peristiwa tersebut menyebabkan kalarutan gas tersebut dalam jaringan tubuh
meninggi, pada keadaan normal kelarutan gas nitrogen dalam jaringan tubuh buruk. Pada kedalaman
yang lebih dalam jaringan tubuh menjadi supersaturasi (lewat jenuh) terhadap gas nitrogen. Selama
penyelam naik ke atas, tekanan ambient berkurang dengan cepat dan nitrogen keluar dari larutan
membentuk gelembung gas dalam jaringan dan cairan tubuh. Gelembung yang terbentuk akan masuk ke
dalam darah atau persendian ekstremitas. Bila gelembung tersebut masuk ke vena maka biasanya
terjebak dalam sirkulasi paru. Interaksi gelembung dengan endotel pembuluh darah menyebabkan terjadi
respons inflamasi sehingga dinding kapiler mengalami kerusakan karena edema, kompresi mikrovaskuler
dan penurunan oksigenasi jaringan.
Manifestasi klinis

Gejala klinis jarang terjadi, gejala yang biasanya terjadi adalah rasa tercekik, nyeri dada substernal,
sesak, batuk, hemoptisis, hipoksemia berat yang mungkin bersamaan dengan hipertensi pulmoner,
edema paru dan hipoksemia. Gambaran pernapasan menjadi cepat dan dangkal, sianosis mungkin
terjadi secara cepat sebagai manifestasi dari kegagalan jantung kanan dan kolaps kardiovaskuler. Pada
penelitian terhadap 90 kasus, gejala timbul mulai dari 10 menit sampai 12 jam setelah naik ke
permukaan.
Penatalaksanaan
Prinsip penanganan kasus decompression sickness atau emboli gas arteri adalah mempercepat
pengecilan ukuran gelembung gas dengan cara peningkatan tekananambient atau mempercepat
pengeluaran gas nitrogen dari gelembung gas.
Pemberian oksigen, cairan dan resusitasi mungkin sangat membantu, diikuti dengan rekompresi segera
dan terapi oksigen hiperbarik. Peningkatan tekanan ambientmembutuhkan pengembalian tekanan
(rekompresi) menggunakan kamar hiperbarik dengan pemberian oksigen 100% oleh tim medis terlatih
dengan tekanan ambient yang meningkat (oksigen hiperbarik), penggantian cairan dan pemberian
antiplatelet agent. Dengan pemberian oksigen akan mengurangi tekanan parsial gas nitrogen darah
(pN2) dan mempercepat resorbsi gelembung gas yang ada dalam darah dan jaringan. Pasien di lakukan
dekompresi dengan perlahan untuk membiarkan gas inert dikeluarkan dari jaringan melalaui sistem
sirkulasi kemudian dikeluarkan oleh paru. Apabila dilakukan lebih awal maka prognosisnya akan baik.
Terapi hiperbarik
Terapi hiperbarik adalah terapi menggunakan oksigen 100% bertekanan tinggi yaitu 3 ATA. Terapi ini
menggunakan kamar atau ruang udara bertekanan tinggi (RUBT), bisa berupa ruang pengobatan untuk 1
orang (monoplace) atau untuk banyak orang (multiplace). Pada decompression illness dan emboli gas
arteri, terapi hiperbarik merupakan terapi utama. Penggunaan terapi ini meningkatkan difusi gelembung
nitrogen ke dalam jaringan dan darah serta memudahkan oksigenasi jaringan yang iskemik dan
mengurangi gejala neurologis lainnya. Tekanan oksigen yang diberikan dipertahankan tidak lebih dari 3
ATA.
Terapi hiperbarik yang biasa digunakan untuk decompression sickness dan emboli gas arteri adalah
berdasarkan jadwal rekompresi angkatan laut Amerika Serikat. Teknik penurunan tekanan dimulai dari
penurunan tekanan selama periode inisial sama untuk kedalaman 165 kaki, dengan pemberian oksigen
50% dan N2 50% pada pasien selama 30 menit. Kemudian penurunan tekanan pada kedalaman 60 kaki
pasien bernapas dengan oksigen 100% dengan interval selama 4 menit selama 75 menit. Tekanan
diturunkan sampai sama dengan tekanan pada kedalaman 30 kaki selama 30 menit pasien bernapas
dengan udara secara intermiten paling sedikit selama 150 menit dikuti dengan decompresi dengan
oksigen sampai pada tekanan ambient normal.

Anda mungkin juga menyukai