Anda di halaman 1dari 13

Biologi Faisal Nento (UNG)

SEMPURNA ITU ADALAH APA ADANYA!!!

Sabtu, 30 Juni 2012


Biologi Sel (Makalah Kloroplas)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kloroplas adalah plastid yang mengandung klorofil. Di dalam kloroplas berlangsung
fase terang dan fase gelap dari fotosintesis tumbuhan. Kloroplas terdapat pada hampir seluruh
tumbuhan, tetapi tidak umum dalam semua sel. Bila ada, maka tiap sel dapat memiliki satu
sampai banyak plastid. Pada tumbuhan tingkat tinggi umumnya berbentuk cakram (kira-kira
2 x 5 mm, kadang-kadang lebih besar), tersusun dalam lapisan tunggal
dalam sitoplasma tetapi bentuk dan posisinya berubah-ubah sesuai dengan intensitas cahaya.
Pada ganggang, bentuknya dapat seperti mangkuk, spiral, bintang menyerupai jaring,
seringkali disertai pirenoid. Kloroplas matang pada beberapa ganggang, biofita, dan likopoda,
serta dapat memperbanyak diri dengan pembelahan. Kloroplas terjadi melalui pertumbuhan
dan pembelahan proplastid di daerah meristem. Secara khas kloroplas dewasa mencakup dua
membran luar yang menyangkut stroma homogen, di sinilah berlangsung reaksi-reaksi fase
gelap. Dalam stroma tertanam sejumlah grana, masing-masing terdiri atas setumpuk tilakoid
yang berupa gelembung bermembran, pipih dan diskoid (seperti cakram). Membran tilakoid
menyimpan pigmen-pigmen fotosintesis dan sistem transpor elektron yang terlibat dalam fase
fotosintesis yang bergantung pada cahaya. Grana biasanya terkait dengan lamela intergrana
yang bebas pigmen. Prokariota yang berfotosintesis tidak mempunyai kloroplas, tilakoid yang
banyak itu terletak bebas dalam sitoplasma dan memiliki susunan yang beragam dengan
bentuk yang beragam pula. Kloroplas mengandung DNA lingkar dan mesin sintesis protein,
termasuk ribosom dari tipe prokariotik (Abererombie, dkk, 1993).
Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang mempunyai
klorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari (dalam bentuk foton) ditangkap dan
diubah menjadi energi kimia (ATP dan NADPH). Energi kimia ini akan digunakan untuk
fotosintesa karbohidrat dari air dan karbondioksida. Seluruh molekul organik lainnya dari
tanaman disintesa dari energi, dan adanya organisme hidup lainnya tergantung pada
kemampuan tumbuhan atau bakteri fotosintetik untuk berfotosintesis (Abererombie, dkk,
1993).
Klorofil adalah pigmen hijau fotosintesis yang terdapat dalam tanaman, algae dan
cyanobakteria. Nama klorofil barasal dari bahasa Yunani, yaitu chlorophyll (choloros =
green (hijau) dan phyllon = leaf (daun)). Fungsi klorofil pada tanaman adalah menyerap
energi dari sinar matahari untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis adalah
Proses perubahan zat anorganik H2O dan CO2 oleh klorofil dengan bantuan cahaya/sinar
matahari menjadi zat organik karbohidrat. Reaksi dari fotosintesis dapat dituliskan pada
persamaan sebagai berikut:
6CO2 + 12H2O + energi cahaya klorofil

C6H12O6 + 6O2 + 6H2O

1.
2.
3.
4.

Dalam persamaan ini dihasilkan bahan organik yang mengandung energi kimia
potensial dan oksigen. Oleh karena itu, dalam fotosintesis energi radiasi cahaya diubah
menjadi energi kimia dalam senyawa organik yang stabil (semacam karbohidrat). Proses
fotosintesis merupakan bagian penting bagi kehidupan, karena:
Sebagai sumber energi bagi semua mahluk hidup.
Pertumbuhan dan hasil tumbuh dipengaruhi oleh kecepatan fotosintesis.
Diperlukan untuk sintesis berbagai senyawa organik yang dibutuhkan.
Menyediakan oksigen bagi kehidupan.
Fotosintesis berlangsung di kloroplas, yang mana pada bagian ini mengandung
banyak pigmen klorofil. Klorofil dapat dibedakan menjadi bebrapa tipe, yaitu: klorofil a, b,
c, d dan tipe e. Pembagian tersebut adalah berdasarkan rantai samping yang mengingat inti
porfitinnya. Jenis klorofil yang paling banyak ditemukan pada tumbuhan tingkat tinngi
adalah jenis a dan b. Klorofil a biasanya adalah untuk sinar hijau biru, sementara klorofil b
untuk sinar kunig hijau. Klorofil lain (jenis c, d, e) ditemukan hanya pada alga dan
dikombinasikan dengan klorofil a (Subandi, 2008).

B.

Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini antara lain, sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur dari kloroplas?
2. Bagaimana keterkaitan antara kloroplas dan fotosintesis?
3. Bagaimana metabolisme karbon dalam fotosintesis?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini diantaranya, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui struktur kloroplas.
2. Untuk mengetahui keterkaitan antara kloroplas dan fotosintesis.
3. Untuk mengetahui metabolisme karbon dalam fotosintesis.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Kloroplas
Kloroplas terdiri atas dua bagian besar, yaitu bagian amplop dan bagian dalam.
Bagian amplop kloroplas terdiri dari membran luar yang bersifat sangat permeabel, membran
dalam yang bersifat permeabel serta merupakan tempat protein transpor melekat, dan ruang

antarmembran yang terletak di antara membran luar dan membran dalam. Bagian dalam
kloroplas mengandung DNA, RNAs, ribosom, stroma (tempat terjadinya reaksi gelap), dan
granum (Abererombie, dkk, 1993).
Granum terdiri atas membran tilakoid (tempat terjadinya reaksi terang) dan ruang
tilakoid (ruang di antara membran tilakoid). Pada tanaman C3, kloroplas terletak pada sel
mesofil. Contoh tanaman C3 adalah padi (Oryza sativa), gandum (Triticum aestivum), kacang
kedelai (Gllycine max), dan kentang (Solanum tuberosum). Pada tanaman C4 kloroplas
terletak pada sel mesofil dan bundle sheath cell. Contoh tanaman C4 adalah jagung (Zea
mays) dan tebu (Saccharum officinarum), (Abererombie, dkk, 1993).

Gambar 1. Struktur kloroplas


1. Membran luar
2. Ruang antar membran
3. Membran dalam (1+2+3: bagian amplop)
4. Stroma
5. Lumen tilakoid (inside of thylakoid)
6. Membran tilakoid
7. Granum (kumpulan tilakoid)
8. Tilakoid (lamella)
9. Pati
10. Ribosom
11. DNA plastid
12. Plastoglobula
B. Kloroplas dan Fotosintesis
1. Kloroplas
Kloroplas berasal dari proplastid kecil (plastid yang belum dewasa, kecil dan hampir
tak berwarna, dengan sedikit atau tanpa membran dalam). Pada umumnya proplastid
berasal hanya dari sel telur yang tak terbuahi, sperma tak berperan disini. Proplastid

membelah pada saat embrio berkembang, dan berkembang menjadi kloroplas ketika
daun dan batang terbentuk. Kloroplas muda juga aktif membelah, khususnya bila organ
mengandung kloroplas terpajan pada cahaya. Jadi, tiap sel daun dewasa sering mengandung
beberapa ratus kloroplas. Sebagian besar kloroplas mudah dilihat dengan mikroskop
cahaya, tapi struktur rincinya hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron (Salisbury dan
Ross, 1995).
Kloroplas adalah plastida yang berwarna hijau, umumnya berbentuk lensa, terdapat
dalam sel tumbuhan lumut (Bryophyta), paku-pakuan (Pterydophyta) dan tumbuhan berbiji
(Spermatophyta). Garis tengah lensa tersebut 2-6 milimikron, sedangkan tebalnya 0,5-1,0
milimikron. Kloroplas terdapat pada hampir seluruh tumbuhan, tetapi tidak umum dalam
semua sel. Bila ada, maka tiap sel dapat memiliki satu sampai banyak plastida . Plastida
adalah organel bermembran rangkap yang bentuk dan fungsinya bermacam-macam.
Proplastida merupakan prekursor berbagai macam plastida dalam jaringan tanaman,
tergantung pada macam jaringan dan macam lingkungan yang berpengaruh, proplastida
berdiferensiasi menjadi plastida yang berbeda (Lakitan, 2004).
Pengamatan dengan mikroskop cahaya, dengan pembesaran yang paling kuat,
kloroplas terlihat berbentuk butir. Pada tumbuhan tingkat tinggi umumnya plastida berbentuk
cakram (kira-kira 2 x 5 mm, kadang-kadang lebih besar), tersusun dalam lapisan tunggal
dalam sitoplasma tetapi bentuk dan posisinya berubah-ubah sesuai dengan intensitas cahaya.
Pada ganggang, bentuknya dapat seperti mangkuk, spiral, bintang menyerupai jaring,
seringkali disertai pirenoid. Kloroplas matang pada beberapa ganggang, Bryophyta dan
Lycopodium dapat memperbanyak diri dengan pembelahan. Kesinambungan kloroplas terjadi
melalui pertumbuhan dan pembelahan proplastid di daerah meristem. Bentuk kloroplas yang
beraneka ragam ditemukan pada alga. Kloroplas bernbentuk pita spiral ditemukan
pada Spirogyra, sedangkan yang berbentuk jala ditemukan pada Cladophora, sedangkan
kloroplas berbentuk pita ditemukan pada Zygnema (Campbell and Reece, 2002).
Kloroplas dijumpai terutama pada bagian daun yang disebut mesofil, yang sering
disebut pula daging daun. Kloroplas juga dijumpai di bagian-bagian lain, bahkan juga pada
batang dan ranting yang berwarna hijau. Hal ini disebabkan karena dalam kloroplas terdapat
pigmen yang berwarna hijau disebut klorofil. Pigmen ini dapat menyerap energi cahaya.
Klorofil terdapat pada membran tilakoid dan perubahan energi cahaya menjadi energi kimia
berlangsung dalam tilakoid, sedangkan pembentukan glukosa sebagai produk akhir
fotosintesis berlangsung di stroma. Disamping klorofil a ( pigmen berwarna hijau ) dikenal
pula klorofil b yang mempunyai struktur mirip klorofil a, yaitu pigmen yang berwarna kuning
sampai jingga yang disebut karoten (Campbell and Reece, 2002).
Seperti halnya mitokondria, kloroplas dikelilingi oleh membran luar dan membran
dalam. Seperti membran luar pada mitokondria, membran luar kloroplas juga mengandung
porin yang menyebabkan membran ini permeable terhadap molekul dengan ukuran 10.000
Dalton. Sebaliknya membran dalam relatif lebih impermeabel. Membran dalam menutupi
daerah yang berisi cairan yang disebut stroma yang mengandung enzim untuk reaksi terang
pada proses fotosintesis. Stroma juga mengandung DNA dan ribosom. Pelipatan membran
dalam membentuk struktur seperti tumpukan piringan yang saling berhubungan yang disebut
tilakoid yang tersusun membentuk grana. Membran tilakoid yang mengelilingi ruang interior
tilakoid yang berisi cairan mengandung klorofil dan pigmen fotosintesis lain serta rantai
transpor elektron. Reaksi terang dari fotosintesis terjadi di tilakoid. Membran luar kloroplas
menutupi ruang intermembran antara membran dalam dan membran luar kloroplas. Seperti
pada matriks mitokondria, stroma kloroplas mengandung molekul DNA sirkuler dan ribosom.
Diperkirakan pula terdapat sekitar 60 macam polipeptida pada membran tilakoid. Setengah
diantaranya dikode oleh DNA kloroplas. Sebagian besar protein dalam kloroplas dikode oleh
gen nuklear, dihasilkan di sitoplasma dan selanjutnya dikirim ke kloroplas (Lakitan, 2004).

2.

Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang berklorofil
dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari (dalam bentuk foton) ditangkap dan diubah
menjadi energi kimia (ATP dan NADPH). Energi kimia ini akan digunakan untuk
fotosintesa karbohidrat dari air dan karbondioksida. Jadi, seluruh molekul organik
lainnya dari tanaman disintesa dari energi dan adanya organisme hidup lainnya
tergantung pada kemampuan tumbuhan atau bakteri fotosintetik untuk berfotosintesis
(Devlin, 1975).
Klorofil adalah pigmen hijau fotosintetis yang terdapat dalam tanaman, Algae dan
Cynobacteria. Nama "chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani kuno: choloros = green
(hijau), dan phyllon = leaf (daun). Fungsi krolofil pada tanaman adalah menyerap energi
dari sinar matahari untuk digunakan dalam proses fotosintetis, yaitu suatu proses biokimia
dimana tanaman mensintesis karbohidrat (gula menjadi pati), dari gas karbon dioksida dan
air dengan bantuan sinar matahari (Subandi, 2008).
Klorofil merupakan pigmen hijau tumbuhan dan merupakan pigmen yang paling
penting dalam proses fotosintesis. Sekarang ini, klorofil dapat dibedakan dalam 9 tipe :
klorofil a, b, c, d, dan e. Bakteri klorofil a dan b, klorofil chlorobium 650 dan 660. klorofil
a biasanya untuk sinar hijau biru. Sementara klorofil b untuk sinar kuning dan hijau.
Klorofil lain (c, d, e) ditemukan hanya pada alga dan dikombinasikan dengan klorofil
a. bakteri klorofil a dan b dan klorofil chlorobium ditemukan pada bakteri fotosintetik
(Devlin, 1975).
Klorofil pada tumbuhan ada dua macam, yaitu klorofil a dan klorofil b.
perbedaan kecil antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada protein.
Sedangkan perbedaan utama antar klorofil dan heme ialah karena adanya atom
magnesium (sebagai pengganti besi) di tengah cincin profirin, serta samping
hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol (Santoso, 2004).
Antara klorofil a dan klorofil b mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, dimana
klorofil a disamping bisa menyerap energi cahaya, klorofil ini juga bisa merubah
energi cahaya dan tidak bisa merubahnya menjadi energi kimia dan energi itu akan ditransfer
dari klorofil b ke klorofil a. Klorofil b ini tidak larut dalam etanol tapi dapat larut dalam
ester, dan kedua jenis klorofil ini larut dalam senyawa aseton (Devlin, 1975).
Semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan krolofil b. Krolofil a terdapat
sekitar 75 % dari total klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman adalah sekitar 1%
basis kering. Dalam daun klorofil banyak terdapat bersama-sama dengan protein dan lemak
yang bergabung satu dengan yang lain. Dengan lipid, klorofil berikatan melalui gugus
fitol-nya, sedangkan dengan protein melalui gugus hidrofobik dari cincin porifinnya.
Rumus empiris klorofil adalah C 55H72O5N4Mg (klorofil a) dan C55H70O6N4Mg (klorofil b),
(Subandi, 2008).
Struktur klorofil berbeda-beda dari struktur karotenoid, masing-masing terdapat
penataan selang-seling ikatan kovalen tunggal dan ganda. Pada klorofil, sistem ikatan
yang berseling mengitari cincin porfirin, sedangkan pada karotenoid terdapat sepasang
rantai hidrokarbon yang menghubungkan struktur cincin terminal. Sifat inilah yang
memungkinkan molekul-molekul menyerap cahaya tampak demikian kuatnya, yakni
bertindak sebagai pigmen. Sifat ini pulalah yang memungkinkan molekul-molekul
menyerap energi cahaya yang dapat digunakan untuk melakukan fotosintesis (Santoso,
2004).
Klorofil akan memperlihatkan fluoresensi, berwarna merah yang berarti warna
larutan tersebut tidak hijau pada cahaya yang diluruskan dan akan merah tua pada cahaya
yang dipantulkan (Noggle dan Fritz, 1979).

Sel penutup memiliki klorofil di dalam selnya sehingga dengan bantuan cahaya
matahari akan sangat berpengaruh buruk pada klorofil. Larutan klorofil yang dihadapkan
pada sinar kuat akan tampak berkurang hijaunya. Daun-daun yang terkena langsung
umumnya akan tampak kekuning-kuningan, salah satu cara untuk dapat menentukan
kadar klorofil adalah dengan metoda spektofotometri cahaya hijau, kuning, jingga dan
merah dipantulkan oleh kedua pigmen ini. Kombinasi panjang gelombang yang
dipantulkan oleh kedua pigmen karotenoid ini tampak berwarna kuning. Ada bukti
yang menunjukkan bahwa beta-karoten lebih efektif dalam mentransfer energi ke kedua
pusat reaksi dibanding lutein atau pigmen xanthofil yang disebut fucoxanthofil adalah sangat
efektif dalam mentrensfer energi. Di samping berperan sebagai penyerap cahaya,
karotenoid pada tilakoid juga berperan untuk melindungi klorofil dari kerusakan
oksidatif oleh O2, jika intensitas cahaya sangat tinggi (Lakitan, 2007).
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer akan menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang energi secara relatif. Jika energi tersebut ditransmisikan maka akan
ditangkap oleh klorofil yang terlarut tersebut. Pada fotometer filter sinar dari panjang
gelombang yang diinginkan akan diperoleh dengan berbagai filter yang punya
spesifikasi melewati banyaknya panjang gelombang tertentu (Noggle dan Fritz, 1979).
Sejak tipe-tipe atom atau molekul yang sedikit berbeda pada tingkat energinya,
yang substansi menyerap cahaya dengan suatu karakteristik panjang gelombang yang
berbeda. Ini biasanya ditunjukkan selama penyerapan sinar pada tiap gelombangnya.
Sebagai contoh, klorofil a sangat kuat pada panjang gelombang 660 nm pada sinar merah dan
paling rendah pada panjang gelombang 430 nm pada sinar biru. Ketika gelombang itu
berpindah maka sinar yang ada di sebelah kiri adalah sinar hijau yang bisa kita lihat
(Guiltmond and Hopkins, 1983).
Pada proses fotosintesa, terjadi penangkapan energi cahaya oleh zat hijau daun untuk
pembentukan bahan organik. Fotosintesa hanya terjadi pada tanaman yang memiliki sel-sel
hijau termasuk pada beberapa jenis bakteri (Darmawan dan Baharsyah, 1983).
Aksi dari cahaya hijau dan kuning yang menyebabkan fotosistem pada
tumbuhan tingkat tinggi dan penyerapan panjang gelombang ini oleh daun sebenarnya
relatif tinggi, lebih tinggi dari yang ditampakkan pada spektrum serapan klorofil dan
karotenoid. Tetapi, bukan berarti bahwa ada pigmen lain yang berperan menyerap
cahaya tersebut. Alasan utama mengapa spektrum aksi lebih tinggi dari spektrum
serapan adalah karena cahaya hijau dan kuning yang tidak segera diserap akan
dipantulkan berulang-ulang di dalam sel fotosintetik sampai akhirnya diserap oleh
klorofil dan menyumbangkan energi untuk fotosintesis (Lakitan, 2007).
Laju fotosintesis berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh pada berbagai daerah
yang berbeda seperti gurun kering, puncak gunung, dan hutan hujan tropika, sangat berbeda.
Perbedaan ini sebagian disebabkan oleh adanya keragaman cahaya, suhu, dan
ketersediaan air, tapi tiap spesies menunjukkan perbedaan yang besar pada kondisi khusus
yang optimum bagi mereka. Spesies yang tumbuh pada lingkungan yang kaya
sumberdaya mempunyai kapasitas fotosintesis yang jauh lebih tinggi daripada spesies
yang tumbuh pada lingkungan dengan persediaan air, hara, dan cahaya yang terbatas
(Salisbury dan Ross, 1995).
Laju fotosintesis ditingkatkan tidak hanya oleh naiknya tingkat radiasi, tapi juga
oleh konsentrasi CO2 yang lebih tinggi, khususnya bila stomata tertutup sebagian karena
kekeringan (Salisbury dan Ross, 1995).
Semua klorofil atau karotenoid terbenam atau melekat pada molekul protein
oleh ikatan nonkovalen. Secara keseluruhan, pigmen-pigmen kloroplas meliputi separuh
dari kandungan kandungan lipida total pada membran tilakoid, sisanya adalah

galaktolipida dan sedikit fosfolipida. Sterol sangat jarang dijumpai pada membran
tilakoid (Lakitan, 1993).
Di dalam kloroplas ditemukan DNA, RNA, ribosom, dan berbagai enzim.
Semua molekul ini sebagian besar terdapat di stroma, tempat berlangsungnya
transkripsi dan translasi. DNA kloroplas (genom) terdapat dalam 50 atau lebih
lingkaran jalur ganda melilit dalam tiap plastid. Berbagai gen plastid menyandi semua
molekul RNA-pemindahan (sekitar 30), dan molekul RNA-ribosom (empat) yang
digunakan oleh plastid untuk translasi. Kira-kira 85 gen seperti ini menyandi protein
yang terlibat dalam transkripsi, translasi, dan fotosintesis. Tapi, sebagian besar protein
disandi oleh gen nukleus (Salisbury dan Ross, 1995).
Warna daun berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang terdapat di dalam
kloroplas. Energi cahaya yang diserap klorofil inilah yang menggerakkan sintesis
molekul makanan dalam kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam sel mesofil, yaitu
jaringan yang terdapat di bagian dalam daun. Karbon dioksida masuk ke dalam daun, dan
oksigen keluar, melalui pori mikroskopik yang disebut stomata (Campbell, dkk, 2002).
Fotosintesis hanya berlangsung pada sel yang memiliki pigmen fotosintetik. Di
dalam daun terdapat jaringan pagar dan jaringan bunga karang, pada keduanya
mengandung kloroplas yang mengandung klorofil/pigmen hijau yang merupakan salah
satu pigmen fotosintetik yang mampu menyerap energi cahaya matahari (Subandi, 2008).
Cahaya putih mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah-violet,
tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap dengan baik secara merata oleh
klorofil. Adalah mungkin untuk menentukan bagaimana efektifnya setiap panjang
gelombang (warna) diserap dengan menggunakan suatu larutan klorofil dengan cahaya
monokromatik (cahaya berwarna satu), (Kimball, 2000).
Penambatan CO2 paling banyak terjadi sekitar tengah hari ketika tingkat cahaya
paling tinggi. Cahaya sering membatasi fotosintesis terlihat juga dengan menurunnya
laju penambatan CO2 ketika tumbuhan terkena bayangan awan sebentar (Salisbury dan Ross,
1995).
Dilihat dari strukturnya, kloroplas terdiri atas membran ganda yang melingkupi
ruangan yang berisi cairan yang disebut stroma. Membran tersebut membentak suatu
sistem membran tilakoid yang berwujud sebagai suatu bangunan yang disebut kantung
tilakoid. Kantung-kantung tilakoid tersebut dapat berlapis-lapis dan membentak apa yang
disebut grana Klorofil terdapat pada membran tilakoid dan pengubahan energi cahaya
menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid, sedang pembentukan glukosa sebagai
produk akhir fotosintetis berlangsung di stroma (Subandi, 2008).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil antara lain gen,
bila gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman tidak akan memiliki klorofil. Cahaya,
beberapa tanaman dalam pembentukan klorofil memerlukan cahaya, tanaman lain tidak
memerlukan cahaya. Unsur N, Mg, Fe merupakan unsur-unsur pembentuk dan katalis
dalam sintesis klorofil. Air, bila kekurangan air akan terjadi desintegrasi klorofil
(Subandi, 2008).
Fotosintesis pada organisme fotosintetik terjadi dalam 2 tahap yaitu reaksi terang dan
reaksi gelap.
a.

Reaksi Terang
Klorofil dan pigmen menyerap energi matahari yang kemudian diubah menjadi
bentuk energi kimia yaitu ATP dan senyawa pereduksi NADPH. Reaksi terang dalam proses
fotosintesis menggunakan dua fotosistem sebagai akseptor proton, yaitu Fotosistem I dan
Fotosistem II. Absorpsi cahaya matahari akan mengeksitasi elektron. Sinar cahaya matahari
yang nampak adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 400-700 nm.
Cahaya matahari ditimbulkan oleh fusi inti atom hidrogen membentuk atom helium dan

elektron. Kemampuan suatu senyawa kimia untuk menyerap cahaya bergantung pada susunan
elektron yang ada di sekeliling inti atom pada struktur senyawa tersebut. Bilamana foton
diserap oleh suatu molekul, elektron dinaikkan ke tingkat energi yang lebih tinggi, melompat
menuju molekul pembawa elektron yang pertama.
Gambar 2. Proses reaksi terang
Jika molekul klorofil pada membran tilakoid dieksitasi oleh cahaya, tingkat energi
elektron di dalam strukturnya ditingkatkan oleh sejumlah ekuivalen energi cahaya yang
diserap dan klorofilpun tereksitasi. Energi eksitasi ini akan berpindah dengan cepat melalui
kelompok molekul pigmen penangkap cahaya ke pusat reaksi fotosistem. Di sini elektron
memperoleh energi dalam jumlah besar. Elektron yang panas ini akan dikeluarkan daqri pusat
reaksi dan diterima oleh molekul pembawa elektron yang pertama. Akibatnya molekul
pembawa elektron syang pertama ini akan menjadi tereduksi atau dengan kata lain menerima
elektron. Sedangkan pusat reaksinya kehilangan elektron sehingga meninggalkan lubang
elektron. Elektron yang kaya energi akan terus dibawa oleh molekul pembawa elektron
menuju NADP+ yang direduksi menjadi NADPH. Sementara itu, lubang elektron yang
terbentuk karena eksitasi elektron akan diisi kembali oleh elektron yang berasal dari
fotosistem II. Dalam hal ini, pada fotosistem II juga akan meninggalkan lubang elektron
sehingga kekosongan tempat ini akan diisi oleh elektron yang berasal dari fotolisis air
(Campbell and Reece, 2002).
Fotosistem I merupakan satu partikel yang disusun oleh sekitar 200 molekul klorofila, 50 klorofil-b, 50 sampai 200 pigmen karoteroid, dan satu molekul penerima cahaya
matahari yang disebut P700. Pada fotosistem I terjadi penyerapan energi matahari pada
panjang gelombang sekitar 700 nm. Bagian kedua yang menyangkut penyerapan energi
matahari pada panjang gelombang di sekitar 680 nm, disebut fotosistem II, melibatkan proses
pembentukan O2 dan H2O. Fotosistem II banyak menggunakan klorofil-b. Fotsistem I dan II
merupakan komponen penyalur energi dalam rantai pengangkutan elektron fotoseintesis
secara berlanjut dari molekul air sebagai donor elektron ke NADP + sebagai akseptor
elektron. Lepasnya satu elektron dari P700 mengakibatkan berubahnya molekul menjadi
bentuk teroksidasinya P700+ yang kekurangan satu elektron. Untuk mengisi kekurangan itu
satu elektron dialiri melalui sederetan molekul pembawa elektron dari molekul pembawa
elektron, dari molekul P680 dalam fotosistem II, pengaliran elektron hanya terjadi setelah
terjadinya penyinaran terhadap fotosistem II yaitu tereksistasinya P680 yang segera
melepaskan elektron ke molekul penerima elektron pertama. Ini mengakibatakan
teroksidasinya bentuk P680 menjadi menjadi P680+. Kekurangan elektron pada P680+
dipenuhi dari reaksi oksidasi molekul H2O menjadi O2 (Campbell and Reece, 2002).
Energi yang diperoleh dari transpor elektron fotosintetik dari H2O ke NADP+ akan
mengahsilkan energi dalam bentuk NADPH. Aliran elektron yang terjadi disebut aliran
nonsiklik yang melibatkan fotosistem I dan fotosistem II. Bentuk energi lain yaitu yang
berupa ATP dihasilkan dari aliran elektron siklik dimana elektron ditingkatkan ke penerima
elektron pertama menuju lubang elektron fotosistem I melalui jalan pintas. Dalam hal ini,
elektron berdaur terus menerus dalam keluar pusat reaksi fotosistem I dan masuk kembali ke
dalamnya. Sehingga, dalam proses ini tidak ada pembentukan NADPH maupun pembebasan
oksigen melainkan akan menghasilkan ATP. Aliran siklik terjadi apabila tanaman khususnya
lebih banyak memerlukan ATP daripada NADPH (Campbell and Reece, 2002).
b.

Reaksi Gelap
Pada tumbuhan C4 adalah tumbuhan yang pada fase reaksi gelap menambat CO 2
menjadi asam malat dan asam aspartat 4-carbon. Setelah fotosintesis dalam 14C2berlangsung
sekitar 1 detik, 80% 14C yang tertambat berada dalam kedua asam tersebut dan hanya 10 %

dalam PGA, hal ini menunjukkan bahwa 3-PGA bukan produk pertama fotosintesis. Sebagin
besar spesies C4 adalah monokotil, jagung dan tebu. Tumbuhan C4 ini pada suhu panas dan
penyinaran tinggi mampu berfotosintesis lebih cepat dan menghasilkan biomassa lebih cepat.

Gambar 3. Proses reaksi gelap


Reaksi perubahan CO2 (sebenarnya HCO3- ) menjadi asam malat dan asam aspartat 4carbon terjadi mula-mula melalui penggabungan awal dengan pospoenolpiruvat (PEP) untuk
membentuk oksaloasetat dan Pi, reaksi ini terjadi di mesofil daun dan sikatalisis oleh
pospoenolpiruvat karboksilase. Oksaloasetat dibentuk pada sel mesofil yang kemudian
direduksi menjadi malat dengan pemanfaatan NADPH. Malat kemudian ditransfer dalam sel
pengangkut lalu didekaobosilasi menghasilkan piruvat dan CO2 . Piruvat yang ditransfer ke
sel mesofil dan dikonversi menjadi fosfoenolpiruvat dikataklisis oleh enzim piruvat-fosfat
kinase. CO2 yang terbentuk diikat oleh ribosadifosfat klarboksilaase melaui jalur calvin di
kolroplas seludang berkas. Setelah dekarbosilasi asam C4, molekul piruivat dan alanin
diangkut balik ke sel mesofil, tempat dimana diubah menjajdi PEP sehingga penambatan CO 2
dapat berlangsung terus (Campbell and Reece, 2002).
Pada tumbuhan sekulen seperti kaktus dan nanas yang hidup di lingkungan yang
panas dan kering, melakukan fiksasi CO2 yang berbeda dengan tumbuhan C4, tumbuhan ini
hanya menguapkan sedikit uap air melalui stomata bersama dengan pelepasan O 2 dan
pengikatan CO2. Pada malam hari ketika suhu udara dingin dan berangin, stomata membuka
untuk mengangkap CO2, kemudian diubah menjadi oxaloacetate oleh PEP carboxylase.
Oksaloasetat diubah menjadi malat dan disimpan dio valuola, untuk melindungi sitosol dan
enzim plastid dari pH rendah dari disosiasi asam malat. Pada asiang hari stomata menutup,
untuk mencegah penguapan yang berlebihan akibat temperature udara yang tinggi, dan
CO2 bereaksi pada malam hari menjadi malat oleh enzim malat NADP-linked. CO2 ini
berasimilasi di siklus calvin dengan bantuan RuBP. Karena metode fiksasi CO 2 pertama kali
ditemukan pada tumbuhan familia Crassulaceae, maka CAM adalah singkatan dari
crassulacean acid metabolism (Campbell and Reece, 2002).
C. Metabolisme Karbon dalam Fotosintesis
Metabolisme karbon dalam proses fotosintesis contohnya pada proses fotosintesis dari
tanaman Eugenia aquea adalah fiksasi karbon C3. Dalam proses ini prinsipnya mengkonversi
gas karbon dioksida dan ribulose bisphosphate (Rubp yaitu suatu gula carbon 5) ke dalam 3phosphoglycerate melalui reaksi berikut :
6 CO2 + 6 Rubp 12 3-phosphoglyserat
Tumbuhan C3 tumbuh dengan karbon fiksasi C3 biasanya tumbuh denga baik di area
dimana intensitas sinar matahari cenderung sedang, temperature sedang dan dengan
knsentrasi CO2 sekitar 200 ppm atau lebih tinggi, dan juga dengan air tanah yang berlimpah.
Tumbuhan C3 harus berada dalam area dengan konsentrasi gas karbondioksida yang tinggi
sebab Rubisco sering menyertakan molekul oksigen ke dalam Rubp sebagai pengganti
molekul karbondioksida. Konsentrasi gas karbondioksida yang tinggi menurunkan

kesempatan Rubisco untuk menyertakan molekul oksigen. Karena bila ada molekul oksigen
maka Rubp akan terpecah menjadi molekul 3-karbon yang tinggal dalam siklus Calvin, dan 2
molekul glikolat akan dioksidasi dengan adanya oksigen, menjadi karbondioksida yang akan
menghabiskan energi sel (Campbell and Reece, 2002).
Perbedaan tumbuhan C3 dan C4 adalah cara kedua tumbuhan memfiksasi CO 2. Pada
tumbuhan C3, CO2 hanya difiksasi RuBP oleh karboksilase RuBP. Karboksilase RuBP hanya
bekerja apabila CO2 jumlahnya berlimpah. Tetapi pada sintesis C4,enzim karboksilase PEP
memfiksasi CO2 pada akseptor karbon lain yaitu PEP. Karboksilase PEP memiliki daya ikat
yang lebih tinggi terhadap CO2 daripada karboksilase RuBP. Oleh karena itu, tingkat CO 2
menjadi sangat rendah pada tumbuhan C4, jauh lebih rendah daripada konsentrasi udara
normal dan CO2 masih dapat terfiksasi ke PEP oleh enzim karboksilase PEP. Sistem
perangkap C4 bekerja pada konsentrasi CO2 yang jauh lebih rendah (Campbell and Reece,
2002).
Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu
C3, C4, dan CAM (crassulacean acid metabolism). Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di
daerah panas dan kering dibandingkan dengan tumbuhan C3. Namun tanaman C3 lebih
adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer tinggi. Sebagian besar tanaman pertanian,
seperti gandum, kentang, kedelai, kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari
kelompok C3. Tanaman C3 dan C4 dibedakan oleh cara mereka mengikat CO 2 dari atmosfir
dan produk awal yang dihasilkan dari proses assimilasi (Campbell and Reece, 2002).
Pada tanaman C3, enzim yang menyatukan CO2 dengan RuBP (RuBP merupakan
substrat untuk pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis) dalam proses awal
assimilasi, juga dapat mengikat O2 pada saat yang bersamaan untuk proses fotorespirasi
( fotorespirasi adalah respirasi,proses pembongkaran karbohidrat untuk menghasilkan energi
dan hasil samping, yang terjadi pada siang hari) . Jika konsentrasi CO 2 di atmosfir
ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara CO 2 dan O2 akan lebih menguntungkan CO2,
sehingga fotorespirasi terhambat dan assimilasi akan bertambah besar (Campbell and Reece,
2002).
Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada tanaman C4) yang
tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO 2 dan O2. Lokasi
terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-sel yang mempunyai
klorofil yang terletak di bawah sel-sel epidermis daun). CO 2 yang sudah terikat oleh PEP
kemudian ditransfer ke sel-sel bundle sheath (sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan
phloem) dimana kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi. Karena tingginya konsentrasi
CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2 tidak mendapat kesempatan untuk bereaksi
dengan RuBP, sehingga fotorespirasi sangat kecil and G sangat rendah. PEP mempunyai daya
ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol
m-2 s-1 sangat tinggi. Laju assimilasi tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan
meningkatnya CO2 Sehingga, dengan meningkatnya CO2 di atmosfir, tanaman C3 akan lebih
beruntung dari tanaman C4 dalam hal pemanfaatan CO 2 yang berlebihan. Contoh tanaman C3
antara lain: kedelai, kacang tanah, kentang, dll. Contoh tanaman C4 adalah jagung, sorgum
dan tebu (Campbell and Reece, 2002).
Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu
C3, C4, dan CAM (crassulacean acid metabolism). Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di
daerah panas dan kering dibandingkan dengan tumbuhan C3. Namun tanaman C3 lebih
adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer tinggi. Sebagian besar tanaman pertanian,
seperti padi, gandum, kentang, kedelai, kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari
kelompok C3. Tanaman pangan yang tumbuh di daerah tropis, terutama gandum, akan
mengalami penurunan hasil yang nyata dengan adanya kenaikan sedikit suhu karena saat ini
gandum dibudidayakan pada kondisi suhu toleransi maksimum. Negara berkembang akan

berada pada posisi sulit untuk mempertahankan kecukupan pangan (Campbell and Reece,
2002).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari segi strukturnya, kloroplas terdiri atas dua bagian besar, yaitu bagian amplop dan
bagian dalam. Bagian amplop kloroplas terdiri dari membran luar yang bersifat sangat
permeabel, membran dalam yang bersifat permeabel serta merupakan tempat protein transpor
melekat dan ruang antarmembran yang terletak di antara membran luar dan membran dalam.
Bagian dalam kloroplas mengandung DNA , RNAs, ribosom, stroma (tempat terjadinya
reaksi gelap), dan granum. Granum terdiri atas membran tilakoid (tempat terjadinya reaksi
terang) dan ruang tilakoid (ruang di antara membran tilakoid).
B.

Saran
Sebelumnya penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya pada
pembaca apabila terdapat kesalahan dalm penulisan ataupun kekeliruan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu, saran dan kritikan dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita
tentang kloroplas, baik itu strukturnya, keterkaitan antara kloroplas dan fotosintesis maupun
metabolisme karbon dalam fotosintesis.

DAFTAR PUSTAKA
Abererombie, M. dkk. 1993. Kamus Lengkap Biologi Edisi 8. Jakarta: Erlangga.
Campbell, and Reece. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Darmawan, dan Baharsjah. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.
Devlin, Robert M. 1975. Plant Physiology Third Edition. New York: D. Van Nostrand.
Guttman, Burton S., and John, W. Hopkins. 1983. Understanding Biology. New York: Harcourt
Brace Jovanovich, Inc.
Kimball, John. W. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Grafindo Persada.
Lakitan, Benyamin. 2004. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Noggle, Ray R. dan Fritzs, J. George. 1979. Introductor Plant Physiology. New Delhi: Mall of
India Private Ilmited.
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Santoso. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Bengkulu: Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
Utomo, Budi. 2007. Karya Ilmiah Fotosintesis pada Tumbuhan. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Diposkan oleh Faisal Nento di 12.02
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Kumpulan Materi

2014 (18)

2013 (1)

2012 (11)
o November (1)
o Oktober (1)
o September (1)
o Juni (8)

Biologi Sel (Makalah Kloroplas)

Laporan Praktikum Ayam

Laporan Praktikum Katak

Laporan Praktikum Ikan Mas

Laporan Praktikum Jaringan Saraf

Laporan Praktikum Jaringan Otot

Laporan Praktikum Jaringan Pengikat

Laporan Praktikum Jaringan Epitel

MY PROFIL
Faisal Nento
Lihat profil lengkapku
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai