Anda di halaman 1dari 14

Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh


dengan cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah
dilemahkan, dibunuh, atau bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah
dimodifikasi.
Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan atau diminum (oral).
Setelah vaksin masuk ke dalam tubuh, sistem pertahanan tubuh akan bereaksi
membentuk antibodi. Reaksi ini sama seperti jika tubuh kemasukan virus atau
bakteri yang sesungguhnya. Antibodi selanjutnya akan membentuk imunitas
terhadap jenis virus atau bakteri tersebut.
Imunisasi sangat penting untuk melindungi bayi dari penyakit-penyakit menular
yang bahkan bisa membahayakan jiwa. (Baca juga: 7 Penyakit yang Dapat
Dicegah dengan Imunisasi). Di Indonesia, imunisasi bayi dan anak
dikelompokkan menjadi dua. Kelompok pertama berisi jenis imunisasi yang
diwajibkan oleh pemerintah melalui program pengembangan imunisasi (PPI).
Kelompok imunisasi yang diwajibkan ini dibiayai seluruhnya oleh pemerintah.
Oleh karena itu vaksin-vaksin tersebut bisa diperoleh masyarakat luas secara
gratis di Puskesmas dan Posyandu. Kelompok kedua adalah vaksin-vaksin yang
dianjurkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jenis vaksin dalam
kelompok ini belum diwajibkan pemerintah.
Jenis-jenis Imunisasi
Berikut jenis-jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan bisa didapat
secara gratis di Puskesmas atau Posyandu:
Jenis Vaksin

Keterangan

BCG

Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) dapat diberikan sejak


lahir. Imunisasi ini betujuan untuk memberikan kekebalan tubuh
terhadap penyakit tubercolocis (TBC). Apabila vaksin BCG akan
diberikan pada bayi di atas usia 3 bulan, ada baiknya dilakukan
dulu uji tuberkulin. BCG boleh diberikan apabila hasil tuberkulin
negatif.

Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam waktu


12 jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1
bulan dan 3 hingga 6 bulan. Jarak antara dua imunisasi
Hepatitis B minimal 4 minggu. Imunisasi ini untukmencegah
penyakit Hepatitis B.

Polio

Imunisasi Polio diberikan untuk mencegah poliomielitis yang


bisa menyebabkan kelumpuhan.

DPT

Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi untuk mencegah penyakit

difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Ketiga penyakit ini


sangat mudah menyerang bayi dan anak. Imunisasi DPT
diberikan pada bayi umur lebih dari 6 minggu. Vaksin DPT dapat
diberikan secara simultan (bersamaan) dengan vaksin Hepatits
B. Ulangan DPT diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Usia
12 tahun mendapat vaksin TT (tetanus) melalui program Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Campak

Vaksin Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, lalu Campak-2


pada usia 6 tahun melalui program BIAS.

Dan berikut beberapa jenis vaksin penting namun belum diwajibkan oleh
pemerintah:
Jenis Vaksin

Keterangan

Hib

Pemberian Vaksin Hib (Haemophilus influenzae tipe B)


ditujukan untuk mencegah penyakit meningitis atau radang
selaput otak. Vaksin Hib diberikan mulai usia 2 bulan
dengan jarak pemberian dari vaksin pertama ke vaksin
lanjutannya adalah 2 bulan. Vaksin ini dapat diberikan
secara terpisah ataupun kombinasi dengan vaksin lain.

MMR

Vaksin MMR diberikan untuk mencegah penyakit


gondongan (mumps), campak (measles), dan campak
jerman (rubela). MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan
apabila belum mendapat imunisasi campak di umur 9
bulan. Umur 6 tahun diberikan imunisasi ulangannya.

Hepatitis A

Vaksin ini direkomendasikan pada usia diatas 2 tahun,


diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 6 sampai 12
bulan.

Tifoid

Vaksin Tifoid direkomendasikan untuk usia diatas 2 tahun.


Imunisasi ini diulang setiap 3 tahun.

Pneumokokus (PCV)

Apabila hingga usia di atas 1 tahun belum mendapatkan


PCV, maka vaksin diberikan sebanyak 2 kali dengan interval
2 bulan. Pada umur 2 hingga 5 tahun diberikan satu kali.

Influenza

Anak usia dibawah 8 tahun yang diimunisasi influenza


untuk yang pertama kalinya direkomendasikan 2 dosis
dengan jarak minimal 4 minggu.

Jadwal Imunisasi
Yang perlu diperhatikan bagi ibu adalah agar mengimunisasi anak sedini

mungkin. Sebelum melahirkan, berkonsultasilah dengan dokter atau bidan


mengenai jadwal imunisasi sehingga segera setelah bayi lahir dapat
memperoleh imunisasi yang tepat. Selain itu, selalu tepat jadwal dalam
mengimunisasi anak, ini untuk mendapatkan hasil yang efektif.
Berikut diagram jadwal imunisasi yang tepat bagi bayi Anda:

Pengertian HIV AIDS atau Definisi Lengkap Tentang HIV & AIDS

Pengertian HIV AIDS atau definisi lengkap tentang HIV


& AIDS menurut para ahli medis dan WHO. Seperti yang sering kita dengar
sehari-hari, HIV-AIDS ini merupakan jenis penyakit manusia yang sangat
mematikan di dunia dan hingga sekarang belum ditemukan obatnya. Berikut
penjelasan dasar mengenai penyakit ini:

Pengertian HIV merupakan singkatan dari 'Human Immunodeficiency Virus'. HIV


adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang
manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh
menjadi lemah dalam melawan infeksi. Dengan kata lain, kehadiran virus ini
dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun.
Atau HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh
manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages komponen-komponen

utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya.


Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan
sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi
kekebalan tubuh. Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut
tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakitpenyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi
lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang
menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit
yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai "infeksi
oportunistik" karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan
tubuh yang melemah.
Pengertian AIDS
Definisi AIDS adalah singkatan dari 'Acquired Immunodeficiency Syndrome /
Acquired Immune Deficiency Syndrome' yang menggambarkan berbagai gejala
dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV
telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan
timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah
berkembang menjadi AIDS.
Seberapa cepat HIV bisa berkembang menjadi AIDS ?
Lamanya dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan
gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS
dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi
antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan
jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.

Berikut beberapa tanda gejala HIV AIDS yang perlu kita waspadai :
Penurunan Berat Badan Dengan Cepat. Penurunan berat badan ini biasanya
tanpa ada sebab yang jelas. Hal ini karena biasanya pada penderita penyakit ini
akan mulai kehilangan selera makannya. Walaupun makan dengan banyak kalori,
karbohidrat, bergizi tetapi berat badan akan tetap menurun.
Demam dan flu yang tidak kunjung sembuh. Seseorang tersebut akan
mengalami demam yang berkelanjutan dan hilang timbul dan biasanya demam
mencapai lebih dari 39 derajat celcius dan tak sembuh setelah kita berikan
beberapa jenis obat antipiretika (penurun panas).
Diare Yang Tak Kunjung Sembuh. Bila kita menjumpai seseorang yang mengalami
diare berkepanjangan dan telah mendapatkan berbagai macam pemberian obat
atau pun antibiotik belum juga sembuh, maka hal ini patut kita curigai dan

waspadai bahwasannya seseorang tersebut tengah menderita salah satu gejala


HIV. Apalagi bila faktor resiko banyak terdapat pada seseorang tersebut.
Cepat Merasa Lelah. Karena jenis virus menyerang sistem kekebalan tubuh maka
penderita HIV AIDS ini akan cepat merasakan lelah walaupun dalam aktifitas
yang tak terlalu banyak.
Hanya saja tanda ciri di atas bila terdapat pada diri seseorang kita juga tak boleh
langsung memvonis bahwa seseorang tersebut mengidap penyakit AIDS, harus
ada beberapa pemeriksaan lebih lanjut untuk bisa membuktikan kebenaran akan
diagnosa penyakit yang satu ini.
Ada beberapa cara penularan penyakit ini. Cara penularan AIDS HIV bisa melalui
perantara sebagai berikut :

Seks bebas dengan penderita yang positif mengidap HIV. Maka bagi para pelaku
seks bebas biasanya akan menggunakan salah satu alat kontrasepsi yaitu
kondom. Maka ketika menteri kesehatan baru Indonesia yang dilantik
menggantikan Endang Rahayu Sedyaningsih pada tanggal 14 Juni 2012 lalu
ketika mengkampanyekan pemakaian kondom ini menuai kontroversial. Karena
banyak juga masyarakat yang menilai bahwa kampanye pemakai kondom
kontroversial tersebut akan bisa membuat persepsi bahwa hal tersebut
menghalalkan akan adanya seks bebas pula.
Mendapatkan transfusi darah yang tercemar akan virus HIV.
Penggunaan jarum suntik yang bergantian, penggunaan jarum tindik atau pun
pembuatan tatto yang telah tercemar virus HIV. Dalam hal penggunaan jarum
suntik, maka para pemakai narkoba yang menggunakan jarum suntik sebagai
medianya adalah termasuk dalam golongan orang yang mempunyairesiko tinggi
tertular penyakit AIDS ini.
dari ibu hamil yang positif HIV AIDS kepada janin yang dikandungnya. Sehingga
bila bayi tersebut lahir maka sang bayi akan bisa mengidap pula penyakit yang
serupa.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan dalam mencegah penyakit HIV AIDS ini.
Langkah-langkah pencegahan HIV AIDS yang bisa dilakukan adalah dengan
cara :
Setia terhadap pasangan kita (pasangan suami istri). Jangan sampai kita
melakukan seks bebas. Karena selain hal tersebut dilarang agama dan termasuk
perbuatan dosa besar, dampak negatif dari seks bebas salah satunya adalah
penyebaran penyakit ini yang dari tahun ke tahun jumlah penderitanya semakin
meningkat. Fenomena gunung es juga menggambarkan bahwa banyak penderita
AIDS yang tidak terdeteksi.
Bagi para tenaga kesehatan yang berhubungan erat dengan pasien, maka

kewaspadaan ekstra harus tetap dilakukan. Karena penularan penyakit HIV AIDS
adalah melalui perantara produk darah dan cairan tubuh, maka harus dilakukan
dengan cara Kewaspadaan Universal (Universal Precaution). Kewaspadaan
Universal adalah panduan mengenai pengendalian infeksi yang dikembangkan
untuk melindungi para pekerja di bidang kesehatan dan para pasiennya sehingga
dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan
tubuh tertentu. Bisa dilakukan dengan cara hand hygiene, melakukan desinfeksi
instrumen kerja dan peralatan yang terkontaminasi, cara penanganan dan
pembuangan barang-barang tajam dengan benar.
Pengobatan serta perawatan penyakit ini dilakukan dengan berbagai tahapan
dan juga sejumlah unsur yang berbeda, yang meliputi konseling dan tes mandiri
(VCT), dukungan bagi pencegahan penularan HIV, konseling tindak lanjut, saransaran mengenai makanan dan gizi, pengobatan IMS, pengelolaan efek nutrisi,
pencegahan dan perawatan infeksi oportunistik (IOS), dan pemberian obat
antiretroviral.

Cara mencegah HIV - AIDS


1. Hindari Kontak dengan Darah yang terinfeksi HIV Cara yang paling umum
untuk menularkan HIV adalah melalui kontak dengan darah dari orang yang
terinfeksi HIV. Transfusi, atau kontak dengan luka, dapat menyebabkan virus
menyebar dari satu orang ke orang lain. Transmisi dengan darah dapat dengan
mudah dihindari melalui tes darah dan menghindari kontak dengan luka jika
seseorang positif terinfeksi HIV, jika Anda harus berurusan dengan luka dari
pengidap HIV/ AIDS, pastikan untuk memakai pakaian pelindung seperti sarung
tangan karet.
2. Hati-hati dengan Jarum suntik dan peralatan Bedah Obat infus, jarum suntik
dan peralatan tato dapat menjadi sumber infeksi HIV. Jarum tato senjata,, dan
pisau cukur adalah alat yang berpaparan langsung dengan darah orang yang
terinfeksi. Berikut adalah beberapa hal yang harus Anda perhatikan ketika
menggunakan jarum dan peralatan bedah:
* Jangan menggunakan kembali Alat suntik sekali pakai.
* Bersihkan dan cuci peralatan bedah sebelum menggunakannya.
* Jika Anda ingin tato, pastikan itu dilakukan oleh sebuah toko tato bersih dan
sanitasi.
* Hindari penggunaan obat-obat terlarang dan zat yang dikendalikan intravena.
3. Gunakan Kondom Cara lain untuk penularan HIV adalah melalui kontak seksual
tidak terlindungi. kondom adalah baris pertama pertahanan Anda untuk
menghindari terinfeksi HIV. Hal ini sangat penting untuk menggunakan kondom
saat berhubungan seks, tidak hanya akan mengurangi kemungkinan terinfeksi
HIV, tetapi juga dapat melindungi diri dari infeksi menular seksual lainnya.
kondom Lateks adalah yang terbaik, tetapi Anda juga dapat menggunakan
kondom polyurethane. Jangan menggunakannya kembali dan pastikan bahwa

tidak ada yang rusak di hambatan saat menggunakannya.


4. Hindari Seks Bebas HIV dan AIDS yang lebih lazim untuk orang dengan banyak
pasangan seksual. Jika Anda hanya memiliki satu pasangan seksual, Anda secara
dramatis dapat meminimalkan kemungkinan tertular HIV atau mendapatkan
AIDS. Namun itu tidak berarti bahwa Anda dapat berhenti menggunakan
kondom, Anda masih harus melakukan seks dilindungi bahkan jika Anda setia
pada pasangan seksual Anda.

Kanker Payudara : Pengertian, Gejala


dan Pencegahan

Kanker payudara (Carcinoma mammae) dalam bahasa


inggrisnya disebutbreast cancer merupakan kanker pada jaringan payudara.
Kanker ini paling umum menyerang wanita, walaupun laki-laki juga punya
potensi terkena akan tetapi kemungkinan sangat kecil dengan perbandingan 1
diantara 1000.
Kanker ini terjadi karena pada kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian
dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat dan tidak terkendali, atau kanker payudara sering didefinisikan
sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma.
Penyakit ini diklasifikasikan Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam
urutan 17.
Fase
Penyebaran penyakit ini sering disebut dengan isntilah Transformasi, sebagai
fase pertumbuhan penyakit, yaitu terdiri dari fase inisiasi dan fase Promosi, dan
fase metastasis
Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan
kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel
memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik
dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih
rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.

Progesteron, sebuah hormon yang menginduksi ductal side-branching pada


kelenjar payudara dan lobualveologenesis pada sel epitelial payudara,
diperkirakan berperan sebagai aktivator lintasan tumorigenesis pada sel
payudara yang diinduksi oleh karsinogen. Progestin akan menginduksi transkripsi
regulator siklus sel berupa siklin D1 untuk disekresi sel epitelial. Sekresi dapat
ditingkatkan sekitar 5 hingga 7 kali lipat dengan stimulasi hormon estrogen, oleh
karena estrogen merupakan hormon yang mengaktivasi ekspresi pencerap
progesteron pada sel epithelial. Selain itu, progesteron juga menginduksi sekresi
kalsitonin sel luminal dan morfogenesis kelenjar
Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
Fase metastasis
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker
payudara, beberapa diantaranya disertai komplikasi lain seperti simtoma
hiperkalsemia, pathological fractures atau spinal cord compression. Metastasis
demikian bersifat osteolitik, yang berarti bahwa osteoklas hasil induksi sel
kanker merupakan mediator osteolisis dan mempengaruhi diferensiasi dan
aktivitas osteoblas serta osteoklas lain hingga meningkatkan resorpsi tulang.
Tulang merupakan jaringan unik yang terbuat dari matriks protein yang
mengandung kalsium dengan kristal hydroxyappatite sehingga mekanisme yang
biasa digunakan oleh sel kanker untuk membuat ruang pada matriks
ekstraselular dengan penggunaan enzim metaloproteinase matriks tidaklah
efektif. Oleh sebab itu, resorpsi tulang yang memungkinkan invasi neoplastik
terjadi akibat interaksi antara sel kanker payudara dengan sel endotelial yang
dimediasi oleh ekspresi VEGF. VEGF merupakan mitogen angiogenik positif yang
bereaksi dengan sel endotelial. Tanpa faktor angiogenik negatif seperti
angiostatin, sel endotelial yang berinteraksi dengan VEGF sel kanker melalui
pencerap VEGFR-1 dan VEGFR-2, akan meluruhkan matriks ekstraselular,
bermigrasi dan membentuk tubulus.
Gejala klinis
Ada beberapa Gejala secara klinis kanker payudara dapat berupa:
Benjolan pada payudara
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mulamula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
Erosi atau eksema puting susu

Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi),


berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga
kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau dorange), mengkerut, atau timbul borok
(ulkus) pada payudara. Borok itu semakin lama akan semakin besar dan
mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau
busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:
Pendarahan pada puting susu;
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar,
sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.
Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema)
pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990).
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria
operbilitas Heagensen sebagai berikut
terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
adanya nodul satelit pada kulit payudara;
kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;
terdapat model parasternal;
terdapat nodul supraklavikula;
adanya edema lengan;
adanya metastase jauh;
serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema
kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila
berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama
lain.
Keluarnya cairan (Nipple discharge)
Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu secara spontan dan
tidak normal. Cairan yang keluar disebut normal apabila terjadi pada wanita
yang hamil, menyusui dan pemakai pil kontrasepsi. Seorang wanita harus
waspada apabila dari puting susu keluar cairan berdarah cairan encer dengan
warna merah atau coklat, keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu,
berlangsung terus menerus, hanya pada satu payudara (unilateral), dan cairan
selain air susu.
Faktor-faktor penyebab

Faktor risiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum
diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko
terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko
utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode
antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama
merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi
dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur.
Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause
sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya
perubahan klinis.
Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker
payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa
terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna
terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun
tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita
yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi
untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive
terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak
atau menjadi ganas.
Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis,
tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan
papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia
atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap
kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan
kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet
terhadap terjadinya keganasan ini.
Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko
terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8
tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko
kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun
Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang
dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier
dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan komponen
yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk

kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang


keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa
kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1,
yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi
kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur
70 tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara
terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun.
Faktor Genetik
Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik yang
diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah
adanya mutasi pada beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan
kanker payudara gen yang dimaksud adalah beberapa gen yang bersifat
onkogen dan gen yang bersifat mensupresi tumor.
Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan kanker
payudara diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.
Pengobatan kanker
Ada beberapa pengobatan kanker payudara secara klinis medis yang
penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit (Tjindarbumi,
1994), yaitu:
Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi
(Hirshaut & Pressman, 1992):
Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan
di sekitar ketiak.
Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja,
tetapi bukan kelenjar di ketiak.
Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.
Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang
mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti
dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada
pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel
kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek
pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di
sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun
sebagai akibat dari radiasi.

Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker atau sitokina
dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh
sel kanker melalui mekanisme kemotaksis. Tidak hanya sel kanker pada
payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah
pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obatobatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
Lintasan metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan
resorpsi tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang
diinduksi oleh ovarian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolisme
tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker
payudara menuju tulang.[17] Walaupun pada umumnya asupan asam bifosfonat
dapat ditoleransi tubuh, penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan
efek samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal.
CT dapat menginduksi sel kanker payudara untuk memproduksi cAMP dan
menghambat perkembangan sel kanker.[19] Molekul cAMP tersebut terbentuk
dari ekspresi pencerap CT yang terhubung adenylate cyclase oleh paling tidak
satu buah guanine nucleotide-binding protein. Respon cAMP terhadap CT dapat
menurun ketika sel terinkubasi senyawa mitogenik berupa 17beta-estradiol dan
EGF; dan meningkat seiring inkubasi senyawa penghambat pertumbuhan seperti
tamoxifen dan 1,25(OH)2D3; serta oligonukleotida dan proto-onkogen c-myc.
Namun penggunaan tamoxifen meningkatkan risiko terjadi polip endometrial,
hiperplasia dan kanker, melalui mekanisme adrenomedulin.
Respon berupa produksi cAMP yang kuat, tidak ditemukan pada senyawa selain
CT. Senyawa efektor adenylate cyclase seperti forskolin dan senyawa betaadrenergic receptor agonist seperti isoproterenol hanya menghasilkan sedikit
produksi cAMP.
Pada sel MDA-MB-231, CT akan menginduksi fosforilasi c-Raf pada serina posisi
ke 259 melalui lintasan protein kinase A dan menyebabkan terhambatnya
fosforilasi ERK1/2 yang diperlukan bagi kelangsungan hidup sel MDA-MB-231,[21]
dan menghambat ekspresi mRNA uPA yang diperlukan sel MDA-MB-231 untuk
invasi dan metastasis. Walaupun demikian kalsitonin tidak mempunyai efek yang
signifan untuk menghambat proliferasi sel MCF-7. Apoptosis sel MDA-MB-231
juga diinduksi oleh asam lipoat yang menghambat fosforilasi Akt dan mRNA AKT,
aktivitas Bcl-2 dan protein Bax, MMP-9 dan MMP-2, serta meningkatkan aktivitas
kaspase-3.
Strategi pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok
besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir
setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian

penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula
pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara
rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid
normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder
dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus
mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki
akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terusmenerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan
mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara
lai
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
setiap tahu.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai
usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih
sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk
mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan
mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara
sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan
meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun
tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker
telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.

Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik


dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.
Pengobatan dan Pencegahan dengan Herbal
Pengobatan maupun pencegahan selain secara medis klinis, juga dilakukan
dengan alternatif dengan menggunakan herbal kapsul daun sirsak.
Pengobatan
Minum kapsul daun sirsak 3 butir sekali minum pada pagi, siang, sore (3 kali)
selama 3 minggu.
Pencegahan
Minum kapsul daun sirsak 3 butir pil sekali minum, sehari cukup sekali saja.
Sebaiknya diminum sore hari atau menjelang tidur.
(disunting dari berbagai sumber)

Anda mungkin juga menyukai