Disusun oleh :
AYU LARASWATY LUMBAN GAOL
NIM. 25010113120091
NIM. 25010113140218
NIM. 25010113130358
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur status kesehatan
ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka kematian ibu (AKI). AKI
merupakan salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan aksesibilitas
fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi
jika dibandingkan dengan negaranegara tetangga di Kawasan ASEAN. Pada
tahun 2007, ketika AKI di Indonesia mencapai 228, AKI di Singapura hanya 6 per
100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 112 per
100.000 kelahiran hidup, serta Malaysia dan Vietnam sama-sama mencapai 160
per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab langsung kematian ibu umumnya adalah trias pendarahan-infeksieklamsia. Bila ditelusuri lebih lanjut, penyebab langsung itu ternyata bertumpu
pada rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil, akibat masih ditemuinya
hambatan informasi, hambatan sosial budaya, hambatan ekonomi, dan hambatan
geografis dalam menjaga kesehatan ibu hamil. Namun apabila ibu memperoleh
pelayanan antenatal yang berkualitas, komplikasi dapat lebih dini diketahui
sehingga akan segera memperoleh penanganan dan pelayanan rujukan yang
efektif (Pedoman Pelayanan Antenatal, 2007).
Setiap ibu hamil seharusnya mendapat perawatan kehamilanya secara baik,
dengan cara memeriksakan kehamilanya, tetapi pada kenyataannya masih banyak
ibu hamil yang belum mengerti lebih dalam tentang pemeriksaan kehamilan
(ANC). Sebagian besar kematian ini sebenarnya dapat dicegah dengan
memberikan pelayanan Antenatal Care yang bertujuan untuk menjaga agar ibu
hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan
selamat serta menghasilkan bayi yang sehat, dan pada akhirnya dapat menurunkan
angka kematian ibu dan bayi. Pelayanan antenatal dengan standart pemeriksaan
1
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Menentukan pola persebaran faktor Ibu hamil dan Ibu nifas berisiko
tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari pada periode Januari-April
tahun 2016.
1.3.2.2 Menentukan pola persebaran kepatuhan Antenatal Care pada Ibu hamil
dan Ibu nifas berisiko tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari
pada periode Januari-April tahun 2016.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Puskesmas Rowosari
Penelitian ini dapat membantu memberikan informasi mengenai beberapa
faktor yang mempengaruhi kepatuhan kunjungan Antenatal Care pada ibu hamil
dan ibu nifas berisiko tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari serta
membantu dalam pengambilan keputusan di bidang pelayanan ANC bagi Ibu
hamil.
1.4.2 Bagi Peneliti
Memperoleh
pengetahuan,
keterampilan
serta
pengalaman
dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dimulai dari tahu terhadap stimulus berupa materi atau objek, kemudian
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan ini akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Motivasi ibu dalam pelaksanaan antenatal
care akan semakin teratur jika mendapat dukungan besar dari keluarga karena
keluarga merupakan orang yang terdekat yang dapat memberikan motivasi pada
proses Antenatal Care (Niven, 2013).
Dengan perawatan yang baik, 90-95% ibu hamil yang termasuk kehamilan
dengan resiko tinggi dapat melahirkan dengan selamat dan mendapatkan bayi
yang sehat. Juga sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk melakukan ANC atau
pemeriksaan kehamilan secara teratur, yang bermanfaat untuk memonitor
kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila terdapat permasalahan dapat
diketahui secepatnya dan diatasi sedini mungkin (Suririnah, 2009).
Kepatuhan dalam melakukan kunjungan Antenatal Care dapat diartikan
sebagai perilaku ibu dalam melakukan kunjungan Antenatal Care dengan
frekuensi dan waktu sesuai umur kehamilan yaitu pada usia kehamilan sampai 28
minggu melakukan kunjungan Antenatal Care setiap empat minggu sekali, pada
usia kehamilan 28 sampai 36 minggu melakukan kunjungan Antenatal Care setiap
dua minggu sekali dan pada usia kehamilan 36 sampai 40 minggu melakukan
kunjungan Antenatal Care setiap minggu sekali (Usman, 2014).
2.2 Faktor Risiko
2.2.1 Umur Ibu Hamil
Istilah umur diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam
satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu normal yang
memperlihatkan
derajat
perkembangan
anatomis
dan
fisiologis
sama.
(Nuswantari, 1998)
Depkes RI (2000) membagi kelompok ibu dalam masa reproduksi yang
dihubungkan dengan kehamilan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Umur < 20 tahun, pada masa ini ibu masih terlalu muda untuk hamil;
2. Umur 20-35 tahun, pada masa ini ibu harus mengatur kesuburan
(menjarangkan kehamilan); dan
3. Umur di atas 35 tahun, pada masa ini ibu sudah harus mengakhiri
kesuburan (tidak hamil lagi) karena ibu sudah terlalu tua untuk hamil.
Umur ibu yang paling aman untuk hamil adalah 20-35 tahun karena pada
wanita mulai umur 20 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya sudah benar-benar
siap untuk menerima kehamilan, juga pada umur tersebut biasanya wanita sudah
merasa siap untuk menjadi ibu (Depkes RI, 2000).
Umur ibu yang beresiko untuk hamil di bedakan menjadi 2 yaitu:
1) Umur kurang dari 20 tahun
Remaja adalah individu antara umur 10-19 tahun. Penyebab utama kematian
pada perempuan berumur 15-19 tahun adalah komplikasi kehamilan,
persalinan, dan komplikasi keguguran. Kehamilan dini mungkin akan
menyebabkan para remaja muda yang sudah menikah merupakan keharusan
sosial (karena mereka diharapkan untuk membuktikan kesuburan mereka),
tetapi remaja tetap menghadapi risiko-risiko kesehatan sehubungan dengan
kehamilan dini dengan tidak memandang status perkawinan mereka. Wanita
hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat
reproduksi untuk hamil. Hal ini dapat memberikan risiko bermakna pada
bayi termasuk cedera pada saat persalinan, berat badan lahir rendah, dan
kemungkinan bertahan hidup yang lebih rendah untuk bayi. Manuaba
(2007), menambahkan bahwa kehamilan remaja dengan usia dibawah 20
tahun mempunyai risiko:
a) Sering mengalami anemia;
b) Gangguan tumbuh kembang janin;
c) Keguguran, prematuritas, atau BBLR;
d) Gangguan persalinan;
e) Preeklampsi; dan
f) Perdarahan antepartum.
10
ANALISIS SPASIAL
Digitasi
Klasifikasi
Overlay
OUTPUT DATA
Peta
Tabel
Informasi
digital
(softcopy)
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2.
3.
4.
INPUT DATA
Data karakteristik Ibu hamil dan Ibu nifas
berisiko tinggi (umur, pendidikan, pekerjaan,
paritas, frekuensi ANC)
Data orang yang memeriksa kehamilan Ibu
Data tempat pemeriksaan kehamilan Ibu
Data jarak tempat tinggal Ibu dengan tempat
pelayanan kesehatan
ANALISIS SPASIAL
OUTPUT DATA
Penyajian informasi berupa :
1. Peta sebaran Ibu hamil dan Ibu nifas berisiko
tinggi
2. Peta sebaran pelayanan kesehatan
3. Peta sebaran karakteristik Ibu hamil dan Ibu nifas
berisiko tinggi
4. Peta sebaran karakteristik Ibu hamil dan Ibu nifas
berisiko tinggi berdasarkan kepatuhan ANC
5. Buffering pelayanan kesehatan
12
13
14
6. Cleaning
Cleaning dilakukan setelah entry data, kegiatan ini dilakukan untuk
mengetahui apakah ada kesalahan/ tidak saat entry data.
b. Analisis Data
Data digital akan dianalisis menggunakan analisis spasial yang dilakukan
melalui tahapan digitasi-klasifikasi-overlay. Proses digitasi adalah dengan
mentransformasikan data dasar/data analog (dalam bentuk hard copy) ke
dalam bentuk peta digital.
16
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
4.1.1 Faktor Pendukung
a. Data Sekunder dari Puskesmas.
b. Masyarakat sekitar membantu peneliti dalam mencari letak rumah
responden.
4.1.2 Faktor Penghambat
a. Letak rumah ibu responden yang sulit untuk ditemukan.
b. Ketidaklengkapan dan kesalahan pada data sekunder.
4.2 Gambaran Umum
Wilayah kerja puskesmas Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang
terdiri dari lima wilayah kelurahan yaitu Kelurahan Meteseh, Tembalang,
Rowosari, Bulusan, Dan Kramas. Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas
Rowosari 39.898 jiwa dengan 11.326 KK kepala keluarga. Dan rincian jumlah
penduduk laki-laki 20.185 jiwa dan perempuan 19.713 jiwa.
17
Gambar 4.1 Gambaran Ibu Hamil Risiko Tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari
18
Gambar 4.2 Gambaran Tempat Pelayanan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas
Rowosari
21
#
#
#
#
Hamil tembalang.shp
Ibu kel tembalang.shp
N
0.7
0.7
1.4
2.1 Kilometers
E
S
23
24
25
4.11 Gambaran Ibu Hamil dan Ibu Nifas Berdasarkan Umur di Wilayah
Kerja Puskesmas Rowosari
Gambar 4.9 Gambaran Ibu Hamil dan Ibu Nifas Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja
Puskesmas Rowosari
Pada gambar diatas, simbol kres (#) berwarna biru muda menunjukkan ibu
hamil dan ibu nifas dengan umur <20 tahun, simbol kres (#) berwarna biru tua
menunjukkan ibu hamil dan ibu nifas dengan umur 20-35 tahun, dan simbol kres
(#) berwarna hijau menunjukkan ibu hamil dan ibu nifas dengan umur >35 tahun.
Sehingga, dapat diketahui bahwa proporsi terbesar umur ibu adalah pada umur 2035 tahun yaitu sebanyak 21 titik ibu hamil dan ibu nifas.
26
Gambar 4.10 Gambaran Ibu Hamil dan Ibu Nifas Berdasarkan Pendidikan di Wilayah
Kerja Puskesmas Rowosari
Pada gambar diatas, simbol kres (#) berwarna merah muda menunjukkan
ibu hamil dan ibu nifas dengan tingkat pendidikan tidak sekolah, simbol kres (#)
berwarna hijau tua menunjukkan ibu hamil dan ibu nifas dengan tingkat
pendidikan SD, simbol kres (#) berwarna hijau muda menunjukkan ibu hamil dan
ibu nifas dengan tingkat pendidikan SMP, simbol kres (#) berwarna ungu
menunjukkan ibu hamil dan ibu nifas dengan tingkat pendidikan SMA, dan
simbol kres (#) berwarna hijau muda menunjukkan ibu hamil dan ibu nifas dengan
tingkat pendidikan Akademi / Perguruan Tinggi. Sehingga, dapat diketahui bahwa
proporsi terbesar tingkat pendidikan ibu adalah pada tingkat pendidikan SMA
yaitu sebanyak 21 titik ibu hamil dan ibu nifas.
27
4.13 Gambaran Ibu Hamil dan Ibu Nifas Berdasarkan Paritas di Wilayah
Kerja Puskesmas Rowosari
Gambar 4.11 Gambaran Ibu Hamil dan Ibu Nifas Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja
Puskesmas Rowosari
Pada gambar diatas, simbol kres (#) berwarna hitam menunjukkan ibu
hamil dan ibu nifas dengan paritas 0, simbol kres (#) berwarna hijau tua
menunjukkan ibu hamil dan ibu nifas dengan paritas 1, simbol kres (#) berwarna
merah muda menunjukkan ibu hamil dan ibu nifas dengan paritas 2, dan simbol
kres (#) berwarna biru muda menunjukkan ibu hamil dan ibu nifas dengan paritas
3. Sehingga, dapat diketahui bahwa proporsi terbesar paritas ibu adalah pada
paritas 1 yaitu sebanyak 12 titik ibu hamil dan ibu nifas.
4.14 Gambaran Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil dan
Ibu Nifas Berisiko Tinggi yang Melakukan Pemeriksaan di BPM
28
Gambar 4.12 Gambaran Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil dan Ibu
Nifas Berisiko Tinggi yang Melakukan Pemeriksaan di BPM
4.15 Gambaran Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil dan
Ibu Nifas Berisiko Tinggi yang Melakukan Pemeriksaan di Puskesmas
Gambar 4.13 Gambaran Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil dan Ibu
Nifas Berisiko Tinggi yang Melakukan Pemeriksaan di Puskesmas
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa semua Ibu hamil dan
Ibu nifas berisiko tinggi yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas termasuk
dalam jangkauan puskesmasdengan jarak jangkauan 1,2 km. Ibu hamil dan Ibu
nifas berisiko tinggi yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas berjumlah 8 Ibu
dengan 4 Ibu mematuhi kunjungan Antenatal Care dan 4 Ibu tidak mematuhi
kunjungan Antenatal Care. Tidak semua Ibu patuh akan kunjungan Antenatal
Care walaupun jarak tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan dekat.
Keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesehatan akan
mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan. Jarak juga merupakan komponen
kedua yang memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan seseorang untuk
memanfaatkan pelayanan pengobatan.
30
4.16 Gambaran Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil dan
Ibu Nifas Berisiko Tinggi Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Rowosari
Gambar 4.14 Gambaran Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil dan Ibu
Nifas Berisiko Tinggi Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas
Rowosari
4.17 Gambaran Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Ibu Hamil dan Ibu
Nifas Berisiko Tinggi Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas
Rowosari
31
Gambar 4.15 Gambaran Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Ibu Hamil dan Ibu Nifas
Berisiko Tinggi Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari
32
4.18 Gambaran Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil dan
Ibu Nifas Berisiko Tinggi Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja Puskesmas
Rowosari
Gambar 4.16 Gambaran Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil dan Ibu
Nifas Berisiko Tinggi Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari
33
sering memeriksakan kehamilan dan ibu dengan paritas rendah yang kurang
memanfaatkan pelayanan Antenatal Care.
34
BAB V
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian pola persebaran faktor ibu hamil dan ibu
hamil berisiko tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari, diketahui
bahwa proporsi ibu hamil dan nifas berisiko tinggi berdasarkan kelurahan
terbanyak terdapat di kelurahan Rowosari yaitu sebanyak 18 ibu, proporsi
umur terbanyak adalah pada umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 21, proporsi
tingkat pendidikan terbanyak adalah pada SMA yaitu sebesar 21, proporsi
terbesar paritas ibu adalah pada paritas 1
2. Proporsi kunjungan Antenatal Care yang patuh dan tidak patuh lebih
banyak pada kelompok umur 20 35 tahun.
3. Proporsi kunjungan Antenatal Care yang patuh dan tidak patuh dari
seluruh pendidikan formal didominasi oleh Ibu dengan pendidikan formal
tingkat SMA
4. Proporsi kunjungan ANC yang tidak patuh lebih banyak pada Ibu dengan
paritas satu kali.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Puskesmas Rowosari
Petugas kesehatan puskesmas sebaiknya memberikan penyuluhan kepada
ibu hamil akan pentingnya patuh melakukan ANC. Melakukan pengukuran atau
pencatatan riwayat kehamilan dilaksanakan secara terpadu dan konsisten dalam
paket ANC serta meningkakan peran sebagai edukator dan konselor,
meningkatkan pemberian informasi, motivasi dan konseling pada ibu hamil
pada kegiatan ANC.
Pihak puskesmas hendaknya melengkapi dan memperbaiki pendataan
mengenai Ibu hamil dan Ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Rowosari..
6.2.2 Bagi Peneliti
Mampu mengoptimalkan dalam penelitian selanjutnya mengenai faktorfaktor Ibu hamil dan Ibu nifas yang belum terkait pada kepatuhan kunjungan
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Br. Sembiring, Aritha. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya
Kehamilan Dengan Kepatuhan Kunjungan ANC Di Klinik Dina Broko
Ujung Lingkungan XX Medan Tahun 2013
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2014, Semarang, 2014.
Dinas Kesehatan Kota Semarang, Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2014,
Semarang, 2015.
Inayah Nur. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal Care Di Puskesmas Minasa Upa Kota Makassar Tahun 2013.
Kementerian Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, Jakarta,
2015.
Murniati. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan
Pelayanan Antenatal Oleh Ibu Hamil Di Kabupaten Aceh Tenggara. Tesis
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Ninik Christiani, Chichik Nirmasari. 2014.Hubungan Usia Ibu Hamil Terhadap
Kepatuhan ANC di Puskesmas Suruh, Kabupaten Semarang.
Pangerti Jekti, Rabea. Hubungan Antara Kepatuhan Antenatal Care Dengan
Pemilihan
Penolong
Persalinan.
Jakarta:
Badan
Penelitian
dan
37