Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MENGENAI SENYAWA TERPENOID


UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH FITOKIMIA

DISUSUN OLEH:
1. MAISA AGHNAITA FIQRI
2. IRUS RUSNITI
3. RINA AGUSTINA
4. ROPIAH
5. NOPIYAH
6. WILDAN

SEKOLAH TINGGI FARMASI (STF) YPIB CIREBON


Jl. Perjuangan - Majasem Cirebon Telp. (0231) 488759
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang "TERPENOID" ini. Dan juga kami berterima kasih pada ibu Tania AviandaG,.M.Si.
selaku Dosen mata kuliah Fitokimia yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai senyawa terpenoid, dan mengenai struktur, sifat fisika-kimia dan
sintesisnya . Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Cirebon, Agustus 2016

Penyusun

I. Pengertian Terpenoid

Dalam tumbuhan biasanya terdapat senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon teroksigenasi yang
merupakan senyawa terpenoid. Kata terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan
istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis semua senyawa tumbuhan itu
berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari molekul isoprene
CH2==C(CH3)CH==CH2dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan 2 atau lebih
satuan C5 ini.
Kemudian senyawa itu dipilah-pilah menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan
yang terdapat dalam senyawa tersebut, 2 (C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40).Terpenoid
merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen. Terpen merupakan suatu
golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan sebagian kelompok hewan. Rumus
molekul terpen adalah (C5H8)n. Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena
kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren.
Secara struktur kimia terenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa
rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonil atau gugus
fungsi lainnya.Terpenoid merupakan komponen penyusunminyak atsiri.
Minyak atsiri berasal dari tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara
sederhana, yaitudengan perbandingan atom hydrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid
yaitu 8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa teresbut adalah
golongan terpenoid. Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akantetapi merupakan campuran senyawa
organic yang kadangkala terdiri dari lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan. Sebagian
besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung karbon dan hydrogen atau
karbon, hydrogen dan oksigen.
Minyak atsiri adalah bahan yang mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari bahanbahan lain yang terdapat dalam tumbuhan. Salah satu cara yang paling banyak digunakan adalah
memisahkan minyak atsiri dari jaringan tumbuhan adalah destilasi. Dimana, uap air dialirkan

kedalamtumpukan jaringan tumbuhan sehingga minyak atsiri tersuling bersama-sama dengan uap air.
Setelah pengembunan, minyak atsiri akan membentuk lapisan yangterpisah dari air yang selanjutnya
dapat dikumpulkan. Minyak atsiri terdiri dari golongan terpenoid berupa monoterpenoid(atom C 10)
dan seskuiterpenoid (atom C 15).
II. Sifat umum Terpenoid
1. Sifat fisika dari terpenoid adalah :
1) Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi warna akan
berubah menjadi gelap
2) Mempunyai bau yang khas
3) Indeks bias tinggi
4) Kebanyakan optik aktif
5) Kerapatan lebih kecil dari air
6) Larut dalam pelarut organik: eter dan alcohol
2. Sifat Kimia
1) Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik)
2) Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer
III. Sintesa Terpenoid
1. Secara umum biosintesa terpenoid terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1). Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2). Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-,
dan poli-terpenoid.
3).Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan
steroid.
Biosintesis senyawa terpen terlibat senyawa yang bercabang . Mula - mula gugus keton
dari karbonil pada asetoasetil koenzim A beradisi aldol dengan asetil koenzim A menghasilkan
derivat asam glutarat . Langkah berikutnya adalah reduksi darisalah satu gugus karboksil pada
untuk menghasilkan asam mevalonat. Dari studi penjejakan terbukti bahwa asam mevalonat
merupakan bahan asal ( prekursor ) untuk terpen

Asam mevalonat, senyawa enam-atom karbon yang diturunkan dari kondensasi tiga molekul
asam asetat merupakan progenitor pokok dan universal dari senyawa terpenoid yang membentuk
satuan isopren dengan cara melepaskan air dan karbon dioksida secara bersamaan.
Kondensasi dua molekul asetil koenzim A yang menghasilkan asetoasetil, koenzim A
merupakan langkah yang muncul identik dengan langkah pertama dalam pembentukan senyawa
poli--keto-asetat dan untuk menghasilkan siklisasi rantai poliketida atau dengan langkah
intermediet reduksi-dehidrasi-reduksi menjadi asam lemak. Namun, mikroorganisme terpenoid
yang berawal dari langkah pertama dan dengan kondensasi serupa aldol asetil Co A dengan
turunan asam asetoasetat membentuk -hidroksi--metilglutanil Co A. Reduksi senyawa tersebut
menghasilkan asam mevalonat
Fosforilasi asam mevalonat (dengan ATP) menghasilkan asam mevalonat-5-pirofosfat. Ini
merupakan senyawa induk intermediet satuan lima karbon (isopren).
Isopentil pirofosfat merupakan satuan isopren biogenetik. Keterlibatannya dalam biosintesis
isoprenoid (dan konversinya menjadi zat prenilasi aktif) adalah bergantung pada prototropi yang
dikatalis oleh enzim, dengan senyawa tersebut ia diubah menjadi campuran seimbang isopentil
ester dan bimetilalil ester.
Prototropi adalah stereo spesifik dari gugus metil yang diturunkan dari gugus =CH2 isopentil
ester timbul trans terhadap gugus CH2CH2 OPP. Stereospesifiksitas memungkinkan untuk
membedakan antara gugus-gugus-metil dari dimetilalil pirofosfat bila gugus tersebut diturunkan
dari induk spesifik yang berlabel. Misal, jika 2 14C asam mevalonat (C 2 bertanda dalam
persamaan 2) digunakan dalam percobaan = CH2, maka salah satu gugus CH3 dari alil pirofosfat
akan berlabel. Akibatnya, jika hasil akhir metabolisme tanaman mengandung gugus gem dimetil,
maka hanya satu gugus metil yang akan mengandung label isotop.
Dimetilalil pirofosfat berkelakuan sebagai zat elektrofilik yang memindahkan satuan satuan
dimetilalil ke pusat nukleofil. Dimetilalil pirofosfat tidak hanya memiliki sistem alil yang sangat
tinggi reaktivitasnya, tetapi gugus pirofosfat juga merupakan gugus pergi bagus sekali dalam
penggantian nukleofil.

IV. Stuktur Kimia

Secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus Molekul umum
(C5H8)n. Klasifikasi biasanya tergantung pada nilai n.
Nama

Rumus
(C10H16)

Sumber
Minyak Atsiri

(C15H24)

Minyak Atsiri

Diterpen

(C20H32)

Resin Pinus

Triterpen

(C30H48)

Saponin,

Monoterpen

Seskuiterpen

Damar

Tertaterpen

(C40H64)

Pigmen,
Karoten
Karet Alam

(C5H8) n n 8

Politerpen

Dari rumus diatas sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya
kelipatan lima. Penyelidikan selanjutnya menunjukan pula bahwa sebagian besar terpenoid
mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh 2 atau lebih unit C yang di sebut unit isopren. Unit
C5 ini di namakan demikian karena kerangka karbonya seperti senyawa isopren. Wallach (1887)
memaparkan bahwa stuktur rangka terpenoid dibangun oleh dua atau lebih molekul isopren, pendapat
ini dikenal sebagai hukum isopren
Ingold (1925) menyatakan pula bahwa isopren unit yang terdapat di alam masing-masing
bergabung dengan ikatan head to tail yang bagian ujung suatu molekul berikatan dengan bagian
kepala molekul isopren lainnya.

a. Monoterpenoid
Monoterpenoid merupakan senyawa "essence" dan memiliki bau yang spesifik yang
dibangun oleh 2 unit isopren atau dengan jumlah atom karbon 10. Lebih dari 1000 jenis senyawa
monoterpenoid telah diisolasi dari tumbuhan tingkat tinggi, binatang laut, serangga dan
binatang jenis vertebrata dan struktur senyawanya telah diketahui.
Struktur dari senyawa mono terpenoid yang telah dikenal merupakan perbedaan dari
38 jenis kerangka yang berbeda, sedangkan

prinsip

dasar penyusunannya

tetap

sebagai

penggabungan kepala dan ekor dari 2 unit isopren.


struktur monoterpenoid dapat berupa rantai terbuka dan tertutup atau siklik. senyawa
monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai antiseptik, ekspektoran, spasmolotik dan sedatif.

Disamping itu monoterpenoid yang sudah dikenal banyak dimanfaatkan sebagai bahan pemberi
aroma makan dan parfum dan ini merupakan senyawa komersial yang banyak diperdagangkan.
Dari segi biogenetik, perubahan geraniol nerol dan linalol dari yang satu menjadi yang lain
berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga alkohol ini, yang berasal dari hidrolisa
geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi reaksi-reaksi sekunder, misalnya dehidrasi menghasilkan
mirsen, oksidasi menjadi sitral dan oksidasi-reduksi menghasilkan sitronelal.
Perubahan GPP in vivo menjadi senyawa-senyawa monoterpen siklik dari segi biogenetik
disebabkan oleh reaksi siklisasi yang diikuti oleh reaksi-reaksi sekunder. Seperti senyawa organik
bahan alam lainnya, mono terpenoida mempunyai kerangka karbon yang banyak variasinya.
Oleh karena itu penetapan struktur

merupakan

salah

satu

bagian

yang

penting.

Penetapan struktur monoterpenoida mengikuti suatu sistematika tertentu yang

dimulai

dengan penetapan jenis kerangka karbon. Jenis kerangka karbon Suatu monoterpen monosiklik
antara lain dapat ditetapkan oleh rekasi dehidrogenasi

menjasi

suatu

senyawa

aromatik

(aromatisasi). Penetapan struktur selanjutnya ialah menetukan letak atau posisi gugus fungsi
dari senyawa yang bersangkutan didalam kerangka karbon tersebut. Posisi gugus fungsi dapat
diketahui berdasarkan penguraian oksidatif. Cara lain adalah mengubah senyawa yang bersangkutan
oleh reaksi-reaksi

tertentu

menjadi senyawa

lain

yang

telah

diketaui strukturnya. Dengan

kata lain, saling mengaitkan gugus fungsi senyawa yang bersangkutan dengan gugus fungsi
senyawa lain yang mempunyai kerangka karbon yang sama. Pembuktian struktur suatu senyawa
akhirnya didukung oleh sintesa senyawa yang bersangkutan dari suatu senyawa yang diketahui
strukturnya.
b. Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit isopren yang
terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen. Senyawa seskuiterpenoid
ini mempunyai bioaktifitas yang cukup besar, diantaranya adalah sebagai antifeedant, hormon,
antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis.
Senyawa-senyawa

seskuiterpen

diturunkan

dari

cis

farnesil pirofosfat dan trans

farnesil pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lainnya. Kedua isomer farnesil
pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme yang sama seperti isomerisasi abtara
geranil dan nerol.
c. Diterpenoid
Senyawa diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom karbon dan
dibangun oleh 4 unit isopren. senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang cukup luas yaitu sebagai

hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga,


inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen. Senyawa diterpenoid dapat
berbentuk asiklik, bisiklik, trisiklik dan tetrasiklik dan tatanama yang digunakan lebih banyak
adalah nama trivial.
d. Triterpenoid
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih dari 40 jenis kerangka
dasar

yang

sudah

dikenal

dan

pada

prinsipnya merupakan proses siklisasi dari skualen.

Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung dengan siklik 5 atau berupaka 4
siklik 6 yang mempunyai gugus fungsi pada siklik tertentu. Sedangkan penamaan lebih
disederhanakan dengan memberikan penomoran pada tiap atom karbon, sehingga memudahkan
dalam penentuan substituen pada masing-masing atom karbon.
Struktur terpenoida yang bermacam ragam itu timbul sebagai akibat dari reaksi-reaksi
sekunder

berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan siklisasi atas geranil-,

farnesil- dan geranil-geranil pirofosfat.

V. Isolasi Dan Identifikasi Terpenoid


Cara ekstraksi dapat dilakukan dengan metode maserasi, sokletasi dan destilasi uap. Dengan
metode perkolasi tidak memungkinkan karena sifat terpenoid yang mudah menguap akan
menyebabkan kehilangan zat. Dengan metode refluks juga tidak memungkinkan karena pemanasan
langsung dapat menyebabkan putusnya ikatan rangkap dan perubahan struktur kimia terpenoid.
Metode infundasi kurang optimal karena pelarut air kurang dapat menarik terpenoid.
Pelarut yang digunakan untuk proses ekstraksi adalah pelarut organik yang cenderung bersifat
non-polar seperti eter karena terpenoid merupakan rantai hidrokarbon yang panjang sehingga bersifat
hidrofob.

Identifikasi senyawa terpenoid dengan skrining fitokimia adalah dengan mereaksikan


terpenoid dengan reagen Liebermann-Burchard (asam asetat anh dan asam sulfat P) yang positif
menghasilkan warna merah.
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan maserasi.
1. Sekletasi
Dilakukan dengan melakukan disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji dengan 5L nhexana. Ekstrak n-hexana dipekatkanlalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana
dikentalkan lalu diujifitokimia dan uji aktifitas bakteri.
2. Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol.
Ekstrak methanol dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl4M.hasil hidrolisis
diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL
KOH 10%. Ekstrak n-heksanadikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri.
Uji aktivitas bakteri dilakukan dengan pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum ose
yang dilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL Muller-Hinton
broth kemudian diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada suhu 35C. suspensi baketri
homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media Muller-Hinton agar secara
merata dengan menggunakan lidikapas yang steril. Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel,
standartetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan sebagai kontrol. Lalu diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 35C. dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap baketri.
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Perekasi
Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setatanhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan
digunakannya asam asetat anhidrat adalahuntuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan
membentuk turunan asetildidalam kloroform setelah. Alasan penggunaan kloroform adalah karena
golongansenyawa ini paling larut baik didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalahtidak
mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air makaasam asetat anhidrat akan
berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalandan turunan asetil tidak akan terbentuk.

3. Skrining fitokimia
Identifikasi Terpenoid
1. Menghaluskan 1 gram sampel.
2. Menambahkan 2 ml kloroform, kocok dan saring filtratnya.
3. Menambahkan 2 tetes asetat anhidrat pada filtrat.

4. Kemudian menambahkan 2 tetes asam sulfat pekat.


5. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
(metode lieberman-burchard, jika positif menghasilkan merah jingga/ungu)
Kloroform digunakan untuk mengekstraksi terpenoid dalam sampel dan memisahkannya dari
pengotor. Asam asetat anhidrat digunakan untuk
VI. Kegunaan Terpenoid
Kegunaan terpenoid bagi tumbuhan antara lain :
a.

Fitoaleksin
Fitoaleksin adalah suatu senyawa anti-mikrobial yang dibiosintesis (dibuat) dan
diakumulasikan oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari mikroorganisme patogen atau

b.
c.
d.

terpapar senyawa kimia tertentu dan radiasi dengan sinar UV.


Insect antifectan, repellant
Pertahanan tubuh dari herbifora
Feromon Hormon tumbuhan.
Feromon adalah sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki daya pikat

seks pada hewan jantan maupun betina].


Selain kegunaan diatas juga mempunyai manfaat sebagai berikut:
1) sebagai pengatur pertumbuhan (seskuiterpenoid absisin dan diterpenoid giberellin)
2) sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan pemberi
aroma makan dan parfum (monoterpenoid)
3) sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan
kulit, kerusakan hati dan malaria (triterpenoid).
4) sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman,
antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen
(diterpenoid)
5) Sebagai anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan
tanaman dan pemanis (seskuiterpenoid)
6) penghasil karet (politerpenoid)
7) Karotenoid memberikan sumbangan terhadap warna tumbuhan dan juga diketahui sebagai
pigmen dalam fotosintesis
8) Monoterpen dan seskuiterpen juga memberikan bau tertentu pada tumbuhan
9) Terpenoid memegang peranan dalam interaksi tumbuhan dan hewan, misalnya sebagai alat
komunikasi dan pertahanan pada serangga.
10) Beberapa terpenoid tertentu yang tidak menguap juga diduga berperan sebagai hormon seks
pada fungus.
Bioaktivitas terpenoid pada akar dan daun Jatropha gaumeri (jarak). Karena pada tanaman ini
terkandung golongan senyawa terpenoid dan juga pada ekstrak daun ini memiliki aktivitas antibakteri
dan antioksidan. Aktivitas tersebut dihasilkan dengan isolasi dan identifikasi pada akar yang
menghasilkan 2-epi-jatrogossidin (1). Salah satunya suatu rhamnofolane diterpene dengan aktifitas

antimicrobial, dan kedua 15-epi-4E jatrogrossidentadione (2), suatu lathyrane diterpene tanpa
aktivitas biologi. Dengan cara yang sama, pemurnian dengan penelitian yang telah diuji dari ekstrak
daun dapat mengdentifikasi sitosterol dan triterpen amaryn, traraxasterol. Metabolit ini ternyata bisa
digunakan sebagai aktifitas antioxidant.

VII.Bahan Yang Banyak Mengandung Senyawa Terpenoid


Oleoresin
Merupakan cairan homogen dari resin dan minyak voltil. Biasanya ada sejumlah kecil eksudat alami
dari kandungan aloeresin yang menyebabkan kematian insekta.
Terpentin
Terpentin, gum terpentin, gum ini diperoleh dari Pinus palustres Millar dn dari spesies lain dari Pinus
(Fam. Pinaceae). Biasanya terpentin dipanen terakhir Kira-kira 32 minggu. Produk di awal tahun
paling besar dan disebut terpentin asli. Terpentin yang terbentuk agak kuning gelap dan dalamnya
lebih terang, kurang licin / berkilap, bergetah lengket ketika panas dan rapuh dalam dingin. Terpentin
digunakan sebagai contra iritan.
Aloe-Gum-Resin
Merupakan campuran antara resin, gum, minyak atisiri dalam jumlah yang sama banyak dan sebagian
kecil bahan lanilla.

Balsam
Balsam adalah campuran resin yang diperoleh dari sejumlah bagian asam benzoat, asam sinamat atau
kedua-duanya atau ester dari asa ini. Obat-obatan dari balsam meliputi balsam tolu, balsam peru,
storax, dan benzoin.
Benzoin
Resin balsam diperoleh dari Styras benzoin Dryander. Asam benzoate dan garam sodiumnya mahal
digunakan sebagai bahan pengawet makanan, minuman, lemak, sediaan farmasi, dan bahan-bahan
yang lain. Asam benzoat dalam pengobatan digunakan sebagai antifungi. Asam benzoat sekarang
merupakan produk sintetik tetapi paetama kali diperoleh dari sublimasi dari benzoin Sumatra, yang
akan menjadi kristal putih biasanya dalam bentuk seperti jarum.

DAFTAR PUSTAKA
Sumardjo, Damin. Pengantar Kimia Buku Paduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata
I Fakultas Bioeksakta. Jakarta:EGC. 12:464-471.

Anda mungkin juga menyukai