Pengertian Imunisasi
Pengertian Imunisasi
Keterangan
BCG
Hepatitis B
Polio
DPT
Dan berikut beberapa jenis vaksin penting namun belum diwajibkan oleh
pemerintah:
Jenis Vaksin
Keterangan
Hib
MMR
Hepatitis A
Tifoid
Pneumokokus (PCV)
Influenza
Jadwal Imunisasi
Yang perlu diperhatikan bagi ibu adalah agar mengimunisasi anak sedini
Pengertian HIV AIDS atau Definisi Lengkap Tentang HIV & AIDS
Berikut beberapa tanda gejala HIV AIDS yang perlu kita waspadai :
Penurunan Berat Badan Dengan Cepat. Penurunan berat badan ini biasanya
tanpa ada sebab yang jelas. Hal ini karena biasanya pada penderita penyakit ini
akan mulai kehilangan selera makannya. Walaupun makan dengan banyak kalori,
karbohidrat, bergizi tetapi berat badan akan tetap menurun.
Demam dan flu yang tidak kunjung sembuh. Seseorang tersebut akan
mengalami demam yang berkelanjutan dan hilang timbul dan biasanya demam
mencapai lebih dari 39 derajat celcius dan tak sembuh setelah kita berikan
beberapa jenis obat antipiretika (penurun panas).
Diare Yang Tak Kunjung Sembuh. Bila kita menjumpai seseorang yang mengalami
diare berkepanjangan dan telah mendapatkan berbagai macam pemberian obat
atau pun antibiotik belum juga sembuh, maka hal ini patut kita curigai dan
Seks bebas dengan penderita yang positif mengidap HIV. Maka bagi para pelaku
seks bebas biasanya akan menggunakan salah satu alat kontrasepsi yaitu
kondom. Maka ketika menteri kesehatan baru Indonesia yang dilantik
menggantikan Endang Rahayu Sedyaningsih pada tanggal 14 Juni 2012 lalu
ketika mengkampanyekan pemakaian kondom ini menuai kontroversial. Karena
banyak juga masyarakat yang menilai bahwa kampanye pemakai kondom
kontroversial tersebut akan bisa membuat persepsi bahwa hal tersebut
menghalalkan akan adanya seks bebas pula.
Mendapatkan transfusi darah yang tercemar akan virus HIV.
Penggunaan jarum suntik yang bergantian, penggunaan jarum tindik atau pun
pembuatan tatto yang telah tercemar virus HIV. Dalam hal penggunaan jarum
suntik, maka para pemakai narkoba yang menggunakan jarum suntik sebagai
medianya adalah termasuk dalam golongan orang yang mempunyairesiko tinggi
tertular penyakit AIDS ini.
dari ibu hamil yang positif HIV AIDS kepada janin yang dikandungnya. Sehingga
bila bayi tersebut lahir maka sang bayi akan bisa mengidap pula penyakit yang
serupa.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan dalam mencegah penyakit HIV AIDS ini.
Langkah-langkah pencegahan HIV AIDS yang bisa dilakukan adalah dengan
cara :
Setia terhadap pasangan kita (pasangan suami istri). Jangan sampai kita
melakukan seks bebas. Karena selain hal tersebut dilarang agama dan termasuk
perbuatan dosa besar, dampak negatif dari seks bebas salah satunya adalah
penyebaran penyakit ini yang dari tahun ke tahun jumlah penderitanya semakin
meningkat. Fenomena gunung es juga menggambarkan bahwa banyak penderita
AIDS yang tidak terdeteksi.
Bagi para tenaga kesehatan yang berhubungan erat dengan pasien, maka
kewaspadaan ekstra harus tetap dilakukan. Karena penularan penyakit HIV AIDS
adalah melalui perantara produk darah dan cairan tubuh, maka harus dilakukan
dengan cara Kewaspadaan Universal (Universal Precaution). Kewaspadaan
Universal adalah panduan mengenai pengendalian infeksi yang dikembangkan
untuk melindungi para pekerja di bidang kesehatan dan para pasiennya sehingga
dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan
tubuh tertentu. Bisa dilakukan dengan cara hand hygiene, melakukan desinfeksi
instrumen kerja dan peralatan yang terkontaminasi, cara penanganan dan
pembuangan barang-barang tajam dengan benar.
Pengobatan serta perawatan penyakit ini dilakukan dengan berbagai tahapan
dan juga sejumlah unsur yang berbeda, yang meliputi konseling dan tes mandiri
(VCT), dukungan bagi pencegahan penularan HIV, konseling tindak lanjut, saransaran mengenai makanan dan gizi, pengobatan IMS, pengelolaan efek nutrisi,
pencegahan dan perawatan infeksi oportunistik (IOS), dan pemberian obat
antiretroviral.
Faktor risiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum
diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko
terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko
utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode
antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama
merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi
dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur.
Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause
sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya
perubahan klinis.
Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker
payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa
terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna
terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun
tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita
yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi
untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive
terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak
atau menjadi ganas.
Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis,
tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan
papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia
atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap
kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan
kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet
terhadap terjadinya keganasan ini.
Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko
terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8
tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko
kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun
Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang
dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier
dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan komponen
yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker atau sitokina
dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh
sel kanker melalui mekanisme kemotaksis. Tidak hanya sel kanker pada
payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah
pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obatobatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
Lintasan metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan
resorpsi tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang
diinduksi oleh ovarian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolisme
tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker
payudara menuju tulang.[17] Walaupun pada umumnya asupan asam bifosfonat
dapat ditoleransi tubuh, penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan
efek samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal.
CT dapat menginduksi sel kanker payudara untuk memproduksi cAMP dan
menghambat perkembangan sel kanker.[19] Molekul cAMP tersebut terbentuk
dari ekspresi pencerap CT yang terhubung adenylate cyclase oleh paling tidak
satu buah guanine nucleotide-binding protein. Respon cAMP terhadap CT dapat
menurun ketika sel terinkubasi senyawa mitogenik berupa 17beta-estradiol dan
EGF; dan meningkat seiring inkubasi senyawa penghambat pertumbuhan seperti
tamoxifen dan 1,25(OH)2D3; serta oligonukleotida dan proto-onkogen c-myc.
Namun penggunaan tamoxifen meningkatkan risiko terjadi polip endometrial,
hiperplasia dan kanker, melalui mekanisme adrenomedulin.
Respon berupa produksi cAMP yang kuat, tidak ditemukan pada senyawa selain
CT. Senyawa efektor adenylate cyclase seperti forskolin dan senyawa betaadrenergic receptor agonist seperti isoproterenol hanya menghasilkan sedikit
produksi cAMP.
Pada sel MDA-MB-231, CT akan menginduksi fosforilasi c-Raf pada serina posisi
ke 259 melalui lintasan protein kinase A dan menyebabkan terhambatnya
fosforilasi ERK1/2 yang diperlukan bagi kelangsungan hidup sel MDA-MB-231,[21]
dan menghambat ekspresi mRNA uPA yang diperlukan sel MDA-MB-231 untuk
invasi dan metastasis. Walaupun demikian kalsitonin tidak mempunyai efek yang
signifan untuk menghambat proliferasi sel MCF-7. Apoptosis sel MDA-MB-231
juga diinduksi oleh asam lipoat yang menghambat fosforilasi Akt dan mRNA AKT,
aktivitas Bcl-2 dan protein Bax, MMP-9 dan MMP-2, serta meningkatkan aktivitas
kaspase-3.
Strategi pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok
besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir
setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian
penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula
pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara
rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid
normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder
dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus
mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki
akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terusmenerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan
mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara
lai
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
setiap tahu.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai
usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih
sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk
mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan
mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara
sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan
meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun
tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker
telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.