keluar lendir dari hidung, kental berwarna kekuningan dan berbau khas
3.
4.
5.
6.
7.
3.
4.
5.
6.
sayap terkulai
7.
mata menutup
3. Berak Hijau
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, demikian pula pengobatannya.
Selama ini penyakit ini diduga disebabkan oleh bakteri sejenis Salmonella pullorum.
Penularan berak hijau sangat mudah yaitu melalui kontak langsung termasuk saat
jantan mengawini betina dan melalui pakan dan minuman yang terkontaminasi
dengan ayam yang sakit. Pengaruh penyakit ini dapat sampai ke DOC keturunan
induk yang sakit.
Gejala penyakit ini adalah:
1.
2.
mata lesu
3.
4.
sekitar pantat terlihat memutih dan lengket.
4. Kolera
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pasteurella gallinarum atau Pasteurella
multocida. Biasanya menyerang ayam pada usia 12 minggu. Penyakit ini
menyerang ayam petelur dan pedaging. Serangan penyakit ini bisa bersifat akut
atau kronis. Ayam yang terserang kolera akan mengalami penurunan produktivitas
bahkan mati. Bakteri ini menyerang pernapasan dan pencernaan.
Kolera dapat ditularkan melalui kontak langsung, pakan, minuman, peralatan,
manusia, tanah maupun hewan lain. Pada serangan akut, kematian dapat terjadi
secara tiba-tiba.
Sedangkan pada serangan kronis didapatkan gejala sbb:
1.
2.
sesak napas
3.
mencret
4.
kotoran berwarna kuning, coklat atau hijau berlendir dan berbau busuk
5.
6.
7.
8.
lesi yang didapatkan pada unggas yang mengalami kematian pada kolera
akut antara lain adalah :
- perdarahan pintpoint pada membran mukosa dan serosa dan atau pada lemak
abdominal
- inflamasi pada 1/3 atas usus kecil
- gambaran parboiled pada hati
- pembesaran dan pembengkakan limpa
- didapatkan material berbentuk cream atau solid pada persendian
5. Chronic Respiratory Disease (CRD) / ngorok / Air Sac / Sinusitis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycoplasma galisepticum. Biasanya
menyerang ayam pada usia 4-9 minggu. Penuluaran terjadi melalui kontak
langsung, peralatan kandang, tempat makan dan minum, manusia, telur tetas atau
DOC yang terinfeksi.
Seorang penulis menyebutkan bahwa gejala CRD ini mirip dengan Snot atau Coryza
yaitu:
1.
batuk-batuk
2.
3.
4.
5.
6.
6. Colibacillosis
Penyebab penyakit ini adalah Escherichia coli. Problem yang ditimbulkan dapat
infeksi akut berat dengan kematian yang tiba-tiba dan angka kematian yang tinggi
hingga infeksi ringan dengan angka kesakitan dan kematian yang rendah.infeksi
dapat terjadi pada saluran pernapasan, septicemia atau enteritis karena infeksi
pada gastrointestinal. Penyakit ini dapat berdiri sendiri atau diikuti oleh infeksi
sekunder. Infeksi sekunder yang menyertai penyakit ini adalah Mycoplasma
gallisepticum. Semua umur dapat terkena penyakit ini, namun yang paling banyak
adalah ayam usia muda.
Gejala yang ditimbulkan pada penyakit ini disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan
oleh bakteri akibat pertumbuhan dan multiplikasi. Invasi primer terjadi pada system
pernapasan dan system gastrointestinal. Omphalitis atau infeksi pada anak ayam
terjadi karena penutupan tali pusat yang kurang baik atau karena invasi bakteri
melalui cangkang telur pada saat inkubasi.
Berikut ini gejala yang timbul pada penyakit ini adalah:
1.
2.
3.
bulu kasar
4.
sesak napas
5.
6.
diare
7.
batuk
2.
gangguan pernapasan dimulai dengan megaop-megap, batuk, bersin dan
ngorok waktu bernapas
3.
4.
5.
6.
7.
jengger dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap turun, otot tubuh
gemetar, kelumpuhan hingga gangguan saraf yang dapat menyebabkan kejangkejang dan leher terpuntir.
2.
3.
bulu tampak kusam dan biasanya disertai dengan diare berlendir yang
mengotori bulu pantat
4.
peradangan di sekitar dubur dan kloaka.biasanya ayam akan mematoki
duburnya sendiri.
5.
jika tidur, paruhnya menempel di lantai dan keseimbangan tubuhnya
terganggu.
3. Bronchitis / Infectious Bronchitis
Penyakit ini disebabkan oleh Corona virus yang menyerang system pernapsan.
Gejala penyakit IB ini sangat sulit untuk dibedakan dengan penyakit respiratory
lainnya. Secara umum gambaran penyakit tersebut adalah:
1.
batuk
2.
bersin
3.
rattling
4.
susah bernapas
5.
6.
terengah-engah
7.
8.
gangguan pertumbuhan
2.
3.
4.
5.
pertumbuhan lamban
Faktor utama penyebab ayam sakit adalah karena kecerobohan dalam mengelola
Sanitasi yang tidak benar, dengan ciri peternakan menjadi kotor, bau dan
terkesan jorok
Tidak melakukan pembersihan rutin dan pemberian obat dan vitamin kepada
unggas yang ada.
Dan tidak dilakukannya vaksinasi pada unggas.
proses pembuatan pelet dapat menurunkan kualitas pelet. Jadi, sebaiknya minyak
disemprotkan saja untuk meningkatkan kualitas pelet.
Berbagai sumber minyak yang sering digunakan dalam ransum adalah minyak
kelapa, minyak sawit, dan minyak ikan yang mengandung energi metabolis masingmasing sebesar 7.000,7.2000, dan 8.600 kkal/kg.
Berikut ini adalah beberapa sumber pakan alternatif baik nabati maupun hewani
yang dapat diformulasikan dengan bahan lainnya:
a. Sumber Pakan Nabati
1. Dedak halus
Dedak merupakan bahan yang diperoleh dari limbah penggilingan padi kemudian
dihaluskan yang sudah umum digunakan sebagai bahan campuran makanan
unggas. Dedak halus memiliki kandungan protein berkisar 10,1 % 13,6 %,
kandungan lemaknya mencapai 13%, dan serat kasarnya kurang lebih 12%.
Penggunaan dedak halus dalam pakan ayam buras tidak dianjurkan melebihi 45%.
2. Jagung
Jagung merupakan produk pertanian yang telah banyak dimanfaatkan, sebagai
produk pangan maupun pakan ternak. Di Indonesia produksi jagung terbilang tinggi
dengan varietas yang bermacam-macam. Budidaya jagung banyak tersebar di
berbagai kawasan dari Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah
dan Jawa Timur, Nusa Tenggara, Sulawesi Utara dan Selatan sampai Maluku. Jagung
merupakan sumber pakan ternak berprotein tinggi yang diformulasi dengan bahanbahan lain menjadi pakan konvensional berupa pellet, yang telah banyak
dipasarkan kepada peternak lokal maupun sebagai komoditas ekspor. Adanya pakan
yang murah, mudah pengolahannya dan bermutu (gizi) tinggi merupakan peluang
bagi para peternak ayam buras untuk melakukan efesiensi biaya pakan.
3. Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa dihasilkan dari limbah pembuatan minyak kelapa. Bungkil kelapa
dapat digunakan sebagai salah satu penyusun ransum pakan ternak karena
memiliki kandungan protein yang cukup tinggi mencapai 21,5 % dan energi
metabolis 1540 - 1745 Kkal/Kg. Tetapi bungkil kelapa memiliki kandungan lemak
yang cukup tinggi mencapai 15%, sehingga mudah rusak terkontaminasi jamur dan
tengik. Oleh karena itu penggunaan bungkil kelapa dianjurkan tidak melebihi 20%
sebagai penyusun ransum. Bungkil kelapa memiliki warna coklat, coklat tua, dan
coklat muda.
4. Singkong
Singkong adalah tanaman tropis yang banyak tersebar di seluruh Indonesia.
Produksi singkong Indonesia adalah nomer tiga di dunia. Singkong telah banyak
diolah menjadi produk pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Singkong memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan pakan alternative ayam buras yang dipelihara secara
intensif. Singkong dapat diberikan dalam bentuk mentah (segar) ataupun setelah
melalui pengolahan misalnya gaplek atau tepung singkong.
5. Bungkil kedelai.
Bungkil kedelai dihasilkan dari limbah pembuatan minyak kedelai. Bungkil kedelai
memiliki kandungan protein kurang lebih 42,7% dan kandungan energi metabolisme
mencapai 2240 Kkal/Kg, kandungan serat kasarnya rendah kurang lebih 6%.
Penggunaan bungkil kedelai dalam ransum ayam dianjurkan tidak melebihi 40%.
Bungkil kedelai memiliki kandungan methionisne rendah, namun kekurangan
methionisme dapat dipenuhi dengan menggunakan tepung ikan atau methionisme
buatan pabrik. Kacang kedelai mentah tidak dianjurkan untuk dipergunakan sebagai
pakan ayam karena kacang kedelai mentah mengandung beberapa trypsin, yang
tidak tahan terhadap panas, karena itu sebaiknya kacang kedelai diolah lebih
dahulu.
1. Tepung Ikan.
Tepung ikan merupakan bahan pakan yang memiliki sumber protein tinggi. Tepung
ikan umumnya berasal dari sisa-sisa pengolahan ikan yang tidak terpakai.
Kandungan gizi tepung ikan berbeda-beda, sesuai dengan jenis ikannya. Tepung
ikan yang berasal dari sisa industri ikan kalengan atau limbah tangkapan nelayan
yang dijemur dengan panas matahari mempunyai kandungan protein kasar berkisar
50 -55%. Selain sebagai sumber protein dengan asam amino yang baik, tepung ikan
juga merupakan sumber mineral dan vitamin. Harganya yang cukup mahal, maka
penggunaan tepung ikan sebaiknya tidak lebih dari 10 %, hal ini dimaksudkan agar
lebih efesien.
2. Tepung Udang
Tepung udang merupakan bahan pakan alternatif yang memiliki kandungan protein
cukup tinggi yaitu berkisar 43 47%. Umumnya, tepung udang berasal dari limbah
industri udang, dan kualitas gizinya tergantung dari bagian yang tergiling. Apabila
bagian kepala dan kaki ikut tergiling tentu kualitasnya lebih baik daripada hanya
kulit udangnya saja.
3. Tepung Tulang
Tepung tulang digunakan sebagai sumber mineral. Tepung tulang umumnya
mengandung Calcium antara 24 - 25% dan Phospor antara 12-15%. Karena sifatnya
sebagai pelengkap, pemakaian tepung tulang hanya sedikit.
4. Tepung Kerang
Tepung kerang merupakan sumber Calcium dengan kandungan Calcium-nya
mencapai hampir 36%. Peternak dapat memanfaatkan tepung kerang ini sebagai
alternative sumber Calcium untuk ransum, jika ketersediaannya melimpah dan
murah.
5. Bekicot
Bekicot merupakan bahan pakan hewani yang mudah diperoleh di sekitar kita dan
mudah membudidayakannya. Daging bekicot dapat diberikan sebagai pakan ayam,
baik dalam bentuk basah segar, kering, atau dalam bentuk tepung. Bekicot memiliki
kandungan protein dalam bentuk basah (segar) 54,30%, dalam bentuk kering 64,13
%, dalam bentuk tepung 24,80%. Untuk mengolah bekicot menjadi pakan ayam
yaitu dengan merendam daging bekicot dalam larutan air dengan perbandingan 1
liter air 75 gr garam dapur selama 15 menit. Kemudian daging bekicot dicuci
kemudian masukkan ke dalam air mendidih selama 20 menit sampai masak.
Penggunaan daging bekicot sebagai pakan ayam dianjurkan tidak melebihi 10%.
Selain dagingnya, cangkang bekicot juga dapat digunakan sebagai pengganti
tepung kapur.