Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan.
Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan menjadi
amat peka terhadap bahan kimia).
(Eksplosif)
Penjelasan
Dapat terurai pada suhu dan tekanan tertentu
dan mengeluarkan gas kecepatan tinggi dan
merusak sekeliling
Klas II
(Cairan mudah
terbakar)
Klas V
(Zat pengoksidasi)
1. Oksidator bahan anorganik
2. Peroksida organik
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan
uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun
untuk tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran
hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan dari bahan ini
harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label. Semua logam
disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang
disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan
terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan
memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk
pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut.
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau
beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang secara pelan,
sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam
penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :
a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada
waktu ada uap dari bahan bakar dan udara
b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan
diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya
d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi
panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun
menjadi panas
e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap
atau api otomatis dan diperiksa secara periodik
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat penyimpanan harus
berjarak minimum 60[meter] dari sumber tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan
raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin. Ruang penyimpanan harus
merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak
menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan
tetap terkunci sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau
lampu listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan.
Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk,
bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api. Daerah tempat penyimpanan
harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang mudah terbakar, ada baiknya
memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun
dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum
menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang
banyak pada suhu kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap
dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari
bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada
bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator
menyediakan oksigen sendiri.
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan panas
atau gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka
tempat penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari
penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang
simpan.
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas yang
mudah menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk,
berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan asam
dan uap dapat menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan
asam dapat juga disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika
konstruksi gudang trbuat dari logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap
bahan asam.
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan
rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga
agar sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan
yang ada peredaran hawanya. Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan
preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.
9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)
Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek somatik
dapat akut atau kronis. Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai 5000[Rad] yang
dapat menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma
kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi pada dosis yang rendah. Efek genetik
mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada keturunan. Bahan ini meliputi
isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang mengandung radioaktif. Pemakai zat radioaktif
dan sumber radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja
dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN.
Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk memproteksi radiasi,
tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan, packing/kemasan dari bahan
radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus
dipelihara. Peraturan perundangan mengenai bahan radioaktif diantaranya :
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap radiasi
Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif dan
atau Sumber Radiasi lainnya
Maka Peta Keterkaitan Kegiatan untuk tata letak penyimpanan material kimia berbahaya
berdasarkan ketentuan safety tersebut di atas adalah sebagai berikut :
Informasi berikut harus muncul pada semua lembar data bahaya, akan tetapi urutan dapat
berbeda dari yang dijelaskan dibawah ini.
Bagian 1 : Identifikasi produk dan pabrik
Identifikasi produk : nama produk tertera disini dengan nama kimia atau nama dagang, nama
yang tertera harus sama dengan nama yang ada pada label. Lembar data bahaya juga harus
mendaftar sinonim produk atau substansinya, sinonim adalah nama lain dengan substansi yang
diketahui. Contohnya Methyl alcohol juga dikenal sebagai Metanol atau Alkohol kayu.
Identifikasi pabrik : nama pabrik atau supplier, alamat, nomor telepon, tanggal HDSs dibuat, dan
nomor darurat untuk menelepon setelah jam kerja, merupakan ide yang baik bagi pengguna
produk untuk menelepon pabrik pembuat produk sehingga mendapatkan informasi tentang
produk tersebut sebelum terjadi hal yang darurat.
Bagian 2 : Bahan-bahan berbahaya
Untuk produk campuran, hanya bahan-bahan berbahaya saja yang tercantum pada daftar khusus
bahan kimia, dan yang didata bila komposisinya 1% dari produk. Pengecualian untuk zat
karsinogen yang harus di daftar jika komposisinya 0,1% dari campuran. Batas konsentrasi yaitu
Permissible Exposure Limit (PEL) dan The Recommended Threshold Limit Value (TLV ) harus
didata dalam HDSs.
Bagian 3 : Data Fisik
Bagian ini mendata titik didih, tekanan, density, titik cair, tampilan, bau, dan lain-lain. Informasi
pada bagian ini membantu anda mengerti bagaimana sifat bahan kimia dan jenis bahaya yang
ditimbulkannya.
Bagian 4 : Data Kebakaran Dan Ledakan
Bagian ini mendata titik nyala api dan batas mudah terbakar atau meledak, serta menjelaskan
kepada anda bagaimana memadamkan api. Informasi pada bagian ini dibutuhkan untuk
mencegah, merencanakan dan merespon kebakaran atau ledakan dari bahan-bahan kimia.
Bagian 5 : Data Reaktifitas
Bagian ini menjelaskan kepada anda apakah suatu substansi stabil atau tidak, bila tidak, bahaya
apa yang ditimbulkan dalam keadaan tidak stabil. Bagian ini mendata ketidakcocokan substansi,
substansi mana yang tidak boleh diletakkan atau digunakan secara bersamaan. Informasi ini
penting untuk penyimpanan dan penanganan produk yang tepat.
Bagian 6 : Data Bahaya Kesehatan
Rute tempat masuk (pernafasan, penyerapan kulit atau ingestion), efek kesehatan akut dan
kronik, tanda-tanda dan gejala awal, apakah produknya bersifat karsinogen, masalah kesehatan
yang makin buruk bila terkena, dan pertolongan pertama yang direkomendasikan/prosedur gawat
darurat, semuanya seharusnya terdaftar di bagian ini.
Bagian 7 : Tindakan Pencegahan Untuk Penanganan
Informasi dibutuhkan untuk memikirkan rencana respon gawat darurat, prosedur pembersihan,
metode pembuangan yang aman, yang dibutuhkan dalam penyimpanan, dan penanganan
tindakan pencegahan harus detail pada bagian ini. Akan tetapi sering kali pabrik pembuat
produk meringkas informasi ini dengan satu pernyataan yang simple, seperti hindari menghirup
asap atau hindari kontak dengan kulit.
Bagian 8 : Pengukuran Kontrol
Metode yang direkomendasikan untuk control bahaya termasuk ventilasi, praktek kerja dan alat
pelindung diri/Personal Protective Equipment (PPE) dirincin pada bagian ini. Tipe respirator,
baju pelindung dan sarung tangan material yang paling resisten untuk produk harus diberitahu.
Lebih dari rekomendasi perlindungan material yang paling resisten, HDSs boleh dengan simple
menyatakan bahwa baju dan sarung tangan yang tidak dapat ditembus harus digunakan. Bagian
ini cenderung menekankan alat pelindung diri daripada control engineering.
1.6 Pemasangan Label dan Tanda Pada Bahan Berbahaya
Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan peringatan pada wadah atau
tempat penyimpanan untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan yang esensial. Tenaga
kerja yang bekerja pada proses produksi atau pengangkutan biasanya belum mengetahui sifat
bahaya dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula para konsumen dari barang
tersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda menjadi sangat penting.
Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda merupakan syarat penting dalam perlindungan
keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai perlindungan yang sudah
lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap diperlukan. Lambang yang umum
dipakai untuk bahan kimia yang memiliki sifat berbahaya adalah sebagai berikut :
= Dapat Meledak
T = Beracun
C = Korosif
= Mudah Terbakar
Xi = Iritasi
= Pengoksidasi
T+ = Sangat Beracun
keselamatan dan serta moral kerja dari pekerja sesuai dengan harkat dan martabatnya serta layak
bagi kemanusiaan.
3 Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada suatu
perusahaan, hubungan kerja disini berarti bahwa kecelakaan dapat dikarenakan oleh pekerjaan
atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga karena
kejadian tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan apalagi perencanaan, tidak diharapkan karena
kejadian tersebut disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang teringan sampai yang
terberat.
Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan
kecelakaan kerja. Bahaya tersebut disebut bahaya potensial jika bahaya tersebut belum
mendatangkan kecelakaan, jika kecelakaan telah terjadi maka bahaya tersebut adalah bahaya
nyata.
Alat-alat Laboratorium
Fungsinya
Kaki tiga sebagai penyangga pembakar spirtus.
1.Pembakar kaki
Untuk menahan wadah, misalnya krus pada saat
pemanasan ataau corong pada waktu penyaringan.
3.Cawan porselin
4.Pinggang poselin
7.Erlenmeyer
Gelas ukur dapat terbuat dari gelas (polipropilen)
ataupun plastik.
Fungsi Gelas ukur adalah untuk mengukur volume
10 hingga 2000 mL. Gelas ukur dapat digunakan
17.Rotavapor
18.Botol Semprot
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat dan bahan di laboratorium:
1. Aman
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah
dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci.
Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya
berkurang.
2. Mudah dicari
Untuk memudahkan mencari letak masingmasing alat dan bahan, perlu diberi tanda
yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau
laci).
3. Mudah diambil
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak
dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.
Cara penyimpanan alat dan bahan dapat berdasarkan jenis alat, pokok bahasan, golongan
percobaan dan bahan pembuat alat:
1. Pengelompokan alatalat fisika berdasarkan pokok bahasannya seperti: Gaya dan Usaha
(Mekanika), Panas, Bunyi, Gelombang, Optik, Magnet, Listrik, Ilmu, dan Alat reparasi.
2. Pengelompokan alatalat biologi menurut golongan percobaannya, seperti: Anatomi,
Fisiologi, Ekologi dan Morfologi.
3. Pengelompokan alatalat kimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut seperti: logam,
kaca, porselen, plastik dan karet.
Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke dalam kelompok bahan
yang banyak digunakan.
Penyimpanan alat dan bahan selain berdasar hal hal di atas, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan dipasang lampu
yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap kering dan mencegah tumbuhnya
jamur.
2. Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak terpasang.
3. Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan dan beaker
glass.
4. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya tidak
melebihi tinggi bahu.
5. Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas dan disusun menurut abjad.
6. Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat kimia yang
mudah menguap harus disimpan di ruangan terpisah dengan ventilasi yang baik.
Penyimpanan alat perlu memperhatikan frekuensi pemakaian alat. Apabila alat itu sering dipakai
maka alat tersebut disimpan pada tempat yang mudah diambil. Alatalat yang boleh diambil oleh
siswa dengan sepengetahuan guru pembimbing, hendaknya diletakkan pada meja demonstrasi
atau di lemari di bawah meja keramik yang menempel di dinding. Contoh alat yangdapat
diletakkan di meja demonstrasi adalah: kaki tiga, asbes dengan kasa dan tabung reaksi.
Penyimpanan dan pemeliharaan alat / bahan harus memperhitungkan sumber kerusakan alat dan
bahan. Sumber kerusakan alat dan bahan akibat lingkungan meliputi hal hal berikut:
1. Udara
Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki kelembaban). Kandungan ini
memungkinkan alat dari besi menjadi berkarat dan membuat kusam logam lainnya seperti
tembaga dan kuningan. Usaha untuk menghindarkan barang tersebut terkena udara bebas
seprti dengan cara mengecat, memoles, memvernis serta melapisi dengan khrom atau
nikel. Kontak dengan udara bebas dapat menyebabkan bahan kimia bereaksi. Akibat
reaksi bahan kimia dengan udara bebas seperti timbulnya zat baru, terjadinya endapan,
gas dan panas. Dampaknya bahan kimia tersebut tidak berfungsi lagi serta dapat
menimbulkan kecelakaan dan keracunan.
2. Air dan asam - basa
Alat laboratorium sebaiknya disimpan dalam keadaan kering dan bersih, jauh dari air,
asam dan basa. Senyawa air, asam dan basa dapat
menyebabkan kerusakan alat seperti berkarat, korosif dan berubah fungsinya. Bahan
kimia yang bereaksi dengan zat kimia lainnya menyebabkan bahan tersebut tidak
berfungsi lagi dan menimbulkan zat baru, gas, endapan, panas serta kemungkinan
terjadinya ledakan.
3. Suhu
Suhu yang tinggi atau rendah dapat mengakibatkan :alat memuai atau mengkerut,
memacu terjadinya oksidasi, merusak cat serta mengganggu fungsi alat elektronika.
4. Mekanis
Sebaiknya hindarkan alat dan bahan dari benturan, tarikan dan tekanan yang besar.
Gangguan mekanis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan alat / bahan.
5. Cahaya
Secara umum alat dan bahan kimia sebaiknya dihindarkan dari sengatan matahari secara
langsung. Penyimpanan bagi alat dan bahan yang dapat rusak jika terkena cahaya
matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam lemari tertutup. Bahan kimianya sebaiknya
disimpan dalam botol yang berwarna gelap.
6. Api
Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga, disebut sebagai segitiga api.
Komponen tersebut yaitu adanya bahan bakar, adanya panas yang cukup tinggi, dan
adanya oksigen. Oleh karenanya penyimpanan alat dan bahan laboratorium harus
memperhatikan komponen yang dapat menimbulkan kebakaran tersebut.
Cara menyimpan alat laboratorium IPA
Cara menyimpan alat laboratorium IPA dengan memperhatikan bahan pembuat alat tersebut,
bobot alat, keterpakaiannya, serta sesuai pokok bahasannya. Penyimpanan alat menurut aturan
tertentu harus disepakati antara pengelola laboratorium dan diketahui oleh pengguna /praktikan.
Untuk memudahkan dalam penyimpanan dan pengambilan kembali alat di laboratorium, maka
sebaiknya dibuatkan daftar inventaris alat yang lengkap dengan kode dan jumlah masing-masing.
Alat yang rusak atau pecah sebaiknya ditempatkan pada tempat tersendiri, dan dituliskan dalam
buku kasus dan buku inventaris laboratorium IPA.
Cara menyimpan bahan laboratorium IPA dengan memperhatikan kaidah penyimpanan, seperti
halnya pada penyimpanan alat laboratorium. Sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum
melakukan penyimpanan, seperti:
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
2. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
3. Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam
botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak mudah
rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam disimpan dalam botol berwarna
bening.
4. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
5. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat pula
menggunakan botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya secukupnya
saja sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa bahan praktikum disimpam dalam
botol kecil, jangan dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya
bahan dalam botol induk karena bahan sisa praktikum mungkin sudah rusak atau tidak
murni lagi.
6. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing bahan.