Infertilitas
Infertilitas
Pengertian Infertilitas
1. Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama
satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat
kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
2. Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha
selama satu tahun tetapi belum hamil. (Manuaba, 1998).
3. Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun. Infertilitas
primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.
(Siswandi, 2006).
4. Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum
mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 3
kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat
kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono,2008).
Dari pengertian diatas pasangan suami istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat
berikut:
Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.
Selama satu tahun atau lebih berhubungan
seksual,
istri
sebelum
mendapatkan kehamilan.
Frekuensi hubungan seksual minimal 2 3 kali dalam setiap minggunya.
Istri maupun suami tidak pernak menggunakan alat ataupun metode kontrasepsi, baik
kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
Jenis Infertilitas
a. Infertilitas primer
Apabila pasangan suami istri belum pernah mendapatkan kehamilan meskipun
melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi.
b. Infertilitas sekunder
Ketika seorang istri sudah pernah hamil, namun ada keinginan untuk memiliki anak
lagi tetapi tidak terjadi kehamilan maka disebut infertilitas sekunder.
Faktor Penyebab Infertilitas
Penyebab infertilitas tidak sepenuhnya hanya kesalahan dari wanita saja. Infertilitas
bisa disebabkan dari wanita, pria ataupun keduanya. Stright (2004) mengemukakan bahwa
ada faktor-faktor yang menyebabkan infertilitas, diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Faktor wanita
1) Masalah vagina
Meliputi infeksi vagina, abnormalitas anatomi, disfungsi seksual yang
mencegah penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam yang
secara nyata mengurangi daya hidup sperma.
2) Masalah serviks
Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi
selama periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan
serviks kondusif bagi daya hidup sperma (misalnya : lubang ostium
serviks, peningkatan alkalinitas, peningkatan sekresi, dan ferning)
Masalah mekanis seperti inkompetensi serviks berhubungan dengan
wanita yang ibunya diobati dengan etilstilbestrol (DES) selama
kehamilan.
3) Masalah uterus
Secara fungsional (misalnya : lingkungan yang kurang disukai untuk
pergerakan sperma naik ke uterus sampai tuba falopi atau untuk implantasi
setelah fertilisasi).
Secara struktural (misalnya : mioma uterus atau leiomioma)
4) Masalah tuba
Infertilitas yang berhubungan dengan masalah tuba, menjadi lebih
menonjol dengan peningkatan insiden penyakit radang panggul PID
(Pelvic Inflamatory Desease), menyebabkan jaringan parut yang memblok
kedua tuba falopi. Peningkatan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim
(IUD) berperan terhadap peningkatan PID karena 40% infeksi yang
berhubungan dengan penggunaan IUD merupakan asimtomatik dan tetap
tidak tertangani.
Endometriosis juga dapat berperan pada obstruksi tuba.
5) Masalah ovarium
Meliputi anovulasi, oligo-ovulasi dan sindrom ovarium polikistik. Malfungsi
sekretori juga ikut berperan, misalnya sekresi progesteron tidak adekuat atau
tidak
adekuatnya
fase
luteal
akan
berpengaruh
pada
kemampuan
dalam waktu 6 bulan dibanding pria yang berusia dibawah 25 tahun. Selain itu
usia yang semakin tua juga mempengaruhi kualitas sperma ( Kasdu, 2001:63 ).
2. Masalah reproduksi
Masalah pada system reproduksi dapat berkembang setelah kehamilan awal
bahkan, kehamilan sebelumnya kadang-kadang menyebabkan masalah reproduksi
yang benar-benar mengarah pada infertilitas sekunder, misalnya perempuan yang
melahirkan dengan operasi caesar, dapat menyebabkan jaringan parut yang
mengarah pada penyumbatan tuba. Masalah lain yang juga berperan dalam
reproduksi yaitu ovulasi tidak teratur, gangguan pada kelenjar pituitary dan
penyumbatan saluran sperma.
3. Faktor gaya hidup
Perubahan pada faktor gaya hidup juga dapat berdampak pada kemampuan setiap
pasangan untuk dapat menghamili atau hamil lagi. Wanita dengan berat badan
yang berlebihan sering mengalami gangguan ovulasi, karena kelebihan berat
badan dapat mempengaruhi estrogen dalam tubuh dan mengurangi kemampuan
untuk hamil. Pria yang berolah raga secara berlebihan juga dapat meningkatkan
suhu tubuh mereka,yang mempengaruhi perkembangan sperma dan penggunaan
celana dalam yang ketat juga mempengaruhi motilitas sperma ( Kasdu, 2001 ).